Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reyhan Abel Septiandri
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sepakbola bukan hanya sebagai permainan atau olahraga saja, tetapi lebih luas dari hal tersebut. Sepakbola mampu menjadi sebuah alat untuk mempersatukan rasa nasionalisme bangsa, mulai dari Bumiputera hingga masyarakat keturunan etnis China dan Arab yang turut serta mendukung kemerdekaan Indonesia. Berbagai perkumpulan akademi sepakbola bond juga muncul dan tersebar di Pulau Jawa dari berbagai golongan etnis masyarakat yang berdampak pada lahirnya cikal-bakal organisasi nasional bernama PSSI Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia . Dalam perkembangannya, PSSI mampu menyaingi organisasi sepakbola pemerintahan kolonial yaitu NIVU Nederlandsch Indische Voetbal Unie. Disisi lain, oganisasi ini juga mampu menjadi sebuah kendaraan politik dikarenakan organisasi politik Indonesia pada saat itu dilarang pemerintah kolonial yang dianggap mengganggu dan mengancam. Hingga puncaknya, pada 1937 di Yogyakarta organisasi NIVU mau tidak mau harus melakukan kerjasama Gentlement`s Agreement dengan PSSI karena dinilai sudah memiliki reputasi baik. Perjanjian tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan tim nasional Hindia-Belanda untuk mengikuti ajang piala dunia ketiga di Prancis tahun 1938. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan sumber yang diperoleh dari berbagai surat kabar sezaman dan Perpustakaan Nasional RI.

This study thoroughly discusses how football isn rsquo t all about games or sport but a lot more than that. Football is capable to be something that unites the nationalism, starting from Bumiputera to Chinese and Arabic ethnic, whose also supporting Indonesian freedom. A lot of football academy began to established and spread in Java from different ethnic which became the root of a national organization named PSSI Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia. In the process of it, PSSI is able to compete with the colonial football organization NIVU Nederlandsch Indische Voetbal Unie . On the other side, this organization also become a political tool because that time all kind of political organization was banned due to the colonial assumption that political organization is a threat. In 1937, whether they want it or not, in Yogyakarta, NIVU need to cooperate with PSSI as PSSI are proved as a capable organization with a good reputation Gentlement rsquo s Agreement. That agreement was also intended to prepare a Hindia Belanda national team to participate in World Cup 1938 in France. This paper was written with a historical method with the related newspaper on National Library of Republic Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhafa Aprilian
"Tuturan merupakan wacana yang menonjolkan rangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu.  Dalam dunia sepak bola, banyak ditemukan tindak tutur memuji yang berkaitan antara komentator sebagai penutur dengan kejadian yang sedang berlangsung. Dalam hal ini, studi pragmatik bahasa Arab akan dilakukan melalui pengkajian sebuah pertandingan sepak bola Final Piala Dunia 2022 antara Argentina versus Prancis. Pada umumnya, pertandingan sepak bola dunia menampilkan komentator dalam bahasa Inggris saja, tetapi dengan diadakannya Piala Dunia 2022 di Qatar, maka siaran Piala Dunia 2022 juga menampilkan komentator dalam bahasa Arab. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif metode deskriptif analitis dengan pendekatan pragmatik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk-bentuk dan jenis-jenis tindak tutur memuji yang dituturkan dalam Final Piala Dunia 2022 melalui komentator berbahasa Arab. Teori yang digunakan dalam mengategorisasikan bentuk-bentuk pujian menggunakan teori Yuan (2002), sedangkan dalam mengategorisasikan jenis-jenis pujian menggunakan teori Holmes (1986). Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan 16 data pujian yang terbagi atas 13 termasuk ke dalam bentuk pujian tidak terikat dan 3 data termasuk ke dalam bentuk pujian terikat. Semua data termasuk ke dalam jenis pujian terhadap kemampuan, prestasi atau perbuatan baik.

Speech is a discourse that highlights a series of events in a series of times, along with certain participants and circumstances.  In the world of football, there are many acts of praise related to commentators as speakers and ongoing events. In this case, the study of Arabic pragmatics will be carried out through the study of a football match in the 2022 World Cup Final between Argentina versus France. Generally, world football matches feature commentators in English only, but with the 2022 World Cup being held in Qatar, the 2022 World Cup broadcast also features commentators in Arabic. This research is a qualitative research analytical descriptive method with a pragmatic approach. The purpose of this study was to analyze the forms and types of praise speech acts spoken in the 2022 World Cup Final through Arabic commentators. The theory used in categorizing the forms of praise uses Yuan's theory (2002) while categorizing the types of praise uses Holmes' theory (1986). The results of this study found 16 praise data divided into 13 included in the form of unbound praise and 3 data included in the form of bound praise. All data falls into the type of praise for ability, achievement or good deeds."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jeihan Farensyah
"Tulisan ini membahas praktik collaborationnisme yang terjadi di Prancis pada Perang Dunia II. Praktik tersebut dijalankan oleh kelompok-kelompok Prancis yang bekerja sama dengan Nazi Jerman pada periode Occupation 1940-1944. Tujuannya adalah untuk melihat sejarah pembentukan, aktor, dan kiprahnya. Metode yang dipakai adalah kualitatif melalui pemaparan deskriptif dengan menggunakan data-data kepustakaan. Penelitian menunjukkan bahwa collaborationnisme dilakukan dalam dua tingkat : politik dan militer. Politik kolaborasi dilakukan oleh para tokoh berhaluan kiri, namun selama Perang Dunia II berlangsung, mereka bergeser ke kanan ekstrem. Selain itu ditemukan pula bahwa mereka tidak bersandar sepenuhnya pada gagasan rasis dan antisemitis, sebagaimana hal tersebut menjadi haluan yang digariskan Nazi Jerman. Pada praktiknya mereka menjadikan gagasan antikapitalis dan antikomunis sebagai titik temu dan mendukung antisemitisme untuk meraup dukungan. Gagasan dan ambisi pribadi juga merupakan faktor pendorong pergeseran haluan tersebut.

This paper discusses collaborative practices that occurred in France during World War II. Those practices were carried out by French groups working alongside Nazi Germany in the Occupation period of 1940-1944. The focus is to describe the foundation, actors, and their involvement. The method used is qualitative with descriptive elaboration using bibliographical sources. The study shows that collaborationnisme is practiced within two levels : political and military. The politics of collaboration was carried out by left-leaning figures, but during World War II, they shifted to the extreme right. It also is found that they did not rely entirely on racist and antisemitic ideas, as this became the direction outlined by Nazi Germany. In practice, they make anticapitalist and anticommunist ideas a meeting point and support antisemitism to gain support. Personal ideas and ambitions are also factors driving this turnaround."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azwa Safrina Danaya
"Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis posisi pembaca saat terpapar liputan media dari berbagai media Australia tentang Matildas selama Piala Dunia FIFA 2023, yang berlangsung dari 20 Juli hingga 20 Agustus, dan diadakan di Australia dan Selandia Baru. Matildas adalah tim nasional sepak bola wanita Australia yang telah mencatatkan kehadiran penonton sepak bola yang mencetak rekor dalam sejarah Australia dan meraih salah satu kerumunan terbesar dalam catatan olahraga selama Piala Dunia Wanita FIFA 2023. Artikel ini memaparkan bagaimana pembaca berinteraksi dengan liputan media mengenai Matildas dengan menerapkan teori resepsi dari Stuart Hall. Studi ini menggunakan metode penelitian sekunder dengan menguji artikel ilmiah yang ada dan sumber jurnalistik yang terpercaya yang ditemukan dalam artikel berita. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa posisi pembaca dalam menginterpretasi narasi media terkait dengan identitas, budaya, dan nilai personal seseorang.

This article analyses the audience’s positions when exposed to media coverage from various Australian media about the Matildas during the 20 July to 20 August FIFA World Cup 2023, which took place in Australia and New Zealand. Matildas is the Australian national women’s team that has established record-breaking football attendance in the history of Australia and secured one of the largest crowds in the sport’s records during the FIFA Women’s World Cup 2023. This article delineates how readers interact with media coverage on Matildas by applying Stuart Hall’s audience reception theory. This study implements secondary research methods by examining extant scholarly articles and reputable journalistic sources found within news articles. This study concludes that the position of interpreting these media narratives is intricately linked to one’s identity, culture, and personal value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hafshah Nurizzah
"Qatar adalah negara yang konservatif, namun berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022. Qatar memanfaatkan ajang Piala Dunia FIFA 2022 untuk melakukan diplomasi budaya dengan tujuan nation branding dan mengubah stigma negatif yang melekat pada Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan tentang unsur-unsur budaya Qatar yang ditransmisi kepada masyarakat internasional pada ajang Piala Dunia FIFA 2022 berdasarkan teori Diplomasi Budaya menurut Milton Curtis Cummings. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara mengumpulkan data dari sumber kepustakaan lalu mendeskripsikan hasil interpretasi ke dalam tulisan. Hasil temuan dari penelitian ini adalah Qatar mentransmisi aspek bahasa, kesenian, peralatan, dan agama saat proses diplomasi budaya. Qatar menggunakan media daring seperti situs web dan sosial media dalam memperkenalkan budayanya agar dapat menjangkau masyarakat di seluruh dunia secara lebih luas. Dan Qatar mendapatkan banyak keuntungan nasional setelah Piala Dunia FIFA 2022 usai yang menandakan diplomasi budaya yang dilakukan pada ajang tersebut berhasil.

Qatar is a conservative country, but succeeded in hosting the FIFA World Cup 2022. Qatar is using the FIFA World Cup 2022 to carry out cultural diplomacy with the goal of nation branding and changing the negative stigma attached to Islam. The purpose of this research is to explain the elements of Qatari culture which are transmitted to the international community at the FIFA World Cup 2022 based on the theory of Cultural Diplomacy according to Milton Curtis Cummings. This research uses a descriptive qualitative method by collecting data from literary sources and then describing the results of the interpretation in writing. The results of this research are that Qatar transmits aspects of language, arts, tools, and religion during the process of cultural diplomacy. Qatar uses online media such as websites and social media in introducing its culture so that it can reach people around the world more broadly. And Qatar gained many national benefits after the FIFA World Cup 2022 was over which indicated that the cultural diplomacy carried out at the event was successful.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raynaldi Kosasih
"Riset ini menggunakan model oleh Biscaia Correia Rosado Ross dan Maroco 2013 yang telah dimodifikasi yaitu mengenai peran dari sponsor olahraga terhadap hubungan antara loyalitas tim kesadaran merek sikap konsumen dan niat beli oleh penggermarnya. Riset ini adalah riset kuantitatif dengan tipe penelitian survei studi cross sectional.
Hasil dari riset menunjukan bahwa loyalitas tim mempunyai efek positif secara langsung terhadap kesadaran merek tetapi hasil riset juga menunjukan bahwa loyalitas tim tidak menunjukan adanya efek positif secara langsung terhadap sikap konsumen dan niat beli. Tetapi riset ini menunjukan bahwa loyalitas tim dapat mempengaruhi sikap konsumen dan niat beli secara tidak langsung melewati kesadaran merek yang mempengaruhi sikap konsumen secara positif yang pada gilirannya akan mempengaruhi niat beli.

The research use a modified model by Biscaia Correia Rosado Ross Maroco 2013 which is about the role of sports sponsorship of a football team toward the relationship of team loyalty brand awareness consumer attitude and purchase intention of the fans. This research is categorized as a quantitative research with survey type of research cross sectional studies.
The result of this research found that the loyalty of the fans toward the team had a direct positive effect on brand awareness but does not have a direct positive effect on consumer attitude and purchase intention. But the research shows that the loyalty of the fans affect the consumer attitude and purchase intention indirectly through brand awareness which positively influence the consumer attitude which in turn affect the purchase intention of the fans.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S61657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Alkautsar
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menemukan ranah sumber, menjelaskan kekerapan penggunaan ranah sumber, mengungkapkan perubahan penggunaan dan pergeseran ranah sumber, serta menyelidiki kondisi sosial yang mendasari metafora-metafora yang digunakan Kompas untuk mendeskripsikan sepakbola dalam pemberitaan Piala Dunia 1966-2014. Dalam penelitian ini, Teori Metafora Konseptual Lakoff dan Johnson 1980 diterapkan melalui metodologi linguistik korpus. Antara periode 1966-2014, ditemukan total 60 ranah sumber yang digunakan, tetapi hanya delapan yang menunjukkan tingkat kekerapan tertinggi, yakni PEPERANGAN, POLITIK INTERNASIONAL, PERMAINAN, KESENIAN, PERIODE WAKTU, SEJARAH, GERAK ROTASI, dan pemerintahan yang berkaitan dengan hegemoni maskulinitas dalam masyarakat. Penggunaan tiap ranah bersifat fluktuatif, dan pergeseran ranah hanya fenomena minor.

ABSTRACT
This study aims to find the source domains of soccer metaphors used in Kompas rsquo coverage of World Cup 1966 2014, describe the frequency of its use, examine the phenomenon of domain change, and investigate the social background these metaphors are based from. Lakoff and Johnson rsquo s Conceptual Metaphor Theory 1980 are combined with corpus linguistics. Eight source domains from 60 domains found are the most frequently used, namely WAR, INTERNATIONAL POLITICS, GAMES, ART, TIME PERIOD, HISTORY, ROTATIONAL MOTION, and GOVERNMENT which relates to hegemonic masculinity in the society. All domains are fluctuative in use, and domain shift is considered a minor phenomenon."
2017
T48677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syadza Fadhilah
"Jurnal ini membahas gambaran kehidupan orang Belanda di Hindia-Belanda pada masa penjajahan Belanda dan kekuasaan Jepang hingga masa kemerdekaan RI dalam buku Our Childhood in The Former Colonial Dutch East Indies (2011) yang ditulis oleh Ralph Ockerse dan Evelijn Blaney. Buku ini berkisah tentang dinamika kehidupan Ockerse dan keluarganya di Hindia Belanda pada tahun 1935 sampai dengan tahun 1946. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, tahun 1940 sampai 1946 adalah masa di mana transisi otoritas di Hindia-Belanda, mulai dari kekuasaan Belanda, kependudukan Jepang pada tahun 1942, hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Transisi otoritas tersebut berdampak langsung kepada orang Belanda di Hindia Belanda. Kondisi masyarakat yang berubah-ubah secara signifikan pada masa itu dapat tercermin pada kehidupan orang Belanda, salah satunya kepada kehidupan Ralph Ockerse tokoh utama dalam buku Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies. Dinamika kehidupan orang Belanda ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana gambaran kehidupan orang Belanda di Hindia-Belanda dalam buku Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies? Bagaimana orang Ockerse sebagai representasi orang Belanda dalam buku ini melihat kehidupannya sendiri di Hindia-Belanda?

This paper will dicuss the description of the Dutchs life in Dutch East Indies during Dutch colonial era and Japans authority up until Indonesias independence in Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies (2011) written by Ralph Ockerse and Evelijn Blaney. This book tells about the dynamics of Ockerses and his familys life in Dutch East Indies from 1935 until 1946. According to the historical data, the most intense authorities transition in Dutch East Indies happened from 1940 untul 1946, began with Dutchs authority, Japans authority in 1942, until Indonesias independence in 1945. These authorities transitions affected the Dutch citizen in Dutch East Indies directly, in this case was Ralph Ockerse as the main character of the book. This dynamics triggering several question: Hows the life of the Dutch in Dutch East Indies described in Our Childhood in The Former Colonial Dutch Indies? How Ockerse, as the representation of the Dutch in this book sees his own life in Dutch East Indies?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Zahira Fatin
"Terpilihnya Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 menimbulkan kontroversi. Qatar di mata dunia masih sering dilabeli dengan citra yang konservatif dan intoleran. Tidak hanya itu, Qatar juga menerima berbagai isu, kritik, dan framing negatif dari berbagai pihak yang semakin memperburuk citra negaranya. Di tengah hal tersebut, sosok Jungkook kemudian muncul dan terpilih bersama dengan Fahad Alkubaisi untuk menyanyikan lagu tema Piala Dunia Qatar 2022. Timbul pertanyaan, mengapa Piala Dunia yang dilaksanakan pertama kali di negara Qatar ini justru untuk pertama kalinya pula dimeriahkan oleh artis yang berasal dari negara Korea Selatan? Tujuan penelitian adalah meneliti faktor atas dipilihnya Jungkook untuk menyanyikan lagu tema Piala Dunia Dreamers sebagai studi kasus atas proses hibridisasi budaya dan diplomasi lunak yang terjadi di Qatar. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi citra negara ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui studi pustaka berupa artikel jurnal, buku, maupun media. Pemilihan Jungkook dipengaruhi oleh kuatnya efek Korean Wave di Qatar dan dunia. Efek tersebut serta supremasi yang dimiliki Jungkook diperlukan Qatar untuk memberi citra positif bagi negaranya selama ajang Piala Dunia. Kehadiran Jungkook sebagai figur non-lokal yang berkolaborasi dengan artis lokal memberikan gambaran Qatar sebagai negara yang tidak konservatif melainkan terbuka, toleran, dan mendukung koeksistensi antarbudaya. Pengaruh besar yang dibawa oleh Jungkook dapat dilihat dari respons positif yang diberikan masyarakat dunia terhadap lagu Dreamers hingga digelarnya Festival Musik Korea pertama di Qatar

Qatar, being chosen to host the WC, caused some controversies. This country is still often labelled with the image of conservatism and intolerance. Not only that, Qatar also encountered various issues, criticisms, and negative framings from various parties which further worsened the country's image. In the midst of this, Jungkook then appeared and was chosen, together with Fahad Alkubaisi, to sing the Qatar 2022 World Cup theme song. The question arises, as to why is the World Cup, which was held for the first time in an Arabic country, also enlivened up by a singer from South Korea? The aim of the study is to examine the factors in the choosing of Jungkook to sing the World Cup theme song Dreamers as a case study of the process of culture hybridization and soft diplomacy that occurred in Qatar. In addition, this research also explains how these things affected the image of this country. The method used in this research is descriptive-qualitative. Data was collected through literature study in the form of journal articles, books and media. Jungkook's selection was influenced by the strong effect of the Korean Wave in Qatar and the world. This effect and the supremacy that Jungkook has are needed by Qatar to give a positive image for this country during the World Cup. The presence of Jungkook as a non-local figure collaborating with local artist illustrates Qatar as a country that is not conservative but rather open, tolerant and supports intercultural coexistence. The great influence brought by Jungkook can be seen from the positive response that the world community gave to the song Dreamers until the holding of the first Korean Music Festival in Qatar"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Inasya Nur Qamarani
"Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh politik etis dan feminisme Belanda terhadap Kartini, selaku seorang perempuan di negara koloni pada zaman kolonialisme Belanda. Pembahasan dalam tulisan ini mencakup relasi negara Belanda dan Hindia Belanda, aktor-aktor politik etis dan feminis, dan media-media Belanda yang mempengaruhi tumbuhnya kesadaran emansipasi Kartini. Untuk mempertajam pembahasan, penulis menggunakan teori feminisme pascakolonial dalam Hubungan Internasional, serta melakukan analisis mendalam pada surat-surat yang ditulis oleh Kartini kepada korespondensi surat-suratnya, hubungan Kartini dengan para pejabat kolonial, literatur Belanda, dan media Belanda pada 1899-1904 . Hasil analisis pada tulisan ini dapat membuktikan bahwa kebijakan politik etis dan feminisme Belanda telah mempengaruhi kesadaran emansipasi Kartini. Dalam pembahasan ini, dipergunakan kritik feminisme pascakolonial dan Hubungan Internasional guna menunjukkan adanya relasi kuasa Belanda kepada negara koloninya. Namun, dalam relasi kuasa kolonial itu ditemukan aktor-aktor penggerak politik etis dan feminis dari Negeri Belanda yang menularkan kesadaran emansipasi kepada Kartini di Hindia Belanda. Dalam penelitian penulis, ditemukan hal baru yang tidak dilihat oleh kritik feminisme pascakolonial dalam HI, bahwa meskipun dalam relasi kuasa kolonial, tetapi gagasan politik etis dan feminisme justru membuka kesadaran baru bagi Kartini mengenai emansipasi perempuan.

This thesis aims to analyze the influence of ethical politics and Dutch feminism on the Indonesian heroine; Kartini -as a woman in a colonial country during the Dutch colonial era. The discussion of this paper covers the relationship between the Netherlands and Dutch East Indies, Dutchfeminist actors, and the Dutch media that influenced the emergence of Kartini's ideas. To sharpen the discussion, the author uses postcolonial feminism in International Relations theory, and conducts an in-depth analysis of letters written by Kartini to her correspondence, her relationship with colonial officials, Dutch literature, and the Dutch media in 1899-1904 (i.e. feminist newspapers and magazines). The results of the analysis prove that ethical political policies and Dutch feminism certainly influenced Kartini's mindset and encouraged her to fight for the education of Javanese and Indonesian women up until now. In the discussion, the author uses postcolonial feminism in International Relations critics because there is obvious evidence that in Kartini’s case, there is also power relations between two state, which is the Netherland and Dutch East Indies as its colony. However, in the relations of colonial power between those two states, the authors also found that the actors who run ethical politics and Dutch feminist are the ones that influenced Kartini, and awaken her strugglein Dutch East Indies. Other than that, in discussing Kartini’s case, there is also prove that critics of post-colonial feminism in IR fails to see, that even though she is in colonial power relations, ethical political ideas and feminism actually open a new awareness for Kartini regarding Javanese women's emancipation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>