Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Valentino Haksajiwo
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit RK Charitas dituntut untuk segera meningkatan kualitas karena masih menghadapi berbagai permasalahan seperti terjadinya penumpukan pasien, lamanya waktu pelayanan, dan tingginya keluhan pasien. Lean thinking telah berkembang menjadi metode yang banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi berbagai masalah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi arus pasien IGD saat ini, (2) untuk mengidentifikasi dan menghilangkan proses yang tidak bernilai, dan (3) mengusulkan future state value stream map (VSM). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan action research. Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung keseluruhan aktivitas di IGD untuk memetakan current state VSM, dan mengidentifikasi waste serta menentukan value added dan non value added activity. Simulasi dilakukan untuk mengurangi aktivitas non value added yang dapat dihindari sebagai dasar pengajuan future state VSM. Hasil penelitian ini menemukan 38 aktivitas yang dilakukan oleh pasien di IGD RS RK Charitas, rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien adalah 405 menit dan kegiatan yang paling memakan waktu adalah menunggu transfer ke rawat inap. Setelah waste dieliminasi, seluruh proses aktivitas di IGD turun dari 38 menjadi 29 aktivitas saja serta terjadi peningkatan value added sebesar 17,97%. Keseluruhan hasil tersebut menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa penerapan lean thinking di IGD RS Charitas telah terbukti mereduksi waste dan meningkatkan value added. Penerapan future state VSM dalam jangka pendek, menengah dan panjang meliputi antara lain aplikasi 5S, membuat sistem informasi emergensi di unit radiologi dan mengubah layout triase adalah rekomendasi yang diajukan dari penelitian ini.

Emergency department (ED) face problems with overcrowding, access block, cost containment, and increasing demand from patients. In order to resolve these problems, there is rising interest to an approach called "lean thinking". This study aims to (1) evaluate the current patient flow in ED, (2) to identify and eliminate the non-valued added process, and (3) to propose a future state value stream map (VSM). It was a qualitative study. The first step is we observe the whole activity in ED and make a current state VSM, than we apply lean thinking to find waste and identify value added and non value added activity. The last step is to eliminate the avoidable non value added activity and propose the future VSM Among all the processes carried out in ED at RK Charitas Hospital, the most time consuming processes were to wait for an admission bed (boarding). After the waste is eliminated, the entire process of activity in the ER drops from 38 to 29 activities only. Value added activity increased by 17.97%. The application of lean thinking hopefully can improve the patient flow in ED. Acquiescence to the principle of lean is crucial to enhance high quality emergency care and patient satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsono Santoso
"Bagian Gawat Darurat merupakan pintu gerbang dan cermirmya suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan cepat, tepat, profesional tanpa mengabaikan keamanan pasien. Dengan kompleksnya permasalahan yang ada maka perlu diadakan penelitian untuk mengetahui gambaran pengelolaan pelayanan serta faktor input dan faktor proses yang mempengaruhi pengelolaan pelayanan di Bagian Gawat Darurat R S RK. Cbaritas Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pemecahan masalah yang di!akuk.an di BGD RS RK Cbaritas pada bulan Maret sampai April 2008 melalui wawaneara mendalarn, observasi langsung, dan telaah dokumen.
Hasil penelitian dengan mempergunakan problem priority matrix untuk memprioritaskan pemecahan masalah berdasarkan besarnya manfaat yang diperoleh dengan usaha yang dibutuhkan maka didapatkan lima permasalahan yang menduduki tiga rangking pertama yaitu lamanya waktu penjemputan pasien rawat inap, kualitas dokter jaga dan perawat BGD yang kurang jumlah perawat BGD kurang, pelaksanaan triase belum baik di BGD RS RK Charitas Palembang.
Disarankan adanya kordinasi antara direktorat medis dan keperawatan untuk mempercepat proses penjemputan pasien rawat inap, memberikan pendidikan dan pelatihan untuk dokter jaga dan perawat BGD, menambah tenaga perawat BGD mempertegas pelaksanaan triase dan membuka poli insidentil dekat BGD pada saat poli rawat jalan tutup.

The Emergency Department (ED) has already known as the gateway and the reflection of services given by the hospital which is suppose to be fast accurate and qualified without neglecting the pntient's safety. As the problem is more and more complicated regarding to services at the ED, therefore, a study is needed in order to explore how the quality of the service management is, as well as the input and process factors influenced at the ED of RK Charitas Hospital of Palembang. The research is a qualitative study with the Problem Solving Approach as the strategy of the study. The study is carried out at the ED of RK Charitas Hospital from March to April 2008 with an in-depth interview, direct observation and documents assessment (secondary data exploration), as the method of infonnation eolleetion.
The study is using the Problem Priority Matrix in order to find the problem solving prioritizing base on the magnitude of benefit yielded from effort required. There are five problems in the three first order, namely ; time for picking-up inpatient care at the ED still too long, inadequate quality of doctor and nurse at the ED, in adequate amount of nurses, and inadequancy on triase implementation at the ED of RK Charitas Hospital of Palembang.
It was suggested the existence of coordination between medical directorates and nursing to minimize time of patient?s transfer from ED to inpatient care unit, giving education and training for doctor and nurse at ED, adding nurse worker at ED, assuring triase implementation and opening an incidental unit near ED at the time of outpatient unit is closed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11520
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Lidya Merybeth
"Pendahuluan: Instalasi gawat darurat (IGD) sebagai unit yang sangat penting di rumah sakit memiliki banyak masalah terkait indikator mutu antara lain peningkatan 20,9% length of stay (LOS), adanya 2,2% pasien yang tidak mendapatkan triase, 8,6% pasien yang mendapatkan kejadian medis yang dapat dicegah dan angka kematian sebesar 14,6%. Permasalahan ini harus diselesaikan agar tidak menganggu kinerja IGD dan rumah sakit, salah satu caranya adalah menggunakan lean thinking. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lean tools yang paling banyak digunakan dan dampaknya pada indikator mutu di IGD.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan penelusuran studi melalui database PubMed, Scopus dan EBSCO yang menghasilkan 19 studi terinklusi dari tahun 2011-2021.
Hasil: Penelitian ini menemukan sebagian besar IGD di studi terinklusi berhasil meningkatkan indikator mutunya melalui implementasi lean thinking. Lean tools yang paling banyak digunakan adalah Value Stream Mapping (VSM) pada fase define dan kaizen pada fase improve, sedangkan indikator mutu yang paling banyak digunakan adalah door to doctor time sebagai luaran primer dan length of stay (LOS) sebagai luaran sekunder.

Introduction: The emergency department (ED) as a very important unit in the hospital has many problems related to quality indicators, including an increase of 20.9% length of stay (LOS), 2.2% of patients who did not receive triage, 8.6% of patients who get preventable medical events and the mortality rate is 14.6%. This problem must be resolved so as not to interfere with the performance of the ED and hospital, one of the solutions is to use lean thinking. Therefore, this study aims to determine the most widely used lean tools and their impact on quality indicators in the ED.
Methods: This study used a literature review method by tracing studies through the PubMed, Scopus and EBSCO databases which resulted in 19 included studies from 2011-2021.
Results: This study found that most of the ED in the included study succeeded in improving their quality indicators through the implementation of lean thinking. The most widely used lean tools are Value Stream Mapping (VSM) in the define phase and kaizen in the improve phase, while the most widely used quality indicators are door to doctor time as the primary outcome and length of stay (LOS) as the secondary outcome.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Hariyasa Sanjaya
"Penanganan kasus gawat janin dengan sistem code green bertujuan mempercepat response time evakuasi janin ke luar rahim. Sistem code green telah dilaksanakan sejak tahun 2007 di Instalasi Rawat Darurat RSUP Sanglah Denpasar. Namun demikian belum pernah dilakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan penerapan sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem code green dengan pendekatan kualitatif dan disain studi kasus. Pengumpulan data primer dan sekunder didapat melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Theory of Constraints yang memandang sistem sebagai kesatuan mata rantai. Evaluasi juga dilakukan dengan menganalisis enam variabel pada diagram Ishikawa (fishbone diagram) meliputi man, method, material, machine, management dan milieu.
Penelitian ini menemukan pemanjangan response time dalam sistem code green pada tahap penegakan diagnosis sampai menghubungi announcer sebagai the weakest link dari penerapan sistem. Variabel yang menyebabkan the weakest link dari sistem ini adalah sumber daya manusia yakni ketiadaan dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP) di tempat kerja Ketiadaan DPJP (tidak on site) dalam penerapan sistem code green, terutama pada tahap pelayanan pertama yaitu penegakan diagnosis sampai menghubungi announcer berakibat fatal mengingat adanya keharusan bagi dokter residen kebidanan melaporkan dan meminta ijin terlebih dahulu kepada DPJP. Penelitian ini menyarankan agar pihak manajemen RSUP Sanglah Denpasar mengupayakan keberadaan DPJP di tempat tugas (on site), melakukan kajian standard opersional prosedur, dan melaksanakan monitoring penerapan sistem code green secara berkesinambungan.

Code green system in management of fetal distress cases have purposes to improve response time on unborn baby evacuation process. Code green system have been implemented since 2007 in Emergency Department of Denpasar Sanglah General Hospital. However, there was no any evaluation process which was performed to assess the successes of implementation of code green system. The aim of this study is to evaluate the implementation of code green system with qualitative approach and case study design. Primary and secondary data were collected by a numbers efforts (by a few methods) such as in-depth interview, and observation participative. The theory of constraints (TOC) which postulate system as a chain was used as a based theory in this study. This study analyzed six variables of Ishikawa's diagram (Fishbone diagram) such as man, method, material, machine, management, and milieu.
This study found delay response time in code green system at the step of process from diagnosis to contact the announcer as a weakest link on the implementation of code green system. The cause of this weakest link was human resources. Obstetrician who in charge was not present during implementation of the code green system especially in the first step which the services was started from diagnosis until announcer informed when obstetric and gynecology resident reported and request approval from obstetrician who in charge in that critical moment. This study give recommendation such as to present an obstetrician who in-charge in field of services, to conduct a regular standard operational procedure review, and to perform continuing monitors and evaluations of code green system was needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31796
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rurry Novitasari
"Masalah ketidaklengkapan pencatatan dan pelaporan keperawatan merupakan salah satu masalah di ruang IGD. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan dokumentasi keperawatan di ruang IGD RS. Medistra Jakarta. Penelitian deskriptif sederhana ini menggunakan 30 sampel berupa dokumen asuhan keperawatan. Hasil penelitian pelaksanaan pendokumentasian intervensi keperawatan di IGD RS. Medistra Jakarta paling efektif (96.7%) dibanding hasil pendokumentasian pengkqiian (33.3%), diagnosa (46.7%), implmentasi (46.'?%), dan evaluasi (60%). Adapun hasil pendokumentasian pengkajian paling tidak efektif (96.7%) dibanding hasil pendokumentasian diagnosa (53.3%), intervensi (33%), implementasi (53.3%), dan evaluasi (40%). Peneliti merekomendasikan pelatihan dan penyegaran pendokumentasian keperawatan baik konseptual maupun keterampilan secara berkala dan berkesinambungan agar pendokumentasian keperawatan menjadi lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5391
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novembriawan Pangestu
"Kondisi crowding di Instalasi Gawat Darurat (IGD) telah menjadi isu global di seluruh sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia lebih dari dua dekade. Hal ini disebabkan karena tingginya angka boarding time  yang menyebabkan penumpukan jumlah pasien yang ada di IGD. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan database Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar dan Library UI menghasilkan 15 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir, membahas faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat, dan artikel dengan metode kuantitatif, kualitatif, dan mix-method. Hasil studi terinklusi dari 15 artikel menghasilkan beberapa penyebab keterlambatan boarding time di IGD diantaranya yaitu ketersediaan tempat tidur yang disebabkan oleh kepulangan pasien yang tidak terencana dan membutuhkan waktu 118 menit (2 jam) lebih lama dibandingan kepulangan yang direncanakan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan tidak hanya menyebabkan naiknya angka boarding time, namun juga menurunkan pelayanan kesehatan dan pasien safety. Waktu diagnosis pasien pada saat di IGD membutuhkan waktu lebih lama karena dokter perlu mengantongi data lebih banyak untuk memutuskan diagnosis pasien. Pasien yang masuk ke IGD merupakan pasien dengan kegawatdaruratan tinggi, semakin darurat membutuhkan diagnosis yang lebih lama pula dan menambah waktu boarding time di IGD. Ketersediaan bangsal khsusus memakan waktu banyak pada saat boarding time karena selain memerlukan treatment khusus, jumlah bangsal khusus ini juga terbatas. Tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi meningkatkan pula angka boarding time karena pasien harus menunggu pelayanan kesehatan akibat antri, sehingga meningkatkan angka boarding time. Konsultasi antara pasien dengan dokter terjadi di IGD pada pasien dengan kegawatdaruratan yang tinggi, sebab sebelum memberikan tindakan, dokter perlu mengetahui lebih dalam sakit yang dialami oleh pasien. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time dirumah sakit ialah ketersediaan tempat tidur, keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, waktu diagnosis pasien, tingkat kegawatdaruratan, ketersediaan bangsal khusus, tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi, dan jumlah konsul dengan dokter spesialis. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai standar waktu boarding time di instalasi gawat darurat yang ada pada rumah sakit.

Crowding conditions in the Emergency Unit has become a global issue in all health care systems for more than two decades. This is due to a high number of boarding times which causes an accumulation number of patients in the ER. The purpose of this study sought was to determine the factors associated with boarding time delays in the emergency department. The researcher used a literature review as a method and used Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar, and UI Library databases which produces 15 included articles, and articles published in the last ten years, discussing factors related to boarding time delays in the emergency department, and articles with quantitative methods. , qualitative, and mix-method. The results of the included study from 15 articles resulted in several causes of delays in boarding time in the ER, including the availability of beds caused by the patient's unplanned return and taking 118 minutes (2 hours) longer than the planned return. The limited number of health workers not only causes an increase in boarding time but also reduces health services and patient safety. The patient's diagnosis time in the ER takes longer because doctors need to collect more data to make a patient's diagnosis. Patients who enter the ER are patients with high emergencies, the more emergency requires a longer diagnosis and increases the boarding time in the ER. The availability of special wards takes a lot of time at boarding time because apart from requiring special treatment, the number of special wards is also limited. The high level of hospital capacity also increases the number of boarding times because patients have to wait for health services due to queuing, thereby increasing the number of boarding times. Consultations between patients and doctors occur in the ER for patients with high emergencies, because before taking action, doctors need to know more about the pain experienced by the patient. It can be concluded that the factors related to the delay in boarding time at hospital are availability of beds, limited number of health workers, time of patient diagnosis, level of emergency, availability of special wards, high level hospital capacity, and number of consuls with specialist doctors. Therefore, it is necessary to conduct a study on the standard boarding time in the emergency department at the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustiane Adriani Dwisari
"Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) memegang peran penting dalam menentukan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Indikator kinerja IGD, seperti Length of Stay (LOS), yang mengukur lama pasien d IGD dari kedatangan hingga pemulangan atau pemindahan, dapat memengaruhi tingkat kepadatan di IGD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alur pelayanan, hambatan, dan akar penyebab masalah terkait LOS di IGD. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2024 dengan pendekatan kualitatif studi kasus, berupa observasi pada 30 pasien, wawancara, dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan flowchart untuk mengidentifikasi alur pelayanan, Value Stream Mapping untuk mengenali kegiatan bernilai dan menemukan waste, serta The Five Whys untuk menganalisis akar penyebab hambatan. Metode Lean Thinking digunakan untuk menghasilkan alur dan Model BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) dari Model BASICS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur pelayanan pasien IGD melibatkan lima tahapan; dengan 65,5% waktu pelayanan adalah kegiatan non-value added, 23,4% kegiatan necessary but non-value added, dan 11,1% kegiatan value added, dengan total Lead Time 7 jam 55 menit 29 detik. Dari sisi pasien, waste yang terjadi meliputi waste of waiting (94,9%) dan transportation (5,1%). Bottleneck terjadi pada aktivitas menunggu terdaftar di rawat inap (25,2%), menunggu advis DPJP (22,9%), menunggu hasil pemeriksaan penunjang (22,3%), dan menunggu kesiapan rawat inap (18,2%), dengan total 88,6%. Perbaikan LOS di IGD dapat menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, heijunka, kaizen, dan just in time agar waste dapat dikurangi.

Emergency Department (ED) services play a crucial role in determining the quality of care and patient safety in hospitals. Performance indicators in the ED, such as Length of Stay (LOS) which measures the duration from a patient's arrival to their discharge or transfer can significantly impact the congestion levels in the ED. This study aims to identify the service flow, obstacles, and root causes of issues related to LOS in the ED. Data collection was conducted from April to May 2024 using a qualitative case study approach, including observations of 30 patients, interviews, and document reviews. Data analysis involved using flowcharts to identify the service flow, Value Stream Mapping to recognize value-added activities and identify waste, and The Five Whys to analyze the root causes of obstacles. Lean Thinking methodology was applied to develop a service flow and the BAS (Baseline, Assess, Suggest Solution) model from the BASICS model. The study results show that the patient service flow in the ED involves five stages, with 65.5% of service time consisting of non-value-added activities, 23.4% of necessary but non-value-added activities, and 11.1% of value-added activities, resulting in a total lead time of 7 hours, 55 minutes, and 29 seconds. From the patient's perspective, the waste observed includes waiting (94.9%) and transportation (5.1%). Bottlenecks were identified in activities such as waiting to be registered for inpatient care (25.2%), waiting for specialist advice (22.9%), waiting for the results of supporting examinations (22.3%), and waiting for inpatient readiness (18.2%), totaling 88.6%. Improving LOS in the ED can utilize lean tools such as standardized work, visual management, heijunka, kaizen, and just-in-time to reduce waste."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
362.18 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Suhardi Sarim
"Indonesia merupakan negara dengan keadaan geografi cenderung sering terjadi bencana alam. Demikian pula Jawa Barat yang mempunyai banyak gunung berapi yang masih aktif. Maka menjadi pertanyaan sudahkah Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah Cirebon siap menghadapi bencana ?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon dalam menghadapi bencana, dilakukan studi deskriptif dengan rancangan komparasi atas standar Baku terhadap keadaan 7 Rumah Sakit Umum daerah, melalui pendekatan kuantitatif data sekunder dan kualitatif.
Informan dalam penelitian ini seluruh Direktur RUD dan seluruh Kepala Instalasi Instalasi Rawat Darurat se-Wilayah Cirebon. Digunakan analisa univariat dari data kuesioner kemudian dilakukan pembobotan sehingga dihasilkan skor kesiapan IRD, selanjutnya dilakukan analisa kesenjangan melalui wawancara mendalam dengan memperhatikan apa, siapa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana ketidaksiapan IRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon tidak siap menghadapi kegawat daruratan bencana/sehari-hari. Setelah dilakukan analisa kesenjangan maka yang menjadi alasan ketidak siapan adalah;
Pertama: kurangnya dukungan para Direktur Rumah Sakit Umum Daerah terhadap Sistem penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana/Sehari-hari (SPGDT-B/S) yang disebabkan antara lain adalah kurangnya pemahaman akan SPGDT-B/S, kurangnya sosialisasi tentang standar klasifikasi IRD di Indonesia, standar kendaraan pelayanan medik dan yang penting juga adalah keterbatasan RSUD ermasuk Pemerintah Kota dan Kabupaten.
Kedua: kurangnya kepedulian Kepala IRD selaku manajer penanggulangan kegawat daruratan terpadu bencana dalam mengelola sumber daya akibat kurangnya dukungan manajemen. Ketiga: kurangnya sosialisasi SPGDT-BIS serta dukungan akan kelengkapan sumber daya IRD dari Departemen Kesehatan Khususnya Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Indonesia is a state that geographically tends to face with natural disasters. So the question is, are general hospitals ready to face disasters?
This research aimed at knowing the readiness of General Hospital at Cirebon Regions in facing with disasters. This research is a descriptive study using comparative design based on the standard to the conditions of 7 General Hospital through qualitative and quantitative data approaches.
The informers in this research are all Directors of General Hospitals and all Head of Emergency Units at Cirebon regions. A uni-variant analysis is used generated from questionnaire data then scoring it to make level of readiness of emergency unit. Then a gap analysis was done through in-depth interview with take into consideration what, who, why, where, and when, and how the un-readiness of emergency unit.
The result of research shows that all general hospitals in Cirebon regions are not ready to face with daily emergency/disaster. After it is analyzed, the reason for unreadiness is due to:
First: lack of support from all director-of hospital to the Integrated System of Daily Emergency/Disaster Management (SPGDT-BIS) that caused by lack understanding to SPGDT-BIS, lack of socialization of standard classification of Emergency Unit in Indonesia, standard of medical service vehicle, and the important thing is lack of budget of general hospital including District and City Government.
Second: lack of attention of l-lead of Emergency Unit as manager of integrated emergency management in managing resources due to lack of support from management. Third: lack of socialization of SPGDT-BIS and support to the completeness of resources of emergency unit from Department of Health particularly from Directorate of Medical Services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camryna Hanna Pertiwi
"Layanan medis gawat darurat memiliki peran penting dalam menyelamatkan nyawa pasien dan mengurangi kematian atau kecacatan. Implementasi Internet of Things (IoT) pada layanan medis gawat darurat diharapkan dapat membantu dokter dan perawat untuk memberikan perawatan yang segera dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk merancang perbaikan pada proses operasional layanan medis gawat darurat yang mengimplementasikan IoT dengan menggunakan metode Rekayasa Proses Bisnis (BPR). Metode Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk memprioritaskan modus kegagalan dari setiap proses yang akan direkomendasikan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan IoT. Penelitian ini menemukan 2 modus kegagalan pada proses pra-rumah sakit dan 10 modus kegagalan pada proses rumah sakit yang direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan dengan menggunakan IoT. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbaikan dengan pengurangan waktu sebesar 19% pada proses pra-rumah sakit dan 22% pada proses rumah sakit.

Emergency medical services (EMS) play an important role in saving patients life and reducing death or disability. IoT implementation in EMS is expected to help emergency physicians handle emergency patients to get prompt and accurate treatment. This study aims to design improvements in EMS operational process that implement IoT using Business Process Reengineering (BPR) approach. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method is used to prioritize failure modes in the process that will be recommended for corrective actions using IoT implementation. This study found 2 failure modes in the pre-hospital process and 10 failure modes in the hospital process that are recommended for improvement using IoT. The results of this study show improvement by reducing process time by 19% in the pre-hospital process and 22% in the hospital process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>