Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174188 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ronald Chandra
"Latar belakang: Sepsis merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada anak. Untuk optimalisasi tatalaksana sepsis diperlukan penanda yang dapat memprediksi kejadian sepsis, derajat keparahan dan luaran sepsis klinis.
Tujuan penelitian: Mengetahui kadar plasma Cit H3 sepsis klinis pada anak dan menganalisa hubungannya terhadap derajat keparahan penyakit dan prognostik survivalnya.
Metode penelitian: Penelitian observasional pendekatan kohort prospektif dilakukan pada anak usia satu bulan sampai 18 tahun dengan diagnosis sepsis klinis sejak Pebruari - Mei 2018 di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penilaian skor PELOD-2, pSOFA dan Cit H3 dilakukan saat diagnosis ditegakkan dan 48 jam kemudian. Mortalitas dipantau selama tujuh hari.
Hasil: Diperoleh 67 anak memenuhi kriteria dengan median kadar plasma Cit H3 1.210 800-32.160 ng/mL. Berdasarkan sepsis-3, kadar plasma Cit H3 pasien sepsis lebih tinggi dibandingkan curiga sepsis. Sensitivitas dan spesifisitas kadar plasma Cit H3 ge; 1.200 ng/mL sebagai penanda kejadian sepsis adalah 83,3 dan 75,7.
Perubahan kadar plasma Cit H3 dalam 48 jam berhubungan dengan progresifitas sepsis klinis. Citrullinated histone H3 berkorelasi dengan skor PELOD-2 r=0,338;P

Background: Sepsis is a life threatening organ dysfunction causing high morbidity and mortality in children thus, a highly predictive septic marker to forecast its severity and predict mortality is needed.
Aim: To determine plasma Cit H3 levels in clinically sepsis children and analyze its correlation with disease severity and survival rate.
Method: A prospective observational study was conducted in one month ndash 18 years old children with diagnosed clinically sepsis during February ndash April 2018 in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Evaluation of PELOD 2, pSOFA score, and Cit H3 were done when diagnosis initially made and 48 hours after. Patient rsquo s survival was observed for 7 days.
Results: Sixty seven children with clinically sepsis had median plasma Cit H3 level 1,210 800 ndash 32,160 ng mL. The plasma Cit H3 level in patients who diagnosed with sepsis sepsis 3 was higher than suspected sepsis. As marker sepsis event, plasma Cit H3 level with cut off point ge 1,200 ng mL has sensitivity 83,3 and specificity 75.5. Changes in plasma Cit H3 level in the first 48 hours was significantly correlated with changes in clinical outcome. Plasma Cit H3 level also correlated with PELOD 2 and pSOFA score. Using survival analysis, plasma Cit H3 level ge 1,200 ng mL significantly increased mortality rate.
Conclusion: Plasma Cit H3 level correlates with severity and survival rate of clinically diagnosed sepsis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azminah
"

Sirtuin 1 (SIRT1) adalah famili  kelas III dari protein histon deasetilasi (HDAC) dan reaksinya bergantung  dengan  NAD+. Aktivator SIRT1 menyerupai pembatasan kalori merupakan pendekatan terapi untuk diabetes mellitus tipe 2. Pencarian obat dapat dilakukan dengan metode  in silico untuk mempercepat dan memfasilitasi identifikasi kandidat senyawa terbaik dan karakteristik fisikokimia dan pemilihan hit-to-lead.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi senyawa tanaman obat yang menyerupai CR (calorie restriction mimetic) dari Basis Data Herbal Indonesia (HerbalDB) http://herbaldb.farmasi.ui.ac.id yang berpotensi sebagai kandidat untuk aktivator SIRT1  melalui kombinasi metode in silico dan in vitro. Pemodelan farmakofor diperoleh dengan dua cara yaitu  menggunakan ko-kristal yang terikat pada daerah allosterik SIRT1 dan senyawa-senyawa yang digunakan sebagai aktivator SIRT1. Kemudian, model ini digunakan untuk penapisan virtual dengan HerbalDB. Senyawa yang diperoleh diidentifikasi menggunakan penambatan molekul dengan program AutoDock4Zn dan simulasi dinamika molekul 50-ns menggunakan program Amber. Simulasi dinamika molekuler dianalisis menggunakan metode MM-GB(PB) SA. Senyawa yang terpilih diuji secara in vitro menggunakan uji luminesensi SIRT-GloTM.

Analisis interaksi ikatan antara ligan dan reseptor SIRT1 (PDB ID 4zzj dan 5btr) menunjukkan selektivitas ligan adanya interaksi hidrofobik pada Leu206, Ile223, Ile227. Interaksi ikatan hidrogen antara [Glu230 dengan Arg446] dan Arg234 (daerah allosterik) dengan Arg446, Val459, His473, Asp475 (daerah katalitik), karena adanya interaksi ini menjadi dekat ke arah daerah substrat. Hasil penapisan virtual menggunakan model farmakofor berbasis struktur adalah mulberrin dan model farmakofor berbasis ligan adalah gartanin, kuinidin dan kuinina sebagai prediksi terbaik aktivator SIRT1. Analisis In silico, perhitungan MM-GB(PB)SA mengkonfirmasi bahwa mulberrin, gartanin, kuinidin, kuinina menunjukkan interaksi ikatan pada daerah allosterik dan uji in vitro nilai EC50 masing-masing adalah 2,10; 1,79; 1,71; 1,14μM. Jadi, dari studi in silico dan in vitro senyawa mulberrin, gartanin. kuinidin, dan kuinina, menjadi kandidat potensial untuk aktivator SIRT1.

 


Sirtuin 1 (SIRT1) is a class III family of protein histone deacetylases involved in NAD+-dependent deacetylation reactions. It has been suggested that SIRT1 activators, in a therapeutic approach for type 2 diabetes mellitus. Drug design can be performed in silico using molecular dynamic approaches to accelerate and facilitate identification of the best compound candidates and their physicochemical characteristics and hit-to-lead selection.

This study aimed to explore and identify medicinal plant compounds calorie restriction mimetic from Indonesian Herbal Database (HerbalDB) that might potentially become a candidate for SIRT1 activators through a combination of in silico and in vitro methods. Two pharmacophore models were developed using co-crystalized ligands that allosterically bind with SIRT1 similar to the putative ligands used by SIRT1 activators. Then, these were used for the virtual screening of HerbalDB. The identified compounds were subjected to molecular docking with the AutoDock4Zn program and 50-ns molecular dynamics simulation using the Amber program. Molecular dynamics simulation was analyzed using MM-GB(PB)SA methods.  The compounds identified by these methods were tested in an in vitro study using a SIRT-GloTM luminescence assay. Interaction analysis between activator ligand and the SIRT1 receptor (PDB IDs 4zzj and 5btr) revealed the ligand’s selectivity for hydrophobic interaction at Leu206, Ile223, Ile227. Hydrogen bond interactions between [Glu230 with Arg446] and Arg234 (allosteric region) with Val459, His473, and Asp475 (catalytic region) brought them close to the bounding substrate area. Virtual screening using structure-based pharmacophores predicted that mulberrin as the best candidate SIRT1 activator. Virtual screening using ligand-based pharmacophores predicted that gartanin, quinidine and quinine to be the best candidates as SIRT1 activators. The molecular docking studies showed the important residues involved were Ile223 and Ile227 at the allosteric region. The MM-GB(PB)SA calculations confirmed that mulberrin, gartanin, quinidine, quinine showed activity at allosteric region and their EC50 in vitro values are 2.10; 1.79; 1.71; 1.14µM, respectively. Thus, mulberrin, gartanin, quinidine, and quinine, to be a potential candidate for SIRT1 activators.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
D2810
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirtana Prasetia
"Kanker serviks merupakan kanker nomor dua yang paling sering menyerang perempuan di dunia. Kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV) onkogenik. Inhibisi aktivitas Histone deacetylase (HDAC) telah diketahui sebagai strategi potensial untuk terapi kanker. SAHA merupakan inhibitor HDAC yang telah digunakan dalam terapi kanker namun masih memiliki efek samping. Modifikasi SAHA bertujuan untuk meminimalisir efek samping. Penggunaan gugus triazol pada rantai SAHA diketahui telah meningkatkan kemampuan inhibisi pada SAHA dan kurang bersifat toksik.
Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi dinamika molekul terhadap modifikasi SAHA yang terdiri dari ligan 1c, 2a, dan 2c untuk berinteraksi dengan keenam HDAC dalam kondisi yang dipengaruhi oleh pelarut. Terhadap keenam HDAC kelas II, terlebih dahulu dilakukan docking dengan satu inhibitor SAHA dan satu inhibitor modifikasi. Kemudian hasil docking tersebut dilakukan simulasi dinamika molekul untuk mengetahui afinitas inhibitor dalam kondisi tersolvasi.
Hasil dari simulasi dinamika molekul menunjukkan afinitas ligan 2c dengan HDAC 4, 6, dan 7 lebih baik dibandingkan inhibitor SAHA. Afinitas yang baik juga ditunjukkan oleh ligan 2a dan 1c pada HDAC 5 dan 9. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mendapatkan inhibitor yang lebih baik.

Cervical cancer is second most common cancer in woman worldwide. Cervical cancer caused by human papillomavirus (HPV) oncogene. Inhibition of histone deacetylase (HDAC) activity has been known as a potential strategy for cancer therapy. SAHA is an HDAC inhibitor that has been used in cancer therapy but still has side effects. SAHA modification proposed to minimize side effects. Triazole attachment on the chain of SAHA has been known to enhance the inhibition ability of SAHA and less toxic.
In this study, it will be carried out with molecular dynamic simulations of SAHA modifications consisting ligand 1a, 2a and, 2c to interact with six HDAC in hydrated conditions. To all six Class II HDAC, performed docking with SAHA and a modified inhibitor. Then the docking results were carried out molecular dynamics simulations to determine the inhibitor affinities in hydrated conditions.
Results from molecular dynamic simulations showed affinities of ligand 2c with HDAC 4, 6, and 7 were better than SAHA. Good affinity was also shown by ligand 2a and 1c on HDAC 5 and 9. The results of this study can be a reference to obtain better inhibitors.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S600
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Erlina
"Senyawa yang berperan sebagai inhibitor HDAC kelas IIa telah banyak dikembangkan sebagai obat antikanker, antiinflamasi, penyakit Huntington, human papiloma virus dan antidiabetes. Senyawa inhibitor HDAC antara lain golongan hydroxamic acid, peptida siklik, asam alifatik dan benzamide. Metode yang digunakan untuk mencari senyawa inhibitor HDAC kelas IIa salah satunya adalah melalui pendekatan farmakofor 3D berbasis ligan. Senyawa aktif HDAC4 dan HDAC7 dibuat ke dalam dataset training dan test untuk pembuatan dan validasi model farmakofor 3D berbasis ligan menggunakan LigandScout 4.09.1. Model farmakofor terbaik digunakan untuk penapisan virtual terhadap database herbaldb. Senyawa hit yang diperoleh selanjutnya dilakukan penambatan molekul menggunakan AutoDock4Zn, simulasi dinamika molekuler dan perhitungan nilai MMGB/PBSA menggunakan AMBER12. Berdasarkan hasil validasi model farmakofor 3D berbasis ligan, dipilih model farmakofor terbaik yaitu model 6 dan 10 HDAC4 dan model 1 HDAC7. Berdasarkan hasil penapisan virtual diperoleh 6 senyawa hit yaitu artocarpesin, avicularin, dimboa glucoside, eriodictin, luteolin dan mirabijalone c. Proses simulasi dinamika molekul selama 10ns menunjukan bahwa senyawa yang memiliki aktivitas terbaik yaitu senyawa artocarpesin HDAC4 , mirabijalone c dan eriodictin HDAC7. Asam amino esensial HDAC4 meliputi Asp196, Asp290 dan His198 untuk interaksi ZBG. Asam amino esensial HDAC7 meliputi Asp707, Asp801 dan His709 untuk interaksi ZBG.
Currently, compounds as the inhibitor of HDAC class IIa are developed as anticancer, antiinflammation, Huntington disease, human papilloma virus and antidiabetes. Inhibitor compounds of HDAC are mainly divided into hydroxamic acid, cyclic peptide, aliphatic acid and benzamide. 3D pharmacophore ligand based approached was used to found inhibitor compounds of HDAC class IIa. Active compounds of HDAC4 and HDAC7 were divided into training and test dataset for build and validation of 3D pharmacophore ligand based models using LigandScout 4.09.1. The best pharmacophore model, was used for virtual screening against herbaldb database. After this steps, hit compounds would be docking using AutoDock4Zn, molecular dynamic simulation, and MMGB PBSA calculation score using AMBER12. Based on the results of 3D model validation pharmacophore based ligand, selected models are models of best pharmacophore 6 and 10 HDAC4 and model 1 HDAC7. Based on the results of virtual screening, 6 hit compounds were obtained such as artocarpesin, avicularin, dimboa glucoside, eriodictin, luteolin and mirabijalone c. Molecular dynamics simulation process for 10ns indicate that the compound has the best activity are artocarpesin for HDAC4, mirabijalone c and eriodictin for HDAC7. Essential amino acids for HDAC4 include Asp196, Asp290 and His198 for ZBG interactions. Essential amino acids for HDAC7 include Asp707, Asp801 and His709 for ZBG interaction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T47080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Asshifa
"Kanker darah leukemia dan limfoma merupakan salah satu komorbid dari Coronavirus Disease 2019 (COVID-19 ) yang dapat mengurangi efektivitas vaksin. Perkembangan leukemia dan limfoma dapat dideteksi dengan menggunakan protein citrullinated histone H3 (CIT-H3) yang merupakan hasil sitrulinasi enzim peptidilarginin deiminase 4 (PAD 4) pada neutrofil. Protein CIT-H3 umumnya dapat dijadikan biomarker perkembangan kanker karena kadarnya yang mengalami kenaikan pada subjek leukemia dan limfoma. Kenaikan tersebut juga ditemukan pada subjek COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi kadar CIT-H3 dengan parameter hematologi pada subjek leukemia dan limfoma berupa hemoglobin, leukosit, trombosit, limfosit, neutrofil, serta absolute neutrophil count (ANC). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) untuk memeriksa kadar CIT-H3 dari 40 sampel serum darah subjek leukemia dan limfoma yang telah divaksinasi COVID-19 minimal sebanyak dua kali atau telah mengalami infeksi COVID-19 sebelumnya. Hasilnya didapatkan bahwa kadar CIT-H3 berkorelasi positif dengan parameter ANC (r= 0,04, p= 0,34) pada karakteristik komorbid subkelompok subjek dengan komorbid. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara kadar CIT-H3 dan ANC.

Leukemia and lymphoma blood cancer are comorbidities of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) which can reduce the effectiveness of vaccines. Metastases of leukemia and lymphoma can be detected using citrullinated histone H3 (CIT-H3) protein which is the result of citrullination of the peptidylarginine deiminase 4 (PAD 4) enzyme present in neutrophils. The CIT-H3 protein can generally be used as a biomarker for cancer metastases because of the increase in its levels in leukemia and lymphoma subjects. This increase was also found in the subject of COVID-19. This study aimed to determine the correlation of CIT-H3 levels with hematological parameters in leukemia and lymphoma subjects such as hemoglobin, leukocytes, platelets, lymphocytes, neutrophils, and absolute neutrophil count (ANC). The research was carried out using the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method to examine CIT-H3 levels from 40 blood serum samples from leukemia and lymphoma subjects who had been vaccinated against COVID-19 at least twice or had experienced previous COVID-19 infection. The results showed that CIT-H3 levels were positively correlated with ANC parameters in the comorbid characteristics of the subgroup of subjects with comorbidities (r= 0,04, p= 0,34). It can be concluded that there is a positive correlation between CIT-H3 levels and ANC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah Evi Kristin Wulandari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29027
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cipta Prio Satriyanto
"Histon deasetilase (HDAC) memiliki fungsi kritis dalam meregulasi ekspresi gen. Penelitian terkini mengungkapkan bahwa HDAC juga memiliki peranan penting dalam karsinogenesis. Oleh karenanya, penghambatan HDAC telah berkembang menjadi area riset antikanker yang menarik yang menargetkan proses-proses biologis seperti siklus sel, apoptosis, dan diferensiasi sel.
Dalam penelitian ini suatu inhibitor HDAC yang telah tersedia secara komersial, Suberoyl Anilide Hydroxamic Acid (SAHA), dimodifikasi untuk meningkatkan efikasi dan mengurangi efek samping senyawa tersebut. Bagian hydrophobic cap dan zincbinding group dari senyawa ini disubstitusi dengan senyawa berbasis boron, sedangkan daerah linker disubstitusi dengan p-aminobenzoic acid. Simulasi molecular docking terhadap SAHA dan senyawa turunannya dilakukan untuk mendapatkan ligan potensial yang memiliki nilai ΔGbinding terendah.
Analisis docking menghasilkan 8 ligan dengan ΔGbinding yang jauh lebih negatif dibandingkan standar, SAHA dan TSA, yaitu Nova2(9058064-6), Nova2(95752-88-8), Nova2(88765-82-6), Nova2(unique10), Nova2(16876-27-0), Nova2(513246-99-6), Nova2(unique80), dan Nova2(279262-23-6). Kedelapan ligan tersebut dianalisis berdasarkan sifat QSAR (quantitative structure-activity relationship), farmakologis, dan ADME-Tox (absorption, distribution, metabolism, excretion and toxicity) yang dimiliki untuk mendapatkan inhibitor potensial HDAC kelas II Homo sapiens. Proses penapisan bertahap ini menghasilkan 1 ligan terbaik, yaitu Nova2(513246-99-6), yang kemudian dipelajari lebih lanjut melalui simulasi molecular dynamics.

Histone deacetylase (HDAC) plays critical functions in the regulation of gene expression. Recent studies revelead that HDAC also has important role in carcinogenesis. The inhibition of HDAC has emerged as a new interesting area of anticancer research that targets the biological processes including cell cycle, apoptosis and differentiation.
In this research, a commercially available inhibitor of HDAC known as Suberoyl Anilide Hydroxamic Acid (SAHA) were modified in order to improve its efficacy and reduce its side effects. The hydrophobic cap and zinc-binding group of this compound were substituted by boron-based compounds, while its linker region was modified by p-aminobenzoic acid. Molecular docking simulation was conducted on SAHA and its derivatives to obtain potential ligands with the lowest ΔGbinding.
Docking analysis revealed 8 potential ligands with far more negative ΔGbinding than standards, SAHA and TSA, they are Nova2(9058064-6), Nova2(95752-88-8), Nova2(88765-82-6), Nova2(unique10), Nova2(16876-27-0), Nova2(513246-99-6), Nova2(unique80), and Nova2(279262-23-6). All of these ligands were analyzed according to their QSAR (quantitative structure-activity relationship), pharmacological analysis and ADME-Tox (absorption, distribution, metabolism, excretion and toxicity) to obtain potential inhibitor of HDAC class II Homo sapiens. This multistep screening process generated one best ligand, Nova2(513246-99-6), whis was further studied by means of molecular dynamics simulation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arry Yanuar
"ABSTRACT
Histone Deacetylase (HDAC) enzymes in the human body play an important role in the transcriptional regulation of gene expression. In the last decade, HDAC inhibitors and activators have been explored and have become known as therapeutic agents for many diseases such as osteodystrophy, neurogenerative disorders, cardiomyopathy, cancer, and diabetes. In recent years, the development of HDAC inhibitors or activators to obtain new potent lead compounds has been conducted using in vitro, in vivo, and in silico methods. Some HDAC family inhibitors and activators have been discovered. But some compounds have limitations such as not selectively binding to one of the HDAC variants. Methods: At present, through bioinformation, HDAC family sequences have been revealed, and some in silico methods such as molecular modelling (homology modelling and pharmacophore modelling), virtual screening, and molecular dynamics are widely used to find and develop new potent and selective compounds. Results: The main utilization of molecular modelling in this work is intended to complete the HDAC structure that partially lacks data regarding its amino acid monomer. Virtual screening methods are helpful in finding the best binding affinity of the test compounds. By molecular dynamic simulation, the temperature, time, and pressure can be adjusted to analyze the hydrogen bond. Conclusion: Combining these in silico approaches will be a more effective and efficient solution in finding new lead compounds for HDAC drug discovery research in the future.
"
2016
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Pratomo
"Studi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja inhibitor korosi dengan metoda uji rendam yang menyimpang dari standar NA CE, untuk mendapatkan metoda alternatif yang sederhana, akurat dan relatif murah. Kupon baja AISI 1018 direndam selama 10 hari didalam bejana gelas yang berisi fluida dari sumur produksi lapangan minyak X, bejana tersebut kemudian diletakkan didalam penangas air dengan variasi suhu 30 - 85 °C, Garam natrium bikarbonat sejumlah 10.000 ppm ditambahkan kedalam fluida uji untuk mensimulasi produksi gas CO2 . Variabel lain yang digunakan untuk mengetahui kinerja inhibitor tersebut adalah kadar inhibitor (0 - 1.000 ppm) dan jenis inhibitor (3 jenis inhibitor). Inhibitor yang digunakan sebagai variabel adalah immidazoline yang terdispersi didalam air, ethoxylated quat amine & garam pyridine yang larut didalam air, dan alkil benzene sulfonat yang larut didalam air.
Sejumlah gambar visual dari permukaan kupon dengan perbesaran 60 kali yang direndam pada suhu 60 °C dan variasi inhibitor 0 - 50 ppm, diambil untuk studi banding. Gambar visual tersebut menyatakan adanya korosi sumuran yang terjadi pada permukaan kupon yang direndam oleh larutan inhibitor, dengan urutan proteksi terhadap korosi sumuran adalah : alkil benzene < ethoxylated quat amine < immidazoline. Untuk laju korosi merata pada studi di laboratorium, kinerja yang paling baik ditampilkan oleh ethoxylated quat amine dengan urutan ethoxylated > immidazoline alkil benzene sulfonat.
Uji lapangan selama 1 bulan pada salah satu sumur produksi dilakukan untuk inhibitor jenis immidazoline dan ethoxylated quat amine. Uji ini dilakukan untuk mengkonfirmasi basil studi di laboratorium. Hasil uji lapangan menyatakan kinerja inhibitor immidazoline lebih baik daripada ethoxylated, menurunkan laju korosi merata dari 9,5 mpy menjadi 0,12 mpy dibanding dengan ethoxylated yang 0,51 mpy. Sejumiah kecil korosi sumuran pada kupon baja AISI 1018 didapat pads sumur yang diinjeksi oleh ethoxylated.
Secara umum, imidazoline adalah inhibitor yang terbaik untuk memproteksi material AISI 1018 dari serangan korosi merata dan sumuran fluida lapangan X. Dengan adanya korelasi yang cukup baik untuk data yang didapat antara studi laboratorium dan hasil di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa metoda uji rendam ini cukup representatif dan dapat dipakai sebagai prapemilihan / praevaluasi inhibitor korosi sebelum inhibitor korosi tersebut diajukan untuk ujicoba di sistem perpipaan lapangan minyak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiandra Putri Haditya
"Latar Belakang: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman berkhasiat obat asli Indonesia yang telah dilaporkan mampu menginhibisi dan mengeradikasi setiap fase biofilm Candida albicans. Faktor virulensi dari Candida albicans adalah pembentukan biofilm dan sekresi enzim proteinase. Tujuan: Mengetahui efek inhibisi dan eradikasi ekstrak etanol temulawak terhadap setiap fase biofilm Candida albicans berdasarkan aktivitas enzim proteinase. Metode: Membuat biofilm yang akan diinhibisi dengan menginkubasi Candida albicans selama 90 menit kemudian dipaparkan ekstrak etanol temulawak dan diinkubasi sesuai dengan fase pembentukan biofilm (6 jam, 24 jam, dan 48 jam). Membuat biofilm yang akan dieradikasi dengan menginkubasi Candida albicans sesuai dengan fase pembentukan biofilm (6 jam, 24 jam, dan 48 jam) kemudian dipaparkan ekstrak etanol temulawak selama 24 jam. Setelah dipaparkan oleh ekstrak etanol temulawak Candida albicans dipindahkan pada media uji aktivitas enzim proteinase berupa BSAA. Menganalisis aktivitas enzim proteinase dengan cara mengukur zona proteolysis
yang terbentuk disekitar koloni. Hasil: Pada setiap fase biofilm Candida albicans yang terinhibisi maupun tereradikasi oleh EET memiliki nilai Prz yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol negatif dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik. Kesimpulan: Adanya penurunan aktivitas enzim pada setiap fase biofilm yang terinhibisi maupun tereradikasi oleh EET dan teruji secara statistik.

Background: Java Tumeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb) is an medicinal plant from Indonesia that has been reported having inhibition and eradication effect to every phase biofilm formation of Candida albicans. Virulence factor of Candida albicans are biofilm formation and proteinase enzyme secretion. Objective: Knowing inhibition and eradication effect by Java Tumeric Ethanol Extract to every phase biofilm formation of Candida
albicans based on proteinase enzyme activity. Method: Biofilm that will be inhibited, incubating Candida albicans for 90 minutes then expose with Java Tumeric Ethanol Extract and further incubation to reach phase of biofilm formation (6 hours, 24 hours, and 48 hours). Biofilm that will be eradicated, incubation Candida albicans according to phase of biofilm
formation (6 hours, 24 hours, and 48 hours) then exposed with Java Tumeric Ethanol Extract and further incubation for 24 hours. After that, biofilm of Candida albicans moved to BSAA medium for proteinase enzyme activity assay. Analysing proteinase enzyme activity by measuring proteolysis zone seen around the colony of Candida albicans. Result: Every phase biofilm of Candida albicans that had been inhibited and eradicated by Java Tumeric Ethanol Extract has higher Prz score than negative control and statistically meaningful. Conclusion: There are reduction of proteinase enzyme activity on every phase biofilm of Candida albicans that had been inhibited and eradicated by Java Tumeric Ethanol Extract and statistically tested.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>