Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahadjeng Pulungsari Hadi
"ABSTRACT
Menglongshi or misty poetry (also translated as obscure poetry) is one kind of Chinese poems created by young poets who experienced the Cultural Revolution in 1970s. The emergence of a new style of poetry which is different from the previous styles marked a new era of poetry writing in China. its uniqueness lies in wordplay, metaphor, synesthesia, and symbols whose meanings cannot be easily identified. The misty poem also drew the cautious attention of the Chinese government, because the symbols and sequence of sentences were suspected to contain thoughts which are considered not in accordance with the government's policies. Bei Dao and Gu Cheng were known as two of the most important misty poets. This paper analyzes two poems by Bei Dao and two poems by Gu Cheng in terms of their intrinsic elements, such as imagery and language style in order to interpret their meaning. Furthermore, in order to provide more supporting evidence, this research also analyzes the poems extrinsic elements to identify their respective meanings in a more comprehensive way. Therefore, the explanation for the occurrence of Cultural Revolution is a very important finding in this research. This study sought to explain the important role of misty poems in explaining the Cultural Revolution by examining Bei Dao and Gu Cheng's works."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
907 PJKB 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Satwikayanti
"Cina merupakan sebuah negara yang mempunyai perjalanan sejarah panjang. Dari dinasti-dinasti yang ada, Cina mempunyai tradisi kehidupan yang kuat dan mendalam. Tradisi kehidupan tersebut mencakup segala aspek kehidupan yang selalu berubah dan berkembang. Demikian pula halnya dalam bidang kebudayaan. Kebudayaan Cina berkembang dari masa ke masa sampai pada taraf yang tertinggi. Adapun salah satu ragam dari kebudayaan Cina yang terpenting adalah kesusastraan Cina. Kesusastraan Cina, seperti kesusastraan lainnya, mempunyai banyak macam ragamnya. Salah satu bentuk kesusastraan Cina adalah puisi. Puisi di Cina merupakan salah satu karya sastra yang sangat popular. Cina mempunyai begitu banyak puisi yang ditulis oleh para penyair, dapat dikatakan hampir seluruh cendekiawan Cina pada jaman dahulu adalah juga merupakan penyair. Mereka mengungkapkan pemikiran-pemikirannya melalui puisi, dan biasanya 50% dari karya-karya seorang cendekiawan saat itu terdiri dari puisi. Mereka terus berkarya dan tidak berhenti memperbaharuinya. Mereka membuat kesusastraan Cina sampai pada taraf yang paling tinggi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau Cina dijuluki sebagai negara puisi. Puisi bagi orang Cina adalah suatu cara untuk mengungkapkan perasaan_perasaannya akan kenikmatan-kenikmatan hidup sehingga mereka dapat melupakan kesibukan sehari-hari yang membosankan. Dengan kata lain, puisi Cina selain merupakan tulisan yang memuat ajaran-ajaran kehidupan untuk diteladani juga merupakan alat hiburan di kala senggang atau santai. Puisi mengajarkan orang Cina untuk mengapresiasi atau menikmati keadaan di sekitarnya. Dalam menciptakan puisi, para penyair menggunakan perasaannya yang halus sehingga apa yang tertuang menjadi sesuatu karya sastra yang sangat indah. Puisi Cina mempunyai hubungan yang erat dengan karya kesenian yang lain, yaitu lukisan Cina. Lukisan di Cina dianggap sebagai bunga kebudayaan Cina. Lukisan Cina - tidak seperti lukisan di negara-negara lain - banyak memperlihatkan penghematan bahan dengan banyaknya bidang-bidang kosong. Penggambaran suatu obyek pemandangan kadang juga difokuskan secara dekat, sehingga yang terlihat hanyalah penggalan dari obyek tersebut. Tetapi walaupun demikian, dalam lukisan tersebut orang akan dapat melihat suatu harmonisasi yang utuh dengan alam. Hal tersebut dapat terjadi karena, lukisan mempunyai hubungan yang erat dengan puisi. Biasanya di dalam lukisan dicantumkan sebait puisi. Di sini puisi memberikan jiwanya pada lukisan. Keduanya datang dari jiwa atau semangat yang sama. Dalam puisi dan lukisan Cina dapat terlihat bahwa jiwa pelukis adalah jiwa penyair. Pelukis Cina mengekspresikan kesan dan penekanan yang sama dengan penyair Cina atas suatu suasana yang dilihatnya, dan juga memberikan kesatuan yang sama terhadap alam, yang mana semua ini merupakan ciri yang sama pada puisi Cina. Hal tersebut menyebabkan adanya istilah Mata penyair adalah juga mata pelukis. Sehinggga tidaklah mengherankan kalau di Cina sering terjadi bahwa seorang penyair adalah sekaligus merupakan pelukis, demikian pula sebaliknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshe Maharani
"Pada akhir tahun 1970-an, dunia kesusastraan Cina mulai memasuki era baru. Muncul aliran puisi Menglong yang merupakan aliran puisi paling penting dan berpengaruh dalam dunia kesusastraan Cina di era modern. Menglongshi, atau dalam bahasa Indonesia berarti “Puisi Samar” merujuk pada aliran puisi baru yang muncul dan berkembang pada periode mulai dari akhir 1970-an hingga awal 1980-an di Cina. Aliran puisi ini dipopulerkan oleh majalah literatur kritis yang mengkritik pemerintahan berjudul Jintian yang beredar di masyarakat pada masa Gerakan Dinding Reformasi, sebuah gerakan di tahun 1978-1979 dimana pemimpin tertinggi di Cina pada tahun-tahun itu memperbolehkan adanya demokrasi kebebasan berpendapat dalam masyarakat. Gu Cheng (顾城) merupakan salah satu penyair ternama di Cina yang namanya dikenal lewat kelompok penyair aliran puisi Menglongshi. Karya-karyanyanya yang beraliran Menglongshi memiliki ciri khas penggambaran alam yang nyata dan penggunaan simbol-simbol pribadi untuk menulis tentang tentang manusia, sosial dan masyarakat khususnya mengenai peristiwa Revolusi Kebudayaan yang merupakan sebuah tragedi menyakitkan yang terjadi selama 10 tahun di Cina. Dalam tulisan ini, dipilih 8 puisi Menglongshi oleh Gu Cheng untuk dikaji aspek simbol dan imajinya sehingga dapat ditelaah makna dari puisi-puisi tersebut. Hasilnya, puisi Menglongshi yang ditulis oleh Gu Cheng memiliki makna yang secara umum merupakan ungkapan sikap Gu Cheng terhadap peristiwa Revolusi Kebudayaan masa lalu dan harapan positif terhadap masa depan walaupun telah terdampak oleh peristiwa Revolusi Kebudayaan.

As the 1970s nears its end, Chinese literature began a new era. A new poetry genre called Menglong emerged and became the most important genre in modern Chinese literature. Menglong developed itself in the late 70s to early 80s and was popularized by a critical literary magazine called Jintian. The magazine was published during the Wall Reform Movement (1978-1979) where the supreme leader of China allowed democracy and freedom of speech. In this genre of poetry, one of the most prominent poets in the Menglong genre was Gu Cheng. His Menglong poetry is characterized by the usage of vivid imagery of nature, and the usage of symbols to represent people, social issues, and the society that has been impacted by the nation-wide catastrophe; the Cultural Revolution that happened 10 years prior. In this writing, 8 Menglong poems by Gu Cheng are selected to analyze their meanings through its symbolic and imagery aspects in the poem. The result is generally Gu Cheng’s Menglong poems signify Gu Cheng’s expression towards his traumatic past caused by the Cultural Revolution and his positive outlook towards the future despite the things that has happened in the past."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Li, Tji
Peking: Pustaka Bahasa Asing, 1956
895.11 LIT w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahma Ayu
"Makalah ini akan membahas tentang korelasi antara dua puisi klasik berjudul归园田居(Guī Yuántián Jū) dan 飲酒 (Yĭn Jiŭ) karya Tao Yuanming dengan Daoisme (道教) dan konsep yang dipegang teguh oleh etnis Jawa yaitu Konsep Memayu Hayuning Bawana. Tao Yuanming adalah seorang sastrawan terkenal dan berpengaruh di Cina. Ia adalah seorang penganut ajaran Daoisme (道教) yang taat. Daoisme (道教) adalah ajaran yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dengan alam. Sedangkan Memayu Hayuning Bawana secara harafiah adalah memperindah dan melestarikan hidup segala isi bumi.
Dalam jurnal ini akan dipaparkan Tao Yuanming, ajaran Daoisme (道教), konsep Memayu Hayuning Bawana, analisis puisi karya Tao Yuanming, dan persamaan makna antara Daoisme (道教) dengan Memayu Hayuning Bawana. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan hasil analisis puisi Tao Yuanming, serta memaparkan adanya persamaan makna antara ajaran Daoisme (道教) dengan konsep Memayu Hayuning Bawana jika dikaitkan dengan puisi karya Tao Yuanming.

This paper will explain about the correlation between classic Chinese poems归园田居(Guī Yuántián Jū) and飲酒 (Yĭn Jiŭ) which is written by Tao Yuanming, Daoism (道教) and Javanese ethnic?s concept: Memayu Hayuning Bawana. Tao Yuanming is a well ? known and influential writer in China. He was a loyal follower of the teachings of Daoism (道教). Daoism (道教) is a doctrine that teaches a balance between man and the nature. While Memayu Hayuning Bawana means beautify and preserve the lives of creatures on earth.
This paper will explain about Tao Yuanming, Daoism (道教), Memayu Hayuning Bawana, analysis about Tao Yuanming?s poems and the similarities between Daoism (道教) and Memayu Hayuning Bawana. This study aims to present the results of the analysis of Tao Yuanming?s poems, and the value similarities between Daoism (道教) with Memayu Hayuning Bawana if it is associated with Tao Yuanming?s poems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur, Malaysia: Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia , 2005
899.231 SER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gondomono
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0467
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Ananda, 1995
R 899.221 KET
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Ananda, 1995
811 KET (1);811 KET (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Flecher, William John Bainbrigge
Shanghai: Commercial Press, 1932
895.11 FLE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>