Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Rosita
"Emotional Eating atau perilaku makan emosional merupakan perilaku meningkatkan konsumsi makanan sebagai respon terhadap emosi-emosi negatif, di mana emotional eating memiliki sifat obesogenic yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, ditemukan peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada remaja setiap tahunnya, dengan angka prevalensi tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku emotional eating dengan indeks massa tubuh remaja, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 50 remaja berusia 15-18 tahun di SMA Charitas Jakarta.
Hasil diperoleh responden sebagian besar terdiri dari perempuan 54, berusia 16 tahun 52, serta berasal dari siswa kelas XI jurusan IPA 34 dan IPS 24, sebagian besar responden memiliki IMT/U dengan kategori normal 68, dan responden yang memiliki perilaku makan dengan kecenderungan emotional eating cukup tinggi 48. Variabel emotional eating dengan indeks massa tubuh siswa menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan p = 0,145; = 0,05.
Dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa emotional eating tidak memiliki pengaruh yang dominan terhadap kondisi indeks massa tubuh siswa SMA Charitas Jakarta.

Emotional Eating is a behavior of increasing food consumption in response to negative emotions, where emotional eating has obesogenic traits that contribute to weight gain and obesity. Based on Riskesdas year of 2013,in each year has been found an increase in overweight and obesity rate in adolescents, with the highest prevalence rate in the province of DKI Jakarta.
This study aims to determine the relationship between emotional eating behavior with adolescent body mass index, using cross sectional design with a sample of 50 adolescents aged 15 18 years in Charitas Senior High School Jakarta.
The results of the study were mostly female 54, 16 years old 52, and came from grade XI students in science 34 and IPS 24 , most of them had BMI Age with normal category 68, and respondents who had eating behavior with emotional eating tendency was quite high 48. The emotional eating variable with student body mass index showed no significant relationship p 0,145 0,05.
It can be concluded through this research that emotional eating does not have a dominant influence on the body mass index condition of Charitas Senior High School Jakarta students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Munawaroh
"Indeks Massa Tubuh merupakan indikator status gizi yang mudah diukur. Remaja rentan terhadap masalah akibat perilaku makan yang kurang baik dan kualitas tidur yang buruk, yang akan berpengaruh terhadap status gizinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku makan dan kualitas tidur dengan Indeks Massa Tubuh IMT pada remaja. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan potong lintang. Sampel penelitian ini yakni 177 siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Pancoran Mas, Depok yang dipilih dengan teknik multistages cluster sampling. Peneliti menggunakan kuisioner Eating Attitudes Test EAT -26 untuk mengukur perilaku makan, kuisioner Pittsburgh Quality of Sleep Index PSQI untuk mengukur kualitas tidur, dan microtoise, serta timbangan digital untuk mengukur IMT. Analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara perilaku makan dan IMT.

Body mass index BMI is indicator of nutritional status that was measured easily. Adolescent are high risk person to have poor eating behaviour and worse quality of sleep that will affect to their nutritional statuses. The purpose of the study was to determine the relationship eating behavior and sleep quality to BMI of adolescent. This study employed a descriptive correlation design with cross sectional approach. The sample of this study were 177 students from high school in Pancoran Mas, Depok who were selected using multistages cluster sampling. Data were analyzed by Spearman correlation test. The results showed that there was significant relationship between eating behaviour and BMI of adolescent."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan Hadi Kusuma
"Pemahaman citra tubuh yang keliru tentang ?kurus itu indah? menjadi idaman bagi remaja puteri. Hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuhnya dan ketakutan menjadi gemuk mendorong remaja untuk menerapkan pembatasan makanan yang berlebihan, sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi yang nantinya akan berakibat terjadinya kurang gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap perilaku makan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada siswi SMA Negeri 12 Jakarta Timur kelas X dan XI tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2014 dengan desain cross sectional, sampel penelitian adalah 238 siswi.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur menyimpulkan bahwa terdapatnya pengaruh citra tubuh terhadap IMT melalui perilaku makan dan aktivitas fisik, membuktikan bahwa citra tubuh tidak langsung berpengaruh terhadap IMT, namun masih harus dilihat bagaimana perilaku makan serta aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk membangun keyakinan hidup sehat berkaitan dengan berat badan, bentuk tubuh, perilaku makan yang baik serta gizi seimbang. Selain itu, perlu diadakan kegiatan penyuluhan gizi secara berkala kepada remaja dengan materi penyuluhan tentang citra tubuh dan perilaku makan terutama tentang makanan yang seimbang dan berat badan yang ideal bagi remaja putri.

"Thin is beautiful" is an erroneous understanding of body image that becoming a dream for every teenage girls right now. This is often the cause of problems, because to maintain her slimness and fear of becoming obese encourage teenagers to apply excessive dietary restrictions, so that their nutritional needs are not met which will be result in the occurrence of malnutrition. The aim of this study is to determine the influence of body image against eating behavior and body mass index (BMI) among 10th and 11th grades 12th East Jakarta States Senior High School?s female students in 2014. This study was conducted in April - May 2014, with cross sectional design, the study sample was 238 female students.
The results of this study using path analysis concluded that the presence of the influence of body image against BMI through eating behavior and physical activity, proved that the body image does not directly influence the IMT, but remains to be seen how eating behavior and physical activity undertaken by respondents. Therefore, efforts are required to empower our teenagers by challenging unhealthy beliefs they may have regarding weight, shape, and eating behavior. In addition, there should be regular nutrition counseling activities for teenagers with education material about body image and eating behavior, especially on a balanced diet and ideal body weight for teenage girls.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reratri Andadari
"ABSTRAK
Remaja adalah fase umur yang sedang mengalami perubahan fisik sehingga memengaruhi pemikiran remaja untuk lebih memerhatikan tubuhnya. Ketidakpuasan citra tubuh adalah adanya kesenjangan antara tubuh aktual dengan tubuh ideal atau seseorang tidak puas dengan tubuhnya. Hal ini dapat menyebabkan perilaku tidak sehat seperti diet ekstrim dan berujung menjadi eating disorders.Skripsi ini membahas tentang status gizi sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan citra tubuh pada Siswa-Siswi SMA Negeri 39 Jakarta Tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 205 responden dengan menggunakan desain total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2018 dengan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri. Uji bivariat yang digunakan adalah uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95.

ABSTRACT
Adolescence is a phase of age that has physical changes that affects their thinking to pay more attention to their body. Dissatisfaction body image is the gap between actual body and the ideal body. In other words, dissatisfaction body image occurs when someone is not satisfied with their body. Dissatisfaction body image can lead to unhealthy behaviours such as extreme diets and eating disorders. This thesis discusses about body mass index as dominant factor for body image on student in 39 Senior High School Jakarta in 2018. The research was conducted using quantitative with cross sectional on 205 respondents by using total sampling design. Data were collected in April 2018 by filling out questionnaires and anthropometric measurements. The bivariate test used is Chi Square test with significance level of 95."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cokorda Istri Agung Anggitaswari
"Background: Post-partum weight retention has been identified as an emerging public health issue that contributes to the obesity prevalence. Diet is one modifiable risk factor that can contribute to the occurrence of postpartum weight retention. By assessing the diet quality, researchers can identify the association between the diet quality and body weight and produce a proper guidelines for the society and decrease the prevalence of overweight-and obesity Methods: 129 Subject of this research are women (21-40 years old) in their 6-month postpartum period who lived in urban area of Jakarta and the data were taken by the primary umbrella reseach by Principle investigator and team member of BRAVE Project Saving Brains Grand Challenges Canada Human Nutrition Research Center Indonesia Medical Education and Research Institute. Anthropometry data were used to determine the BMI of the subject and data from the 24-Hour Recall were used to calculate the AHEI-P score. This research is a cross-sectional study that determine the association between the AHEI-P score using the Pearson correlation (bivariate analysis) and multivariate analysis using the multiple linear regression test. Results: Mean AHEI score of 129 subjects is 39.6 and mean BMI was 25.8 kg/m2. Bivariate analysis shown that AHEI-P score have a weak negative correlation (r= -0.119) with body mass index. Statistic test shown insignificant correlation between AHEI-P score and body mass index (p = 0.178). No association is observed even after adjustment in multivariate model (adjusted ß: -0.025, CI 95% -0.093 – 0.042 P: 0.462). Identified significant confounding factors which are smoking status (p =0.018) and pre-pregnancy BMI (p =0.000) Conclusion: Low AHEI-P score is observed in 6 months postpartum women in Jakarta, indicating a low quality diet. Insignificant association between AHEI-P score and BMI in 6 months postpartum women after multivariate adjustment.

Latar Belakang: Retensi berat setelah melahirkan sudah diidentifikasi sebagai salah satu isu kesehatan public yang berkontribusi kepada angka berat badan berlebih dan obesitas. Diet adalah salah satu faktor risiko yang bisa dimodifikasi dari retensi berat setelah melahirkan dan dengan melakukan penelitian mengenai asosiasi dari kualitas diet dengan indeks massa tubuh, panduan diet yang baik dan tepat guna bisa diciptakan untuk masyarakat agar dapat menurunkan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas. Metode: Sebanyak 129 subjek yang berpartisipasi adalah wanita (21-40 tahun) pada periode 6 bulan setelah melahirkan yang tinggal di kota Jakarta dan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari riset payung BRAVE Project Saving Brains Grand Challenges Canada Human Nutrition Research Center Indonesia Medical Education and Research Institute. Data antropometri digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh dan hasil wawancara 24-hour recall digunakan untuk menghitung skor AHEI-P. Penelitian potongan melintang ini meneliti asosiasi antara skor AHEI-P dan indeks massa tubuh (analisis bivariat) menggunakan uji Pearson sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan uji multiple linear regression untuk mengidentifikasi faktor perancu Hasil: Rata-rata skor AHEI-P dari 129 subjek adalah 39.6 dan rata-rata indeks massa tubuh adalah 25.8 kg/m2. Analisis bivariat menunjukan skor AHEI-P tidak memiliki korelasi dengan indeks massa tubuh (r= -0.119, p = 0.178). Tidak ada asosiasi diantara skor AHEI-P dan BMI setelah melakulan penyesuaian dengan test multiple linear regression (adjusted ß: -0.025, CI 95% -0.093 – 0.042 P: 0.462). Faktor perancu yang diidentifikasi melalui uji multiple linear regression adalah status merokok (p =0.018) dan indeks massa tubuh sebelum kehamilan (p =0.000) Kesimpulan: Skor AHEI-P yang rendah wanita di periode 6 bulan setelah melahirkan mengindikasih kualitas diet yang rendah. Tidak ada asosiasi yang dilihat diantara skor AHEI-P and indeks massa tubuh bahkan setelah penyesuaian multivariat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi di negara maju maupun negara berkembang menyebabkan terjadinya transisi pola gaya hidup termasuk pola makan. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya masalah gizi lebih yang pada akhimya akan semakin meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Riana (2004) pada- siswi Jakarta memperlihatkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 25,3%. Hasil yang harnpir sama juga diperoleh oleh Arnaliah (2005) pada siswa SMA di Jakarta yang rnenunjukkan angka prevalensi gizi lebih sebesar 25,5%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran IMT (Indeks Massa Tubuh/Body Mass Index) pada remaja SMA sebagai variabel dependen _dan variabel independen seperti jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, banyalawa jenis konsumsi fast food, konsumsi sayur, konsumsi energi dan lemak, dan aktifitas fisik. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara IMT dengan variabel-variabel independen tersebut dan mencari variabel yang paling dominan berhubungan dengan INTT menurut umur.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Labschool Rawamangun Jakarta Tirnur dengan sampel sebesar 204 responden. pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Mei 2007. Analisis yang digunakan yaitu analisis uvariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih (overweight) di SMA Labschool Rawarnangun Jakarta Timur sebesar 27.9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food, konsumsi energi dan lemak dengan 11VIT menurut umur. Setelah dilakukan analisis multivariat, diperoleh hasil bahwa konsumsi energi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan 1MT menurut umur.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, disarankan untuk dilakukan pencegahan sercara dini dalam mengendalikan kecenderungan peningkatan kejadian gizi lebih pada remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya penilaian status gizi dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin sebulan sekali. Selain itu, pemberian pengetahuan gizi kepada siswa dan orang tua siswa mengenai konsumsi energi dan hubungannya dengan gizi lebih menjadi salah satu bentuk upaya pencegahan terjadinya gizi lebih.

The advancement of economy and technology within both developed and developing countries is resulting in life style alteration, which include meal pattern. This alteration also influences the escalation of malnutrition which finally lead to degenerative diseases. Riana's study (2004) shows 25% high school students are overweight. Similar result are shown by AmaIiah (2005) which prevaiens of
overweight is 25.3%.
This research aimed to capture the outline of IIVIT as dependent variable compare to independent variables; namely sex, fast food consumption, vegetables intake, fat intake, and physical activity. Besides that, we also want to observe the relation between [MT and all the independent variables and to find the most dominant independent variable to DAT according age group.
This is a quantitative research in which using cross sectional design study. The research, which was conducted in Labschool Senior High School Jakarta, is followed by 204 respondents. Data collection occurred in May 2007. As for data analysis, we employ univariate, bivariate, and multivariate.
This research documented that the prevalence of overweight amongst students of Labschool Senior High School is 27.9%. To be notice, most of our respondents are female students. Bivariate analysis showed that there is a significant relation between fast food intake, many of fast food, energy, and fat intake with IMT according age group. Afterward, multivariate analysis took place. It showed that energy intake is the most dominant factor that influences IMT.
Based on the result of this research, it is necessary to perform an early prevention from overweight status in order to reduce the event amongst young people. Nutritional assessment using MIT indicator can be taken as a committed routine action by school providers. Besides, nutritional education to students and their parents considers as mutual step of prevention deed of the event. We can provide information of the importance of controlling dietary intake on young people, notably energy intake to them. It is not the only responsibility of school providers to prevent the event from emerging, but it is our responsibility as parents and as part of education system also. Together we can help our young generation from outrageous nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Indah Lestari
"ABSTRACT
Perilaku makan menyimpang merupakan gangguan psikologis yang melibatkan obsesi terhadap makanan dan secara ekstrim memiliki perilaku makan yang kurang sehat dan cenderung tidak puas terhadap citra tubuh. Perilaku makan menyimpang berdampak pada fisiologis tubuh antara lain menurunnya kepadatan tulang, abnormalitas elektrolit tubuh, gangguan hormon, dan komplikasi kesehatan. Skripsi ini membahas pengaruh media sebagai faktor dominan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada remaja di SMA Negeri 39 Jakarta Tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan responden sebanyak 205 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2018 dengan cara pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri. Analisis statistik untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji chi-square dan faktor dominan menggunakan uji regresi logistik ganda. Pada penelitian ini diketahui 57,6 responden mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Terdapat hubungan antara perilaku diet p=0,001, jenis kelamin p=0,003, pengaruh teman

ABSTRACT
Eating disorder is psychological illness that involves an obsession with food and extremely unhealthy eating behaviors, followed by body image dissatisfaction. Eating disorder impact physiological body such as decreased bone mineral density, fluid and electrolyte abnormalities, hormone abnormalities, and health complication. This thesis discusses about media influence as dominant factor as subthreshold eating disorder on adolescence at Senior High School 39 Jakarta in 2018. The research was conducted using quantitive method with cross sectional design in 205 respondent. Data were collected in April 2018 with self administrated questionnaire and anthropometric measurement. Statistical analytic for significant association between variables is analyzed using chi square test, while dominant factor is analyzed using binary logistic regression. The result showed that 57,6 respondent have subthreshold eating disorder. There are significant associations between subthreshold eating disorder and dieting behavior."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Dira Wagarasukma
"Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah di DKI Jakarta adalah sebesar 14.0%. Ketidakseimbangan Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan melalui hormon ghrelin dan leptin sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur pada anak. Prevalensi gangguan tidur pada anak usia sekolah di Jakarta Pusat adalah 25,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain crosssecitonal dengan data sekunder diperoleh dari South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). Subjek dalam penelitian ini adalah 104 anak usia 6-12 tahun yang terdiri dari 62 anak perempuan dan 42 anak laki-laki. Analisis bivariat menunjukkan bahwa IMT tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur (p=0,135), sedangkan variabel lain yaitu kecemasan (p=0,000), berkeringat pada malam hari (p=0,013), dan persentase lemak (p=0,034) memiliki hubungan yang signifikan. Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap gangguan tidur adalah kecemasan (p=0,000) dan berkeringat pada malam hari (0,020). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IMT tidak berpengaruh terhadap gangguan tidur pada anak Provinsi DKI Jakarta. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan faktor-faktor lain yang mendasari yang mungkin memengaruhi gangguan tidur pada anak-anak khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

The prevalence of obesity in DKI Jakarta province is 14,0%. These imbalance in Body Mass Index (BMI) could affect growth development through imbalance of ghrelin and leptin, which could affect the quality of sleep and cause sleep disturbances in children. This study aims to determine the effect of BMI on sleep disturbances in school-aged children in DKI Jakarta Province. The design utilized in this study was a cross-sectional with data obtained from the South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). The subjects in this study were 104 children aged 6--12 years old, consisting of 62 girls and 42 boys. Bivariate analysis showed that BMI does not have a significant relationship with sleep disturbance (p=0.135), while other variables such as anxiety (p=0.000), sweating at night (p=0.013), and fat percentage (p=0.034) do have significant relationship. Results of multiple linear regression analysis conclude that variable with the influence for sleep disturbances are anxiety (p=0.000) and sweating at night (0.020). In conclusion, BMI does not affect sleep disturbances in children of DKI Jakarta Province. More research is needed to conclude other underlying factors that might affect sleep disturbances in children especially in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gresia Yuli Hartyaningtyas
"Masa remaja adalah masa saat tingginya kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa mulai terjadi pengingkatan status gizi yang mengarah kepada gizi lebih, tetapi gizi kurang juga masih ditemui pada beberapa remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fakor-faktor yang berhubungan dengan indeks Massa Tubuh (IMT) siswa SMA Marsudirini Bekasi tahun 2013. Faktor-faktor yang diteliti adalah citra tubuh, aktivitas fisik, kebiasaan makan, dan asupan zat gizi. Sampel represenstatif (n= 154, pria= 76 wanita=78) diambil dengan cara purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) siswa adalah 0.56 SD. Hasil uji statistik menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh ( r= 0.720) dan frekuensi jajan (r= 0.242) terhadap indeks massa tubuh (IMT) siswa. Edukasi tentang citra tubuh dan pemilihan jajanan yang sehat perlu dilakukan untuk mendukung terciptanya status gizi yang baik.

Adolescence needed more nutrition to support the physiology growth and development. Some studies showed increasing prevalence of overweight in adolescence. The purpose of this study was to examine factors related to body mass index among high school student in SMA Marsudirini Bekasi. The factors were body image, physical activity, food habit, and nutrition intakes. A representative sample (n= 154, Men=76, women= 78) was taken by purposive sampling. Mean BMI was 0.56 SD. Factors related to BMI were body image (r =0.720) and snacking frequency (r= 0.240). Adolescence health body image and health snacking education to create a good nutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicola Putri Sasmita
"Perilaku makan menyimpang didefinisikan sebagai gangguan makan atau perilaku terkait makan yang terjadi secara persisten, dimana hal ini menghasilkan perubahan terhadap penyerapan makanan yang secara signifikan berhubungan dengan kesehatan fisik atau fungsi psikososial Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu dan faktor lingkungan dengan perilaku makan menyimpang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52.2% remaja putri memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan distribusi perilaku makan menyimpang 46.9% pada anorexia nervosa dan 5.1% pada bulimia nervosa.Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya perilaku makan menyimpang adalah citra tubuh, status gizi, pengaruh media sosia, pengaruh media massa, pengaruh teman, dan pengaruh orang tua.
Penulis menyarankan agar dilakukan konseling dan penyuluhan kepada remaja putri di Jakarta untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan yang baik dan benar sehingga kejadian perilaku makan menyimpang di kalangan remaja putri di Jakarta bisa ditekan jumlahnya.

Eating Disorder is defined as eating-related behaviors that occur persistently, and results in change to the absorption of food which is significantly associated with physical health or psychosocial functions. This study aims to determine the relationship of individual factors and environmental factors with eating disorder. The study was conducted using a cross-sectional study design.
The results showed that 52.2% of young women have a tendency to eat with eating disorders, and the distributions are 46.9% with anorexia nervosa and 5.1% with bulimia nervosa. The variables that shown significant relationship with the occurrence of eating disorder is body image, nutrition, social media , mass media, peer pressure, and parental influence.
The author suggested that counseling to young women in Jakarta is needed to improve knowledge about proper diet so that the incidence of eating disorder among adolescent girls in Jakarta can be reduced in number.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>