Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159977 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atika Yulliana Sari
"ABSTRACT
Meningkatnya luas permukaan kedap air seperti lahan parkir menyebabkan berkurangnya infiltrasi alami ke dalam tanah sehingga berdampak pada meningkatnya volume limpasan air hujan. Limpasan air hujan mengandung berbagai macam polutan seperti logam berat, nutrien, organik maupun sedimen. Konsentrasi logam berat dan nutrien amonia yang terkandung dalam limpasan di lahan parkir mobil FTUI telah melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, yaitu Pb, Zn dan NH3 masing ndash;masing 0,73 mg/L, 0,39 mg/L dan 3,7 mg/L. Bioretensi merupakan salah satu LID yang dapat mengolah limpasan air hujan. Untuk meningkatkan efisiensi penyisihan pada bioretensi, maka dilakukan kombinasi pada media filter. Penelitian menggunakan 3 reaktor bioretensi skala pilot berukuran 30 30 80 cm3 dan tanaman Iris pseudacorus untuk mengetahui efisiensi penyisihan Pb, Zn dan NH3. Variasi komposisi media filter yang terdiri dari pasir kuarsa dan zeolit dibedakan pada setiap reaktor dengan perbandingan 1:3, 1:1, 3:1 berurut dari reaktor 1,2, dan 3. Setelah 5 kali pengaliran synthetic runoff dengan konsentrasi berbeda, hasil menunjukkan bahwa variasi konsentrasi influen memiliki pengaruh yang kecil yaitu 20-40 terhadap persentase penyisihan logam berat dan amonia. Rata-rata efisiensi penyisihan bioretensi 1, 2 dan 3 berturut ndash;turut yaitu 91, 78, 83 untuk Pb, 88, 95, 94 untuk Zn dan 97, 98, 96 untuk NH3. Kombinasi media filter pasir kuarsa dan zeolit terbukti meningkatkan efisiensi penyisihan sebesar 11,5 untuk NH3, 18 Pb dan 20 Zn yang dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Tanaman menyerap polutan sebesar 18 dengan akar menyerap 9-14 kali lebih besar daripada daun, sedangkan media filter menyerap 70 polutan. Bioretensi dengan komposisi 35 pasir kuarsa, 40 zeolit, 10 tanah dan 10 kompos serta Iris pseudacorus diusulkan sebagai kombinasi media filter dengan kinerja terbaik untuk peningkatan efisiensi penyisihan.

ABSTRACT
Increasing impervious surface areas such as parking lots cause a reduction in natural infiltration into the soil, resulting in an increase in stormwater runoff volume. Stormwater runoff contains a variety of pollutants such as heavy metals, nutrients, organic and sediments. The concentration of heavy metals and nutrients ammonia contained in stormwater runoff in FTUI rsquo s car park has exceeded the quality standard of Government Regulation No. 82 of 2001, such as Pb, Zn and NH3 approximately 0,73 mg L 0,39 mg L and 3,7 mg L, respectively. Bioretention is one of the LID that can affecting treat stormwater runoff. To increase removal efficiency on bioretention, a combination of filter media is applied. Observation was conducted on a pilot scale using three reactor each 30 30 80 cm3 and Iris pseudacorus as plant to determine removal efficiency of Pb, Zn and NH3. Variation of filter media composition consists of quartz sand and zeolite with ratio 1 3, 1 1, 3 1, on bioretention 1, 2 and 3, respectively. After 5 times running of synthetic runoff with different concentration, the results showed that variations in influent concentrations has a small effect of 20 40 on the removal efficiency of heavy metals and ammonia. The average removal efficiency of bioretention 1, 2 and 3 for Pb was 91, 78, 83, respectively, followed 88, 95, 94 for Zn and 97, 98, 96 for NH3. The combination of quartz sand and zeolite as filter media proved to increase the removal efficiency by 11,5 for NH3, 18 Pb and 20 Zn compared to previous research. The plants absorb pollutants by 18 with roots absorbing 9 14 times larger than leaves, while filter media absorbing 70 pollutants. Bioretention with a combination of filter media with composition of 35 quartz sand, 40 zeolite, 10 soil, 10 compost and Iris pseudacorus is proposed to have best performance to increasing removal efficiency. "
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlissa Tamara Virginia
"ABSTRAK
Air bersih merupakan elemen yang memiliki banyak manfaat dalam kelangsungan makhluk hidup. Air bersih dan air minum yang tidak memenuhi standar persyaratan masih dapat ditemukan di seluruh dunia. Salah satu metode yang mampu mengatasi kualitas air yang kurang baik adalah dengan pengolahan air. Intermittent slow sand filter merupakan salah satu sistem pengolahan air yang efektif dalam menyisihkan kontaminan. Pasir silika dan zeolite juga dikenal sebagai media dengan penyisihan kontaminan yang baik. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis karakteristik dan efisiensi hasil pengolahan air permukaan dengan dua media filter yang berbeda terhadap parameter besi, mangan, kekeruhan, dan koliform. Filter terbuat dari drum berkapasitas 150 liter dengan media pasir silika dan zeolite. Sistem filter pertama terdiri dari kombinasi media pasir silika dan zeolite, dimana pada lapisan pertama merupakan pasir silika dengan ES 0,15-0,20 mm dan UC 2,54, pada lapisan kedua merupakan zeolite dengan ES 0,45-0,70 mm dan UC 2,24, dan pada lapisan ketiga merupakan pasir silika dengan ES 0,45-0,70 mm dan UC 1,5. Sistem filter kedua terdiri dari dua lapisan pasir silika dengan ES 0,15-0,20 mm dan UC 1,5 pada lapisan pertama, dan ES 0,45-0,70 mm dan UC 2,22 pada lapisan kedua. Sumber air yang digunakan berasal dari Danau Mahoni Universitas Indonesia yang telah mengalami proses prasedimentasi. Pengoperasian saringan dilakukan secara intermittent dengan variasi waktu yang berbeda yaitu 2 jam, 1 hari, dan 2 hari. Hasil menunjukkan bahwa saringan intermittent dapat menyisihkan kadar pencemar yang terkait dengan besi, mangan, kekeruhan, dan fekal koliform. Intermittent filter dengan kombinasi media pasir silika dan zeolite memiliki efisiensi pengolahan terhadap parameter kekeruhan sebesar 5,20-44,40%, besi sebesar 87,18-100%, mangan sebesar 33,33-100%, dan koliform sebesar 60,47-100%. Intermitttent filter dengan media pasir silika dapat menyisihkan kekeruhan berkisar 80,30-94,99%, besi berkisar 98,15-100%, mangan berkisar 33,33-100%, dan koliform berkisar 83,72-100%.

ABSTRACT
Clean water is an element that has many benefits in the survival of living things. Clean water and drinking water that does not meet the standard requirements can still be found throughout the world. One method that is able to overcome poor water quality is by water treatment. Intermittent slow sand filter is one of the most effective water treatment system in removing contaminants. Silica sand and zeolite are also known as media with good removal of contaminants. The purpose of this study is to analyze the characteristics and efficiency of suface water treatment with two different filter media on the parameters of iron, manganese, turbidity, and coliform. Filters are made from drums with a capacity of 150 liters with medias of silica sand and zeolite. The first filter contains a combination of silica sand and zeolite media where the first layer is silica sand with ES 0,15-0,20 mm and UC 2,54, the second layer is zeolite with ES 0,45-0,70 mm and UC 2,24, and the third layer is silica sand with ES 0,15-0,20 mm and UC 1,5. The second filter contains two layers of silica sand with ES 0,15-0,20 mm and UC 1,5 in the first layer, and ES 0,45-0,70 mm and UC 2,22 in the second layer. The source of water used is from Mahoni Lake in University of Indonesia, which has undergone a process of pre-sedimentation. Filter operation is carried out intermittently with different time variations, which are 2 hours, 1 day, and 2 days. The results shows that the intermittent filter can remove contaminants associated with iron, manganese, turbidity, and fecal coliform. Intermittent filter with a combination of silica sand zeolite media have a processing efficiency on parameters of turbidity as much as 5,20-31,51%, iron as much as 87,18-100%, manganese as much as 33,33-100%, and coliform as much as 60,47-100%. The intermittent slow sand filter can remove turbidity ranging from 80,30-94,99%, iron ranges from 98,15-100%, manganese ranging from 33,33-100%, and coliform ranging from 83,72-100%."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efitriana Wulandari
"ABSTRAK
Acid Mine Drainage (AMD) mengandung konsentrasi berbagai logam berat dan memiliki tingkat pH rendah. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penggunaan zeolit ​​alam dan zeolit ​​disintesis untuk menghilangkan Cu2+ di AMD dilakukan. Adsorben zeolit ​​alam dibuat melalui metode pengaktifan kimia dengan menambahkan NaOH. Sementara, zeolit ​​yang disintesis dibuat dari abu terbang batubara menggunakan metode dua langkah, fusi, dan proses hidrotermal. AMD yang digunakan dalam penelitian ini dirancang secara artifisial dengan konsentrasi Cu2+ 100 ppm dan pH ± 3. Eksperimen adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch untuk mengamati parameter yang berpengaruh seperti dosis adsorben, waktu kontak, isoterm adsorben, dan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penghilangan Cu2+ untuk zeolit ​​alam dan zeolit ​​yang disintesis adalah 98,24% dan 98,16% dengan dosis adsorben optimal masing-masing 15g/ l dan 21 g/l. Waktu kontak optimal untuk kedua adsorben adalah 120 menit. Model isoterm Langmuir melengkapi adsorpsi untuk zeolit alami ​​dan zeolit sintesis, dengan kapasitas penyerapan maksimum 67,49 mg / g dan 35,12 mg / g, dan model kinetika pseudo-first-order dan pseudo-second-order. Hasil penelitian ini bahwa efektivitas adsorpsi yang baik mensintesis zeolit. Selain itu, zeolit ​​alam dan zeolit ​​sintetis memiliki potensi besar sebagai bahan yang berkelanjutan dan ekonomis untuk ion penghilangan logam berat Cu2+ dalam air limbah.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) contains a high concentration of various heavy metals and have low pH levels. In this study, the comparison between the use of natural zeolite and synthesized zeolite for Cu2+ removal in AMD was conducted. The adsorbent of natural zeolite was prepared through a chemical activating method by adding NaOH. While, synthesized zeolite was made from coal fly ash using a two-step method, fusion, and hydrothermal process. The AMD used in this study was artificially designed with the concentration of Cu2+ 100 ppm and pH ± 3. The adsorption experiment was carried out using a batch method to observe the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, adsorbent isotherms, and kinetics. The result show that the removal efficiency of Cu2+ for natural zeolite and synthesized zeolite was 98,24% and 98,16 % with optimum adsorbent dose 15 g/l and 21 g/l, respectively. The optimum contact time for both adsorbents was 120 minutes. The Langmuir isotherm model fitted the adsorption for synthesized zeolite and natural zeolite, with the maximum sorption capacity of 35,12 mg/g and 67,49 mg/g, and the kinetics model of pseudo-second-order and pseudo-first-order. The result of this study that the good adsorption effectivity synthesized zeolite. Furthermore, both natural zeolite and synthesized zeolite have great potential as a sustainable and economical material for heavy metal removal ion Cu2+ in wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Meilina
"Indonesia merupakan negara yang padat penduduknya. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan banyaknya kawasan industri rumah tanggga maupun industri di kota-kota besar yang dapat menghasilkan berbagai macam limbah logam berat. Penelitian ini mempelajari proses pembuatan komponen DGT serta aplikasinya pada pengukuran sampel larutan Cd2+. Komponen DGT berasal dari reaksi polimerisasi akrilamida yang menghasilkan diffusive gel serta resin chelex yang diimpreg ke dalam larutan gel menghasilkan resin gel. Selain itu dilakukan juga variasi resin gel dengan menggunakan zeolit yang menghasilkan zeolit gel. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan AAS. Waktu optimum yang diperlukan oleh resin gel dan zeolit gel untuk menyerap logam yaitu 24 jam sehingga didapatkan CDGT 1,36 µg/ml dan CDGT oleh zeolit gel sebesar 0,825 µg/ml. Pada variasi konsentrasi, CDGT maksimum resin gel yang diperoleh sebesar 59,950 µg/ml dan 1,315 µg/ml pada zeolit gel. Sedangkan pH optimum yang diperoleh pada penelitian ini baik chelex maupun zeolit pada pH 7 dengan nilai CDGT 1,428 µg/ml untuk resin gel dan 0,881 µg/ml untuk zeolit gel. Adanya agen pengompleks EDTA mempengaruhi jumlah ion Cd2+ yang dapat diserap dan dapat dilihat dari kecilnya nilai CDGT yaitu 0,0182 µg/ml untuk resin gel dan 0,0148 µg/ml untuk zeolit gel. Dilakukan juga uji homogenitas resin dan zeolit gel yang dilakukan dengan 3 kali pengukuran sehingga diperoleh nilai standar deviasi dan %RSD resin gel sebesar 0,0066 dan 0,345 % serta nilai standar deviasi dan %RSD zeolit gel sebesar 0,0083 dan 0,774 % yang menunjukkan material tersebut relatif cukup homogen untuk digunakan pada DGT.

Indonesia is a populous country. With a high population density causes many home industries and industries in large cities could produce various kinds of heavy metals waste. This research studies the process of making DGT components and its application to the measurement of sample solutions of Cd2+. DGT components derived from acrylamide polymerization reactions that produce diffusive gel and chelex resins impregnated into the gel solution to produce the resin gel. Beside that, there are also variations in the resin gel by using zeolite that produces zeolite gel. Measurement in this study used the AAS. The optimum time required by the resin gel and zeolite gel to absorb the metal that is 24 hours so that got CDGT 1.36 µg /ml for resin gel and CDGT 0.825 µg/ml by zeolite gel. On the variation of concentration, the maximum CDGT resin gel obtained at 59.950 µg/ml and 1.315 µg/ml in the zeolite gel. While the optimum pH obtained in this study both Chelex and zeolite at pH 7 with CDGT value 1.428 µg/ml for the resin gel and 0.881 µg/ml for zeolite gel. The presence of EDTA complexing agent affect the number of Cd2 + that can be absorbed and can be seen by the small value of CDGT, ie 0.0182 µg/ml for resin gel and 0.0148 µg/ml for zeolite gel. Homogeneity tests were also carried out for the resin and zeolite gel for triplicate measurement with value of standard deviation and % RSD resin gel at 0.0066 and 0.345% and the standard deviation and% RSD zeolite gel at 0.0083 and 0.774% showing relative good homogen of the materials using for DGT. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S739
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanina Salama
"Peningkatan penduduk dunia menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih dunia. Jumlah penduduk dunia pada tahun 1990 adalah 5,3 miliar. Kemudian, meningkat menjadi 6,1 miliar di tahun 2000, dan pada tahun 2017 jumlah penduduk dunia adalah 7,6 miliar (World Bank, 2017). Hanya 3% dari air dunia adalah air tawar, dan dua pertiga dari air tawar tersebut tersimpan di gletser beku atau tidak tersedia untuk digunakan (WWF, 2017). Akibatnya, sekitar 1,1 miliar orang di seluruh dunia kekurangan akses air bersih, dan total 2,7 miliar mengalami krisis air bersih setidaknya satu bulan dalam setahun (WWF, 2017). Standar air bersih telah diatur dalam Permenkes No. 32 tahun 2017 dan standar baku mutu air minum diatur dalam Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Salah satu teknologi sederhana dalam pengolahan air bersih adalah filtrasi atau penyaringan air. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas filtrasi dengan media filter pasir silika dan karbon aktif dalam penurunan sejumlah parameter kualitas air yaitu warna, TDS, nitrit dan amonia. Pemilihan parameter kualitas air dilakukan berdasarkan tingginya parameter tersebut di sumber air permukaan dan parameter tersebut dapat merugikan lingkungan ketika konsentrasinya melebihi yang seharusnya. Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menghitung efisiensi penyisihan konsetrasi warna, TDS, amonia, dan nitrit. Hasil dari penelitian ini adalah efisiensi filter dengan media karbon aktif dalam penyisihan konsentrasi amonia pada pasir silika sebesar 60%. Akan tetapi, pada penelitian ini filter tidak dapat menghilangkan konsentrasi TDS, warna, dan nitrit. Pada penelitian ini, konsentrasi parameter warna, amonia, dan nitrit efluen filter tidak memenuhi baku mutu Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dengan rata-rata warna pada efluen filter adalah 271,00 TCU dari baku mutu warna 15,00 TCU. Rata-rata konsentrasi ammonia efluen filter adalah 2,10 mg/L dari baku mutu amonia 1,50 mg/L, dan rata-rata konsentrasi nitrit fluen filter adalah 83,00 mg/L dari baku mutu nitrit 15,00 mg/L, sedangkan untuk rata-rata konsentrasi TDS efluen filter sebesar 271,80 memenuhi baku mutu TDS 500,00 mg/L. Kesimpulan dari penelitian ini adalah saringan pasir lambat dengan media pasir silika dan karbon aktif efektif dalam menyisihkan parameter amonia. Akan tetapi saringan pasir lambat dengan media pasir silika dan karbon aktif pada penelitian ini tidak dapat menyisihkan parameter warna, TDS, dan nitrit. Pada efluen filter, parameter TDS masih memenuhi baku mutu.

Increasing number of world population has led to an increase in the world's need for clean water. The world population in 1990 was 5.3 billion and then increased to 6.1 billion in 2000 and in 2017 the world population was 7.6 billion (World Bank, 2017). Only 3% of the world's water were fresh water, and two thirds of that fresh water was stored in frozen glaciers or not available to use (WWF, 2017). As a result, around 1.1 billion people worldwide had no access to clean water, and a total of 2.7 billion experienced a clean water crisis at least one month a year (WWF, 2017). The standard for clean water had been regulated in Permenkes No. 32 of 2017 and drinking water quality standards had been regulated in Permenkes No. 492 of 2010, concerning about Drinking Water Quality Requirements. One of the simple technologies in processing clean water was filtration or water filtration. This study aimed to determine the effectiveness of filtration with silica sand and activated carbon filter media in decreasing a number of water quality parameters, namely its color, TDS, nitrite and ammonia. The selection of water quality parameters was based on the high parameters in the surface of the water source and these parameters harmed the environment when the concentration exceeded that which should be. Data processing was done by calculating the efficiency of color concentration allowance, TDS, ammonia and nitrite. The results of this study were that filter's efficiency with active carbon media in removing ammonia concentration and silica sand was about 60%,  but in this study, the filter could not eliminate TDS, color and nitrite concentrations. In this study, the concentration of color parameters, ammonia and effluent nitrite filters did not meet the quality standard stated on Permenkes No. 492 of 2010, concerning about rrequirements of drinking quality, with an average color 0 in filter effluent was 271,00TCU compared to the 15,00 TCU color standard, the average filter effluent ammonia concentration was 2.10 mg / L compared to ammonia quality standard 1.50 mg / L, and the average filter effluent nitrite concentration was 83,00 mg / L compared to the nitrite quality standard of 15,00 mg / L, while for the average filter effluent TDS concentration of 271,80 met the TDS 500,00 mg / L quality standard. The conclusion of this study was that slow sand filters with silica sand media and activated carbon were effective in removing ammonia parameters but could not set aside color, TDS and nitrite parameters. In filter effluent, the TDS parameters still met the quality standard.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Ernowo
"Pada studi ini, logam berat tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada tanah diukur menggunakan ekstraksi bertahap dan metode diffusive gradient in thin films (DGT), selain itu penyerapan logam tersebut pada tanaman kangkung darat diinvestigasi. Spesiasi Cu dan Zn pada tanah asli (non spike) dan tanah spike 200, 400, 600, dan 800 mg kg-1 tanah dievaluasi dengan ekstraksi bertahap yang didasari prosedur Tessier (1979), diperoleh distribusi logam pada fraksi yang berbeda-beda. Cu dan Zn pada tanah asli ditemukan terutama pada fraksi Mn oksida, Fe oksida dan residu. Sangat sedikit ditemukan pada fraksi exchangeable yang merupakan fraksi logam paling mobile dan diasosiasikan sebagai bioavailabel. Pada tanah yang diberi spike Cu dan spike Zn juga ditemukan terutama pada fraksi Mn oksida dan Fe Oksida, terlihat peningkatan cukup signifikan pada fraksi karbonat, dan khusus untuk tanah yang diberi spike Zn terlihat peningkatan cukup signifikan terhadap fraksi exchangeable.
Metode DGT digunakan untuk menentukan konsentrasi efektif (CE) dari Cu dan Zn pada tanah. Hubungan antara CE dari Cu dan Zn oleh DGT dan serapan Cu dan Zn pada kangkung darat yang ditumbuhkan dalam rumah kaca dievaluasi. Hubungan CE dari Zn terhadap serapan Zn pada kangkung darat berkorelasi secara signifikan pada pemberian konsentrasi spike Zn2+ 0 (kontrol) 200, 400, 600, dan 800 mg kg-1 tanah (R2 = 0,97) dan memberikan hubungan linear yang positif. Namun, pada variasi konsentrasi spike Cu2+ yang sama, CE dari Cu tidak berkorelasi terhadap serapan Cu pada kangkung darat (R2 = 0,43) dan memberikan hubungan linear yang negatif. Hal ini kemungkinan disebabkan konsentrasi spike Cu yang digunakan terlalu tinggi atau berada pada level toksik.

In this study, heavy metals copper (Cu) and zinc (Zn) in soil were measured using the method of sequential extraction and diffusive gradient in thin films (DGT), in addition to the absorption of these metals in Ipomea reptans Poir. were investigated. Speciation of Cu and Zn in native soil (non-spike) and spiked-soil 200, 400, 600, and 800 mg kg-1 soil were evaluated by the sequential extraction procedure based on Tessier (1979), obtained the metal distribution in different fractions. Cu and Zn in the native soil is found mainly in the fraction of Mn oxides, Fe oxides and residues. Very little was found in exchangeable fraction which is the most mobile metal fraction and associated bioavailable. In spiked-soil, Cu and Zn were also found mainly in the fraction of Mn oxides and Fe oxides, seen a significant increase in the fraction of carbonate, and specifically for a given soil Zn spike seen a significant increase in the exchangeable fraction.
DGT method used to determine the effective concentration (CE) of Cu and Zn in soil. The relationship between Cu and Zn from the CE by the DGT and the uptake of Cu and Zn in Ipomea reptans Poir. grown in a greenhouse were evaluated. The relationship CE of Zn with Zn abosrption by Ipomea reptans Poir. were significantly correlated to the spike concentration giving Zn2+ 0 (control) 200, 400, 600, and 800 mg kg-1 soil (R2 = 0.97) and provide a positive linear relationship. However, with the spike Cu2+ at the same variation of concentration, CE of Cu did not correlate to the absorption of Cu in Ipomea reptans Poir. (R2 = 0.43) and give a negative linear relationship. This is probably due to Cu spike concentration used is too high or are at toxic levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Fahmiati
"Efek dari amonia yang ditemukan pada air limbah telah mendorong pengembangan metode yang efisien untuk penyisihannya. Pada penelitian ini, kombinasi kontaktor membran serat berongga dan proses ozonasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Limbah amonia sebesar 120 ppm dan absorben mata air panas ciater yang mengandung sulfat digunakan dalam penelitian ini. Efek dari suhu umpan, yakni 30°C, 40°C dan 50°C pada efisiensi pemisahan dan perpindahan massa amonia diinvestigasi. OH- yang terbentuk dari OH radikal sebagai produk dari dekomposisi ozon membantu menjaga pH basa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu umpan meningkatkan penyisihan amonia.. Kombinasi kedua proses ini dapat dikatakan efektif dalam menyisihkan 96% amonia pada suhu 50°C.

The effects of ammonia which commonly found in wastewater streams have promoted the development of more efficient methods for their removal. In this study, polypropylene hollow-fiber membranes and ozonation process were used to achieve this purpose. Synthetic ammonium sulfate and Ciater spring water was used. The effects of feed temperature (30°C, 40°C and 50°C) on removal efficiency and the overall mass transfer of the ammonia were investigated. OH- which formed from OH radical as a product of ozone decomposition helps to maintain alkalinity of the system. Result shows that feed temperature has significant effect on ammonia removal. This combination process works to be very effective on ammonia removal from the synthetic waste water. For variated temperature on 30°C, 40°C and 50°C , the best result of ammonia removal is around 96 % on 50°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Christopher
"Air limbah greywater merupakan salah satu sumber pencemar dengan potensi yang besar untuk didaur ulang menjadi air baku. Teknologi berbasis LID seperti bioretensi dapat berpotensi sebagai sarana pemanfaatan greywater. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan teknologi bioretensi dengan media zeolit dan pasir kuarsa dalam mengolah greywater. Dilakukan penelitian di Kantin Mahasiswa FTUI. Didapatkan konsentrasi COD, TSS, dan FOG sebesar 136,4 mg/L, 65,8 mg/L, dan 16,62 mg/L pada greywater Kantin Mahasiswa FTUI yang telah melalui pre-treatmentdengan grease trap. Penelitian ini menggunakan 3 reaktor bioretensi skala pilot, yakni reaktor kontrol, reaktor dengan masing-masing tanaman Iris pseudacorus, Chrysopogon zizanioides sebagai Reaktor 1, 2 dan 3 berjenis plug flow. Dilakukan pengaliran selama 2 minggu. Dihasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD pada Reaktor 1, 2 dan 3 sebesar 10,61%, 25,54%, dan 41,09%. Reaktor 2 dan 3 telah memenuhi baku mutu air limbah untuk COD sedangkan Reaktor 1 belum memenuhi. Rata-rata efisiensi penyisihan FOG pada Reaktor 1, 2 dan 3 berturut-turut sebesar 35,55%, 71,80%, dan 81,25%. Reaktor 2 dan 3 memenuhi baku mutu air limbah untuk FOG, sedangkan Reaktor 1 belum memenuhi. Tanaman Chrysopogon zizanioidesmenjadi pilihan terbaik bagi reaktor bioretensi untuk mengolah COD dan FOG dari greywater hasil pencucian piring pada kantin.

Greywater considered to be sources of pollution with significant potential for recycling into usable water. Low Impact Development-based technologies such as bioretention have the potential to be utilized for greywater treatment. This study was conducted to analyze the capability of bioretention technology using zeolite and quartz sand as media, in treating greywater. The research was conducted at FTUI Student Cafeteria. The initial concentrations of COD, TSS, and FOG after grease trap were 136.4 mg/L, 65.8 mg/L, and 16.62 mg/L, respectively. The study employed three pilot scale bioretention reactors, namely a control reactor, reactors with Iris pseudacorus and Chrysopogon zizanioides plants each, designated as Reactor 1, 2, and 3 designed as plug flow. The test was conducted for two consecutive weeks. The average COD removal efficiencies for Reactor 1, 2, and 3 were 10.61%, 25.54%, and 41.09%, respectively. Reactor 2 and 3 met the wastewater quality standards for COD removal. Average FOG removal efficiencies for Reactor 1, 2, and 3 were 35.55%, 71.80%, and 81.25%, respectively. Reactor 2 and 3 met the wastewater quality standards for FOG removal. Chrysopogon zizanioides was found to be the most suitable plant for bioretention reactors treatment of COD and FOG in commercial dishwashing greywater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Kohar
"Untuk meneliti kandungan Pb dalam tanaman kangkung telah dilakukan penelitian menggunakan kangkung darat (Ipomoea reptans) yang ditanam pada media hidroponik, dan disiram dengan Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) larutan Pb (2 mg/L) dua kali sehari. Sampel kangkung diambil berdasarkan umur tanaman (3 dan 6 minggu), dan bagian tanaman (akar dan seluruh bagian tanaman tanpa akar). Digunakan Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ untuk mengukur kandungan Pb dalam sampel. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam tanaman akumulasi Pb terutama terdapat di akar.Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel, dimana jumlah ini melampaui jumlah maksimum yang diperolehkan untuk dikonsumsi yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (maximum dietary allowance) yaitu 2 mg/kg; sedangkan pada tanaman yang berumur 3 minggu kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg dan tidak melampaui batas yang ditetapkan oleh BPOM. Karena itu dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.

Study on Pb Content in 3 Week and 6 Week Old Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Planted in Pb containing Media. A study on the content of Pb in kangkung has been conducted. Land kangkung (Ipomoea reptans) was used as the sample, and was planted in hydrophonic media, and watered with Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) and Pb solution (2 mg/L) twice a day. Samples were taken based on the age (3 and 6 week old), and part of the plant (root and all parts without root). Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ was used to measure the Pb content. It was shown that in the plant the accumulation was mostly happened in the root. The 6 week-old plant contained Pb not just in the root (3.36 mg/kg sample) but also in the other part of the plant (2.09 mg/kg sample) and those were exceeded the maximum dietary allowance (2 mg/kg sample) regulated by the Indonesian FDA; while in the 3 week-old plant the Pb content in the root was 1.86 mg/kg sample and in the other part of the plan was 1.13 mg/kg, which is not exceeded the dietary allowance. So it is advisable to harvest the kangkung vegetable at the most of 3 week-old."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>