Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniati Setianingsih
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah pekerja konstruksi sebagai populasi berisiko berdampak pada munculnya berbagai penyakit akibat kerja, diantaranya keluhan Carpal Tunnel Syndrome. Pengetahuan ergonomi yang rendah dapat menjadi faktor munculnya keluhan Carpal Tunnel Syndrome. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ergonomi dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di Proyek X. Desain penenelitian menggunakan studi cross-sectional dengan melibatkan 140 responden pekerja konstruksi yang diambil melalui teknik Accidental Sampling. Tingkat pengetahuan ergonomi dan keluhan Carpal Tunnel Syndrome diukur menggunakan kuesioner modifikasi penelitian sebelumnya. Hasil analisis Chi Square menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ergonomi dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome p value= 0,035 . Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ergonomi dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja di Proyek X. Hasil penelitian merekomendasikan dilakukannya upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan pengetahuan ergonomi pekerja dan mengurangi angka keluhan Carpal Tunnel Syndrome.

ABSTRACT
The increase of construction workers as at risk population have an impact on the emergence of occupational diseases, including Carpal Tunnel Syndrome complaints that often experienced by construction workers. Low knowledge level of ergonomics can be a risk factor of Carpal Tunnel Syndrome complaints. The purpose of this research was to find the relationship between ergonomics knowledge level and Carpal Tunnel Syndrome complaints in Project X workers. This research used cross sectional study design which involved 140 construction workers used Accidental Sampling technique. Ergonomics knowledge level and Carpal Tunnel Syndrome complaints measured by modified questionnaire from previous research. The result used Chi Square test showed there was a relationship between ergonomics knowledge level and Carpal Tunnel Syndrome complaints p value 0,035 . The conclusion of study was there is a relationship between ergonomics knowledge level and Carpal Tunnel Syndrome on workers of Project X. This research recommends promotional and preventive efforts to increase ergonomics knowledge of workers and reduce the number of Carpal Tunnel Syndrome complaints. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama S.P.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26552
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Febriana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor risiko carpal tunnel syndrome di PT Astra International Tbk-Head office, Sunter II-Jakarta Utara Tahun 2009 pada pekerja yang bekerja dengan menggunakan komputer. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pekerja yang bekerja dengan menggunakan komputer selama 8 jam kerja sebesar 97 sampel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kai square atau uji x2. Hasil penelitian ini berupa adanya hubungan antara variabel riwayat penyakit dan frekuensi postur janggal terhadap terjadinya risiko carpal tunnel syndrome. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan bahwa perusahaan harus mengadakan seminar kesehatan kerja tentang bekerja dengan komputer secara sehat dan aman, mendesain workstation, dan mensosialisasikan tentang perlunya istirahat setelah bekerja dengan menggunakan komputer.

This research purposes to know about risk factors of carpal tunnel syndrome in workers. This research uses cross sectional methode and observation. The sample of this research is workers who works with almost 8 hours work per days with 97 samples. The analysis of this research uses chi square or x2. The results of this research show there are any related factors among diseases history and frequency of awkward posture. Based on the research, suggested that company must establish seminar of occupational health about work with computer, redesign workstation, and sosialize about rest after work with computer."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaky Amiyoso
"Industri garmen di Indonesia banyak menggunakan pekerja manusia dengan sistem kerja dimana setiap pekerja melakukan suatu tugas tertentu secara berulang (repetitif) yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan, salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kejadian Carpal Tunnel Syndrome dan faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pekerja pekerja bagian produksi di Andalas Garmen Perkampungan Industri Kecil, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan obeservasional dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pekerja bagian produksi di Andalas Garmen sebesar 40 sampel. Instrumen penelitian berupa kuesioner, phalen test, tinel?s sign dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 pekerja (70%) mengalami keluhan yang berhubungan dengan CTS dan 15 pekerja (37.5%) positif terkena CTS. Tedapat hubungan yang bermakna antara gerakan repetitif (p=0.007) dengan kejadian CTS.

Garment industry in Indonesia using workers to work in system which each worker perform a certain task repeatedly (repetitive movement), that can cause work related musculoskeletal disorder. One of them is known as Carpal Tunnel Syndrome. This study was conducted to analyze CTS and risk factors related to production garment workers at Andalas Garmen, Perkampungan Industri Kecil, East Jakarta. It was used an observasional research with cross sectional method. The number of sample are 40 people. Research using questionnaire, phalen test, tinel?sign and observation. The results showed that 28 workers (70%) get CTS complaints and the prevalence of CTS in production workers were 15 workers (37.5%). Repetitive movement (p=0.007) had a significant relationship with CTS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Indah Lestari
"

Latar BelakangCarpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kelainan neuropati perifer terbanyak pada ekstremitas atas akibat terjebaknya atau terjepitnya saraf medianus pada terowongan karpal. Pada pekerja seringkali diakibatkan oleh gerakan repetitif dengan fleksi dan ekstensi pada daerah pergelangan tangan, gerakan menggenggam erat, getaran. Kasus CTS merupakan gangguan muskuloskeletal pada ekstremitas atas yang mengakibatkan pembiayaan kesehatan yang besar, kurangnya produktivitas, hilangnya hari kerja hingga terjadinya disabilitas.

Tujuan : menilai efektivitas terapi nonoperatif bila dibandingkan dengan terapi operatif pada pasien dengan CTS.

Metode : Penelusuran artikel dengan menggunakan Pubmed dan Google Scholar dan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil pencarian artikel tersebut kemudian dilakukan telaah dengan menggunakan kriteria penilaian validitas, tingkat pentingnya hasil yang didapat pada penelitian tersebut, dan kemamputerapan.

Hasil : Studi dalam systematic review ini masih mencakup studi yang sedikit dan sangat heterogen dengan outcomes yang bervariasi sehingga secara clinical efficacy belum dapat diyakini bahwa salah satu intervensi lebih baik yang lainnya pada tatalaksana CTS. Hasil gabungan dari analisis subgrup berupa peningkatan fungsi, peningkatan gejala, peningkatan parameter neurofisiologis, dan biaya perawatan pada waktu tindak lanjut yang berbeda menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan secara statistik antara kedua intervensi. Perbedaan komplikasi dan efek samping secara statistik signifikan dan pengobatan non operatif mencapai hasil yang lebih baik daripada operatif (OR= 2,03, 95% CI= 1,28-3,22, p= 0,003).

Kesimpulan : Tatalaksana pada pasien Carpal Tunnel Syndrome baik dengan intervensi operatif maupun non operatif memiliki keuntungan masing- masing. Hasil intervensi dari segi peningkatan fungsi, perbaikan gejala dan parameter neurofisiologi serta pembiayaan tidak ada ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Intervensi operatif dapat dilakukan apabila perawatan non operatif gagal.


Background : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is the most common peripheral neuropathy in the upper extremities due to trapping or pinching of the median nerve in the carpal tunnel. In workers it is often caused by repetitive movements with flexion and extension on the wrist area, tight grasping movements, vibration. CTS cases are musculoskeletal disorders of the upper extremities with the most expensive health financing in the United States. In addition, it also causes loss of work days that exceed other occupational diseases other than fractures. CTS also results in large compensation expenditures, lack of productivity to disability.

Objective: to assess the effectiveness of nonoperative therapy when compared with operative therapy in patients with CTS.

Methods: Searching the articles by using Pubmed and Google Scholar as well as inclution and exclution criteria predetermined, articles were than performed using the assesment criteria of validity, importance, and ability applied

Results: The studies in this systematic review still include few and very heterogeneous studies with varying outcomes so that clinical efficacy cannot yet be believed that one of the other interventions is better in the management of CTS. The combined results from the subgroup analysis of improved function, improved symptoms, increased neurophysiological parameters, and treatment costs at different follow up times showed that the difference was not statistically significant between the 2 interventions. The difference in complications and side effects was statistically significant and nonoperative treatment achieved better results than operative (OR= 2.03, 95% CI= 1.28-3.22, p= 0.003).

Conclusion: The management of Carpal Tunnel Syndrome patients with both operative and non-operative interventions has their respective advantages. The results of the intervention in terms of improved function, improvement of symptoms and neurophysiological parameters and financing there is no significant difference between the two. Operative intervention can be done if non-operative care fails.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Alhuda Rachman
"Low Performance Presenteeism (LPP) atau presenteisme dengan kinerja rendah sering terjadi, di mana karyawan tetap bekerja meskipun memiliki masalah kesehatan, sehingga mempengaruhi produktivitas dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Di industri kelapa sawit Indonesia, terutama di Jambi, data mengenai LPP di antara pekerja pertanian masih jarang. Satu perkebunan melaporkan tingkat penyakit bulanan 11-28%, yang menunjukkan potensi presenteisme. Gangguan muskuloskeletal (MSDs) seperti sindrom carpal tunnel (CTS), nyeri punggung bawah (LBP), dan nyeri leher umum terjadi di sektor ini. Studi ini menyelidiki hubungan antara MSD dan LPP di antara pekerja perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada Mei 2024 bekerja sama dengan klinik kesehatan perusahaan. Kuesioner SPS-6 menilai LPP di antara pekerja pemanen yang dipilih melalui stratified random dan convenience sampling. Variabel independen termasuk MSD (CTS, LBP, nyeri leher), faktor demografis (usia, jenis kelamin), dan faktor pekerjaan (masa kerja, status pekerjaan). Data dikumpulkan dari 150 subjek di 9 departemen, mayoritas laki-laki dengan usia rata-rata >37 tahun. Sebagian besar memiliki masa kerja >7 tahun dan pekerja kontrak. Prevalensi MSD termasuk nyeri leher (38%), LBP (33,3%), dan CTS (24%). Analisis regresi logistik mengungkapkan hubungan signifikan antara LPP dan CTS, LBP, nyeri leher, serta masa kerja ≥7 tahun. MSD dan masa kerja yang lebih lama muncul sebagai prediktor penting LPP di industri kelapa sawit Jambi.

Low performance presenteeism (LPP) is prevalent, where employees work despite health issues, impacting productivity and increasing healthcare costs. In Indonesia's palm oil industry, primarily in Jambi, data on LPP among agricultural workers is sparse. One plantation reported monthly illness rates of 11-28%, suggesting potential presenteeism. Musculoskeletal disorders (MSDs) such as carpal tunnel syndrome (CTS), low back pain (LBP), and cervical pain are common in this sector. This study investigates the relationship between MSDs and LPP among palm oil plantation workers in Jambi Province. A cross-sectional study was conducted in May 2024 in collaboration with a company health clinic. The SPS-6 questionnaire assessed LPP among harvesting workers selected through stratified random and convenience sampling. Independent variables included MSDs (CTS, LBP, cervical pain), demographic factors (age, gender), and job-related factors (tenure, employment status). Data were collected from 150 subjects across 9 departments, predominantly male, with a mean age >37 years. Most had tenures >7 years and held non-permanent positions. MSD prevalence included cervical pain (38%), LBP (33.3%), and CTS (24%). Logistic regression revealed significant associations between LPP and CTS, LBP, cervical pain, and tenure ≥7 years. MSDs and longer tenure emerged as crucial predictors of LPP in Jambi's palm oil industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Irdayani
"Tesis ini disusun untuk mengetahui pengaruh Low-Level Laser Therapy (LLLT) yang dikombinasikan dengan penggunaan bidai pergelangan tangan metacarpophalangeal (MCP) nol derajat dan tendon and nerve gliding exercise (TNGE) terhadap profil klinis penderita Carpal Tunnel Syndrome tingkat ringan dan sedang (derajat I-III dengan pemeriksaan elektrodiagnostik). Penelitian menggunakan desain uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal pada 18 subjek. Total subjek penelitian yang menyelesaikan penelitian sebanyak 15 orang dengan 21 tangan. Semua subjek dari kedua kelompok diberikan program latihan TNGE dan bidai pergelangan tangan yang digunakan pada malam hari. Kelompok perlakuan mendapat terapi LLLT dilakukan 3 kali seminggu, total 12 kali sesi terapi menggunakan LLLT GaAs panjang gelombang 905 nm, mean output 25 mW, 8J/cm2 per titik pada 3 titik di pergelangan tangan. Hasil keluaran penelitian ini berupa Visual Analog Scale (VAS), Symptom Severity Scale (SSS) dan Functional Severity Scale (FSS) pada minggu 4, minggu 6 dan minggu 8. Pemeriksaan elektrodiagnostik setelah terapi dilakukan pada minggu 6 hingga minggu 8. Kedua kelompok menunjukkan penurunan yang bermakna pada nilai VAS, SSS dan FSS dibandingkan nilai awal. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Hasil nilai distal latensi sensorik, distal latensi motorik dan kecepatan hantar saraf tidak terdapat perbedaan bermakna baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan terapi LLLT kombinasi dengan TNGE dan bidai tidak memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan TNGE dan bidai dalam jangka pendek. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan waktu evaluasi yang lebih panjang (> 8 minggu) agar dapat terlihat pengaruh LLLT terhadap profil klinis penderita CTS tingkat ringan dan sedang.

This thesis is structured to determine the effect of Low-Level Laser Therapy (LLLT) combined with tendon and nerve gliding exercise (TNGE) and use of wrist splints on the clinical profile of patients with mild and moderate Carpal Tunnel Syndrome (grade I-III). This study used a single-blind randomized controlled trial in 18 subjects. Subjects who completed the study were 15 people with 21 hands. All subjects from both groups were given the TNGE training program and night wrist splints. The treatment group received LLLT therapy done 3 times a week, a total of 12 therapy sessions using LLLT GaAs wavelength 905 nm, mean output of 25 mW, 8J / cm2 per point at 3 points on the wrist. Outcome of this study were Visual Analog Scale (VAS), Symptom Severity Scale (SSS) and Functional Severity Scale (FSS) questionnaire at week 4, week 6 and week 8. Electrodiagnostics examination after treatment was carried out from week 6 to week 8. Both groups showed significant decreases in VAS, SSS and FSS values compared to baseline values. There were no significant differences between groups. The results of the value of distal sensory latency, distal motor latency and nerve conduction velocity were not significant differences either in groups or between groups. The results showed that the use of LLLT combine with TNGE and splint had no better effect than TNGE and splint in the short term. Further research is needed with a larger number of samples and a longer evaluation time (> 8 weeks) to see the effect of LLLT on the clinical profile ofpatients with mild and moderate CTS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Setyawan
"Carpal Tunnel Syndrome occurs when the median nerve, which runs from the forearm into the hand, suffers pressure or is squeezed in the wrist. The results
may be pain, weakness, or numbness in the hand and wrist, radiating up to the arm. This study aimed to examine the risk factors i.e age, sex, work period
and repetitive movements toward Carpal Tunnel Syndrome complaints among food-packing workers in Karanganyar. The study was conducted in October to
December 2014 that used analytic observational design with cross sectional study. Samples were 50 of 67 food-packing workers in Jaten Karanganyar industrial
area as taken by using simple random sampling technique. Data were analyzed using chi square and multivariate logistic regression. Results showed
that age and sex had significant relation with Carpal Tunnel Syndrome and age was the most influential factor 24 times to increased risk of Carpal Tunnel
Syndrome (p value = 0.057, Exp.  = 24.965).
Carpal Tunnel Syndrome terjadi ketika saraf median, yang membentang dari lengan bawah ke tangan, mengalami tekanan atau terpuntir di pergelangan
tangan. Hasilnya mungkin sakit, kelemahan atau mati rasa di tangan dan pergelangan tangan, yang memancar ke lengan tangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji faktor risiko usia, jenis kelamin, masa kerja dan gerakan repetitif terhadap keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja pengepakan makanan
di Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2014 menggunakan desain observasional analitik dengan penelitian potong lintang.
Sampel terdiri dari 50 orang dari total 67 pekerja pengepak makanan di kawasan industri Jaten Karanganyar yang diambil dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Data penelitian diolah menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dan
jenis kelamin signifikan berhubungan dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome, dan usia merupakan faktor yang paling berpengaruh 24 kali lipat untuk
meningkatkan risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (nilai p = 0.057, Exp.  = 24.965)."
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia, Faculty of Medicine, Occupational Safety and Health Department, 2017
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rehatta Linda
"ABSTRAK
Latar belakang Sindrom Terowongan Karpal merupakan salah satu penyehab timbulnya kelainan tangan yang paling cepat pada pekerja yang menyebabkan penurunan produktivitas den peningkatan biaya pengobatan pekerja. Pekelja call center menggunakan komputer sebagai sarana bekerja diperkirakan menderita Sindrom Terowongan Karpal cukap besar, angka pasti belum didapatkan karena hal ini kurang mendapat perhatian. Metode Penelitian ini menggunekan metode Potong lintang , deta diambil dari pekerja call Canter PTX, pengambilan deta selamat bulan febmari-maret 2009. menggunakan total sampel, didepatkan 153 pekerja, 9 tidek bersedia menjadi responden dan 27 dieksekusi sehingga didapatkan jumlah responden 117 pekerja. Hasn dan kesimpulan penelltian Diperoleh bahwa prevalensi STK call center sebesar 5,9%, umur 21-30 tahun sebesar 96.6%, jenis kelamin perempuan sebesar 62,4%, pendidikan Sl sebesar 65o/o, IMT normal sebesar 52,9''/o, masa kerja >2 tahun sehasar 60,7%, tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebesar 96,6 o/o, tidak menggunakan APD sebesar 98,3, tidak melakukan stretching sebesar 88,9%, ditemukan hubungan yang bermakna antara STK dengan pelatihan K3 {jF0,033) dengan OR 0,002 (CI 95%= 0,0- 0,6 ).

Abstract
Background Carpal Tunnel Syndrome is one of the fastest causes of hand dysfunction among workers which is causing decrease in productivities and increase in worker's costs therapy. call centers workers are using computers as an occupational instruments are estimated to suffer carpal Tunnel Syndrome in big number, the exact number is not yet known because the lack of attention. Methods The study used the cross-sectional method, from cal! center PT.X , data was taken from PT X call center workers during February -march 2009. used total sample methode, found 153 workers, 9 workers refused from being respondence, and 27 workers were exculuded, 117 workers were found as the total respondence. Results and conclusion
The study show that CTS call center prevalence was 5,9"A. , The Age group of 21-30 years was 96,6%, female were 62,4%, 65% bed bachelor degree, 52,9% had none BMI, 60,7% had worked over 2 years, 96,6% had never followed occupational health and safety training, 98,3% found never used PPE, 88,9"-4 bad never done streching activities, significant association was found between CTS with occupational health and safety training (p=Q,033) dengan OR 0,00 2 (CI 95o/o= 0,0- 0,6 )."
2009
T32832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>