Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widina Mathilda
"ABSTRAK
Pasien hemodialisis terjadi peningkatan setiap tahunnya di Indonesia. Manajemen hemodialisis salah satunya diet menjadi hal yang sulit untuk dipatuhi oleh pasien hemodialisis. Sulitnya mempertahankan kepatuhan terhadap rekomendasi diet membuat risiko malnutrisi meningkat juga pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan kepatuhan diet dengan status gizi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian in merupakan cross sectional dengan jumlah sampel 121 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Untuk analisis statistik, hasil penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Renal Adherence Behavior Questionnaire untuk mengukur kepatuhan diet dialisis dan Subjevtive Global Assessment untuk mengukur status gizi. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepatuhan diet dengan status gizi pada pasien yang menjalani hemodialisis p=0,127 . Kesimpulan penelitian ini adalah kepatuhan diet tidak memiliki hubungan dengan status gizi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Meskipun demikian, pengkajian terhadap kepatuhan diet dan status gizi penting untuk dilakukan oleh perawat untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien yang menjalani hemodialisis.

<ABSTRACT
The increasing number of patients undergoing hemodialysis each year in Indonesia and the difficulty of maintaining adherence to dietary recommendations as one of dialysis management for patients undergoing hemodialysis make the risk of malnutrition increase in hemodialysis patients. This study aimed to determine the relationship between dietary adherence and nutritional status in patients undergoing hemodialysis. This research design was cross sectional with 121 respondents selected using purposive sampling technique. For statistical analysis, the results of this study used spearman correlation test. Instruments used in this study, namely Renal Adherence Behavior Questionnaire to measure dietary adherence in hemodialysis patients and Subjevtive Global Assessment to measure nutritional status. The results showed that there was no relationship between dietary adherence and nutritional status in patients undergoing hemodialysis p 0.127 . The conclusion of this study is dietary adherence has no relationship with nutritional status in patients undergoing hemodialysis. However, assessment of dietary adherence and nutritional status is important for nurses to prevent malnutrition in patients undergoing hemodialysis. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levy Wayiqrat
"Kepatuhan pembatasan cairan merupakan permasalahan yang akan terus dihadapi pasien GGK. Ketidakpatuhan pembatasan cairan dapat menyebabkan kegagalan terapi, menurunnya kualitas hidup pasien, bahkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen cairan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien GGK dengan hemodialisis di RSAU dr. Esnawan Antariksa. Desain penelitian adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel 101 responden dengan consecutive sampling.
Metode pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner dan pengamatan IDWG Interdialytic Weight Gain . Analisis hasil penelitian menggunakan Chi-Square bivariat dengan ?=0,05, didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen cairan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan p=0,88. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya pemberian perhatian pada kondisi psikologis pasien GGK on HD untuk meningkatkan kepatuhannya.

Fluid resstriction adherence is a major change in patient with CKD. Nonadherence to fluid restriction can lead to treatment failure, reduce quality of life, and also increase morbidity and mortality number. This study aimed to identify the corelation between fluid management knowledge level with fluid restriction adherence in CKD patient undergoing haemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta Timur.
The study design was Cross Sectional that involved 101 respondents. Data were collected through filling questionnaire and observating Interdialytic Weight Gain IDWG. Analysis data used Chi Square 0.05, resulted in that there was no significant association between fluid management knowledge level and fluid restriction adherence p 0.88. This study recommends the important of psychological issues to increase patients adherence level.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frieda Audryana Prastysia
"Latar belakang: Penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi salah satu penyakit yang menjadi perhatian di berbagai negara karena jumlah penderita yang meningkat setiap tahun. Menurut data RISKESDAS, prevalensi pasien PGK di Indonesia sebesar 0,2% pada tahun 2013 dan bertambah menjadi 3,8% pada tahun 2018. Sebagian besar pasien PGK mengalami gejala atau perubahan pada rongga mulut, salah satunya pada lidah. Perubahan kondisi rongga mulut berdampak secara signifikan pada kualitas hidup pasien. Kesadaran dan pengetahuan mengenai temuan klinis rongga mulut pasien PGK sangat penting sebagai edukasi bagi tenaga kesehatan dan pasien. Serta masih sedikit adanya penelitian terkait gambaran lidah pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. Esnawan Antariksa melatarbelakangi penelitian ini. Tujuan: Mengetahui profil gambaran klinis lidah berupa distribusi dan frekuensi atrofi papila, ukuran lidah, coated tongue, dan fissured tongue pada pasien PGK yang sedang menjalani hemodialisis di RSAU dr. Esnawan Antariksa. Metode: Penelitian deskriptif dengan data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan rongga mulut dan data sekunder dari rekam medis pasien PGK yang sedang menjalani hemodialisis Hasil: Dari 108 pasien PGK, terdapat 19 orang (17,9%) mengalami atrofi papila, 106 pasien (100%) adanya coated tongue, 85 pasien (80,2%) adanya fissured tongue. Pasien paling banyak ditemukan memiliki ukuran lidah dengan kategori 1 berdasarkan klasifikasi House (76,4%), memiliki perluasan coated tongue berdasarkan indeks Winkel sebesar 12 (22,6%), memiliki coated tongue berwarna putih (93,4%), dan memiliki jumlah fissured tongue dengan kategori ringan (31,1%). Kesimpulan: Pada penelitian ini menunjukkan bahwa masalah dan perubahan pada rongga mulut dapat ditemukan pada pasien PGK yang sedang menjalani hemodialisis di RSAU dr. Esnawan Antariksa.

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a disease of concern in various countries because the number of cases increases every year. According to RISKESDAS data, the prevalence of CKD patients in Indonesia was 0.2% in 2013 and increased to 3.8% in 2018. Most of CKD patients have symptoms or clinical features in the oral cavity, one of which is the tongue. Changes in the condition of the oral cavity have a significant impact on the patient's quality of life. Awareness and knowledge regarding the clinical findings of the oral cavity of CKD patients is important to be educated for health workers and patients. There has not been any research related to the tongue features in CKD patients undergoing hemodialysis at the Air Force Hospital (RSAU) dr. Esnawan Antariksa. Objective: This study aims to determine the clinical features of the tongue in the form of distribution and frequency of papillary atrophy, tongue size, coated tongue, and fissured tongue in CKD patients undergoing hemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa. Methods: Descriptive study is done by examining the patient’s oral cavity and using the secondary data found in patient’s medical record. Results: From 108 CKD patients, 19 patients (17.9%) had papillary atrophy, 106 patients (100%) had coated tongue, 85 patients (80.2%) had fissured tongue. Most patients were found to have a tongue size with category 1 based on House classification (76.4%), had an extended coated tongue based on the Winkel index of 12 (22.6%), had a white coated tongue (93.4%), and had the number of fissured tongue in the mild category (31.1%). Conclusion: This study reveals that problems and changes in the oral cavity could be found in CKD patients undergoing hemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Syamsiah
"Kepatuhan merupakan salah satu permasalahan pada pasien hemodialisa yang mengalami penyakit ginjal kronis. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan kegagalan terapi sehingga menurunkan kualitas hidup pasien, meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD dengan hemodialisa di RSPAU dr. Esnawan Antariksa Halim Perdanakusuma Jakarta. Desain penelitian adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel 157 responden, yang didapat dengan consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner. Analisis hasil penelitian menggunakan Chi-Square (bivariat) dengan α=0,05, didapatkan hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan usia (p=0,006), pendidikan (p=0,003), lamanya HD (p=0,015), motivasi (p=0,039) dan dukungan keluarga (p=0,014).

Adherence is one of the problems in hemodialysis patients who have chronic kidney disease. Poor adherence could lead to treatment failure resulting in lower quality of life for patients, increase morbidity and mortality. The research objective was to determine the factors associated with CKD patient adherence with hemodialysis in RSPAU dr. Esnawan Antariksa Halim Perdanakusuma Jakarta. The study design is the Cross Sectional with 157 respondents, obtained by consecutive sampling. Methods of data collection by filling the questionnaire. Analysis of the results of research using the Chi-Square (bivariate) with α = 0.05, obtained a significant association between adherence with age (p = 0.006), education (p = 0.003), duration of HD (p = 0.015), motivation (p = 0.039) and family support (p = 0.014)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Usfahtul Khasanah
"Latar Belakang: Pertumbuhan industri jasa kesehatan di Indonesia terus meningkat, jumlah rumah sakit di Indoensia juga terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta bertumbuh positif. Jumlah rumah sakit di Provinsi DKI Jakarta juga meningkat dari tahun 2019 – 2022. Hal ini mendorong persaingan dalam industri jasa kesehatan terutama rumah sakit di Provinsi DKI Jakarta. Rumah sakit berusaha melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar tercapai kepuasan pasien. IGD sebagai pintu masuk utama pasien baik rawat jalan maupun rawat inap perlu memperhatikan kepuasan pasiennya. Banyaknya komplain pasien terhadap layanan kesehatan di IGD mengindikasikan adanya kekurangpuasan pasien terhadap layanan di ruang tersebut.
Tujuan Penelitian: untuk melihat hubungan Kualitats Layanan (Service Quality) terhadap kepuasaan pasien di IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa.
Metode Penelitian: menggunakan metode penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa pada bulan Mei 2024. Sampel penelitian berjumlah 180 pasien. Analisis data menggunakan uji analisa univariat, bivariat chi square, dan regresi logistik ganda.
Hasil Penelitian: kepuasan pasien di IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa secara keseluruhan adalah baik yang terlihat dari nilai indeks Ikj yang menunjukkan nilai positif yang mengindikasikan bahwa persepsi pasien terhadap layanan kesehatan di IGD melebihi ekspektasinya. Sehingga timbul kepuasan pasien yang ideal menurut pasien. Namun ketika ditanyakan kembali menggunakan kuesioner ada 56,7% menyatakan ketidakpuasannya. Dari hasil uji chi square terlihat adanya hubungan yang signifikan terhadap kepuasan pasien pada semua dimensi kualitas layanan tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy, dengan p-value 0,000 (<0,050). Kemudian dari hasil uji multivariat menyatakan bahwa responsiveness merupakan faktor yang paling dominan terhadap kepuasan pasien.
Saran: Hendaknya IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasiennya terutama pada dimensi responsiveness.

Background: The growth of the health services industry in Indonesia continues to increase, the number of hospitals in Indonesia also continues to increase. Economic growth in DKI Jakarta Province is growing positively. The number of hospitals in DKI Jakarta Province will also increase from 2019 - 2022. This encourages competition in the health services industry, especially hospitals in DKI Jakarta Province. Hospitals try to make efforts to improve the quality of health services in order to achieve patient satisfaction. The Emergency Room as the main entrance for patients, both outpatient and inpatient, needs to pay attention to patient satisfaction. The large number of patient complaints about health services in the Emergency Room indicates that there is a lack of patient satisfaction with the services in that room.
Research Objective: to see the relationship between Service Quality and patient satisfaction in the ER at RSAU dr. Esnawan Antariksa. Research
Method: using quantitative analytical research methods with a cross sectional approach. The population of this study were all patients who visited the emergency room at RSAU dr. Esnawan Antariksa in May 2024. The research sample consisted of 180 patients. Data analysis used univariate analysis, bivariate chi square and multiple logistic regression tests.
Research Results: patient satisfaction in the ER RSAU dr. Esnawan Antariksa as a whole is good as seen from the Ikj index value which shows a positive value indicating that the patient's perception of health services in the ER exceeds their expectations. So that ideal patient satisfaction arises according to the patient. However, when asked again using a questionnaire, 56.7% expressed dissatisfaction. From the results of the chi square test, it can be seen that there is a significant relationship with patient satisfaction in all dimensions of tangible service quality, reliability, responsiveness, assurance and empathy, with a p-value of 0.000 (<0.050). Then, the results of the multivariate test stated that responsiveness was the most dominant factor in patient satisfaction.
Suggestion: It is hoped that the Emergency Room of RSAU dr. Esnawan Antariksa can improve the quality of health services so that it can increase patient satisfaction, especially in the dimension of responsiveness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Sina Vinci
"Peningkatan insiden kasus penyakit Covid-19 di rumah sakit menyebabkan peningkatan beban kerja level unit pada perawat yang bertugas di Ruang Isolasi. Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan kepuasan kerja yang rendah dan tingginya tingkat turn over. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat hubungan antara beban kerja level unit dengan kepuasan kerja. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan instrumen berupa kuesioner daring kepada perawat yang pernah bertugas di Ruang Isolasi RSAU dr. Esnawan Antariksa pada pandemi Covid-19. Analisis persepsi beban kerja menunjukkan 91,9% dari responden merasakan beban kerja berat, sedangkan dari kepuasan kerja 87,1% dari responden merasakan kepuasan kerja yang tinggi tanpa adanya hubungan yang signifikan di antara keduanya (p value=0,0591). Hubungan antara beban kerja dan kepuasan kerja yang tidak terbukti pada penelitian ini menampilkan temuan terbaru yang menunjukkan variabel usia dan pengalaman bekerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap beban kerja dan kepuasan kerja. Faktor yang menjadi determinan terjadinya temuan ini diantaranya adalah gairah dalam bekerja, self-reported bias, dan keterbatasan penelitian. Kebijakan yang dapat diterapkan terkait temuan ini diantaranya menetapkan kriteria kelayakan untuk perawat yang akan bertugas di Ruang Isolasi dan melakukan penilaian berkala beban kerja dan kepuasan kerja kepada perawat yang bertugas di Ruang Isolasi.

The increase in the incidence of Covid-19 disease cases in hospitals has led to the increase in the unit-level workload for nurses in the Isolation Ward. A high workload can lead to low job satisfaction and high turnover rates. The purpose of this study is to study the relationship between unit-level workload and job satisfaction. The study was conducted with a cross-sectional design using an instrument in the form of an online questionnaire to nurses who had served in the Isolation Room of RSAU dr. Esnawan Antariksa during the Covid-19 pandemic. Analysis of workload perceptions showed that 91.9% of respondents felt a heavy workload, while the 87.1% of respondents felt high job satisfaction without a significant relationship between the two variables (p value = 0.0591). The relationship between workload and job satisfaction which is not proven in this study shows the latest findings which show that age and work experience variables have a significant relationship to workload and job satisfaction. Factors that determine the occurrence of these findings include harmonious passion, self-reported bias, and research limitations. Policies that can be applied related to these findings include establishing eligibility criteria for nurses who will serve in the Isolation Ward and conducting periodic assessments of workload and job satisfaction for nurses serving in the Isolation Ward."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nur Ridwan
"Pasien gagal ginjal terminal memiliki kualitas hidup cenderung rendah. Diperlukan kepatuhan terhadap rekomendasi diet serta mampu meredakan emosi negatif sebagai tanda penerimaan terhadap penyakit pada pasien gagal ginjal terminal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dan penerimaan penyakit dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang, melibatkan 114 pasien gagal ginjal terminal yang dipilih dengan teknik non-random consecutive sampling. Data kepatuhan diet diperoleh menggunakan Renal Adherence Behaviour Questionnaire, data penerimaan penyakit diperoleh menggunakan kuesioner Acceptance of Illness dan WHOQoL-BREF untuk mendapatkan data kualitas hidup. Analisa data menggunakan Pearson Correlation menunjukkan terdapat hubungan berpola positif dengan kekuatan sedang antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup p value.

Patients with end stage renal disease have a low quality of life. Required adherence to dietary recommendation and able to alleviate negative emotions as a sign acceptance of illness in patients with end stage renal disease. This study aims to determine the relationship between dietary adherence and acceptance of illness with quality of life of end stage renal failure patients undergoing hemodialysis. This study used cross sectional approach involving 114 ESRD patients selected using non random consecutive sampling technique. Dietary compliance data were obtained using Renal Adherence Behavior Questionnaire RABQ , acceptance of disease was obtained using the Acceptance of Illness Questionnaire AoI , and the WHO Quality of Life BREF to get quality of life data. The data were analyzed using Pearson correlation and showed significant moderate association between diet adherence and quality of life p value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Khumaeroh
"Pasien dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) membutuhkan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD). Untuk mencapai keberhasilan HD diperlukan kepatuhan pasien terhadap pembatasan cairan. Kepatuhan cairan dapat tercapai saat pasien mampu melakukan penyesuaian diri dengan penyakit GGT dan terapi HD. Penyesuaian diri pasien HD terhadap penyakit GGT dan pembatasan cairan dapat berhubungan dengan penerimaan diri. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penerimaan diri dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien HD. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling pada 121 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner kepatuhan cairan dan self acceptance scale serta studi dokumentasi. Analisis yang digunakan yaitu Chi-Square dan regresi logistic. Hasil penelitian didapatkan responden yang patuh terhadap pembatasan cairan sebanyak 79,3% dan penerimaan diri sebanyak 78,5%. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan kepatuhan cairan (p=0,024) namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan IDWG (p=0,154). Ada hubungan variabel konfonding lama menjalani HD dengan kepatuhan cairan (p=0,033), variabel konfonding adekuasi HD dengan IDWG (P= 0,011). Namun, pada variabel konfonding lainnya tidak terdapat hubungan signifikan dengan kepatuhan cairan, diantaranya adalah: usia, jenis kelamin, pendidikan dan komorbiditas. Selanjutnya pada analisis multivariat variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan cairan adalah penerimaan diri (p=0,006) setelah dikontrol variabel jenis kelamin dan lama menjalani HD serta mampu memprediksi sebesar 21% terhadap kepatuhan pembatasan cairan. Rekomendasi penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi serta melakukan upaya meningkatkan penerimaan diri pasien untuk meningkatkan kepatuhan cairan dengan intervensi seperti therapy reality dan terapi berpikir positif. Perawat harus lebih memperhatikan adekuasi HD dan berat badan kering pasien untuk menghindari peningkatan IDWG. Selain itu, rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen penelitian yang mampu melihat waktu yang dibutuhkan pasien HD untuk mencapai tahap acceptance serta melakukan analisis lanjutan pada hasil penelitian ini tentang kesenjangan hasil antara kepatuhan cairan yang tinggi berdasarkan kuesioner namun mayoritas responden pada IDWG berat.

Patients with End Stage Renal Disease (ESRD) requires a renal replacement therapy in the form of hemodialysis (HD). To achieve success of HD requires patient compliance with fluid restrictions. Fluid adherence can be achieved when the patients is able to adjust to ESRD and HD therapy. Adjustment of patients HD to ESRD and fluid restriction can be related to self acceptance. This study aimed to identify the relationship between self acceptance and fluid adherence in ESRD patients undergoing HD. This study used cross sectional design with consecutive sampling of 121 respondents. Data collection used fluid adherence questionnaires, self acceptance scale and documentation studies. The analysis used chi square and logistic regression. The result showed that 79,3% of respondents had adherence to fluid restriction and 78,5% of them had self acceptance. The analysis result also showed there was a significant relationship between self acceptance and fluid adherence (p=0,024), but no significant relationship between self-acceptance and IDWG (p=0.154). There was significant relationship between confounding variable of the length of time undergoing HD and fluid adherence (p=0.033), adequacy HD and IDWG (p=0,011). However, other confounding variables were not significant relationship with fluid adherence, which were: age, gender, education, and comorbidities. Furthermore, the multivariat analysis found that self acceptance was the most dominant variable affecting fluid adherence (p=0.006) after controlling by variables of the sex and the length of time undergoing HD, which can predicted 21% to fluid adherence. Recommendations for this study are nurses need to identify and make efforts to increase patient self-acceptance to improve fluid compliance with interventions such as reality therapy and positive thinking therapy. Nurses should more attention to HD adequacy and dry weight of the patient to avoid an increase in IDWG. In addition, recommendations for further researchers are expected to use research instruments that are able to see the time needed for HD patients to reach the acceptance stage and carry out further analysis on the results of this study regarding the gap in results between high fluid adherence based on the questionnaire but the majority of respondents on the IDWG severe."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Dhisti Priyasdamaranti
"Perawat merupakan profesi dengan tingkat burnout yang tinggi, menurut Montgomery et al (2010) setidaknya 1 dari 3 perawat mengalami burnout. Burnout merupakan masalah yang cukup serius karena diasosiasikan dengan berbagai kosekuensi negatif baik bagi pekerja, keluarganya, klien, maupun bagi organisasi tempat ia bekerja. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat faktorfaktor psikososial apa saja yang berpengaruh terhadap burnouti pada perawat di ruang rawat inap. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional, lokasi penelitian dilakukan di RSAU dr. Esnawan Antariksa pada tahun 2017. Populasi penelitian ini sebanyak 129 orang dengan sampel sebanyak 74 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang disusun oleh penulis dengan mengadopsi kuesioner dari COPSOQ II, QPS Nordic, dan Oldenburg Burnout Inventory. Hasil uji univariat penelitian ini menunjukan bahwa proporsi kelompok responden yang paling besar yaitu berusia ≥ 30 tahun (58.1%), berjenis kelamin perempuan (89.2%), berpendidikan DIII (87.8%), berstatus menikah (75.7%), dan masa kerja <10 tahun (75.7%). Hasil uji bivariat didapatkan bahwa beban emosional (p = 0.02; r= 0.360), tekanan peran (p = 0.000; r= 0.820), dukungan sosial (p= 0.000; r= -0.623), serta penghargaan&pengakuan (p= 0.000; r= -0.657) memiliki hubungan yang signifikan terhadap burnout. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor psikososial yang bersifat job demand (beban emosional dan tekanan peran) memiliki hubungan yang berpola positif terhadap burnout, sedangkan faktor psikososisal yang bersifat job resource (dukungan sosial dan penghargaan&pengakuan) memiliki hubungan yang berpola negatif terhadap burnout.

Nurse is one of the profession with high level of burnout, Montgomery et al (2010) state at least 1 out of three nurses will have burnout at some point in their career. Burnout is a serious problem and associates with negative outcomes for the worker, their family, their clients, and for the organization it self. Therefore, this research is conducted to evaluate the determinant factors and their correlation with burnout. This research used cross sectional method, located in RSAU dr. Esnawan Antariksa on 2017. Population of this study is 129 people, and the sample is 74 respondents. Data was collected by questionnaire that is adapted from COPSOQ II, QPS Nordic, and Oldenburg Burnout Inventory. Univariate analysis showed by highest proportion among its group, age >30 years old (58.1%), woman (89.2%), DIII (87.8%), married (75.7%), and tenure <10 years (75.7%). Bivariate analysis showed that emotional demand (p=0.02; r= 0.360), role stress (p=0.000; r= 0.820), social support (p=0.000; r= -0.623), and reward & recognition ( p= 0.000; r= -0.657) has significant correlation with burnout. The result of this study showed that job demand (emotional demand and role stress) have a positive correlation with burnout, while job resource (social support and reward & recognition) have a negative correlation with burnout."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Hanum
"Pasien gagal ginjal kornik (GGK) membutuhkan penatalaksaan berupa pengaturan diet, masukan kalori suplemen dan vitamin, obat-obatan, pembatasan asupan cairan dan terapi pengganti ginjal. Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal. Komplikasi pada hemodialisis seringkali terjadi karena masalah kepatuhan diet. Penerimaan penyakit dan dukungan sosial dapat berhubungan dengan kepatuhan diet. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penerimaan penyakit dan dukungan sosial dengan kepatuhan diet pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling pada 106 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner acceptance of illness, kusioner dukungan sosial dan kuesioner kepatuhan diet. Analisis yang digunakan yaitu uji Chi-Square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan responden yang patuh terhadap kepatuhan diet sebanyak 78.3%, dukungan sosial tinggi sebanyak 61.3% dan penerimaan penyakit tinggi 40.6%. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan penyakit dengan kepatuhan diet (p=0.005), terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kepatuhan diet (p=0.026). Selanjutnya pada analisis multivariat variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan diet adalah lama menjalani hemodialisis (p=0.032) setelah dikontrol variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan pekerjaan, lama menjalani hemodialisis, sosial ekonomi, penerimaan penyakit, dan dukungan sosial serta mampu memprediksi sebesar 8% terhadap kepatuhan diet. Rekomendasi penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi serta melakukan upaya meningkatkan penerimaan penyakit dan dukungan sosial pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan diet.

Patients with chronic kidney disease (CKD) require management in the form of diet regulation, calorie intake, supplements and vitamins, medication, limiting fluid intake and kidney replacement therapy. Hemodialysis is a type of kidney replacement therapy. Complications in hemodialysis often occur due to dietary compliance problems. Disease acceptance and social support may be associated with dietary compliance. This research aims to determine the relationship between acceptance of illness and social support with dietary compliance in CKD patients undergoing hemodialysis. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling of 106 respondents. Data were collected using an acceptance of illness questionnaire, social support questionnaire and diet compliance questionnaire. The analysis used is the Chi-Square test and logistic regression. The research results showed that 78.3% of respondents were compliant with diet, 61.3% had high social support and 40.6% had high disease acceptance. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between acceptance of illness and diet compliance (p=0.005), and there was a significant relationship between social support and diet compliance (p=0.026). Furthermore, in the multivariate analysis, the variable that most dominantly influenced diet compliance was the length of time undergoing hemodialysis (p=0.032) after controlling for the variables gender, occupational education level, length of time undergoing hemodialysis, socio-economics, disease acceptance, and social support and was able to predict 8% of dietary compliance. This research recommends that nurses need to identify and make efforts to increase disease acceptance and social support for patients to increase dietary compliance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>