Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afiania
"Felt Accountability merupakan kunci yang menuntun pada kesuksesan dalam dunia organisasi karena dapat membantu mengarahkan karyawan membentuk ekspektasi peran dan kewajiban bersama, serta memperjelas kriteria evaluasi kinerja dan perilaku mereka. Selain itu, felt accountability juga dapat berasosiasi dengan tindakan-tindakan tidak etis dan ilegal karyawan. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui faktor yang dapat memprediksikan felt accountability.
Penelitian berdesain korelasional ini dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan felt accountability. Secara spesifik ingin meneliti hubungan dari faktor individu berupa conscientiousness dan faktor kelompok berupa ethical leadership dengan felt accountability karyawan.
Adapun untuk mencegah common method bias, pengambilan data menerapkan metode time lag yang memisahkan pengambilan data independent variable dan dependent variable dengan jarak dua minggu pada masing-masing partisipan. Penelitian ini dilakukan terhadap 140 orang karyawan dengan dua struktur perusahaan berbeda: organic dan mechanistic. Seluruh alat ukur penelitian menunjukkan konsistensi internal yang baik dengan koefisien reliabilitas yang berada pada rentang 0,7 ndash; 0,9.
Hasil analisis multiple regression menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara conscientiousness dan felt accountability. Akan tetapi, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara ethical leadership dan felt accountability. Adapun implikasi dari penelitian ini didiskusikan lebih lanjut.

Felt Accountability is a key that leads to success in organization because it provides guidance and direction for employees to form their role expectations and mutual obligations, also clarify the evaluation criteria for their performance and behavior. Felt accountability is associated with employees unethical and illegal conducts, hence it is important to explore the predictors of felt accountability.
This research is conducted to investigate the factors involved in correlational relationship of felt accountability. Specifically, aim to investigate the relationship of individual factor, such conscientiousness and group factor, such ethical leadership to felt accountability in employee.
To avoid common method bias, the survey was applying time lag method which separate the independent from dependent variable for two weeks gap of survey time. This research is conducted towards 140 employees in two different structure of companies organic and mechanistic. All of the research instruments show good internal consistency with coefficient of reliability from 0,7 ndash 0,9.
Analysis result of multiple regression shows a positively significant correlational relation between conscientiousness and felt accountability. However, there is no significant correlation found between ethical leadership and felt accountability. The implications of this study is discussed further.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Candra Dewi
"Felt accountability, atau persepsi akuntabilitas karyawan, merupakan salah satu faktor yang memegang andil dalam penentuan kesuksesan ataupun kegagalan perusahaan. Hal ini disebabkan, karyawan dengan felt accountability yang rendah, berisiko melakukan kecurangan yang mampu merugikan perusahan. Sayangnya, meskipun konsekuensi dari felt accountability sudah banyak diketahui, namun masih minim penelitian yang berusaha mengetahui antesedennya.
Penelitian dengan desain korelasional ini dilakukan untuk mengetahui apakah afek positif, afek negatif, dan persepsi dukungan perusahaan memiliki hubungan dengan felt accountability. Untuk menghindari adanya common method bias, penulis memberikan jarak dua minggu antara pengambilan data variabel independen dan variabel dependen. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian skripsi inisebanyak 134 orang.
Hasil analisis regresi majemuk menunjukkan bahwa afek positif, afek negatif, dan persepsi dukungan perusahaan memiliki hubungan yang signifikan dengan felt accountability. Riset ini memberi kontribusi empiris dalam mengangkat aspek individu dan situasi sebagai anteseden dari felt accountability.

Felt accountability is one of the major factors that can determine the successor failure of a company. Employees with low felt accountability have a greater risk of doing fraud which can harm the company. However, despite the consequences of felt accountability have already been known, there is still little empirical research regarding its antecedents.
Research with the correlational design is under taken to investigate whether the relationship of positive affect, negative affect, and perceived organizational support towards felt accountability exist or not. To avoidthe common method bias, there was two weeks delay between the first data taking and second data taking. The data were collected from 134 participants.
The result from multiple regression analysis shows that positive affect, negative affect, andperceived organizational support have significant relationships with feltaccountability. This research provides empirical contribution in felt accountabilityresearch field by highlighting the person situation aspects as its antecedents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Aprilia
"Persepsi akuntabilitas merupakan elemen penting di masyarakat dan dalam organisasi. Tanpa akuntabilitas, individu akan bertindak dengan tidak memperhatikan kemungkinan konsekuensi yang terjadi dari perbuatannya bagi orang lain. Akan tetapi, penelitian empiris mengenai faktor-faktor yang memprediksi persepsi akuntabilitas masih sangat minim. Penelitian berdesain korelasional ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara persepsi akuntabilitas dengan perilaku pengawasan manajerial yang dibagi menjadi pengawasan terhadap tugas dan hubungan interpersonal dan iklim pemberdayaan oleh pemimpin. Untuk menghindari common method bias, data penelitian diperoleh dari sumber berbeda: 85 pasang atasan dan bawahan di Indonesia dan juga diberikan jeda waktu time-lag untuk sumber yang sama. Seluruh alat ukur penelitian menunjukkan konsistensi internal yang baik dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,7-0,9. Hasil analisis korelasi pearson menunjukkan a tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku pengawasan manajerial terkait tugas dan iklim pemberdayaan oleh pemimpin terhadap persepsi akuntabilitas b terdapat hubungan positif yang signifikan dari perilaku pengawasan manajerial terkait hubungan interpersonal terhadap felt accountability. Hasil temuan ini memberikan kontribusi bagi pembentukan dan evaluasi felt accountability dalam lingkup organisasi.

Felt Accountability is an imperative element within a society, as well as an organization. Without accountability, one would disregard the consequences that their actions may cost another individual. However, the number of empirical research that studies predicting factors of felt accountability, is very much lacking. This correlational design research is done to study the relationship of felt accountability among managerial monitoring for task and for interpersonal facilitation behavior and empowering leadership climate. To reduce common method bias, these research data were obtained from multiple different sources 85 pairs of leaders and their subordinates in Indonesia, furthermore an appropriate amount of time lag was given for the ones that were obtained from the same source. All the measuring instruments for the purposes of this research exhibit a relatively good internal consistency, with the reliability coefficients ranging from 0.7 0.9. The Pearson correlation analysis shows a there are no significant, positive correlation, between managerial monitoring behavior for task and empowering leadership climate with felt accountability b there are significantly positive effect that managerial monitoring for interpersonal facilitation have towards felt accountability. These findings provide new empirical evidences concerning the construction and evaluation of felt accountability within the organizational scope.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosefine Aryani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara felt accountability, perceived resources, emotional exhaustion terhadap intuitive decision making di Kontraktor Pertambangan Batubara ABC dan program intervensi perceived resources coaching untuk meningkatkan kualitas intuitive decision making.Sampel penelitian ini N = 167 adalah karyawan Kontrktor Pertambangan Batubara ABC yang bekerja di lingkungan kerja yang berbahaya, yang berpotensi untuk mereka melakukan intuitive decision making pada situasi emergensi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara felt accountability terhadap intuitive decision making ? = 0.123 p = 0.149 dan antara emotional exhaustion terhadap intuitive decision making ? = 0.141 p = 0.074 . Ditemukan hubungan antara perceived resources terhadap intuitive decision making ? = 0.291 p = 0.000 Hasil tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan persepsi akan perceived resources akan meningkatkan kualitas intuitive decision making karyawan Kontraktor Pertambangan Batubara ABC pada situasi emergensi. Oleh karena itu,program intervesi yang disusun untuk meningkatkan kualitas intuitive decision making pada situasi emergensi di Kontraktor Pertambangan Batubara ABC adalah Perceived Resources Coaching.

ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between felt accountability, perceived resources, and emotional exhaustion toward intuitive decision making at Coal Mine Contractor ABC and the intervention program of perceived resources coaching to improve the quality of intuitive decision making. The sample of this study N 167 are the employees of Coal Mine Contractor ABC who work in hazardous work environments that may cause them making intuitive decision in an emergency situation. The result demonstrates that there is no correlation between felt accountability toward intuitive decision making 0.123 p 0.149 and between emotional exhaustion toward intuitive decision making 0.141 p 0.074 . There is correlation between perceived resources toward intuitive decision making 0.291 p 0.000 This analysis result indicates that increased perception of perceived resources will improve the quality of decision making of Coal Mine Contractor ABC rsquo s employees in emergency situation. Therefore, the intervention program named Perceived Resources Coaching is developed to increase the quality of ABC employees in making decision in emergency situation. "
2018
T50215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Freisty Yuwika
"Tingginya tingkat property theft (dikenal dengan nama korupsi) )yang dilakukan oleh pegawai pemerintahan di Indonesia mengakibatkan negara mengalami kerugian hingga triliunan rupiah, sayangnya, masih sangat sedikit penelitian yang dilakukan di Indonesia terkait hal ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara conscietiousness, kontrol diri, dan sikap terhadap property theft dengan kohesi sosial sebagai moderator. Penelitian dilakukan terhadap 258 pegawai di sebuah institusi pemerintahan Indonesia dengan metode survey menggunakan kuesioner. Pengukuran sikap terhadap property theft menggunakan cara baru berupa skenario.
Hasil analisis moderated multiple-regresi menujukkan bahwa conscientiousness dan kontrol diri memiliki hubungan negatif dengan sikap terhadap property theft (βcons = -.196, p<0,05), (βkontrol = -.241, p<0,01), Selain itu, kohesi sosial secara signifikan memoderasi hubungan antara kontrol diri dan sikap terhadap property theft (βkohesi x kontrol = -.148, p>0.01).

The high level of property theft (known as corruption) committed by government employees in Indonesia resulted in losses up to trillions of rupiah, unfortunately, there is very little research conducted in Indonesia in relation to this topic. This study aimed to examine whether there is a relationship between conscietiousness, self-control, and attitude toward property theft with social cohesion as moderator. The data was gather from 258 public employees of Indonesia‘s government institution with a survey method using a questionnaire. Measurement attitude towards property theft using a new way in the form of scenarios.
Results of moderated multiple-regression analysis showed that conscientiousness and self-control have a negative relationship with attitude toward property theft (βcons = -.196, p<0,05), (βcontrol = -.241, p<0,01). In addition, social cohesion is significantly moderated the relationship between self-control and attitudes towards property theft (βcohession x control = -.148, p>0.01)
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Chusna Az Zahra
"Thriving at work merupakan hal yang penting karena karyawan yang thriving cenderung lebih produktif, memiliki kesehatan mental yang lebih baik, dan lebih berkomitmen terhadap pekerjaan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran kepemimpinan diri sebagai mediator, dan otonomi kerja sebagai moderator pada hubungan langsung conscientiousness terhadap kepemimpinan diri dan hubungan tidak langsung antara conscientiousness terhadap thriving at work melalui kepemimpinan diri. Penelitian ini dilakukan dengan survei menggunakan teknik convenience sampling (N = 259). Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan diri memediasi hubungan antara trait conscientiousness dengan thriving at work. Penelitian menunjukkan bahwa otonomi kerja memoderasi hubungan antara conscientiousness dengan kepemimpinan diri. Selain itu, hasil juga menunjukkan bahwa otonomi kerja memoderasi hubungan antara conscientiousness dengan thriving at work melalui kepemimpinan diri. Implikasi dari penelitian ini adalah penggunaan teori conservation of resources dalam menjelaskan hasil penelitian. Secara praktis, penelitian ini memberikan saran bagi orgaisasi untuk mempertimbangkan trait conscientiousness dalam melakukan rekrutmen karyawan.

Thriving at work is important because thriving employees are more productive, have better mental health, and are more committed to their work. This study examines the role of self-leadership as a mediator, and work autonomy as a moderator on the direct relationship of conscientiousness to self-leadership and the indirect relationship between conscientiousness to thriving at work through self-leadership. This research was conducted with a survey using a convenience sampling technique (N = 259). The results showed that self-leadership mediates the relationship between trait conscientiousness and thriving at work. The research shows that work autonomy moderates the relationship between conscientiousness and self-leadership. In addition, results show that work autonomy moderates the relationship between conscientiousness and thriving through self-leadership. The implication of this study is the use of conservation of resources theory in explaining the study results. Practically, this study suggests that organizations consider trait conscientiousness in recruiting employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Aprilia Roscantika
"Pada era globalisasi saat ini, perilaku kerja inovatif dianggap sebagai hal krusial karena berguna dalam pencapaian keuntungan kompetitif dan keberlangsungan organisasi jangka panjang. Sama seperti perilaku kerja inovatif yang dianggap penting bagi organisasi, hal lain yang juga penting adalah bagaimana peran pemimpin dalam memunculkan perilaku kerja inovatif pada karyawan itu sendiri. Akan tetapi dari hasil melakukan tinjauan literatur ditemukan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung dari kepemimpinan etis terhadap perilaku kerja inovatif karyawan. Adanya hasil penelitian tersebut yang bersifat inkonsisten dengan beberapa hasil penelitian-penelitian sebelumnya, membuat penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kembali hubungan antara kepemimpinan etis dan perilaku kerja inovatif pada sampel lain, khususnya karyawan di perusahaan berbasis digital. Perilaku kerja inovatif diukur dengan menggunakan alat ukur Innovative Work Behavior 2000, sedangkan kepemimpinan etis diukur dengan menggunakan alat ukur Ethical Leadership Questionnaire 2013. Sampel penelitian ini terdiri dari 217 karyawan dari perusahaan berbasis digital yang telah memiliki lama kerja dengan atasan minimal tiga bulan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan etis dan perilaku kerja inovatif pada karyawan di perusahaan berbasis digital r = 0.44, p < 0.01.

In this current era of globalization, innovative work behavior is regarded as crucial because it is useful in achieving competitive advantage and long term organizational sustainability. Just as innovative work behavior is considered important to organization, another important thing is how the leaders role in generating innovative work behavior on the employees themselves. However, results from reviewing the literature found a study showing that there is no direct influence of ethical leadership on employees innovative work behavior. The results of this study are inconsistent with some of the results of previous studies, making this research conducted with the aim to re examine the relationship between ethical leadership and innovative work behavior on other samples, especially employees in digital enterprise. Innovative work behavior was measured using Innovative Work Behavior Scale 2000, while ethical leadership was measured using Ethical Leadership Questionnaire 2013. The sample of this study consists of 217 employees of digital enterprise that have had a period of work with their leaders for at least three months. The analysis technique used in this study is Pearson correlation. The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship between ethical leadership and innovative work behavior on employees in digital enterprise r 0.44, p 0.01."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faba Shafira
"Hubungan romantis jarak jauh memiliki berbagai tantangan, seperti keterbatasan komunikasi dan ketiadaan kedekatan secara fisik yang dapat memengaruhi dinamika kepuasan hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi dari kepercayaan terhadap hubungan antara trait kepribadian conscientiousness dan kepuasan hubungan romantis jarak jauh. 1.211 partisipan merupakan individu dewasa yang tinggal di dua kota atau negara berbeda dengan pasangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepercayaan memediasi hubungan antara trait kepribadian conscientiousness dan kepuasan hubungan secara signifikan. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan mengenai dinamika hubungan romantis jarak jauh dan bahan evaluasi bagi pasangan yang akan atau sedang menjalani hubungan romantis jarak jauh.

Long-distance romantic relationships have various challenges, such as limited communication and lack of physical closeness that can affect the dynamics of relationship satisfaction. This study aims to examine the mediating role of trust in the relationship between conscientiousness and long-distance romantic relationship satisfaction. 1.211 participants were adults living in two different cities or countries with their partners. The results show that trust mediates the relationship between conscientiousness and relationship satisfaction significantly. The results of this study can be an additional reference regarding the dynamics of long-distance romantic relationships and evaluations for couples who will or are undergoing long-distance romantic relationships."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Syakina
"Time theft merupakan tindakan yang merugikan bagi organisasi, bukan hanya merugikan secara produktifitas tetapi juga secara ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara conscientiousness, self control, persepsi terhadap integritas atasan dan sikap terhadap time theft yang dimoderatori oleh kohesi sosial dengan sampel PNS (N=258) pada tiga instansi pemerintahan. Metode yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap time theft menggunakan skenario kasus yang dikembangkan dari Kulas et al., (2007) sedangkan variabel lain dalam penelitian ini menggunakan self report.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap integritas atasan dan sikap terhadap time theft (β= 0,010 p>0,05). Ditemukan hubungan antara conscientiousness dan sikap terhadap time theft, (β= -0,235, p<0,01) dan self control dan sikap terhadap time theft (β= -0,195, p<0,05). Kohesi sosial memoderasi hubungan self control dan sikap terhadap time theft, tetapi tidak pada hubungan cosncientiousness dan sikap terhadap time theft.

Time theft is a disservice to the organization, not only harm in productivity but also economically. This research aims to exemine the relationship between conscientiousness, self-control, perceived supervisor behavioral integrity and attitude towards time theft: moderated by social cohesion. Sampel of this research is civil servant (N = 258) at three government institutions. Atittude toward time theft is measured using case scenarios developed from Kulas et al.,(2007) and other variabel in this research measured using self report.
The results shows that there is no correlation between perceived supervisor behavioral integrity and attitude toward time theft (β=0.010 p> 0.05). There is correlation between conscientiousness and attitude toward time theft (β = -0.235, p <0.01) and self-control and attitude toward time theft (β = -0. 195, p <0.05). Social cohesion moderates the relationship between self-control and attitudes toward time theft, but not in the relationship between conscientiousness and attitude towards time theft.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alita Dantrie
"Penelitian ini melihat hubungan antara persepsi kegunaan yang dirasakan oleh mahasiswa Universitas Indonesia dan kepuasannya setelah menggunakan SCELE-UI. Perbedaan individu memiliki peran penting untuk memprediksi tingkah laku pembelajar; karenanya trait conscientiousness yang erat kaitannya dengan pencapaian akademis digunakan sebagai moderator penelitian ini. Responden merupakan 236 mahasiswa dari Universitas Indonesia. Trait conscientiousness diukur menggunakan Big Five Inventory (John, Donahue, & Kentle, 1991) yang telah diadaptasi Ramdhani (2012). Kepuasan pengguna dan persepsi kegunaan menggunakan alat ukur Mohammadi (2015). Hasil penelitian menunjukkan, 1) terdapat hubungan antara persepsi kegunaan dan kepuasan pengguna; 2) terdapat hubungan antara conscientiousness dan persepsi kegunaan dan dengan kepuasan pengguna; 3) Tidak terdapat efek moderasi dari conscientiousness pada hubungan antara persepsi kegunaan dan kepuasan pengguna. Penelitian ini dapat menjadi dasar konsiderasi inovasi dan penyesuaian fitur SCELE-UI bagi KSDP UI.

This study examined the relationship between perceived usefulness felt by University of Indonesia students and their satisfaction after using SCELE-UI. Individual differences have an important role to predict learner's behavior; hence conscientiousness trait, which is closely related to academic achievement, is used as the moderator of this research. The respondents were 236 students from University of Indonesia. Conscientiousness was measured using the Big Five Inventory (John et al., 1991) which had been adapted by Ramdhani (2012). User satisfaction and perceived usefulness was measured using instruments developed by Mohammadi (2015). The results show that, 1) there is a relationship between perceived usefulness and user satisfaction; 2) there is a relationship between conscientiousness and perceived usefulness and with user satisfaction; 3) There was no moderating effect from conscientiousness on the relationship between perceived usefulness and user satisfaction. This research can be a basis for innovation consideration and adjustment of SCELE-UI features for KSDP UI."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>