Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neta Cynara Anggina
"Tahun 2000 menandai hadirnya agenda pengentasan kemiskinan global dengan Poverty Reduction Strategy Paper PRSPs sebagai upaya untuk mengatasi krisis legitimasi neoliberal. Meskipun konsensus yang ada menggeser prioritas bantuan untuk sektor sosial, Jepang masih mengkonsentrasikan bantuannya pada sektor infrastruktur ekonomi dan produksi. Anomali ini terus berlanjut meskipun terdapat berbagai kritik mengenai ketidakefektifan bantuan infrastruktur untuk pengentasan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat resistansi Jepang terhadap perubahan institusional bantuan luar negerinya. Dengan menggunakan kerangka path dependence, kontinuitas model bantuan Jepang dijelaskan dengan tiga faktor. Pertama adalah legitimasi gagasan pembangunan yang diakui oleh negara resipien dan masyarakat domestik, sehingga terefleksikan dalam program pengentasan kemiskinan di berbagai wilayah yang menyasar pada pembangunan infrastruktur pedesaan. Kedua adalah potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari bantuan infrastruktur, yaitu peningkatan ekspor barang dan jasa serta destinasi investasi bagi perusahaan Jepang. Ketiga adalah inersia birokrasi dalam pembuatan kebijakannya, yang menempatkan MOFA dan METI pada posisi signifikan untuk membawa kepentingan nasional sedangkan NGO pada posisi subordinat yang sejatinya merupakan penggagas norma-norma altruisme. Namun, pada kawasan yang berbeda, terdapat derajat determinan berbeda pula dalam kontinuitas model tersebut. Pada wilayah Asia, pinjaman yen berjumlah besar untuk pembangunan infrastruktur cenderung untuk diberikan bagi negara-negara dengan tingkat pendapatan menengah. Hal ini berbeda dari negara terbelakang di Asia seperti CLMV dan negara berutang besar di Afrika yang cenderung menerima hibah karena kurangnya kredibilitas pembayaran utang. Temuan dalam penelitian ini menjadi suatu refleksi mengenai gagasan pengentasan kemiskinan bagi kajian bantuan luar negeri yang selama ini didominasi oleh tema-tema strategis donor.

The year 2000 marked the emergence of global poverty alleviation agenda through Poverty Reduction Strategy Papers PRSPs as an effort to solve neoliberal rsquo s legitimacy crisis. While then consensus shifted aid priority for social sector, Japan still concentrated its aid around economic infrastructure and production sector. This anomaly continues in spite of mounting criticism about the ineffective infrastructure aid to alleviate poverty. This shows Japan rsquo s resistance toward the aid rsquo s institutional change. Using the framework of path dependence, the continuity of Japan rsquo s aid model is explained through three factos. First is legitimacy of development ideas recognized by recipient countries and domestic society thus reflected on the poverty alleviation programs in various regions which targets rural infrastructure development. Second is potential gains from infrastructure aid which are increase of export of commodity and service, as well as investment destination for Japanese private sectors. Third is bureaucracy inertia on the aid policymaking, which places MOFA and METI on significant position to bring up national interest while NGOs on the subordinate, when they can promote altruistic norms. However, different regions also have different degree of determinant within the continued model. In Asia region, big amount of yen loans for infrastructure development is given to middle income countries. This is different from Asia rsquo s least developing such as the CLMV and highly indebted African countries that tend to receive high amount of grants due to less credibility of debt repayment. This research findings becomes a reflection of poverty alleviation ideas for foreign aid studies that has been dominated by donors rsquo strategic themes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzikri Fakhrudin
"Bali Fintech Agenda adalah seperangkat 12 elemen kebijakan dari International Monetary Funds atau IMF dan Bank Dunia untuk membantu negara anggotanya memanfaatkan keuntungan dan peluang dari pesatnya perkembangan teknologi finansial atau tekfin. Indonesia di sini sangat berperan cukup aktif terhadap agenda ini di saat negaranya masih memiliki kendala dalam tekfin, masih tertinggal di dalam sistem dan memiliki rekam sejarah yang kurang baik dengan IMF. Dalam menganalisis fenomena ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deduksi atas teori tipe kepentingan nasional dalam kebijakan luar negeri oleh Donald Nuechterlein didukung dengan data dari studi pustaka dan beberapa sumber primer serta sekunder. Kebijakan luar negeri Indonesia terlihat sangat mendukung tata kelola tekfin global Bali Fintech Agenda dengan menjadi tuan rumah dan mendukung adanya tata kelola tekfin internasional sebelum dan bahkan sesudah agenda ini keluar. Penulis melihat peran aktif ini didasari bahwa Indonesia memiliki kepentingan ekonomi yaitu untuk mendorong pasar keuangan yang kompetitif, menjaga data konsumen, meningkatkan inklusi keuangan pada individu dan pelaku UMKM, membuka lapangan kerja baru bagi generasi milenial dan mendorong infrastruktur. Kepentingan tatanan dunia Indonesia untuk mengatasi ketimpangan tekfin dan menunjukkan peran bridge builder dengan kerja sama dalam sistem keuangan internasional. Kepentingan ideologi Indonesia adalah mendukung nilai light touch dan safe harbour serta agenda inklusi keuangan yang sebenarnya bagian dari ideologi neoliberalisme. Hanya kepentingan keamanan yang kurang terlihat dalam isu ini dan yang ada hanya ekspektasi.

The Bali Fintech Agenda is a set of 12 policy element considerations from the International Monetary Funds or IMF and the World Bank to help member countries utilize the advantages and opportunities of the rapid development of financial technology or fintech. Indonesia here has played an active role in this agenda at a time when the country still has problems in fintech industries, not the advanced one in the system and has an unfavorable history with the IMF. In analyzing this phenomenon, the author will use qualitative research methods with a deductive approach to the theory of the type of national interest in foreign policy by Donald Nuechterlein supported by data from literature studies and several primary and secondary sources. Indonesia's foreign policy seems to strongly support global fintech governance of Bali Fintech Agenda by hosting and supporting international fintech governance before and even after this agenda comes out. The author sees this active role because Indonesia has an economic interest such as to encourage competitive financial markets, safeguard consumer data, increase financial inclusion for individuals and MSME, open new job opportunities for the millennial generation and improving infrastructure. mendorong infrastruktur. Indonesian world order interests are to overcome fintech inequality and to demonstrate the role bridge builder in existing international financial system. Indonesian ideological interests are to support the value of light touch and safe harbour as well as the financial inclusion agenda which all of it was part of neoliberalism. Only security interest is less visible in this issue with only one expectation that is visible."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Random House, 1984
327.1 GLO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London : McGraw-Hill, [2001;2001, 2001]
327.1 GLO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1992
327.1 GLO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Defining what the global commons consisis of may not be an easy task, but the future of humanity depends on its conservation and sustainable care. Humanity is inextricably linked with the global commons, and what wedo to it would have far reaching consequences on us and our pasterity. This articleseeks to promote research in to how policing could be employed and redesigned to enable us global citizens to protect, conserve and steward our global commons, starting with a discussion of how and why past and present developments in police and police reform are unable to effectively perform these tasks. It proceeds with presenting"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Jonathan
"Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Persewan Terbatas menyebutkan bahwa perusahaan harus membuat laporan tahunan tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dengan perkembangan CSR melahirkan United Millennium Declaration yang menghasilkan Millennium Development Goals (MDGs) dengan kesepakatan bahwa hal yang menjadi prioritas adalah menghapuskan kemiskinan dan kelaparan. Kemiskinan bukan saja menjadi tangung jawab pemerintah namun juga merupakan tanggung jawab perusahaan yang diwujudkan dalam kcgiatan CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan harus dilaporkan setiap tahunya dalam laporan tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan yang digunakan dalam pembahasan adalah. Yayasan Danamon Peduli yang merupakan yayasan yang mendukung kegiatan komunitas yang berkelanjutan dan melibatkan sukarelawan. Program yang dijalankan oleh Yayasan Danamon Peduli mencakup Pasarku Bersih, Sehat, Sejahtera; Cepat Tanggap Bencana; Bantuan Beasiswa; Program Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan termasuk di dalamnya Pengelolaan Sampah Terpadu; dan sebagainya.
Program yang dijalankan oleh Yayasan Danamon Peduli dapat menanggulangi kemiskinan dan juga memiliki dampak terhadap perubahan social masyarakat dalam hal kepribadian individu seperti kemandirian, kemampuan bersaing, kepemimpinan, kepercayaan diri, dan berkurangnya gaya hidup konsumtif. Selain itu, program juga memiliki dampak terhadap instansi terkait dan cabang Danamon Simpan Pinjam (DSP).
Kegiatan yang-dilakukan oleh Yayasan Danamon Peduli telah diungkapkan sesuai dengan kriteria mandatory bahkan dilengkapi dengan kriteria pengungkapan voluntary. Dari basil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa program yang dijalankan oleh Yayasan Danamon Peduli merupakan program penanggulangan kemiskinan seperti bantuan beasiswa, pengelolaan sampah terpadu yang mampu menyerap tenaga kerja bahkan menciptakan laban pekerjaan baru kaitannya dengan penciptaan kompos. Efektifitas program juga dapat diandalkan karena penerima manfaat Iangsung memperoleh bantuan yang diberikan dan merasakan langsung dampak atas program yang dijalankan Yayasan Danamon Peduli.

Based on Government Rule No. 40 Tahun 2007 about Corporation says that a company has to make annual report about social and environment responsibility activity. Movement about CSR increase rapidly and make United Millennium Declaration to produce Millennium Development Goals with agreement priority is eliminate poverty and famine. Poverty is’nt only government duty but also a company duty that realize in CSR activity. CSR activity achievemenl by a company must be reported yearly in company social responsibility report.
Company used in this thesis is Danamon Peduli Foundation. Danarnon Peduli Foundation is a foundation that support community-driven development and projects that are sustainable and emphasize volunteerism. Program AclJ.vily of Danamon Peduli Foundation are My Clean, Healthy, and Prosperous Market; Relief, Recovery, Rebuild (3R); Scholarship; Program Development include is Danamon Go Green, etc.
Programs Activity that operate by Danamon Peduli Foundation can be poverty alliviation programs and have impact to social community changes in their personality such as independency, competitive capability, leadership fell of confidence, and decrease in consumptive lifestyle. Therefore, programs nave impact to related government institution and DSP units.
Activities that operate by Danamon Peduli Foundation have been disclosed based on mandatory criteria and have been completed by voluntary criteria. From analysis and discussion has conclusion that programs activity by Danamon Peduli Foundation are poverty alliviation program such as scholarship. Danamon Go Green that can create work force for new work field Programs effectivity are reliable because the beneficiary can feel 'directly the impact and the contribution of the programs.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27072
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
French, Hilary F.
Washington, D.C.: Worldwatch Institute , 1990
363.739 2 FRE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Korten, David C.
Oakwood Avenue: Kumarian Press, 1990
303.4 KOR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tatya Alifa
"ABSTRAK
Bantuan luar negeri, sebagai sumber pendanaan pembangunan, sampai saat ini menimbulkan dua perdebatan utama mengenai model distribusi bantuan luar negeri: kepentingan pendonor dan kebutuhan negara penerima donor. Dengan studi kasus bantuan luar negeri Jepang dan Amerika Serikat ke Indonesia tahun 2000-2016, peneliti menganalisis variasi motif dalam pemberian bantuan luar negeri yang bersifat kepentingan donor, yaitu kepentingan ekonomi dan politik-strategis. Mengacu pada operasionalisasi teori dari Degnbol-Martinussen dan Engberg-Pedersen, fokus penelitian ini akan mengonfirmasi bahwa bantuan luar negeri merupakan sebuah alat komersil dan politik bagi negara pemberi bantuan luar negeri. Tujuan dari pemberian bantuan luar negeri adalah sebagai strategi perdagangan dan investasi di negara penerima donor, juga untuk menjaga keamanan nasional dari ancaman.

ABSTRACT
Foreign aid, as a source of development funding, recently sparks some debate regarding two main models of foreign aid distribution whether it is because of the donor rsquo s interest, or the recipient need. With the case study of Japan and United States rsquo foreign aid to Indonesia 2000 2016 , this thesis analyzed the variation of motives regarding donor rsquo s interest economic interest and political and political strategic interests of donor countries. Referring to the operationalization of foreign aid motive theory by Degnbol Martinussen and Engberg Pedersen, the focus of this thesis will confirm that foreign aid is a commercial and political tool for foreign aid countries, as trade and investment strategy in donor countries as well as safeguard national security from threats.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>