Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215065 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Toreh, Christof
"ESWL telah berkembang menjadi pilihan pertama untuk terapi batu pielum ginjal dan kaliks superior atau media dengan ukuran le; 20 mm, dan pada batu ureter proksimal dengan ukuran < 10 mm. Meskipun begitu, terdapat banyak faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dari pengguanaan ESWL, dimana salah satu parameter pentingnya adalah frekuensi gelombang kejut permenit. Peneilitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan pendekatan metoda cross-sectional. Sampel untuk diambil dengan total sampling, yaitu seluruh pasien yang dilakukan tindakan ESWL pada 1 Januari 2012- 31 Desember 2014 yang tidak memiliki batu multiple, tidak ada batu radiolsen, tidak ada kelainan anatomi traktus urinarius, dan usia diatas 17 tahun. Pasien dilakukan tindakan ESWL dengan menggunakan kombinasi gelombang kejut 60 gk.menit dan 120 gk/menit. Dari total 60 pasien, rata-rata usia adalah 45.61 14.54 tahun. Sebanyak 30 pasien 50 menderita batu ginjal non-kalik inferior, 26 pasien 43.4 menderita batu kalik inferior, dan 4 pasien 6.7 menderita batu ureter. Dari 60 pasien, 52 pasien 86.7 menderita batu dengan ukuran 10 ndash; 20 mm, empat pasien 6.7 dengan ukuran < 10 mm, dan empat pasien 6.7 dengan ukuran > 20 mm. Kejadian bebas batu 2 minggu post ESWL terjadi pada 46 pasien 76.7 , lalu 15 orang 25 mengeluhkan nyeri intensitas ringan VAS 1-3 , 5 orang 8.3 intensitas sedang 8.3 , dan 40 orang bebas nyeri 66.7 . Penggunaan DJ stent terjadi pada 7 pasien 11.7 dan hematuria terjadi pada 1 pasien 1.7 . Penelitian ini menunjukkan bahwa tata laksana batu saluran kemih menggunakan ESWL dengan kombinasi 60 gelombang kejut/menit dan 120 gelombang kejut/menit memiliki tingkat kejadian bebas batu yang lebih tinggi dan efek samping yang lebih rendah dibandingkan penelitian-penelitian serupa dengan menggunakan satu frekuensi gelombang kejut saja.

ESWL has emerged as the main treatment option for kidney stone located in pyelum and superior calyces or middle calyses with size of le 20 mm, and in proximal ureter stone with size of 17 years old. Pasien underwent ESWL procedure with combination of 60 shockwave minutes and 120 shockwave minute. From total 60 patients, the mean age was 45.61 14.54 years old. 30 patients 50 diagnosed with non inferior calyces stone, 26 patients 43.4 with inferior calyses stone, and 4 patients 6.7 have ureteral stones. From 60 patients, 52 86.7 patients had stone with size of 10 20 mm, 4 6.7 patients had stone sized 10 mm. Stone free after 2 weeks happened in 46 patients 76.7 . 15 patients complained low intensity pain, 5 patients 8.3 complained mid intensity pain, and 40 patients 66.7 were pain free. The use of DJ stent happened in 7 patients 11.7 . This study showed that ESWL procedure with combination of 60 shockwave minutes and 120 shockwave minutes have a higher stone free rate and lower complication compared with single shockwave prcedure"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Rizky Teguh Ryanto
"Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) merupakan terapi non-invasif yang menjadi tatalaksana lini pertama batu ureter. Terdapat berbagai faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan ESWL, diantaranya lokasi batu dan ukuran batu ureter. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara lokasi batu dan ukuran batu dengan tingkat keberhasilan ESWL pada pasien batu ureter. Penelitian dilakukan di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil 106 data rekam medis pasien laki-laki tahun 2009-2011 dengan batu ureter unilateral yang sudah dilakukan ESWL. Data kemudian dikelompokkan sesuai dengan kategori ukuran batu (diameter <10 mm atau ≥10 mm) dan lokasi batu (proksimal atau distal ureter), lalu dihitung persentase keberhasilan ESWL dan dianalisis dengan uji regresi logistik untuk melihat kemaknaannya.
Didapatkan bahwa sampel memiliki rentang usia 27-74 tahun (mean 43,5 tahun). Persentase keberhasilan ESWL lebih tinggi pada batu ukuran <10 mm (92,4%) dibanding batu ukuran ≥10 mm (70,4%) (p=0,01, OR: 4,806(1,453-15,905)). Didapatkan juga persentase keberhasilan ESWL lebih tinggi pada batu ureter proksimal (92,2%) dibandingkan ureter distal (78,6%) (p=0,081, OR: 2,957(0,875-9,987)). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara ukuran batu ureter dengan tingkat keberhasilan ESWL tetapi tidak terdapat hubungan lokasi batu ureter dan tingkat keberhasilan ESWL.

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) is a non-invasive, first-line treatment for ureteral stone. There are multiple factors thought to be influencing its success rate, including stone location and size in the ureter. This study's objective was to prove the relationship between stone location and size with ESWL success rate in male unilateral ureteral stone patients. This study was done at Urology Departement Cipto Mangunkusumo Hospital. 106 patients met the inclusion criteria. The collected data were then grouped according to their categorizations for stone size (<10 mm or ≥10 mm) or location (proximal or distal), then their ESWL successs percentage were counted and analyzed using regression logistic test.
It was found that from samples with age ranging from 27-74 years old (mean 43,5 years old), the ESWL success rate in <10 mm stone size patients was higher (92,4%) than in ≥10 mm size (70,4%) (p=0,01, OR: 4,806(1,453-15,905)). It was also found that ESWL success rate in proximal stones is higher (92,2%) than in distal stones (78,6%) (p=0,081, OR: 2,957(0,875-9,987)). In conclusion, there was a relationship only between ureteral stone size with ESWL success rate in ureteral stone patients, but there was no relationship ureteral stone location and ESWL success rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Emil FS
"Pembayaran perjasa layanan kesehatan mengakibatkan tingginya biaya kesehatan. Upaya pengendalian biaya kesehatan perlu dilakukan sehingga tercapai pembiayaan kesehatan yang baik. Salah satu caranya ialah sistem pembayanan di muka. Artinya sistem pembayaran kepada pemberi layanan kesehatan dengan jumlah uang yang sudah ditetapkan sebelum pelayanan diberikan dengan sebelumnya memperhitungkan tindakun medis yang diperlukan dan bananya hari rawat. Salah satu bentuknya adalah DRG's. DRG's adalah pengelompokan kasus penyakit dan tindakun. DRG's membutuhkan clinical pathway, Clinical Pathway adalah suatu alur proses kegiatan pasien dari mulai masuk sampai ke[uar. Dari clinical pathway kita mendapatkan cost of treatment-nya berdasarkan utilisasi dalam clinical pathway tersebut dengan unit cost yang ada di per tahapan. Belurn adanya penelitian cast of tnatment beroasarkan clinical pathway pada partisi other. Tindakan ESWL diagnosa batu ginjal merupakan salah salu yang termasuk partisi other. ESWL sendiri merupakan kedua terbanyak yang termasuk tindakan other di RS Pusat Pertarnina. Dan batu ginjal menernpati urutan kedua penyakit terbanyak di bagian urologi.

Fee for service payment system makes health services cost increase. Things to he done in order to control health services cost containment. One of the way is prospective payment system. It means that the health provider are being paid before the service is given and had already knows the medical services and the length of stay of the service. One of the form is DRG's. DRG's is a group 'If diagnoses that is related. DRG 's needs clinical pathway. Clinical Pathway is the pathway of the patient from entering to family ending treatment. Based on its clinical pathway we get cost of treatment based on utilization of the clinical pathway and the cost unit in the steps of clinical pathway. There has been no research in cost of treatment based on its clinical patlrway in other partition. ESWL diagnose calculus of kidney is one of the other partition, ESWL is the second most high other parturition at Central Pertamina Hospital. An also Calculus of kidney is the second most high diagnose at the urology department. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32381
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Iswanto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes R. Wibowo
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat terapi perkusi mekanik inversi pada penderita batu kaliks inferior ginjal pasca ESWL.
Suatu uji klinis terkontrol dilakukan terhadap 40 penderita batu kaliks inferior ginjal yang menjalani terapi Extra Corporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) di RSCM Jakarta dan masih terdapat sisa batu dengan ukuran 4 mm, antara bulan Desember 2002 hingga Desember 2003. Secara acak, penderita penelitian dimasukkan ke dalam kelompok terapi (dilakukan terapi perkusi mekanik inversi) dan kelompok non terapi (tidak dilakukan terapi perkusi mekanik inversi). Keberhasilan terapi ditentukan dengan adanya pergerakkan fragmen batu dan keadaan bebas batu yang dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Uji kemaknaan menggunakan Pearson Chi Square cross tabulation dengan nilai p < 0,05 dianggap bermakna.
Hasil penelitian menunjukkan dari 20 orang kelompok terapi, 14 orang (70%) terjadi pergerakkan fragmen batu dan tercapai keadaan bebas batu segera setelah terapi dilakukan, sedangkan 6 orang (30%) tidak terjadi pergerakkan fragmen batu, sedangkan dari 20 orang kelompok non terapi, 13 orang (65%) terjadi keadaan bebas batu dan 7 orang (35%) tidak terjadi keadaan bebas batu, sehingga secara statistik hal ini tidak bermakna (p>0,05). Penelitian ini jugs menunjukkan dari 20 orang kelompok terapi terdapat 13 ()rang (65%) mempunyai ukuran sisa batu 2-4 mm dan 1 prang (5%) dengan ukuran sisa batu 1-2 mm sedangkan pada 20 prang kelompok non terapi terdapat 7 orang (35%) mempunyai ukuran sisa batu 2-4 mm dan 6 prang (30°Io) dengan ukuran sisa batu 1-2 mm yang mencapai keadaan bebas batu, secara statistik hal ini tidak terdapat hubungan bermakna (p . 0,05).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan baik dilakukan atau tidak dilakukan terapi perkusi mekanik inversi, keduanya dapat mencapai keadaan bebas batu pada penanganan batu kaliks inferior ginjal pasca ESWL, sedangkan ukuran sisa batu pasca ESWL tidak mempengaruhi keadaan bebas batu.

The purpose of this study is to know the benefit of mechanical inversion therapy for lower pole kidney stone after shock wave lithotripsy in Cipto Mangunkusumo hospital.
A clinical control trial has been done to 40 patients with stone in the lower pole of the kidney who had undergone ESWL treatment with residual stone less than 4 mm in CiptoMangunkusumo hospital between December 2002 to December 2003. Randomly the patients were divided into 2 groups, one of which is with mechanical percussion inversion therapy and the other is without. Successful treatment is based on stone fragment movement and stone free condition which were examined by KUB photos. Pearson chi square tabulation probability test is used with p value less than 0,05 is considered significant.
The result showed that from 20 patients with mechanical percussion inversion therapy, 14 patients (70%) had stone free condition as soon as the treatment done, on the contrast 6 patients (30%) did not have stone fragment movement, whereas from 20 patients without treatment, 13 patients (65%) had stone free condition and 7 patients (35%) did not, so statistically this was not significant (p>0,05). This study also showed that from 20 patients with MPI therapy, 13 patients (65°Io) with residual stone of 2-4 mm and 1 patient (5%) with residual stone of 1-2 mm achieved stone free condition, whereas from control group, there were 7 patients (350/s) with residual stone of 2-4 mm and 6 patients (30%) who had residual stone of 1-2 mm achieved stone free condition. Statistically, this was also not significant (p>0,05).
In conclusion, our study revealed that stone free condition could happen with or without mechanical percussion inversion therapy for lower pole kidney stone after ESWL and the residual stone size after ESWL was not correlated with stone free rate.
Keywords: mechanical percussion inversion therapy, shock wave lithotripsy, lower pole kidney stone
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Istri Citra Dewiyani
"Pada tahun 2011 sampai tahun 2013 terdapat 48 barang dan jasa di RSUP Sanglah yang disediakan dengan cara KSO dan belum pernah dilakukan evaluasi. Salah satunya ESWL yang merupakan alat yang tinggi utilisasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan biaya antara tindakan ESWL dengan KSO dan tanpa KSO. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa biaya total tindakan ESWL lebih tinggi 1,4x dibandingkan tanpa KSO, tetapi dengan KSO ESWL mampu menjamin ketersediaan pelayanan setiap saat. Disarankan agar rumah sakit melakukan evaluasi tarif dan perjanjian dengan penyedia alat ESWL.

In the year 2011 until 2013 there were 48 equipment and services in Sanglah General Hospital were provided through joint operation with private institution and has never been evaluated, which one of its equipment is ESWL with a quite high utilization. This study used a cross-sectional design and involved qualitative approach. The study revealed that total cost of ESWL with joint operation was 1.4x higher than the cost without joint operation (own purchase) and hospital has to cover part of the cost. However, joint operation has its advantage in securing provision of service. It?s necessary for hospital to re-evaluate its agreement on rates with ESWL providers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinny Verdini
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai Efficacy Quotient EQ?? dari tindakan ESWL Extracorporeal Shockwave Lithotripsy menggunakan mesin Piezolith Richard Wolf 3000 pada batu ureter. Desain penelitian adalah metode survei yang bersifat deskriptif dan analisis multivariat. Terdapat 113 95 dari 119 pasien yang dinyatakan bebas batu setelah tindakan ESWL pertama. Didapatkan nilai EQ 0,89. Hanya ukuran batu yang mempengaruhi angka bebas batu dalam penelitian ini P < 0,05 . Disimpulkan bahwa prosedur ESWL menggunakan mesin Richard Wolf Piezolith 3000 memiliki nilai efficacy quotient dan angka bebas batu yang lebih baik daripada mesin-mesin sebelumnya dan yang sejenis.Kata KunciBatu ureter, ESWL, efficacy quotient, angka bebas bat.

ABSTRACT
The study aim was to determine the Efficacy Quotient EQ of ESWL using Piezolith Richard Wolf 3000 machine for ureteral stone. Design of study was both descriptive statistical and multivariate analytical study. From 113 95 of 119 patients were stated stone free after the first ESWL. EQ value was 0.89. Stone size was the only factor that correlated significantly with stone free rate P 0.05 . It is concluded that ESWL procedure using Richard Wolf Piezolith 3000 machine patients had better efficacy quotient and better stone free rate than previous reports using similar machines. Key WordsUreteral stone, ESWL, efficacy quotient, stone free rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Biofuling is the undesirable accumulation of microorganisms, plants, algae and animals on submerged structures espicially ship hulls...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"Pendahuluan: Meskipun penghambat enzim fosfodiesterase tipe-5 (PDE5i) memiliki
efek yang baik sebagai terapi lini pertama pada pasien dengan disfungsi ereksi (DE),
masih terdapat tingkat kegagalan sebesar 30-40%. Extracorporeal shockwave therapy
(ESWT) menjadi pilihan alternatif non-invasif yang berpotensi memberikan benefit
pada pasien yang tidak bisa mengkonsumsi PDE5i. Studi ini bertujuan untuk
membandingkan efikasi dari ESWT dengan PDE5i dalam menangani pasien DE yang
masih sensitif pengobatan, dengan menggunakan kuisioner IIEF-5 sebagai parameter
hasilnya.
Metode: Desain studi ini adalah kohort prospektif dengan sampel yaitu pasien DE yang
berkunjung ke Rumah Sakit Muhammad Diamil, Padang pada bulan Februari hingga
April 2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan
sebelumnya. Pasien yang masuk ke dalam studi ini dibagi ke dua kelompok yaitu
ESWT dan PDE5i. Terapi ESWT diberikan sesuai protokol standar satu kali per minggu
dengan interval 4 minggu dan PDE5i diberikan Tadalafil 10 mg satu kali sehari selama
4 minggu. Hasil primer yang diukur adalah perubahan skor IIEF-5 dari sebelum dan
sesudah terapi. Perubahan dari derajat keparahan DE juga diukur dalam studi ini.
Hasil: Terdapat 40 pasien yang termasuk dalam studi dari Februari hingga April 2018
yang kemudian dialokasikan ke kelompok ESWT (n=20) dan PDE5i (n=20). Usia ratarata
pasien adalah 61.7±11.8, dengan waktu median sejak keluhan dirasakan yaitu 12
(2-180) bulan. Parameter laboratorium menunjukan adanya perbedaan yang signifikan
dari kedua kelompok. Secara umum, terdapat peningkatan skor IIEF-5 sebesar 15% dari
semua pasien, dengan median skor 3 (-12-16) (p 0.003). Peningkatan skor IIEF-5
terjadi pada kedua kelompok, dengan kelompok ESWT yaitu 45% mengalami
peningkatan skor sebesar 4 (-12-16) (p 0.040); dan kelompok PDE5i yaitu 30%
dengan peningkatan skor 0 (-4-7) (p 0.049). Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan
signifikan dalam hal peningkatan skor IIEF-5 antara kelompok ESWT dan PDE5i (p
0.084).
Kesimpulan: Kedua modalitas terapi yaitu ESWT dan PDE5i merupakan terapi
independen yang efektif dalam meningkatkan skor IIEF-5 pada pasien DE. Terapi
ESWT dapat menjadi terapi alternatif yang baik pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi PDE5i, dengan memberikan hasil yang serupa dengan PDE5i.

Introduction: Though phosphodiesterase type 5 inhibitors(PDE5i) is a beneficial firstline
therapy for Erectile dysfunction (ED), failures were reported in 30-40% patients.
Extracorporeal shock wave therapy (ESWT) became a potential non-invasive option for
patients who cannot tolerate PDE5i. This study would like to compare the efficacy of
ESWT with PDE5i in treating treatment naïve ED, using IIEF-5 as an outcome
parameter.
Methods: This prospective cohort study recruited patients with ED from Muhammad
Djamil Hospital Padang within the period of February-April 2018, using predetermined
inclusion and exclusion criteria. Included patients were assigned for ESWT and PDE5i
intervention groups. ESWT were given using standardized protocol once a week
interval for 4 weeks and PDE5i were given using Tadalafil 10 mg once daily for 4
weeks. Primary outcome measure was changes in IIEF-5 score between pre and post
treatment, and improved in severity condition for each patient were reported.
Results:Forty patients treated for ED were included in the study from the period of
February-April 2018 allocated to ESWT treatment group (n=20) and PDE5i treatment
group (n=20). Patients were at mean age of 61.7±11.8, with complaints persisting for a
median time of 12(2-180) months. Laboratory parameters showed a comparable level
between two treatment groups. Overall IIEF-5 Score response of the patients was
reported to improve in 15% of the patients, with a median score improvement of 3(-12-
16) (p 0.003). Similar improvements were reported in each treatment group; ESWT in
45% of the patients with score improvement of 4(-12-16) (p 0.040); PDE5i in 30% of
the patients with score improvement of 0(-4-7) (p 0.049).However, difference in score
improvements between the ESWT group and PDE5i group were not statistically
significant (p 0.084).
Conclusion: Both ESWT and PDE5i are beneficial as independent therapy for ED in
improving IIEF-5 score of the patients. ESWT may become a treatment of choice when
patients cannot tolerate PDE5i, providing comparable outcome with PDE5i."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Willi Irawan
"ABSTRAK
Terapi Androgen Deprivation Therapy (ADT) adalah salah satu tatalaksana untuk pasien dengan kanker prostat stadium lanjut yang berhubungan dengan adanya perubahan dari komposisi masa tubuh dan mencetuskan adanya resistensi dari insulin perifer. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik, Medan sejak Juni 2014 hingga Juni 2015. Terapi ADT menyebabkan peningkatan secara signifikan sebelum dan 6 bulan sesudah pemberian kadar gula darah post prandial 121.12 21 mg/mL vs 134.64 33.35 mg/mL, p-value=0.011 dan Glycosylated hemoglobin HbA1C 5 0.5 vs 5.5 0.79 , p-value = 0.000 . Pemberian ADT selama 3 sampai 6 bulan juga secara signifikan meningkatkan kadar Trigliserida TG 104.4 38.67 vs 131.2 32.27 vs 127 33.43, p-value = 0.005 .

ABSTRACT
Therapy ADT is one of the treatments in patients with advanced prostate cancer in which has been linked to the changes in body mass composition and induction of insulin peripheral resistance in many studies. This research was conducted at Dr H. Adam Malik, Medan from June 2014 to June 2015. ADT administration is found to cause a significant elevation of 2 hour postprandial blood glucose 121.12 21 mg mL vs 134.64 33.35 mg mL, p value 0.011 and Glycosylated hemoglobin 5 0.5 vs 5.5 0.79 , p value 0.000 HbA1c after 6 months of therapy. Additionally, ADT administration within 3 and 6 months of duration had also significantly increased triglyceride TG level when compared to before treatment 104.4 38.67 vs 131.2 32.27 vs 127 33.43 respectively, P value 0.005 ."
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>