Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bimo Aulia Rasyid
"ABSTRAK
Penyelenggaraan pemerintahan yang otonom, seorang kepala daerah memiliki serangkaian tugas dan wewenang. Otonomi daerah dalam konteks manajemen perubahan ini telah dilakukan dengan sangat baik di beberapa daerah. Beberapa daerah yang dipimpin oleh Kepala Daerah telah berhasil mencuri perhatian sebagian besar masyarakat di Indonesia dan menjadi menarik untuk diamati. Salah satunya Kota Bogor, yang dimpimpin oleh Bima Arya Sugiarto. Kota Bogor yang selama ini dikenal dengan kota sejuta angkot dan kota hujan, kini mengenalkan identitas baru. Kini Kota Bogor dikenal dengan istilah The City Of Runners. Namun keinginan Bima Arya untuk mewujudkan kota Bogor sebagai kota wisata olahraga tidak tercantum secara eksplisit di Visi Misi Kota Bogor dan turunannya. RPJMD sebagai dasar pembangunan Kota Bogor juga tidak menjelaskan konsep tersebut. Meskipun terdapat peluang untuk mewujudkan konsep ini jika dilihat dari tujuan RTRW Kota Bogor. Terdapat kesenjangan antara visi Bima Arya yang dengan peraturan yang ada di Kota Bogor dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Tujuan Wisata Olahraga. Melalui analisis Soft System Method SSM penelitian ini ingin melihat bagaimana gaya kepemimpinan Bima Arya dalam mengelola perubahan, melihat gap visi dan misi serta RPJMD RTRW Kota Bogor dengan kinerja Bima Arya dalam mengelola perubahan menuju kota tujuan wisata olahraga. Selain itu juga untuk memberikan alternative strategi yang akan diambil Bima Arya dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Narasumber pada penelitian ini ialah Bima Arya sebagai kepala daerah klien, anggota legislative Kota Bogor dan komunitas olahraga atau runners sebagai user pada konteks ini. Tergambar Gaya kepemimpinan Bima Arya dalam mengelola perubahan dan 5 rekomendasi alternatif untuk menuju Kota Tujuan Wisata Olahraga

ABSTRACT
The conduct of an autonomous government, a regional head has a series of duties and powers. Regional autonomy in the context of change management has been done very well in some areas. Several areas led by the Head of Region have managed to steal the attention of most people in Indonesia and become interesting to observe. One of them is Bogor City, led by Bima Arya Sugiarto. Bogor city which is known as the city of a million angkot and the rain city, is now introducing a new identity. Now the city of Bogor known as The City Of Runners. But Bima Arya desire to realize the city of Bogor as a sports tourism city is not listed explicitly in the Vision mission of Bogor City its derivatives. RPJMD as the basis for the development of Bogor City also does not explain the concept. Although there are opportunities to realize this concept when viewed from the purpose of RTRW Bogor City. There is a gap between the vision of Bima Arya with the existing regulations in the city of Bogor in realizing the city of Bogor as the City of Sport Tourism Destination. Through Soft System Method SSM analysis, this research wants to see how the leadership style of Bima Arya in managing change, to see the vision and mission gap and RPJMD RTRW Bogor City with Bima Arya performance in managing the change to sports destination city. In addition, to provide alternative strategies to be taken Bima Arya by using the method of Analytical Hierarchy Process. Resource persons in this study are Bima Arya as the head of the region client, legislative members of Bogor City and sports community or runners as users in this context. Bima Arya's leadership style in managing change and 5 alternative recommendations to get to the Sports Tourism Destination City."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Andara Subiantoro
"ABSTRAK
Perkembangan lingkungan yang begitu pesat membuat sebuah tuntutan kepada kepala daerah untuk dapat bisa beradaptasi dan tetap memenuhi tuntutan masyarakat yang terus berubah seiring berubahnya lingkungan. Bupati Dedi Mulyadi dalam kepemimpinannya disebut-sebut dapat membawa perubahan yang lebih baik untuk Kabupaten Purwakarta. Namun, kepemimpinan yang dijalankannya ini masih terdapat penolakan masyarakat terkait kebijakannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Kapabilitas Kepemimpinan Bupati Dedi Mulyadi dalam Pemerintahan Kabupaten Purwakarta Periode 2013-2018 menggunakan teori kapabilitas dinamis dalam dynamic governance yang dikemukakan oleh Neo Boon Shiong dan Geraldine Chen. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivist dan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi ini telah memiliki kapabilitas dinamis dalam menjalankan pemerintahannya. Kendati demikian, kapapbilitas dinamis yang dimiliki ini belum sepenuhnya terpenuhi terdapat beberapa dimensi yang tidak terpenuhi dan beberapa masalah dalam pelaksaannya.

ABSTRACT
The rapid development of the environment makes a claim to the head of the region to be able to adapt and continue to meet the demands of a changing society as the environment changes. Regent Dedi Mulyadi in his leadership mentioned can bring a better change for Purwakarta District. However, the leadership he runs there are still community rejection because of his policy. Based on these problems, this study aims to describe the Leadership Capability of Regent Dedi Mulyadi in Purwakarta Regency Government for the period 2013 2018 using dynamic capability theory in dynamic governance proposed by Neo Boon Shiong and Geraldine Chen. This research uses post positivist paradigm and data collection through in depth interview and literature study. The results showed that the leadership conducted by Dedi Mulyadi has had a dynamic capability in running his government. Nevertheless, this dynamic capability has not been fully met there are some unfulfilled dimensions and some problems in the implementation."
2016
S68600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan sistem politik, sebaran teknologi informasi, dan modus komunikasi berdampak terhadap praktik kepemimpinan di Indonesia. Model kepemimpinan menjadi mekanisme digital karena disokong oleh program desain grafis, pengumpulan sampling, dan struktur birokrasi formal. Impersonalitas adalah jebakan untuk menghapuskan nilai humanitas dalam kepemimpinan. Konsep impersonalitas dan humanitas itu akan direfleksikan terhadap semboyan "Ora Korupsi Ora Ngapusi" yang digunakan di Jawa Tengah periode 2013-2018. Analisis didasarkan pada penandaan semiotik Richard Rorty dan direfleksikan secara penafsiran dan interpretasi-atau disebut secara hermeneutis. Temuan yang diperoleh, semboyan tersebut menghasilkan empat penandaan humanitas. Pertama, sebagai medium komunikasi dengan pendengar yang telah diidentifikasi sebagai orang Jawa. Kedua sebagai medium tanda yang memuat nilai tertentu. Ketiga sebagai simbol yang berisi pesan-pesan yang menggambarkan sikap yang tegas. Keempat sebagai medium strategi, yakni kemampuan membedakan diri dengan para pesaing. Direkomendasikan, kepemimpinan tidak berhenti pada penciptaan nilai. Sebagai strategi kepemimpinan, semboyan tersebut mestinya harus bisa diterapkan dalam proyek internalisasi nilai-nilai dari pemimpin kepada anggota agar bisa keluar dari impersonalitas."
330 ASCSM 25 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria
"Kota Serang memiliki destinasi wisata utama Kawasan Banten Lama yang merupakan cagar budaya perkotaan dengan sebutan urban heritage. Tingginya jumlah wisatawan yang datang mendorong pembangunan fasilitas penunjang wisata. Keberadaan fasilitas menyesuaikan tempat yang mungkin banyak dikunjungi wisatawan dan berdampingan dengan fasilitas lain. Hal ini akan menimbulkan pengelompokan dari masing-masing jenis fasilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola distribusi spasial fasilitas wisata yang terbentuk di sekitar Kawasan Banten Lama serta menganalisis keterkaitan pola distribusi spasial fasilitas wisata terhadap jaringan jalan dan penggunaan lahan di Kawasan Banten Lama, Kota Serang, tepatnya di Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, dan Benteng Speelwijk. Metode analisis yang digunakan Nearest Neighbor Analysis dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pola distribusi spasial fasilitas wisata di Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, dan Benteng Speelwijk berpola clustered. Adapun jenis fasilitas yang tersebar mengelompok tersebut berupa fasilitas primer, sekunder, dan kondisional. Diketahui pula bahwa fasilitas wisata cenderung memanjang mengikuti jaringan jalan dan dominasi fasilitas primer berada di penggunaan lahan cagar budaya, sedangkan dominasi fasilitas sekunder dan kondisional berada di penggunaan lahan pemukiman, perdagangan dan jasa serta sarana prasarana.

Serang City has a main tourist destination in the Banten Lama region which is an urban cultural heritage known as urban heritage. The high number of tourists who come encourages the construction of tourism supporting facilities. The existence of facilities adjusts to places that may be visited by many tourists and side by side with other facilities. This will lead to a grouping of each type of tourist facilities. This study aims to analyze the spatial distribution pattern of tourist facilities formed around the Banten Lama region and analyze the relationship between the spatial distribution pattern of tourist facilities on the road network and land use in the Banten Lama region, Serang City, to be precise at the Banten Grand Mosque, Surosowan Palace, and Benteng Speelwijk. The analytical method used is Nearest Neighbor Analysis and descriptive analysis. The results showed the spatial distribution pattern of tourist facilities at the Great Mosque of Banten, Surosowan Palace, and Speelwijk Fort with a clustered pattern. The types of facilities that are spread out in groups are primary, secondary, and conditional facilities. It is also known that tourist facilities tend to extend following the road network and the dominance of primary facilities is in the use of cultural heritage land, while the dominance of secondary and conditional facilities is in the use of residential land, trade and services and infrastructure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmadea Ghafari
"Kota Bogor merupakan kota yang pariwisatanya sedang dikembangkan pada saat ini. Dalam upaya pengembangan pariwisata di Kota Bogor, diperlukan penelitian yang mengkaji tentang pola pergerakan wisatawan di Kota Bogor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif keruangan untuk mengetahui pola pergerakan, analisis statistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan, dan analisis cross tabulation untuk mengetahui hubungan antara pola pergerakan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wisatawan yang mengunjungi objek wisata di Kota Bogor bergerak dengan 4 jenis pergerakan, yaitu pola single point, base Site, stop over, dan chaining loop, dengan mayoritas wisatawan yang bergerak dengan jenis pergerakan single pattern. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan, mayoritas wisatawan yang berwisata ke Kota Bogor berusia 18-25 tahun, berasal dari wilayah Jabodetabek, berjenis kelamin perempuan, merupakan repeater atau wisatawan yang sebelumnya telah mengunjungi Kota Bogor, memiliki motivasi restorasi, dan berwisata bersama keluarga. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan sendiri seperti faktor geografis, demografis, dan perilaku, didapatkan bahwa, walaupun seluruh wisatawan yang dikaji pada penelitian ini mewakili seluruh kategori yang tercantum pada semua faktor yang mempengaruhi pola pergerakan, tetapi tetapi hampir keseluruhan dari mereka tetap bergerak dengan pola single point  dan Base Site.

Bogor City is a city whose tourism is currently being developed. In an effort to develop tourism in the City of Bogor, research is needed that examines the patterns of tourist movements in the City of Bogor, and the factors that influence tourist characteristics. This study uses descriptive spatial analysis to determine movement patterns, statistical analysis to determine the factors that influence tourist characteristics, and cross tabulation analysis to determine the relationship between movement patterns and the factors that influence the factors that influence tourist characteristics. The results of this study indicate that tourists visiting tourist attractions in Bogor City move with 4 types of movement, namely single point, base site, stop over, and chaining loop patterns, with the majority of tourists moving with a single pattern type of movement. From the factors that influence the characteristics of the tourists, the majority of tourists visiting Bogor City are aged 18-25 years, come from the Greater Jakarta area, are female, are repeaters or tourists who have previously visited Bogor City, have restoration motivation, and are traveling with family. For the factors that influence the tourist characteristic such as geographic, demographic, and behavioral factors, it was found that, although all tourists studied in this study represent all categories listed on all factors that influence movement patterns, almost all of them still move with single point pattern and base site."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nuraeni
"Nama geografi memainkan peran penting dalam menghubungkan nilai-nilai warisan budaya takbenda dengan identitas dan karakteristik suatu kota. Selain itu, potensi pusaka yang terkandung dalam nama geografi turut memperkuat identitas Kota Bogor sebagai kota pusaka. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan tipologi nama geografi, mensintesa perubahan nama geografi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut, serta merumuskan pola spasial temporal nama geografi di Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Nama geografi beserta informasi penunjangnya diperoleh dari berbagai sumber seperti, artikel, dokumen resmi, arsip sejarah, kamus, peta Bogor multitemporal tahun 1880 hingga 2023. Penelitian ini juga menggunakan wawancara dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan pendekatan etimologi, sejarah, dan spasial untuk mengungkap makna nama geografi, jenis dan alasan perubahan nama geografi, serta distribusi temporalnya. Hasil klasifikasi dan tipologi menunjukkan bahwa nama geografi historis didominasi oleh nama geografi descriptive dan copied, sementara nama geografi kini didominasi oleh nama geografi descriptive dan eponymous. Nama geografi descriptive umumnya terdapat pada objek bangunan pemerintahan, fasilitas penelitian, dan fasilitas pendidikan yang terkonsentrasi di Kawasan Permukiman Eropa dan Kawasan Perluasan Barat, yang merupakan kawasan dekat pusat pemerintahan. Nama geografi copied dan eponymous sebagian besar ditemui pada objek jalan di hampir seluruh Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Faktor politik, perubahan fungsi, dan perubahan status muncul sebagai merupakan alasan utama perubahan nama geografi di seluruh Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Perubahan nama geografi yang dilatarbelakangi faktor politik lebih banyak diterapkan hodonim (nama jalan), menunjukkan bahwa jalan memiliki peran signifikan dalam mencerminkan kekuatan politik dan menyampaikan pesan penghargaan. Jenis perubahan nama dan perubahan terikat merupakan yang dominan di Kawasan Permukiman Eropa dan Kawasan Perluasan Barat. Pola sebaran nama geografi di Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor untuk hodonim memiliki pola acak, sementara oikodonim (nama bangunan) memiliki pola acak pada masa kolonial 1 hingga kolonal 2, dan berubah menjadi pola mengelompok mulai masa kolonial 3 hingga kini.

The geographical names play a crucial role in connecting the values of intangible cultural heritage with the identity and characteristics of a city. Moreover, the potential heritage embedded in geographical names also reinforces the identity of Bogor City as a heritage city. This research aims to analyze the characteristics and typology of geographical names, synthesize changes in geographical names and their influencing factors, and formulate the spatial-temporal patterns of geographical names in the Cultural Heritage Area of Bogor City. Geographical names and their supporting information were obtained from various sources, such as articles, official documents, historical archives, dictionaries, and Bogor multitemporal maps, from 1880 to 2023. The research also incorporated interviews and field observations. Data analysis utilized etymological, historical, and spatial approaches to reveal the meanings of geographical names, the types and reasons for changes in geographical names, and their temporal distribution. The results of classification and typology indicate that historical geographical names are predominantly descriptive and copied, while contemporary geographical names are mostly descriptive and eponymous. Descriptive geographical names are commonly associated with government buildings, research facilities, and educational facilities concentrated in the European Settlement Area and the West Expansion Area, which are near the center of government. Copied and eponymous geographical names are predominantly found on street objects throughout the Cultural Heritage Area of Bogor City. Political factors, functional changes, and status changes emerge as the main reasons for geographical name changes throughout the Cultural Heritage Area of Bogor City. Changes in geographical names influenced by political factors are frequently implemented in hodonyms (street names), underscoring the significant role of streets in reflecting political power and conveying messages of appreciation. Types of name changes and bound changes are dominant in the European Settlement Area and the West Expansion Area. The distribution pattern of geographical names in the Cultural Heritage Area of Bogor City for hodonyms follows a random pattern, while oikonyms (building names) follow a random pattern from period colonial 1 to colonial 2 and transition to a clustered pattern from period colonial 3 to the present."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butar Butar, Herry Fernandes
"ABSTRAK
Pentingnya untuk memperhatikan perkembangan anak dan menjamin kehidupan mereka adalah salah satu indikator kemajuan sebuah negara. Tanpa adanya generasi penerus yang berkualitas, negara menjadi stagnan ataupun lambat berkembang. Negara menjadi kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan jaman. Anak yang sangat rentan terhadap perlakuan yang tidak baik dan eksploitasi disebabkan karena mereka belum dapat menentukan hidupnya sendiri, keterbatasan intelegensianya, kesadaran berpikirnya, fisik, juga kedudukan sosialnya. Salah satu yang perlu disoroti dalam permasalahan seputar anak adalah masih adanya anak yang dipekerjakan. Dalam usianya, anak masih perlu mendapatkan pendidikan, kebebasan beraktifitas yang dapat mendorong kecerdasan berpikir, emosional dan motoriknya, serta mendapatkan hak-hak lainnya sebagaimana yang dibutuhkan pada masa usianya. Fenomena pekerja anak ditengarai sebagai dampak dari faktor kemiskinan. Namun, tidak menutup kemungkinan disebabkan karena ketidakmampuan dan kurangnya pengetahuan orang tua dalam pengasuhan anaknya. Permasalahan anak menjadi isu global yang perlu diperhatikan, karena tidak hanya terjadi di negara Indonesia. Salah satu komitmen global yang dilakukan adalah melalui deklarasi dokumen berjudul A World Fit for Children atau disebut Dunia Layak Anak dan diimplementasikan oleh negara Indonesia diantaranya program Kabupaten/Kota Layak Anak. Dalam konsep kriminologi kesejahteraan yang dipakai dalam penulisan ini, negara memiliki peran yang krusial utamanya dalam melakukan sosialisasi, regulasi, fasilitasi, dan sanksi. Namun, mengatasi problema anak, belum tentu dapat ditanggulangi dengan peran mutlak negara, tapi juga keseimbangan peran bersama institusi lainnya.

ABSTRACT
Look after childrens development and make sure their safety is very important and one of many indicators that nation already developing. A country without a qualified successor generation will becomes stagnant and retarded. The country also becomes lack of qualified human resources in current development. The childrens possibility to be exploited and being harrased because they have not been able to determine his own life, since of the limitations of intelligence, awareness of thinking, physical, as well as social position. One that needs to be highlighted in issues surrounding the child is the existence of a child who is employed. In his age, a child still needs to get education, freedom activities that can encourage his thinking, emotional and motoric intelligence, also fullfilled his rights. The phenomenon of child labor is suspected as the impact of poverty. However, it is possible due to the inability and lack of parental knowledge in child care. Child 39 s issues become the global attention, not only in Indonesia. One of the global commitments for child 39 s issues is through the document entitled A World Fit for Children . It implemented by the government of Indonesia with the policy called A City Fit For Children Kota Layak Anak . In the concept of welfare criminology that used in this paper, the state has a crucial role in socialization, regulation, facilitation, and sanctions. In the concept of welfare criminology used in this paper, the state has a crucial role in socialization, regulation, facilitation, and sanctions. However, the role of state not the only way to resolve child 39 s issues, but also by the participation of other institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Zahra Ramadhini
"Kajian mengenai Urban Cool Island (UCI) dapat digunakan untuk merencanakan pembangunan ruang terbuka hijau secara efektif sehingga suatu perkotaan dapat meningkatkan kegiatan memonitor dinamika perubahan iklim dalam rangka membangun kota yang tangguh terhadap perubahan iklim mikro. Penelitian ini memanfaatkan penginderaan jauh untuk mengamati pembangunan di Kota Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi spasial UCI dan berbagai indeks spektral (NDVI, NDBI, SAVI, dan MNDWI) pada lokasi wisata alam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 8 OLI/TIRS. Citra didapatlan dan diolah menggunakan Arcgis Pro dan divalidasi menggunakan data lapangan. Pengolahan UCI dilakukan dengan perhitungan ambang batas atau threshold. Seluas 2.375 hektar mengalami fenomena UCI dan seluruh lokasi wisata alam termasuk ke dalam UCI. Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh SAVI, NDBI, dan MNDWI terhadap fenomena UCI pada lokasi wisata alam. Ketiga variabel tersebut memberikan pengaruh terhadap fenomena UCI yang terjadi di lokasi wisata alam sebesar 49,6% dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Korelasi yang terbentuk antara SAVI dan MNDWI merupakan korelasi negatif yang cukup kuat.

The study of Urban Cool Island (UCI) can be used to effectively plan the development of green open space so that a city can increase activities to monitor climate change dynamics in order to build a city that is resilient to microclimate change. This research utilizes remote sensing to observe development in South Tangerang City. The purpose of this study is to analyze the spatial distribution of UCI and various spectral indices (NDVI, NDBI, SAVI, and MNDWI) at natural tourism sites. The data used in this study are Landsat 8 OLI/TIRS images. Images were obtained and processed using Arcgis Pro and validated using field data. UCI processing is done by calculating the threshold. An area of 2.375 hectares experienced the UCI phenomenon and all natural tourism sites were included in the UCI. Regression analysis was used to see the influence of SAVI, NDBI, and MNDWI on the UCI phenomenon at natural tourism sites. The three variables influence the UCI phenomenon that occurs in natural tourism sites by 49,6% and the rest is influenced by other variables. The correlation formed between SAVI and MNDWI is a fairly strong negative correlation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
499.221 FON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Zahara
"ABSTRAK
Fonologi Bahasa Bima dialek Bima (BBDB) belum pernah diteliti orang, padahal banyak unsur fonologi yang menarik untuk dibicarakan di dalamnya. Adapun ciri-ciri fonologi bahasa Bima secara umum telah ada beberapa orang sarjana yang membicarakannya, walaupun hanya sepintas lalu. Mereka tidak menjelaskan dialek mana atau ragam apa yang mereka bicarakan . Sehingga sampai sekarang belum ada rumusan yang jelas mengenai deskripsi fonolog i bahasa yang d ipakai di kabupaten Bima. Dalam penelitian ini saya membicarakan deskripsi fonologi bahasa Bima dengan memilih salah satu dialek bahasa Bima dari lima dialek yang ada, sebagai titik pengamatan yaitu Bahasa Bima dialek Bima.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mencari unsur-unsur fonologi BBDB. Unsur-unsur fonologi tersebut saya analisis menjadi tiga bagian, yaitu analisis fonetik, fonemik din fonotaktik. Analisis fonetik menyelidiki bunyi-bunyi BBDB yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, analisis fonemik mencari fonem-fonen BBDB, dan analisis fonotaktik untuk mencari pola suku kata.
Penelitian ini berguna untuk memberi sumbangan terha_dap i lmu fonologi melalui informasi unsur-unsur fonologi BBDB, juga memberi kan sumbangan bagi pemahaman tentang deskripsi fonologi BBDB.
Dari penelitian ini secara garis besar dapat disimpulkan:
(1) BBDB memiliki bunyi yang dihasilkan dengan arah arus udara ingresi yang foneris, yaitu [ b< ] dan [ d< ]; (2) BBDB memiliki fonem glotal / ? / dan tidak memiliki diftong; (3) Deret vokalnya merupakan vokal rangkap; (4) semua kata dalam BBDB berakhir dengan vokal; (5) semua fonem vokal mempunyai alofon lebih dari satu; (6) jika dibandingkan dengan Bahasa Indonesia, BBDB tidak memiliki fonem /e /. / y /, dan / n /; (7) pola suku katanya adalah V, KV, KKV; (8) terdapat gejala penghilangan vokoid dalam kata, frase, maupun klausa."
1990
S11151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>