Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanisa Fitri Amelia
"ABSTRAK
Jakarta Selatan sebagai bagian dari ibukota negara menjadi pusat bisnis dan investasi termasuk bagi kaum ekspatriat Korea dalam mengembangkan bisnis kuliner Korea. Pada umumnya, terdapat 2 jenis restoran Korea khususnya yang berada di Indonesia, yaitu restoran Korea tradisional dan modern. Tren budaya K-Pop disinyalir dapat memengaruhi peningkatan konsumen di restoran Korea. Sebagai konsumen restoran Korea, penggemar budaya K-Pop memiliki faktor yang berpengaruh dalam memilih restoran Korea yang dapat dikaji dari aspek spasial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan makna tempat restoran Korea tradisional dengan restoran Korea modern dan menganalisis perilaku spasial penggemar budaya K-Pop dalam memilih restoran Korea di Jakarta Selatan dengan mengetahui aspek kognitif, afektif serta konatif. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan informan penelitian yang selanjutnya akan ditemui untuk wawancara mendalam. Analisis spasial dengan metode deskriptif digunakan untuk menganalisis pola spasial dari perilaku penggemar budaya K-pop sebagai konsumen restoran Korea. Penelitian ini menghasikan 10 informan utama yang dibedakan berdasarkan tipologi penggemar budaya K-Pop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restoran Korea tradisional dimaknai sebagai restoran dengan suasana formal yang tidak memutarkan lagu K-Pop serta memiliki harga menu makanan relatif mahal dengan rasa autentik. Sementara restoran Korea modern K-Pop dimaknai sebagai restoran dengan suasana casual yang memutarkan lagu K-Pop serta memiliki harga menu makanan relatif murah dengan rasa yang telah dimodifikasi. Dalam memilih restoran Korea, pola spasial perilaku penggemar budaya K-Pop yang terbentuk yaitu perilaku mengunjungi restoran Korea modern yang dekat dari titik asal keberangkatan dengan mengendarai alat transportasi dan menempuh waktu yang relatif singkat. Penggemar budaya K-Pop dari ketiga tipologi umumnya memiliki preferensi terhadap restoran Korea modern K-Pop yang memiliki site yaitu memutarkan lagu dan musik K-Pop, dengan motivasi mengunjungi yaitu motivasi sosial sehingga memunculkan makna tempat restoran Korea sebagai fungsi sosial.

ABSTRACT
South Jakarta as part of the capital city became a center of business and investment for Korean expatriates in developing Korean culinary business. In general, there are two types of Korean restaurants, particularly those in Indonesia, which are traditional and modern Korean restaurants. K Pop trends are alleged to affect the increase of consumer in Korean restaurants. As a Korean restaurant consumer, K Pop fans have influential factors in choosing a Korean restaurant that can be studied from spatial aspects. This study aims to analyze the difference of sense of place, of a traditional Korean restaurant with a modern Korean restaurant and to analyze the spatial behavior of K Pop fans in choosing Korean restaurant in South Jakarta by knowing cognitive, affective and conative aspects. This study uses qualitative approach by using purposive sampling method to determine informant of research which can be encountered for in depth interviews. Spatial analysis by using the descriptive method is used to analyze the spatial patterns of K Pop fans behavior as a Korean restaurant consumer. This study produces 10 main informants that are distinguished by the typology of K Pop fans. The results show that traditional Korean restaurant is interpreted as a restaurant with a formal atmosphere that does not play K Pop songs and has a relatively expensive food menu prices with an authentic taste. While a modern Korean restaurant K Pop is interpreted as a casual atmosphere restaurant that plays K Pop songs and has a relatively cheap food menu prices with modified taste. In choosing a Korean restaurant, the spatial pattern of K Pop fan behavior is the act of visiting modern Korean restaurants that are close to the point of departure by driving and taking relatively short periods of time. K Pop fans by the three typologies generally have a preference for a modern Korean restaurant K Pop that has a site that plays K Pop songs and music, with a visiting motivation social motivation that raises the sense of place of Korean restaurant as a social function."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indhina Saraswati
"Media dan Globalisasi merupakan dua hal yang tak mudah untuk dipisahkan. Dalam hal ini ekspansi industri media, yang dimiliki negara-negara besar, mengakibatkan media global, dan pada saat yang sama globalisasi bisa membuat industri media lokal menjadi go global, seperti K-pop. Dominasi budaya Korea tidak hanya disebarkan melalui media tapi juga institusi pendidikan yang dilakukan melalui student exchange di Korea.
Pertanyaan penelitiannya adalah apakah kesempatan belajar di sana, selama dua bulan, akan mengubah identitas pelajar Indonesia? Teori utama dalam research paper ini adalah teori Identitas Stuart Hall. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, dengan metode kualitatif dan pendekatan Social Constructivsm dilengkapi dengan obeservasi partisipan dan wawancara mendalam terhadap pelajar yang juga K-pop-ers berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identity ke-Indonesiaan dibentuk melalui nilai dan norma dan pengalaman informan masa lalu. Peran orang tua, dan lingkungan sosial serta self identity merupakan faktor kuat dalam menentukan lunturnya identitas ke-Indonesia-an seseorang.

Media and globalization often constitute one unsepararable item. The vast expansion of media owned by big and developed countries has given birth to the new phenomenon of globalized media, which in turn has pushed local media to go global, for example K-pop. K-Pop, as one form of Korean culture is not only disemminated through media but also by educational institution, through exchange programs to Korea.
The research question is whether the opportunity to study there, for two months, will change the identity of Indonesian students? The main theory in this research paper is Stuart Hall's Identity theory. The method used is qualitative method by social constructivism approach through the participation of observations equipped with indepth interview. Selection of informants was conducted purposively against students who were also heavy K-pop-ers.
The results show that the indonesian identity is formed through the values and norms and past experiences of the informants. The role of parents, and the social environment and self-identity is a powerful factor in determining whether such identity will be challenged to diminish or remain solid.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T48578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Wahyu Andriani
"Photocard eksklusif menjadi salah satu objek koleksi bagi kelompok penggemar K-Pop, salah satunya adalah bentuk kerjasama eksklusif antara idol dengan brand. Bentuk eksklusifitas dan limited edition yang ditawarkan menjadi daya tarik yang sulit untuk dilewatkan bagi penggemar. Penelitian ini menganalisis perilaku budaya penggemar K-Pop melalui objek photocard eksklusif sebagai perantara penggemar, idol, dan brand. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif pada periode Januari hingga Juni 2022. Tahapan kuantitatif berupa survei kepada 212 responden penggemar K-Pop untuk memetakan budaya penggemar sekaligus menyeleksi calon informan. Pengumpulan data utama dilakukan melalui metode kualitatif berupa etnografi digital dengan wawancara mendalam secara virtual pada enam informan dan observasi digital pada media sosial. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pola aktivitas koleksi photocard eksklusif melibatkan beberapa pihak, seperti penggemar, idol, dan brand. Relasi pertama memfungsikan photocard sebagai objek yang memperlihatkan identitas sosial fandom K-Pop yang memiliki nilai emosional. Relasi kedua memfungsikan photocard sebagai valued product, yakni objek yang memiliki nilai lebih untuk memantik pola konsumerisme kelompok penggemar. Relasi ketiga memfungsikan photocard sebagai objek dan komoditas budaya penggemar. Ketiganya mencerminkan bahwa photocard eksklusif lebih dari sekedar benda material sebab mampu menjadi penghubung relasi antara penggemar, idol, dan brand.

Exclusive photocards are a collection object for K-Pop fan groups, one of which is a complete form of collaboration between idols and brands. The form of exclusivity and limited edition offered is an attraction that is hard to miss for fans. This study analyses the cultural behaviour of K-Pop fans through exclusive photocard objects as intermediaries for fans, idols, and brands. The research was conducted using quantitative and qualitative methods from January to June 2022. The quantitative stage was a survey of 212 respondents of K-Pop fans to map fan culture and select potential informants. The primary data collection was carried out through qualitative methods in the form of digital ethnography with in-depth virtual interviews with six informants and digital observations on social media. This study found that the pattern of exclusive photocard collection activities involved several parties, such as fans, idols, and brands. The first relation functions the photocard as an object that shows the social identity of the K-Pop fandom that has emotional value. The second relationship functions as a photocard as a valued product, an object with more value to ignite a pattern of consumerism among fan groups. The third relation functions photocards as objects and commodities of fan culture. All three reflect that exclusive photocards are more than just material objects because they can be a link between fans, idols, and brands."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah Agy Wahyuni
"Eating disorders merupakan suatu jenis penyakit mental dan fisik yang serius dimana penderitanya mengalami gangguan perilaku makan yang parah dan bisa berakibat fatal, seperti meningkatkan risiko melahirkan bayi BBLR, pendarahan selama kehamilan, hipertensi, aborsi spontan, kelahiran prematur, hingga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan K-Pop, body image dan faktor lainnya terhadap risiko eating disorders pada remaja putri pnggemar K-Pop di DKI Jakarta Tahun 2022. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan metode quota sampling melalui pengisian kuesioner online oleh responden (n=140). Hasil penelitian menunjukkan 92,1% responden memiliki risiko eating disorders. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paparan K-Pop (p value 0,042), body image (p value 0,027) dan tingkat stres (0,018) terhadap risiko eating disorders. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk dilakukan pembuatan media edukasi bagi remaja agar lebih bijak dalam bermedia sosial dan menyaring budaya asing yang diterima, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap eating disorders.

Eating disorders are serious mental and physical illnesses in which sufferers experience severe eating disorders that can be fatal, such as increasing the risk of giving birth to a low birth weight baby, bleeding during pregnancy, hypertension, spontaneous abortion, premature birth, and even death. This study aims to determine the relationship between exposure to K-Pop, body image, and other factors on the risk of eating disorders in young female K-Pop fans in DKI Jakarta in 2022. The study used quantitative methods with a cross-sectional study design. Data collection was carried out online using the quota sampling method by filling out online questionnaires by respondents (n = 140). The results showed that 92.1% of respondents had a risk of eating disorders. The results of the chi-square test showed that there was a significant relationship between exposure to K-Pop (p-value 0.042), body image (p-value 0.027), and stress level (0.018) on the risk of eating disorders. Based on the results of this study, the authors suggest creating educational media for teenagers to be wiser in using social media and filtering foreign cultures that are accepted as well as increasing awareness about eating disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhealma Nuhasti Avicena Fabian
"Mengoleksi merupakan salah satu budaya penggemar K-Pop. Photo card selama dua tahun terakhir menjadi komoditas koleksi yang paling banyak diminati di dalam fandom K-Pop. Bersamaan dengan tingginya minat koleksi photo card, muncul perubahan perilaku penggemar yang menjadi obsesif dan protektif terhadap photo card. Penelitian ini ditujukan untuk melihat perubahan perilaku konsumsi dan pemaknaan oleh penggemar terhadap photo card serta budaya penggemar mengoleksi photo card. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis keterlibatan emosional pada perubahan perilaku penggemar. Data yang diperoleh menjelaskan mengenai bagaimana perilaku penggemar dalam menjalankan dan memaknai aktivitas budaya penggemar koleksi photo card. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mencakup wawancara mendalam secara daring dan kajian pustaka. Informan yang terlibat merupakan penggemar K-Pop yang turut berpartisipasi menjadi kolektor photo card selama dua tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumsi yang dilakukan penggemar K-Pop dalam budaya penggemar koleksi photo card, dilakukan atas hubungan emosional, seperti hubungan parasosial, yang terbentuk pada penggemar terhadap idola dan sesama penggemar. Keterlibatan emosional dan perilaku konsumsi juga menjadi sesuatu yang saling berhubungan dan berpengaruh dalam pembentukan pola perilaku dan pemaknaan baru oleh penggemar terhadap photo card.

One aspect of K-Pop fan culture is collecting. Photo cards for the last two years have become the most sought-after collections in the K-Pop fandom. Along with becoming a collection of interests, comes a shift in obsessive fan behavior and protective photo cards. This study is aimed at looking at changes in consumption behavior and meaning among photo card fans and the culture of collecting photo cards. This research was conducted by analyzing the emotional interactions of changes in fan behavior. The data obtained explains the behavior of fans in carrying out and interpreting the cultural activities of photo card collections. This study uses a qualitative method, which includes in-depth interviews and literature reviews. Informants involved are K-Pop fans who participated as photo card collectors for the last two years. The results show that the consumption behavior of K-Pop fans in the fan culture of photo card collections is based on emotional relationships, such as parasocial relationships, which are formed by fans towards idols and fellow fans. Involvement and consumption behavior are also interconnected and influential in the formation of new behavior patterns and meanings by fans of photo cards."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannisa Shafira Ridfinanda
"Skripsi ini membahas tentang praktik-praktik yang dilakukan oleh Kpopers antar generasi dalam menjalani aktivitas fangirling/fanboying dunia K-Pop di media sosial. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara mendalam bersama dengan enam subjek dan observasi media sosial. Kpopers yang masih aktif menjalani aktivitas fangirling/fanboying di media sosial terbagi menjadi Kpopers generasi 2, generasi 3, dan generasi 4. Pembagian generasi antara Kpopers kerap menimbulkan perbedaan pemahaman dan gesekan ketika menjalani aktivitias fangirling/fanboying yang akhirnya menimbulkan stigma tersendiri untuk Kpopers di setiap generasinya. Hasil penelitian menunjukkan memang terdapat stigma karena perbedaan media teknologi dan budaya yang diterima oleh masing-masing Kpopers saat aktif mengemari dunia K-Pop, tetapi mereka tetap memiliki motivasinya masing-masing yang tertanam dalam diri yang terkadang tidak mencerminkan stigma dari setiap generasinya.

This paper discusses the practices carried out by intergenerational Kpopers in carrying out fangirling/fanboying activities in the K-Pop world on social media. The method used for this research is in-depth interviews with six subjects and social media observations. Kpopers who are still actively carrying out fangirling/fanboying activities on social media are divided into 2nd generation, 3rd generation, and 4th generation. The generational division between Kpopers often creates differences in understanding and friction when undergoing fangirling/fanboying activities, which ultimately creates a stigma for Kpopers based on their generation. The results of the study show that there is indeed a stigma due to the differences in technology and cultural media received by each Kpopers when they are actively involved in the K-Pop world, but they still have their motivations that are embedded in themselves which sometimes do not reflect the stigma of each generation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Fitri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang K-Pop yang digunakan sebagai instrumen bagi Pemerintah Korea Selatan dalam melakukan imperialisme struktural di Indonesia. Tesis ini menguraikan perjalanan panjang sejak awal K-Pop diciptakan hingga bagaimana K-Pop menjadi agen bagi Pemerintah Korea Selatan dalam melakukan imperialisme struktural yang berujung pada spasialisasi industri di Indonesia. Kata kunci: imperialisme struktural, imperialisme budaya, spasialisasi, ekonomi politik, K-Pop

ABSTRACT
The focus of this study is K Pop which being used as a tool for South Korea Government in doing structural imperialism in Indonesia. This study explains the long journey since K Pop was established until how it is used as a South Korea Government agent in doing structural imperialism through industry spacialization in Indonesia. Key words structural imperialism, cultural imperialism, spacialization, political economy, K Pop "
2018
T51534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandini Rizki Nurbaiti
"Remaja berada pada fase pencarian jati dirinya, sebagaimana tahap perkembangan psikososial remaja yaitu identity versus role confusion. Pencarian identitas diri remaja seringkali dikaitkan dengan tokoh idola yang rentan menimbulkan perilaku parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parasocial relationship dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis analisis-korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 108 remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen Ego Identity Process Questionnaire digunakan untuk mengukur status identitas diri dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur hubungan parasosial. Hasil analisis univariat yaitu sebanyak 35,2% remaja berada pada fase identitas diri achievement dan 50% remaja memiliki hubungan parasosial dengan tokoh idolanya pada tingkat intense personal feeling. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman rho menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan parasosial dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). Kesimpulan penelitian ini adalah aktivitas pengidolaan membentuk hubungan parasosial dengan tokoh idola yang turut memengaruhi status identitas diri yang dicapai oleh remaja pada tahap perkembangannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan variabel lain yang berkaitan dengan hubungan parasosial terhadap status identitas diri remaja.

Adolescents are in an identity-searching period, as is the stage of adolescent psychosocial development, specifically identity vs role confusion. The search for self-identity in adolescents is frequently related with idol figures who are prone to triggering parasocial conduct. The purpose of this study is to investigate the relationship between parasocial relationships and self-identity construction among K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta. This study recruited 108 teenage K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta who were chosen using a simple random samplingsimple strategy and a quantitative method of correlation-analysis. The Ego Identity Process Questionnaire was used to assess identity status, and the Celebrity Attitude Scale to measure parasocial relationships. The results of the univariate analysis showed that 35,2% of adolescents were in the achievement self-identity phase and 50% of adolescents had a parasocial relationship with their idol at the level of intense personal feeling. The results of bivariate analysis using the Spearman rho test showed that there was a significant relationship between parasocial relations and the self-identity status of young K-Pop fans in DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). The conclusion of this study is that idolizing activities form parasocial relationships with idol figures which also influence the identity status achieved by adolescents at their developmental stage. Future research is expected to be able to relate other variables related to parasocial relationships to adolescent self-identity status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artika Isnanda Sarah
"ABSTRAK
Penekanan terhadap representasi visual, seperti tampilan fisik, kostum dan
koreografi tari membuat girlband dan boyband K-pop menjadi terseksualisasi,
menjadikan mereka hanya sebagai gambaran objek seksual. Pada musik video,
yang merupakan media paling utama bagi girlband dan boyband K-pop generasi
kedua dalam mempromosikan lagu serta menghimpun penggemar dari global,
seksualisasi ini ditunjukkan dengan gambaran tubuh perempuan dan posisinya
dari laki-laki. Pada tahun 2015, kecenderungan berbeda ditunjukkan oleh Brown
Eyed Girls dan Stellar yang memunculkan tanda-tanda (sign) merujuk pada
genital perempuan. Bahkan Big Bang, kelompok boyband juga ikut menampilkan
hal serupa. Menggunakan pemikiran Julia Kristeva tentang abjeksi terhadap tubuh
perempuan, tiga video tersebut dianalisa menggunakan metode semiotika
pragmatis Pierce untuk menemukan makna di balik simbol-simbol yang menjadi
tanda bagi subjektifitas. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa musik BigBang
dengan lagu Bae Bae menunjukkan subjektifitas perempuan yang pasif dan aktif
bagi laki-laki seperti pada ajaran Konfusius, lagu Brown Eyed Girls,
menunjukkan subjektifitas perempuan pada era 1960-an yang menjadikan
tubuhnya sebagai ekspresi diri dan identitas feminin, sementara musik video
Stellar Vibrato menunjukkan komersialisasi tubuh dalam industri K-pop.

ABSTRACT
K-pop girlband and boyband has been emphasized visual representations on their
physical appearance, costume, and dance choreography which make their own
been sexualized as sexual imagery. This sexualization can also been found on On
the music video, the main media for second wave K-pop to promote song and
gather global fans, potrays women body and their position from man. In 2015, the
sexualization coming with new trends which the sexual innuendos that refer to
female genitalia is significantly appear. There are three music videos which the
girlbands, Brown Eyed Girls, Stellar and Big Bang boyband showed this kind of
sexual innuendos in their new single. Using the Kristeva thought and Peirce
pragmatics semiotics, this research found that on Big Bang Bae Bae music video,
the genitalia signs is potrayed woman and man subjectivity based on
Confusianism. Meanwhile, on Brown Eyed Girls music video, the subjectivity
representation is related to Korean women who in 1990?s transformed their body
as expression and feminine identity. The transformation on woman thought about
their mind and body is comersialized on K-pop industry which can be observed on
Stellar music video."
2016
S64926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuannisa Manendra
"Tahun 90-an, industri musik Korea diramaikan oleh kemunculan boyband dan girlband. Peristiwa ini menimbulkan fenomena fanatisme dikalangan penggemar. Skripsi ini akan membahas adegan-adegan dalam drama yang disutradarai oleh Shin Wonho berjudul Eungdabhara 1997. Adegan-adegan tersebut menunjukkan aktivitas tokoh Seong Shiwon sebagai fans berat dari boyband H.O.T. dan juga dampak yang dialami oleh tokoh tersebut karena sifat fanatisme yang dia miliki. Untuk menganalisis hal tersebut, digunakan metode deskriptif analitik.
Hasil penelitian ini akan menunjukkan bahwa aktivitas fanatisme yang diperlihatkan oleh tokoh Seong Shiwon dapat merepresentasikan fenomena fanatisme yang terjadi di Korea Selatan pada tahun 90-an.

In the 90s, Korean music industry enlivened by groups of boyband and girlband. This event yielded fanaticism phenomenon in the circle of fans. This thesis will be discussing about scenes from drama Eungdabhara 1997 directed by Shin Wonho. Those scenes will show us about character named Seong Shiwon as a massive fan of boyband called H.O.T. and how that fanaticism affected her. To analyze that, analytic descriptive method will be used.
The result of this research will show us that the fan activities showed by Seong Shiwon may represent the fanaticism phenomenon that happened in South Korea in the 90s.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>