Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Harris Darmawan
"ABSTRAK
Angka fertilitas nasional di Indonesia yang stagnan di angka 2,6.di mana angka rata-rata negara ASEAN adalah 2,4 menjadi early warning tersendiri bagi Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia sampai dengan Tahun 2012 memberi sinyal bahwa masalah kependudukan perlu mendapat perhatian yang lebih serius oleh pemerintah. Salah satunya dengan memperhatikan prevalensi pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Prevalensi pemakaian kontrasepsi tergantung pada keputusan Pasangan Usia Subur apakah akan memakai kontrasepsi atau tidak dan kontrasepsi apa yang mereka pilih. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi dari pemakaian dan pilihan kontrasepsi masih konvensional dan belum memasukkan isu peer effect sedangkan perilaku orang sangat mungkin dipengaruhi oleh orang lain. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek rekan dan tokoh sentral dalam suatu komunitas terhadap perilaku pemakaian kontrasepsi terutama dalam pemilihan kontrasepsi. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan Pendataan Keluarga 2015 dari BKKBN dan Podes 2014. Penelitian ini menggunakan model logit, order logit, dan multinomial logit. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat peer effect dalam perilaku kontrasepsi, artinya tidak hanya faktor demografis individu yang menjadi pengaruh dalam perilaku pemakaian kontrasepsi. Peranan tokoh sebagai node informasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku pemakaian kontrasepsi dengan kadar yang berbeda, misal dalam hal pakai atau tidaknya seseorang memang benar-benar dipengaruhi oleh tokoh. Perbedaan geografis memberi perbedaan perilaku pemakaian kontrasepsi dilihat dari masing-masing pengaruh dari peer maupun tokoh sentral. Dalam pengujian dalam model multinomial logit diperoleh informasi pemakaian kontrasepsi dengan membandingkan kontrasepsi yang berbasis suntik dengan kontrasepsi lainnya menunjukkan pola yang bisa digunakan sebagai perumusan strategi.
ABSTRACT
The national fertility rate in Indonesia is stagnant at 2.6. Where the average number of ASEAN countries is 2.4 became an early warning for Indonesia. Indonesia Demographic and Health Survey results until 2012 signaled that demographic problems should receive more serious attention by the government. One of them with regard to the prevalence of contraceptive use in Indonesia. The prevalence of contraceptive use is dependent on the Fertile Age Couple 39 s decision whether to use contraception or not and what contraception they choose. Research on the factors affecting the utilization of contraceptive use and choice is still conventional and has not included the issue of peer effect whereas people 39 s behavior is likely to be influenced by others. This study aims to determine the effect of peers and central figures in a community on the behavior of contraceptive use, especially in the selection of contraception. The data source in this research uses 2015 Family Data Collection from BKKBN and Podes 2014. This research uses logit model, logit order, and multinomial logit. From the results of this study found that there is a peer effect in contraceptive behavior, meaning that not only individual demographic factors that influence the behavior of contraceptive use. The role of the character as an information node has an influence on the behavior of contraceptive use with different levels, for example in terms of whether or not someone 2is really influenced by the character. Geographical differences give differences in contraceptive use behavior seen from each influence of peer and central figure. In the test in multinomial logit model obtained contraceptive usage information by comparing contraception based on injection with other contraception show pattern which can be used as strategy formulation."
2017
T50260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firma Novita
"Penelitian ini mengkaji kompleksitas pengalaman perempuan Batak Toba terkait penerapan falsafah hidup Hagabeon dan otonomi atas tubuhnya pada perkawinan yang belum memiliki anak laki-laki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap 6 (enam) subjek utama. Penelitian ini menggunakan teori Pierre Bourdieu tentang habitus dan doxa, teori Kate Millet tentang Sexual Politics serta teori Eksistensialis Simone De Beauvoir. Hasil analisis menunjukkan pengetahuan terkait dengan falsafah hidup subjek penelitian tidak menunjukkan perbedaan berarti, namun pemaknaan pada masing-masing subjek membuat kondisi tersebut menjadi berbeda. Terkait pengalaman subjek penelitian tentang kontrol atas fungsi reproduksi, subjek penelitian menjelaskan bahwa sudah tidak lagi terobsesi memiliki anak yang banyak. Faktor hidup merantau, kesehatan dan ekonomi menjadi latar belakangnya. Namun, keinginan untuk memiliki anak laki-laki tetap menjadi tujuan mereka. Temuan memperlihatkan subjek penelitian berada pada kondisi paradoks. Mereka menjadi perempuan yang memiliki kesadaran tentang otonomi tubuhnya, dengan bernegosiasi terkait jumlah anak yang jauh lebih sedikit dibanding dengan konsep awal Hagabeon. Di sisi lain mereka tetap menginginkan anak laki-laki sebagai gambaran idealisasi mereka untuk mewujudkan status sebagai perempuan sempurna (Gabe) dalam perspektif budaya Batak Toba, yang dapat dicapai perempuan Batak Toba dengan memiliki banyak anak dan memiliki anak laki-laki sebagai penerus marga.

This study examines the complexity of the experience Batak Toba women that related to the application of Hagabeon`s life philosophy and autonomy over his body in Batak Toba marriages that do not yet have sons. This study used a qualitative approach with case study where data was obtained through in-depth interviews and observations of 6 (six) main subjects. The author used Pierre Bourdieu's of habitus and doxa, Kate Millet`s of Sexual Politics and the Existentialist of Simone De Beauvoir theories. All of these theories basically complement each other and can further explain the problems experienced by the subject of research. The results of the analysis show that the knowledge which is held in relation to the life of philosophy by the research subjects did not show significant differences but the meaning of each subject made the condition different. Regarding to the experience of the subjects about control over reproductive functions, the subjects explained that they were no longer obsessed with having children in large numbers. Life, health and economic factors are the background. Nevertheless, the desire to have sons remains their goal. The findings of this research show that the subject of the study is a paradoxical condition. On the other hand, they become women who have an awareness of their bodies autonomy with negotiate the number of the children far less than the ideal number in the initial concept of Hagabeon. However, on the other hand they still want son who are a picture of idealization for them to realize their status as perfect women (Gabe) in the perspective of Batak Toba culture which can be achieved by Batak Toba women in having many children and having son as successor to the clan."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurindah Laili Maghfirati
"IUD merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang direkomendasikan pemerintah karena tingkat kegagalan yang rendah dan efek samping yang sedikit dibandingkan kontrasepsi hormonal. Akan tetapi berdasarkan Laporan SDKI 2012, penggunaan IUD di Indonesia masih sedikit dan terus menurun dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemakaian IUD dan kelangsungannya adalah akses informasi KB dimana informasi yang didapatkan wanita akan berdampak pada pengetahuan dan penerimaannya terhadap IUD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan akses informasi KB dengan pemakaian serta penggantian intrauterine device (IUD). Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 modul wanita usia subur (WUS), dengan jumlah sampel 9.711 wanita yang memiliki anak dua atau lebih dan menggunakan kontrsepsi. Kriteria ekslusi penelitian ini adalah wanita yang menggunakan tubektomi, vasektomi, dan kondom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggantian IUD tidak memiliki hubungan dengan akses informasi KB (OR=0,8; 95%CI: 0,4-1,5) namun pada pemakaian IUD memiliki hubungan dengan akses informasi KB (OR=1,4; 95%CI: 1,1-1,8). Disarankan peningkatan KIE yang komprehensif dan membangun dialog dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, serta oraganisasi masyarakat untuk meningkatkan pemakaian IUD.

IUD is one of the recommended long-term contraception government for low failure rates and side effects were fewer than hormonal contraception. However, based on reports IDHS 2012, the use of IUDs in Indonesia is still small and continues to decline from year to year. One of the factors that influence the use of IUDs and sustainability is access to family planning information where the information obtained women will have an impact on the knowledge and acceptance of the IUD.
This study aims to determine the relationship of access to family planning information with the use and replacement of intrauterine devices (IUDs). This study uses data module IDHS 2012 women of childbearing age (WUS), with a sample of 9711 women who had two or more children and using contraceptives. Exclusion criteria for this study were women who used tubal ligation, vasectomy and condoms.
The results showed that the replacement of the IUD does not have a relationship with access to family planning information (OR = 0,8; 95% CI: 0,4 -1,5), but the use of IUDs have ties with access to information KB (OR = 1,4; 95% CI: 1,1- 1,8). Researcher suggest to improvement comprehensive KIE and establish dialogue with religious leaders, community leaders, and community organizations to increase the use of IUDs."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T42953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Adhani Pasundani
"ABSTRAK
Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat akan mendatangkan
berbagai permasalahan dikemudian hari, selain itu angka kematian ibu (AKI) masih
tinggi yang diakibatkan salah satunya oleh terlalu dekat jarak kelahiran sehinga perlu
dilakukan pengendalian atau pengontrolan pertumbuhan penduduk melalui program
keluarga berencana..Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-fakor yang
berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi pada pengguna metode kontrasepsi jangka
panjang non permanen di Indonesia analisis SDKI tahun 2017. Desain yang digunakan
dalam peneltian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebesar 8.238,
sampel yang diambil berdasarkan total sampling data yang termasuk kriteria inklusi dan
eklusi penelitian. Analisis bivariate dan multivariate menggunakan regresi logistic.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 58,4% menggunakan implan, 41,6%
menggunakan IUD. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi
pada penggunaan MKJP non permanen adalah faktor umur, pendidikan,status ekonomi,
wilayah tempat tinggal, dan jumlah anak. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan
secara statistik adalah faktor status bekerja, diskusi KB dengan suami, kunjungan
petugas lapangan, dan informasi media masa.

ABSTRACT
The increasing number of Indonesias population will continue to cause various
problems in the future, besides that the maternal mortality rate (MMR) is still high due
to one of them being too close to birth spacing so that it is necessary to control or
control population growth through family planning programs. is to find out the factors
related to the selection of contraception among users of long-term non-permanent
contraception methods in Indonesia. The 2017 IDHS analysis. The design used in this
study was cross sectional with a research sample of 8,238, samples taken based on total
sampling data included study inclusion and exclusion criteria. Bivariate and
multivariate analysis using logistic regression. The results of this study showed that
58.4% used implants, 41.6% used IUDs. Factors related to the choice of contraception
in the use of long-term non-permanent contraception methods are age, education,
economic status, area of residence, and number of children. While factors that are not
statistically related are work status, family planning discussions with her husband, field
officer visits, and mass media information"
2019
T55325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamsatun
"Penggunaan kontrasepsi seharusnya disesuaikan dengan tujuannya. Keputusan pemilihan kontrasepsi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan keputusan pemilihan kontrasepsi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain kasus kontrol. Metode analisis terdiri dari analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian membuktikan ada hubungan antara dukungan sosial dengan keputusan pemilihan kontrasepsi setelah dikontrol usia. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan bahwa perencanaan dukungan sosial perlu diintegrasikan berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dalam pemilihan kontrasepsi yang tepat.

The use of contraceptives should be adapted to its purpose. The decision to choose contraception are influenced by various factors including social support. This study aims to determine the relationship of social support to the decision to choose of contraception. This study is an analytical study with case-control design. The method of analysis consisted of univariate analysis, bivariate and multivariate. Research shows there is a relationship between social support with the decision to choose of contraception after age controlled. Based on the results of the study recommended that planning needs to be integrated social support related to women's empowerment in the decision to choose contraception.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eska Riyanti Kariman
"Tingkat pemakaian kontrasepsi pil di kalangan wanita PUS cukup tinggi, hal itu terlihat dari data pemakaian kontrasepsi pil hasil SDKI 2002103 sebesar 13,2 % . Tingginya prevalensi pemakaian kontrasepsi pil tersebut tidak dibarengi dengan tingginya tingkat kelangsungan pemakaian, hasil SDKI 1997 tercatat 34 % pemakai pit tidak menggunakan lagi setelah sate tahun_ Angka putus pakai (drop out) pil ini merupakan yang kedua tertinggi setelah kondom. Tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil arnat dipengaruhi oleh kedisiplinan dan kepatuhan akseptor dalam memakainya. Hal tersebut dimungkinkan bila akseptor memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup yang dapat diperoleh melalui konseling yang dilakukan oleh petugas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konseling kontrasepsi dengan tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil. Data yang digunakan adalah data sekunder SDKI 2002103. Disain penelitian adalah crossectional dengan kajian statistik analisis survival.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil adalah 31 bulan dengan median survivalnya 37 bulan. Probabilitas kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil setelah bulan ke-12 adalah 62 % dan probabilitas kelangsungan setelah bulan ke-60 adalah 31 %. Probabilitas kelangsungan pernakaian kontrasepsi pil setelah bulan ke-12 pads kelompok yang mendapat konseling kontrasepsi adalah 66%, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan konseling kontrasepsi 56 %. Risiko untuk putus pada akseptor pil yang tidak mendapatkan konseling adalah 1.6 kali bila bertempat tinggal dikota dan 1.5 kali bila tinggal didesa. Risiko untuk putus pada akseptor pil yang tidak konseling adalah 1.6 kali bila tidak ada efek camping dan menjadi 2 kali bila ada efek samping.
Tingginya risiko putus pemakaian kontrasepsi pil di wilayah perkotaan perlu mendapatkan perhatian dari pengelola program Keluarga Berencana. Dugaan sementara hal ini dijumpai didaerah kota pinggiran atau daerah kumuh, untuk itu kegiatan konseling kontrasepsi yang lebih intensif terkait dengan akseptor di daerah tersebut hares ditingkatkan misalnya melalui kunjungan petugas yang lebih sering ke rumah diharapkan dapat menurunkan risiko putus pakai. Kegiatan konseling pada prinsipnya dilakukan untuk mengurangi kekhawatiran akseptor akan efek sarnping yang ditimbulkan kontrasepsi selama pemakaiannya.

Prevalence of pill contraception used among reproductive woman are high, it can seen at SDKI 2002/03 which is about 13,2 %. This height prevalence is not followed with the-continuity rate, only 34 % of women still used pill contraception within 12th month recorded in SDKI 1997. This rate as highest secondly after condom. The pill contraception continuity rate is influenced by discipline and compliance of acceptor in using it.That things is possible when acceptor have enough knowledge and information about contraception usage which they can get it from councelling by family planning officer.
This study is aimed to gain information on relationship of contraception counselling with the period of time pills uses. This study uses secondary data SDKI 2002/03. Study design used is crossectional with statistical survival analysis.
The result study shows that mean of pill contraception continuity rate are 31 month with median survival are 37 month. The Probabilities of pills continuity rate after 12th month are 62 percent and probabilities of pills continuity rate after 60th month are 31 percents. Probabilities of pills continuity rate after 12'h month in whom that receive counsellings are 66 percents, men while the group whom that not receive counselling only 56 percent. The risk of drop out among the pills acceptbr whom that not receive counsellings are 1,6 times if they lives at the city and 1,5 times if they lives at the village. The risk of drop out pills among acceptor whom that not receive counsellings are 1,6 times if they not have side effect and it can be 2 times if they have side effects.
The height risk of drop out pills among acceptors in urban region need to get more attentions from the organizer of family planning program. Momentary, assumption whereas this matter is met in marginal town area or slum region, for that more intensive program of counselling contraception related to acceptor in the are, for example more regular follow up to the acceptors whom lives at this area and had side effect. The principle of counseling is to lessen the worried feeling of the acceptor with the side effects generated by contraception during its usage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusro Hadi
"Program Keluarga Berencana merupakan suatu upaya dalam peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui; pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu metode KB yang terbaik untuk menjarangkan kelahiran anak dan merupakan alternatif pilihan kedua setelah Pil bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah Kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya.
Pada kenyataannya di wilayah Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, persentase pemakaian AKDR relatif rendah (12,16%) bila dibandingkan dengan Nasional (20,04%), juga bila dilihat di Kabupaten Lampung Tengah (20,47%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut, yang antara lain faktor-faktor peserta KB itu sendiri, faktor sarana prasarana dan faktor pemberi pelayanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor peserta KB dan hubungannya dengan pemakaian AKDR di Desa Purwodadi wilayah Kecamatan Trimurjo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 163 orang ibu-ibu peserta KB di desa Purwodadi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan uji univariat dan bivariat, dengan tehnik analisis Chi-Square dan Fisher Exact.
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan dari 9 variabel, ada 2 variabel mempunyai hubungan, yaitu; Status bekerja istri dan keinginan menambah anak. Dalam rangka peningkatan pemakaian AKDR di wilayah Kecamatan Trimurjo,khususnya Desa Purwodadi perlu diupayakan beberapa hal yaitu; sasaran dalam memasyarakatkan pemakaian AKDR sebagai alat KB, khususnya bagi peserta KB Non AKDR , pada istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan bagi peserta KB yang masih mempunyai keinginan untuk menambah anak di kemudian hari.

Family Planning Program is one of the efforts to enhance awareness and participation of community by delaying the age of marriage, controlling birth spacing as well as increasing Family welfare. AKDR is one of the best method to regulate birth spacing and the second choice after Pill that most used by young couples who want to delay pregnancy and the old ones desire to end their fertility.
In fact, in Trimurjo Sub district, percentage of AKDR user is relatively low (12, 16%), compared to National figure (20, 04%), and Lampung Tengah regency (20,47%). I suppose that there should be many factors, which influence the low coverage of AKDR use in this Sub district. Those factors are Family Planning Participants, the means and also the providers.
This research is purposed to know the relation of Family Planning Participants factors, with the use of AKDR in Purwodadi Village, Trimurjo Sub district. The design of this research is Cross Sectional and analyzed by using Chi-Square and Fisher Exact.
The results of Chi-Square analysis indicate that of 9 variables there are 2 significant variables. The variables are the wife job status and the need of desired children. In order to increase the use of AKDR contraception especially in Purwodadi Village , I suggest that the target of AKDR should be directed to non AKDR user which the wife who have not job (house hold wife), as well as those who desired to have more children in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Appriana Bathara Musu`
"Implan adalah salah satu metode kontrasepsi efektif, dan merupakan salah satu sarana yang penting dalam upaya pengendalian kelahiran baik untuk tujuan menunda dan menjarangkan kehamilan maupun untuk mengakhiri kesuburan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implan pada akseptor KB di Puskesmas Ciomas Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun 2012.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan desain studi cross sectional dengan cara penyebaran kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah 120 responden yaitu akseptor KBdi wilayah Puskesmas Ciomas dengan metode acak sederhana (simple random sampling).
Hasil penelitian menunjukkan 24% responden memakai kontrasepsi implan. Analisis Bivariat yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implan adalah umur dengan p valeu = 0,019, pengetahuan dengan p valeu = 0,000, sikap dengan p valeu =0,000, ketersediaan alat kontrasepsi dengan p valeu = 0,039, Biaya pelayanan kontrasepsi dengan p valeu = 0,002 dan dukungan suami dengan p valeu = 0,000.

Implants are one effective method of contraception, and is one important tool in the effort to birth control either for the purpose of delaying and spacing pregnancies and to terminate fertility. This study aims to determine the factors associated with contraceptive implants in acceptors of family planning health center Ciomas Ciomas Bogor District in 2012.
The study was a quantitative study, using cross-sectional study design by questionnaires. The sample in this study were 120 respondents who had a health center in the region of acceptor family planning Ciomas by simple random method (simple random sampling).
The results showed 24% of respondents use contraceptive implants. Bivariate analyzes relating to the use of contraceptive implants is valeu age with p = 0.019, with the knowledge valeu p = 0.000, the attitude with valeu p = 0.000, availability of contraceptives with valeu p = 0.039, cost of contraceptive services with valeu p = 0.002 and support her husband with valeu p = 0.000.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Rifai
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku pemakaian jenis kontrasepsi, suatu kajian yang dalam pengamatan penulis masih jarang dilakukan orang di Indonesia. Penelitian ini bersumber kepada data SPI 1987, dan dipilih DKI Jakarta sebagai daerah penelitian, dengan pertimbangan Jakarta memiliki keragaman sosial-budaya dan agama yang cukup variatif.
Permasalan pokok yang dikaji terbatas pada hubungan antara agama, status sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi. Pembahasan terhadap hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi dilakukan dengan cara membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam. Jenis alat kontrasepsi juga dikelompokkan menjadi kontrasepsi efektif (IUD, Susuk dan Kontap), kontrasepsi kurang efektif (Pil, Suntik dan kondom), dan kontrasepsi tradisional (Jamu, Pijat, Senggama terputus dan Pangtang berkala).
Teori yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini ialah proposisi teologi khusus dan proposisi karakteristik yang diajukan oleh Goldschider. Proposisi teologi khusus menyatakan bahwa perilaku fertilitas merupakan fungsi dari ajaran agama, sedang proposisi karakteristik menyatakan bahwa perbedaan perilaku antar kelompok agama merupakan akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi dari kelompok agama yang bersangkutan. Kedua proposisi ini digunakan secara serempak dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan cara mengamati persentase dalam tabel silang untuk melihat kecenderungan, Chi-Square untuk melihat signifikansi hubungan dan Koefisien Kontingensi untuk melihat keeratan hubungan.
Dari analisis terhadap hubungan antara kelompok responden berdasarkan afiliasi agama dengan pemakain Janis kontrasepsi sebelum. mempertimbangkan variabel sosial-ekonomi dan demografi ditemukan bahwa terdapat perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi antara kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam; kelompok responden Islam cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif dan kelompok responden non Islam cenderung memakai kontrasepsi efektif. Namun setelah variabel sosial-ekonomi dan demografi dipertimbangkan terlihat perbedaan itu melemah. Karena itu adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi tersebut kemungkinan berkaitan dengan dua hal:
a. Aturan-aturan dalam masing--masing agama yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi. Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubek tomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom, senggama terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala (cara-cara tersebut masuk katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan non Islam boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katholik. Agama Khatolik pada dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Khatolik dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Alasan pertama ini didukung pula oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami, status bekerja, umur dan media.
b. Akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi antara responden Islam dan responden non Islam. Alasan kedua ini didukung oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakain jenis kontrasepsi menjadi tidak berarti lagi setelah dikontrol dengan variabel AMH (pada katagori jumlah anak lima atau lebih), pekerjaan suami (pada jenis pekerjaan suami profesional), dan variabel pendidikan-umur (pada katagori umur 35+ dan berpendidikan SMP+ ). Sedang pada katagori lainnya tetap menunjukkan adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama. Jadi perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama menjadi tidak berarti lagi di kalangan responden dengan karakteristik sebagai berikut:
· berumur 35 tahun ke atas dan berpendidikan SMP+
· mempunyai anak lima atau lebih
· jenis pekerjaan suami profesional
Tidak adanya perbedaan itu diperlihatkan dengan kecenderungan pemakaian kontrasepsi efektif baik pada kelompok responden Islam maupun non Islam. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa pada kelompok responden dengan jumlah anak lima atau lebih kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan, karena jumlah anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru. Demikian juga pada kelompok responden dengan jenis pekerjaan profesional kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan karena tuntutan status sosialnya dan pada kelompok responden yang berumur tua serta berpendidikan SMP atau lebih kemungkjnan karena mereka mampu lebih rasional dalam menerima dan menanggapi ajaran agama.
Kesimpulan yang diperoleh sesudah mempelajari hubungan antara variabel sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat sampingan dari masing-masing alat kontrasepsi.
Dari analisis hubungan antara pendidikan dan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama dapat disimpulkan bahwa di kalangan responden Islam pendidikan isteri lebih kuat menampakkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi dari pada pendidikan suami. Sebaliknya di kalangan responden non Islam pendidikan suami lebih kuat memperlihatkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada pendidikan isteri. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa di kalangan rersponden non Islam kesadaran akan pentingnya KB tidak hanya di kalangan isteri tetapi juga di kalangan para suami, sehingga para suami juga ikut mengambil peran dalam ber KB termasuk memilih Jenis kontrasepsi yang akan dipakai, hal mana
tidak terjadi di kalangan responden Islam.
b. Umur
Umur menunjukkan hubungan yang berarti dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena umur mempengaruhi kebutuhan alat yang diinginkan. Pada umur muda (umur 34 tahun kebawah) cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif seperti pil, suntik dan kondom. Ini diduga karena mereka masih ingin menunda kelahiran atau masih ingin menambah anak lagi dikemudian hari, sehingga memilih jenis kontrasepsi yang mudah dihentikan penggunaannya. Sedang pada umur tua (35 tahun atau lebih) cenderung memakai kontrasepsi efektif, karena anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru, maka mereka memilih kontrasepsi seperti IUD, susuk dan sterilisasi, karena selain efektif dalam mencegtah kehamilan juga tidak merepotkan.
Hubungan umur dengan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama adalah sebagai berikut: di kalangan responden Islam umur memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam variabel umur kurang memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena pada Umur muda sudah memperlihatkan kecenderungannya dalam memakai kontrasepsi efektif. Ini diduga pada kelompok umur muda dari kalangan responden non Islam telah bisa menerima program KB dengan dua anak, sehingga cenderung membatasi jumlah anak dengan memakai kontrasepsi efektif.
c. Pekerjaan
Faktor bekerja atau tidaknya responden tidak menunjukkanadanya perbedaan yang berarti dalam pemakain jenis kontrasepsi. Sebaliknya ditemukan perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami; responden dengan jenis pekerjaan suami profesional cenderung memakai kontrasepsi efektif dan responden dengan jenis pekerjaan jasa dan pekerja kasar cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif. Dengan demikian pekerjaan suami lebih dominan dalam menampakkan hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada status bekerja responden sendiri. Gambaran yang serupa juga ditemukan di Yogyakarta yang melaporkan bahwa macam alat kontrasepsi yang dipakai lebih menampakkan hubungan dengan status pekerjaan suami dari pada pekerjaan isteri. Hal itu dikarenakan pekerjaan suami lebih mencerminkan status sosial keluarga dan si isteri akan terdorong untuk mengikuti norma-norma yang berkaitan dengan status suaminya.
Analisis pada masing-masing kelompok agama diperoleh kesimpulan sebagai berikut: di kalangan responden Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu memperlihatkan perbedaan dalam pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu tidak mempunyai hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi.
Begitu juga dengan pekerjaan suami, di kalangan responden Islam perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami menunjukkan perbedaan yang berarti. Sedang di kalangan responden non Islam kurang mengesankan adanya perbedaan
pemakain jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami.
d. Jumlah Anak Masih Hidup
Jumlah anak masih hidup mempunyai hubungan dengan pemakain jenis kontrasepsi baik di kalangan responsden Islam maupun responden non Islam. Kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif di kalangan responden Islam baru terlihat ketika jumlah anak yang dipunyai mencapai lima atau lebih, sedang pada kelompok responden non Islam kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif sudah terlihat pada jumlah anak 3-4 orang anak. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah anak yang diinginkan, di mana proporsi yang menginginkan jumlah anak lebih dari empat lebih besar di kalangan responden Islam dari pada di kalangan responden non Islam.
e. Media
Semakin banyak media massa yang dimanfaatkan oleh responden maka cenderung memakai kontrasepsi efektif, ini ditemukan di kalangan responden Islam maupun di kalangan responden non Islam, namun keeratan hubungan itu lebih kuat terlihat dikalangan responden Islam daripada di kalangan penganut Agama non Islam.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Leonanta Mahardika
"ABSTRAK
Latar Belakang: Satu pertiga kehamilan di negara berkembang merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat upaya terminasi kehamilan baik dilakukan oleh tenaga medis maupun tenaga non medis dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu. Metode efektif untuk menanggulanginya ialah Kontrasepsi Darurat Kondar . Namun belum ada penelitian yang mengevaluasi pengetahuan tenaga kesehatan, khususnya bidan sebagai lini terdepan terhadap kondar. Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bidan terhadap kondar di IndonesiaTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bidan terhadap kondar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Dengan Consecutive sampling. peneliti mengambil semua subjek yaitu bidan yang bekerja di wilayah Kecamatan Cipondoh Kabupaten Tangerang sampai jumlah subjek minimal terpenuhi sebesar 97 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertulis yang dibuat oleh peneliti berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dengan tema serupa. Data yang diperoleh akan dilaporkan secara deskriptif untuk variabel kategorik. Hasil analisis disajikan dalam bentuk jumlah n dan persentase proporsi . Penyajian data deskriptif dibuat dalam bentuk tabel maupun grafik. Hasil: Dari 100 responden, 83 bidan mempunyai pengetahuan yang baik terhadap kondar. Sikap bidan yang baik terhadap kondar di puskesmas dan di praktek swasta adalah 84,62 dan 85,06 , berturut-turut. Sejalan dengan itu, perilaku yang baik ditunjukkan oleh bidan di puskesmas dan di praktek swasta adalah sebesar 100 dan 94,25 . Namun dari pertanyaan secara kualitatif tingkat pengetahuan , sikap dan prilaku bidan masih tergolong kurang. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku bidan terhadap kontrasepsi darurat dikatakan masih kurang. Masih dibutuhkan pelatihan tentang kondar pada bidan agar penggunaannya efektif di masyarakat. Kata Kunci: Kontrasepsi darurat, bidan, kehamilan tidak diinginkan, Alat kontrasepsi dalam rahim ABSTRACT
Background One third of pregnancies in developing countries is an unwanted pregnancy. Due to pregnancy termination efforts performed by both medical personnel and non medical personnel can cause maternal morbidity and mortality. The effective method for dealing with them is Emergency Contraception EC . However, there is no research that evaluates the knowledge of health workers, especially midwives as the leading line of condar. Therefore, it is necessary to know the level of knowledge, attitudes, and behavior of midwives to EC in IndonesiaAim This study aims to determine the level of knowledge, attitudes, and behavior of midwives to EC. Methods This study used cross sectional design. With Consecutive sampling. Researchers took all the subjects of the midwife who worked in the District Cipondoh Tangerang, Banten , Indonesia until the number of subjects is met at least 97 people. The data were collected by using written questionnaires made by researchers based on previous studies with similar themes. The data obtained will be reported descriptively for categorical variables. The analysis results are presented in the form of sum n and percentage proportion . The presentation of descriptive data is made in the form of tables and graphs. Result Of the 100 respondents who answered the questionnaire, 83 of the midwives had a good knowledge of the condition. Good midwife attitudes toward condar in puskesmas and in private practice were 84.62 and 85.06 , respectively. Accordingly, the good behavior shown by midwives in puskesmas and in private practice is 100 and 94.25 . But from the question qualitatively the level of knowledge, attitude and behavior of midwives is still classified as less. Conclusion The level of knowledge, attitudes and behavior of midwives towards emergency contraception is said to be lacking. Training on EC on midwives is still needed for effective use in the community. Keywords Emergency contraception, midwife, unwanted pregnancy, uterine contraception. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>