Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Euaggelion Putra Yandra
"ABSTRACT
Peneliti melakukan proses sintesis dari material superkonduktor La2-xSrxCuO4 LSCO, dengan x = 0,16; 0,22 dan 0,25, dengan metode sol-gel. Prekursor yang peneliti gunakan dalam metode ini berbasis nitrat. Bahan dikalsinasi untuk menghilangkan komponen organik dan disintering dengan suhu 600 C selama 6 jam. Analisis pengukuran difraksi sinar-X XRD dengan Rietvield Refinement menunjukkan bahwa struktur stabil pada fase tetragonal I4/mmm dengan ukuran kristal cenderung semakin mengecil seiring dengan bertambahnya doping Sr. Scanning Electron Microscopy SEM digunakan untuk mengamati morfologi material dan mengkonfirmasi parameter sel dari analisis pengukuran XRD. Penggunaan SEM juga untuk mengkonfirmasi kehomogenan dari material LSCO. Dengan Electron Dispersive Spectroscopy hasilnya mengkonfirmasi komposisi material yang sudah mendekati nilai perhitungan. Untuk melihat adanya perubahan fasa superkonduktor, cryogenic magnetometer digunakan untuk mengukur resistivitas pada material LSCO.

ABSTRACT
We performed a synthesis process of the La2 xSrxCuO4 LSCO, with x 0,16 0,22 and 0,25, superconducting material by sol gel method. Precursors that we use in this method are nitrate based. The material was calcined to remove the organic component and sintered at 600 C for 6 hours. Analysis of X ray diffraction measurements XRD with Rietvield Refinement showed that the structure stabilized to the tetragonal phase I4 mmm with the crystallite size tends to decrease as doping increases Sr. Scanning Electron Microscopy SEM is used to observe the morphology of the material and confirm the cell parameters of the XRD measurement analysis. The use of SEM is also to confirm the homogeneity of LSCO material. With Electron Dispersive Spectroscopy the results confirm the composition of the material that is close to the calculation value. To see a superconducting phase change, cryogenic magnetometers are used to measure resistivity in LSCO materials."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Apriliani Nillasari
"ABSTRACT
Penelitian mengenai pengaruh Sr terhadap struktur, mikrostruktur, dan sifat kelistrikanmaterial Cuprate superkonduktor La2-xSrxCuO4 x= 0; 0,07; 0,11; 0,15; dan 0,18 telahdilakukan. Sampel La2-xSrxCuO4 disintesis dengan metode sol gel. Hasil karakterisasiXRD menunjukkan bahwa sampel dengan x=0 dan x=0,07 memiliki strukturorthorhombic space group Cmca-64 , sedangkan sampel dengan x=0,11; 0,15; dan 0,18memiliki struktur tetragonal space group 14/mmm. Subsitusi Sr2 pada site La3 menurunkan parameter kisi a dan b dan volum unit sel kristal. Karakterisasi dengan SEMEDXmenunjukkan terjadinya perubahan ukuran grain sampel ketika ada variasi dopingSr serta menunjukkan bahwa Sr berhasil disubsitusikan kedalam sampel. Data resistivitassebagai fungsi temperatur menunjukkan bahwa semakin besar doping Sr, nilai resistivitascenderung semakin turun. Setiap sampel dengan variasi doping memiliki sifat kelistrikanyang berbeda. Sampel dengan x=0 dan x=0,07 menunjukkan karakteristik isolator, sampel dengan x=0,11 menunjukkan adanya transisi dari metal ke isolator, serta sampeldengan x=0,15 dan x=0,18 menunjukkan karakteristik superkonduktor di temperaturkritis dan konduktor di temperatur ruang.

ABSTRACT
The effect of Sr to structure, microstructure, and electrical properties for cupratesuperconductor La2 xSrxCuO4 x 0 0,07 0,11 0,15 and 0,18 has been studied. Sampleswas synthesized by sol gel method. The result of XRD characterization showed that thesamples with x 0 and x 0,07 have orthorhombic structure space group Cmca 64, whilethe samples with x 0,11 0,15 and 0,18 have tetragonal structure space group 14 mmm. The substitution of Sr2 to the La site decreased lattice parameter a and b and unit cellvolume. SEM EDX characterization showed the variations of grain size and it showedthat Sr2 ion has successfully substituted to the samples. The resistivity as a function oftemperature showed that Sr doped decrease the resistivity. The samples have differentelectrical properties. Samples with x 0 and x 0,07 showed the characteristic of insulator,samples with x 0,11 showed the transition of metal insulator, and samples with x 0,15and x 0,18 showed the characteristic of superconductor below critical temperature Tc and conductor at room temperature."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Wihono
"Bidang ilmu superkonduktivitas telah lama menarik perhatian para peneliti. Penelitian terkait pengaplikasian material superkonduktor pun telah banyak dilakukan. Melalui penelitian ini, telah dipelajari pengaruh dua perlakuan panas berbeda terhadap pembentukan pelet BaPb1-xBixO3 (BPBO) melalui reaksi padatan dengan komposisi x = 0; 0,05; dan 0,25. Telah dipelajari juga potensi fabrikasi kawat superkonduktor BaPb0,75Bi0,25O3 menggunakan dua metode, yaitu powder-in-tube (PIT) in-situ dan ex-situ. Hasil karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa sampel yang dibentuk melalui perlakuan panas kedua memiliki ketunggalan fasa yang lebih baik dengan jumlah fasa pengotor yang lebih sedikit. Parameter kisi dan fasa yang terbentuk, serta perhitungan ukuran crystallite dengan metode Scherrer dan Williamson-Hall Plot telah berhasil dilakukan. Peningkatan unsur Bi pada BPBO terbukti menurunkan ukuran crystallite sampel. Karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) kemudian dilakukan untuk mempelajari struktur dan morfologi permukaan, homogenitas, ukuran grain, serta porositas yang terbentuk pada sampel pelet dan kawat BPBO. Pengujian resistivitas terhadap temperatur kemudian dilakukan menggunakan Cryogenic Magnetometer. Hasil pengujian mengklarifikasi munculnya fasa superkonduktor pada pelet BaPb0,95Bi0,05O3 (perlakuan panas kedua) dengan nilai Tc onset = 11,5 K dan Tc zero = 5,3 K dan BaPb0,75Bi0,25O3 (perlakuan panas pertama) dengan nilai Tc onset = 11,1 K dan Tc zero = 4 K.

The field of superconductivity has long piqued the interest of researchers. Numerous studies have been carried out to explore the application of superconducting materials. Through this research, the effect of two heat treatments in the making of BaPb1-xBixO3 (BPBO) pellets using solid state reaction method with a composition of x = 0; 0,05; 0,25 has been studied. The fabrication potential of BaPb0,75Bi0,25O3-based superconducting wire using two different methods, powder-in-tube (PIT) in-situ and ex-situ, has also been studied. The result of X-Ray Diffraction (XRD) shows pellet samples that underwent the second heat treatment have better phases with fewer impurity peaks. The lattice parameters, phases, and the calculation of crystallite size using Scherrer method and Williamson-Hall Plot method have also been calculated. The increase of Bi concentration in BPBO proved to lower the crystallite sizes. Scanning Electron Microscopy (SEM) is used to study the structure and morphology, homogeneity, grain sizes, and porosity of the samples. The resistivity behavior has also been studied using Cryogenic Magnetometer. Superconducting states can be found in pellet samples of BaPb0,95Bi0,05O3 (second heat treatment) with Tc onset = 11,5 K and Tc zero = 5,3 K, and BaPb0,75Bi0,25O3 (first heat treatment) with Tc onset = 11,1 K and Tc zero = 4 K."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Juan De Bebetho
"Superkonduktivitas merupakan fenomenologika fisika yang terjadi di suatu material yang ditandai dengan hilangnya resistivitas elektrik seiring dengan suhu lingkungan di turunkan secara ekstrim. Material yang memiliki fase superkonduktor salah satunya ditunjukkan oleh material berbasis kuprat yang mayoritas memiliki suhu kritis fase superkonduktivitas lebih tinggi dibandingkan titik leleh nitrogen cair sebagai pendingin eksternal suhu lingkungan. Material berbasis kuprat dengan suhu kritis tertinggi salah satunya terdapat pada senyawa Bi-Sr-Ca-Cu-O, spesifik pada material Bi2Sr2Ca2Cu3O10 dengan suhu kritis di suhu 110 K. Pengaruh pendopingan terhadap material kuprat berbasis senyawa Bi-Sr-Ca-Cu-O di salah satu unsur terbukti dapat mempengaruhi suhu kritis fasa superkonduktivitasnya. Dengan melakukan doping unsur Cr terhadap Cu yang bertanggung jawab atas eksisnya fasa superkonduktivitas menjadikan material Bi2Sr2Ca2(Cu1-xCrx)3O10 mengalami transisi fasa dari superkonduktor menjadi semikonduktor. Diketahui bahwa suhu transisi setelah mengalami doping Cr ditemui pada material Bi2Sr2Ca2Cu2.4Cr0.6O10 di kisaran 76.03K. Keberadaan Bi8CrO15 terlacak oleh pemetaan XRD yang diduga menjadi alasan dibalik transisi fasa dari superkonduktor menuju semikonduktor dari material Bi2Sr2Ca2(Cu1-xCrx)3O10. Kemunculan dari fasa baru Bi8CrO15 meningkat seiring dengan bertambahnya doping Cr dari material Bi2Sr2Ca2(Cu1-xCrx)3O10.

Superconductivity is a phenomenological physics phenomenon that occurs in a material characterized by the complete absence of electrical resistivity as the environmental temperature is lowered to an extreme level. Materials exhibiting superconducting phases include copper-based compounds that typically have higher critical temperatures for superconductivity compared to the boiling point of liquid nitrogen, which serves as an external coolant at ambient temperatures. One of the copper-based compound materials with the highest critical temperature is the Bi-Sr-Ca-Cu-O compound, specifically the Bi2Sr2Ca2Cu3O10 material with a critical temperature of 110 K. The doping effect on copper-based materials such as Bi-Sr-Ca-Cu-O has been proven to influence the critical temperature of the superconducting phase. By doping the copper element with chromium (Cr), which is responsible for the existence of the superconducting phase, the material Bi2Sr2Ca2(Cu1-xCrx)3O10 undergoes a phase transition from superconductor to semiconductor. It is known that the transition temperature after chromium doping is found in the range of 76.03 K for the material Bi2Sr2Ca2Cu2.4Cr0.6O10. The existence of Bi8CrO15 is traced by XRD mapping which is suspected to be the reason behind the phase transition from superconductor to semiconductor from Bi2Sr2Ca2(Cu1-xCrx)3O10 material. The appearance of the new phase Bi8CrO15 increases with increasing Cr doping of the Bi2Sr2Ca2(Cu1-xCrx)3O10 material."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Madali
"ABSTRAK
Penelitian ini akan mensimulasikan temperatur transisi pada superkonduktor NdBa2Cu3O7-x. Superkonduktor NdBa2Cu3O7-x terdiri dari satu bidang CuO. Sumulasi temperatur transisi superkonduktor NdBa2Cu3O7-x dapat dipelajari dengan menggunakan model ASYNNNI. Dalam model ASYNNNI, oksigen di tempatkan pada bidang CuO secara acak. Kandungan oksigen yang diberikan akan mempengaruhi besarnya temperatur transisi. Temperatur transisi tertinggi terjadi pada superkonduktor NdBa2Cu3O7-x dengan kandungan oksigen 90% yaitu sekitar 30 K. Temperatur transisi tidak dihasilkan dalam simulasi dua bidang CuO, karena bahan ini tidak bersifat superkonduktor"
2009
T21606
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kisman H.M.
"Sampel dari senyawa (Bi2_xPbx)2Sr2Ca2Cu30y dibuat berdasarkan reaksi padatan dari serbuk PbO, Bi203, SrCO3, CaCO3 dan CuO. Setelah mengalami dua tahap perlakuan panas yaitu kalsinasi pada suhu 8200 C selama 36 jam dan sintering pada suhu 860° C selama 72 jam, cuplikan ini memberikan efek Meissner pada suhu 77 K dan juga sinyal RSE anisotrop pada suhu kamar. Dengan Termogram DTA-TG Simultan didapatkan suhu kalsinasi dan suhu sintering yang tepat, yaitu kalsinasi 820° C dan suhu sintering 860° C. Sebelum mengalami sintering, cuplikan ini merupakan bahan non paramagnetik, tetapi sesudah mengalami sintering berubah menjadi paramagnetik pada suhu kamar. Apabila suhunya diturunkan sampai suhu nitrogen cair cuplikan ini berubah menjadi superkonduktor (memberikan efek Meissner). Analisis dengan Simulasi RSE menunjukkan bahwa di dalam sampel terjadi interaksi pertukaran yang cukup kuat dan bersifat anisotrop."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauludi Ariesto Pamungkas
"ASYNNNI model adalah salah satu model yang menerangkan mekanisme pengaturan atom oksigen pada bidang basal senyawa YBa2Cu307-x. Pengaturan atom oksigen pada bidang basal ini sangat mempengaruhi sifat senyawa tersebut. Bila 00.5 bersifat nonsuperkonduktor dengan struktur tetaragonal.
Di samping itu, temperatur juga mempengaruhi sifat superkonduktor. Pada temperatur tertentu (temperatur transisi) ikatan pasangan elektron akan terputus, saat itu sifat superkonduktivitasnya akan menghilang. Temperatur transisi ternyata berubah-ubah dengan berubahnya kandungan oksigen.
Untuk x=0.1 dan x=0.2 temperatur transisi sekitar 90°K, sedangkan untuk x=0.3 dan x=0.4 temperatur transisi sekitar 70°K dan untuk x=0.5 temperatur transisi sekitar 60°K.
Simulasi ini telah menunjukkan adanya perubahan fasa yang ditunjukkan oleh lonjakan harga Cv pada temperatur tertentu.
Simulasi ini menggunakan metode Monte Carlo, sedangkan program yang digunakan bahasa C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T5728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Suherman
"ASYNNNI model adalah salah satu model yang menerangkan mekanisme pengaturan atom oksigen pada bidang basal (bidang CuO) senyawa BSCCO yang terdiri dari senyawa Bi2Sr2CuO7-x (BSCCO 2201), senyawa Bi2Sr2CaCu2O9-x (BSCCO 2212), dan senyawa Bi2Sr2Ca2Cu3O11-x (BSCCO 2223). Atom-atom oksigen terletak pada lapisan bidang CuO. BSCCO 2201 mempunyai satu lapisan bidang CuO, BSCCO 2212 mempunyai dua lapisan bidang CuO, dan BSCCO 2223 mempunyai tiga lapisan bidang CuO. Pengaturan atom oksigen dan banyak lapisan bidang basal sangat mempengaruhi sifat senyawa tersebut. Senyawa dengan struktur kristal ortorombik bersifat superkonduktor, sedangkan senyawa dengan struktur tetragonal bersifat non-superkonduktor. Temperatur transisi adalah keadaan terjadinya transisi sifat struktur bahan non-superkonduktor ke struktur superkonduktor atau sebaliknya.
Temperatur transisi dari perubahan struktur tetragonal ke struktur ortorombik sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen. Temperatur transisi ternyata berubah-ubah dengan berubahnya kandungan oksigen. Telah dihitung temperatur transisi senyawa BSCCO, diperoleh hasil untuk BSCCO 2201 dengan temperatur transisi tertinggi 13.5 K, untuk BSCCO 2212 dengan temperatur transisi tertinggi 83 K, dan untuk BSCCO 2223 dengan temperatur transisi tertinggi 110 K. Simulasi ini telah menunjukkan adanya perubahan fasa yang ditunjukkan oleh lonjakan harga kalor jenis Cv pada temperatur tertentu.
Simulasi ini menggunakan metoda Monte Carlo, algoritma Metropolis, dan Glauber Dynamics. Program ini ditulis menggunakan bahasa C."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
T20835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>