Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rigiyanto
"ABSTRAK
DKI Jakarta sebagai kota metropolitan telah berkembang ke prakondisi sebagai kota jasa. Selama PJP I transformasi perekonomian telah membawa DKI Jakarta ke tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat mengesankan selain meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus telah mengurangi jumlah penduduk miskin. Namun di sisi lain meningkatnya pendapatan belum diikuti dengan distribusi pendapatan yang merata. Gini ratio telah meningkat dari 0,29 pada 1984 menjadi 0,36 pada 1996.
Keberhasilan pembangunan ekonomi selain telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga berdampak pada peningktab jumlah penduduk yang menuntut tersedianya lahan untuk pemukiman, lapangan kerja dan supplai bahan panagan dan non pangan dari pertanian serta berdampak kepada semakin terdesaknya daerah hijau pertanian hutan dan taman kota serta daerah-daerah resapan.
Kondisi krisis ekonomi yang telah berlangsung sejak pertengangahan 1997 menimbulkan kelesuan kegiatan perekonomian dan berdampak langsung kepada sector-sektor modern yang bercirikan pada ketergantungan pada meningkatnya pengangguran yang berasal dari angkatan kerja yang tidak terserap lapangan kerja dan dari pemutuasan hubungan kerja (PHK).
Ditinjau dari potensi sumber daya, DKI Jakarta memiliki cukup tenaga kerja dan potensi lahan yang perlu dimanfaatkan, lahan di daerah dengan koefisien dasar bangunan rendah, melalui pengembangan system agribisnis yang menggunakan bahan baku impor relative kecil.
System agribisnis diartikan sebagai suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhaan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud ada hubungannya dengan arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi kebijakan pembangunan pertanian subsector pertanian tanaman pangan dan hortikuktura DKI Jakarta dalam pengembangan system agribisnis dengan metode pengambilan keputusan the analytical hierarchy process (AHP).
AHP adalah metode pengambilan keputusan dengan cara memecah suatu masalah yang kompleks dan mengaturnya ke dalam suatu hirarki. Dalam penelitian ini untuk keperluan simulasi, dilakukan penilaian oleh lima orang responden yang dianggap ekspert dalam masalah pertanian pada umumnya dan permasalahhan agribsnis di DKI Jakarta pada khususnya dengan menggunakan daftar kuesioner.
Analisis mengenai strategi kebijakan pembangunan pertanian TPH DKI Jakarta diawali dengan melakukan kajian tentang gambaran umum perekonomian DKI Jakarta dengan titik berat pada subsector pertanian TPH melalui mdel pendekatan transformasi struktur perekonomian terhadap PDRB DKI Jakarta khususnya pergeseran kontribusi subsector pertanian TPH. Dengan analisis ini dimaksudnkan untuk memperoleh gambaran permasalahan yang dihadadpi dalam pembangunan pertanian system agribisnis. Kemudian hirarki permasalahan dianalisa dengan mengaplikasikan pendekatan AHP.
Berdasarkan hasil kajian terhadap rata-rata pendapatan petani dibandingkan dengan rata-rata pendapatan regional Jakarta perkapita dan terhadap indek produktivitas relative petani (IPR) serta meningkatnya gini ratio maka secara tidak langusng menunjukkan bahwa probabilitas distribusi pendapatan terendah dari pertanian makin signifikan.
Sementara itu, hasil kajian terhadap kendala peluang dan tantangan dalam pengembnagan agribisnis di DKI Jakrta ternyata menunjukkan bahwa upaya pengembangan industry dan jasa yang menunjang dan ditunjang oleh kegiatan usaha pertanian makin terbuka lebar.
Hasil sintesa akhir terhadap hirarki system agribisnis dari jawaban ke lima responden dengan pendekatan AHP ternyata sasaran satu mendapat prioritas tinggi di atas ke dua sasaran lainnya yaitu peningktan lapangan kerja dan peningktan pendapatan. Hasil ini juga sama dengan prioritas consensus. Dan kebijakan yang paling diinginkan responden dalam pengembangan system agribisnis di DKI Jakarta adalah kebijakan pengembnagna SDM dan kelembagaan pertanian.
Dengan menjalankan kebijakan pengembangan SDM dan kelembagaan pertanian maka peluang atau kesempatan usaha di bidang agribisnis, ekspor-impor, perdaganagn pascpanen, rental tanaman, konsultan agribisnis dan lain-lain sejlaan dengan peningkatan penduduk, pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan permintaan hasil pertanian dan bahan baku dari hasil pertanian untuk industry dan perdaganagan di tingkat nasional maupun internasional. Kenytaaan ini merupakan tantangan bagi pemda untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran kebijakan pembangunan pertanian TPH.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Trikomandani
"Penelitian ini menelaah masalah pengalokasian sumberdaya, khususnya penggunaan sumberdaya lahan untuk pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Kabupaten Kuningan guna meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor pertanian dimana sektor tersebut saat ini masih merupakan sektor dominan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pedoman pembuatan kebijakan publik dalam menetapkan pola tanam sekaligus dapat memberikan kontribusi terbaik dari sector pertanian bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemungkinan pengalokasian sumberdaya lahan pertanian secara optimal guna memaksimaikan kontribusi sektor pertanian di daerah penelitian, kemudian mencari komoditi pertanian yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi petani, serta mengetahui sampai seberapa jauh kendala sumberdaya lahan dan tenaga kerja mempengaruhi proses produksi peranian.
Metode yang digunakan adalah menyusun model penggunaan lahan dengan program linier dengan fungsi tujuan maksimisasi keuntungan usaha tani. Variabel keputusan yang digunakan adalah keuntungan marginal per-hektar dari usaha tani tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dihadapkan pada kendala berbagai jenis lahan dengan tipe irigasi yang berbeda dan lahan kering, serta kendala tenaga kerja. Model dianalisis berdasarkan print out perangkat lunak UNDO (Liniear Interactive Discrete Optimizer).
Solusi optimal dari model penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Kuningan adalah usaha tani menanam komoditi padi sawah, padi gogo, sayuran dan buah-buahan pada lahan seluas 126.518 Ha yang akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1.416.252.000.000.-. keuntungan ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai sebelum dilakukan perencanaan, yaitu Rp 1.332.839.497.000,- dari luas tanam 112.779,76 Ha.
Dalam rangka usaha peningkatan pendapatan petani, nampaknya usaha tani hortikultura (sayuran) mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan dan peningkatan produktifitas harus tetap mendapat perhatian. Pada komoditi unggulan yang mendapat prioritas dilakukan proses lebih lanjut melalui pengolahan hasil, pengemasan dan diversifikasi produk agar dapat meningkatkan nilai tambah sekaligus dapat memperluas lapangan usaha untuk menyerap tenaga kerja yang berlebih disektor on farm (budidaya). Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan, khususnya bagi pemuda putus sekolah seperti kursus manajemen usaha tani, pengolahan lanjutan produk pertanian, pengelolaan jasa alat mesin pertanian dan bimbingan permodalan dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Casley, Dennis J.
Jakarta: UI-Press, 1991
658.404 CAS pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmad Nur Afsdy Saksono
"Desentralisasi perencanaan pembangunan dalam konteks/kerangka multilevel telah mendapat banyak perhatian dan diteliti tetapi penelitian yang memfokuskan pada keselarasan masih langka, terlebih lagi yang memasukkan perspektif/konsep agency relationship, inside bureaucracy dan representative bureaucracy secara simultan. Menggunakan paradigm post-positivism dan metode studi kasus, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis derajat desentralisasi dan derajat kesalarasan perencanaan pembangunan pertanian multilevel di Lampung dan Jawa Tengah dan sekaligus merekonstruksi tatakelola perencanaan pembangunan pertanian multilevel terdesentralisasi. Hasil penelitan memperlihatkan derajat desentralisasi rendah, derajat keselarasan tinggi dan tatakelola perencanaan pembangunan pertanian multilevel terdesentralisasi dilakukan selama ini dengan pendekatan integrating role dan bersifat centraliazed-fragmented. Tatakelolaa perencanaan pembangunan perlu direkonstruksi dengan memperkuat kedudukan an peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah beserta kelembagaan sekretariatnya, termasuk wewenang mengkoordinaskan segala kebijakan dan program di wilayahnya dan terhadap instansi vertikal di wilayahnya dan wewenang dalam konteks penganggaran. anggaran pembangunan pertanian yang selama ini dipegang pusat kementerian pertanian . Penelitian ini telah memberikan kontribusi dalam analisis desentralisasi dari perspektif multilevel, mengembangkan agency theory melalui analisis bersifat multilevel bukan hanya hubungan bersifat langsung/level tunggal , memperkuat teori inside bureaucracy, dan mengembangkan teori representative bureaucracy dengan memperkenalkan analisis representative bureaucracy pada perspektif kelembagaan dalam arti bagaimana suatu lembaga yaitu Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah beserta organ/institusinya.

Despite an increased interest in multilevel decentralized development planning, it is surprising that research focused on the alignment is scarce, especially those included agency relationship, inside bureaucracy and representative bureaucracy simultaneously. This study aimed at analyzing decentralization and alignment degree of agriculture multilevel development planning in devolution in four regional governments Lampung Province, Lampung Tengah Regency, Jawa Tengah Province and Sukoharjo Regency and further more reconstructing the governance of agriculture decentralized multilevel development planning. Unlike the previous study, the decentralization measurements within the context of decentralized agriculture development planning focused on decentralization with the notion of devolution so that the study was able to reflect the level of authority possessed by local autonomy in the agriculture development planning. In analyzing development planning alignment, this study focused not only on measuring degree of alignment but also bureaucrat behavior. This study contributed to enrich the decentralization and decentralized development planning through the insertion of concept theories of inside bureaucracy, shirking, vertical externality in its analysis. "
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2314
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Tamtomo Prihanto
"Sektor pertanian khususnya tanaman pangan mempunyai peranan yang sangat panting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Peranan tersebut antara lain sebagai penyedia kebutuhan pangan nasional, penyumbang PDS yang dominan dalam perekonomian Indonesia, penyediaan lapangan kerja terhadap hampir 50 persen penduduk Indonesia, penyedia bahan Baku industri, sumber pendapatan ekspor (devisa) serta pendorong & penarik bagi tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya. Walaupun demikian perhatian pemerintah pada sektor pertanian masih dirasa kurang, sektor pertanian termajinalkan dan masih menempatkan sebagian besar kemiskinan di Indonesia, dengan demikian pembangunan sektor pertanian khususnya tanaman pangan, perlu diperhatikan dan mendapat prioritas guna mengentaskan kemiskinan, mewujudkan ketahanan pangan dan ekonomi dalam rangka menunjang ketahanan daerah.
Tesis ini berjudul "Strategi Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Dalam Rangka Menunjang Ketahanan Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Klaten)". Penelitian Tesis ini dilakukan di daerah kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dal= pembangunan pertanian guna menentukan strategi yang tepat dalam pembangunan pertanian tanaman pangan serta mengetahui kontribusinya dalam mewujudkan Ketahanan Daerah. Peneiitian menggunakan metode diskriptif analitis kualitatif, dengan analisis data menggunakan metode SWOT. Untuk menentukan variabel ekstemal dan internal yang mempengaruhi pembangunan pertanian dilakukan dengan cara Consensus Decission Making Group (CDMG)
Analisis SWOT menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk mengembangkan pertanian tanaman pangan di kabupaten Klaten, namun disisi lain terdapat kelemahan yang dimilikinya, sehingga strategi yang tepat dalam pembangunan pertanian tanaman pangan di kabupaten Klaten adalah strategi Weakness Opportunities (WO) atau strategi konsolidasi dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengaiasi kelemahan, sehingga perlu merumuskan strategi baru dengan memperhatikan peluang dan ancaman serta mempertimbangkan berbagai kondisi nyata di daerah. Dalam implementasinya, grand strategy tersebut dijabarkan dalam strategi operasional dan program-program pembangunan pertanian.
Dengan strategi barn yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani, sehingga mampu mendongkrak produksi tanaman pangan dan perekonomian daerah Kemampuan produksi pangan yang tinggi akan mewujudkan ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi, sehingga dengan ketahanan pangan dan perekonomian yang kuat akan menunjang terwujudnya Ketahanan Daerah yang secara berjenjang akan menunjang teiwujudnya Ketahanan Nasional.

Agricultural sector, primarily food plants, constitutes one of the most vital factors of Indonesia's welfare in its roles as the nation's primary food resources, significant contributor to the country's GDP, the provider of job opportunity to nearly 50% of the country's citizens, vital resources for industrial raw materials, as well as foreign currency generating-commodity through its exportable crops, and one of the most vital driving sectors which dynamite the nation's economy. However, despite its obvious importance, the national government apparently still has very little concern over the sector, which in turn, instigate diminuting effects which eventually marginalize the nation's agricultural sector along with its entire poverty-ridden work force altogether. Therefore, the development of the agricultural sector -mainly food plants- is still a great task to be prioritized, in order to eradicate poverty, and achieving a nation-wide food and economic resilience, to reach the goal of upholding the Regional Resilience.
To address the issue, this thesis is purposely titled as "Food Plants Agricultural Development Strategy to Achieve Regional Economic and Food Resilience (Study Case in Klaten Regency)". The research of this thesis was conducted in the Regency of Klaten, Central Java Province, under two primary aims both to formulate the most ideal strategy in developing food plants agricultural sector, as well as to determine the degree of its contribution to the Regional Resilience. This thesis is being arranged in the qualitative, descriptive-analytic method, with SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) analytic tools, and CDMG (Consensus Decision Making Group) method as the determining tool to detect both the internal and external factors which affect the agricultural development in the particular area.
The SWOT analysis indicated that in spite of the opportunity in agricultural sector development in the Klaten Regency, there were also weaknesses found, which suggest that the most ideal strategy for agricultural development in the area would be the Weakness-Opportunities (WO) strategy, which also be known as the Consolidation Strategy, which. stresses in exploiting any existing opportunities to overcome the weaknesses. Therefore, it is imperative to formulate a strategy which duly notes any existing opportunities and threats, as well as incorporates all local realities, with the intention that it may generate a realistic implementation which can be applied both in the operational strategy as well as in the technical level.
It is expected that the new strategy would enhance the productivity and prosperity of the local peasants, which in turn would boost the productivity of food plants agriculture and local economy in the particular area. In turn, it is definite that such Iocal resilience in both food plants agriculture and in macro-economic levels would contribute positively not only to the local Regional Resilience, but also to the National Resilience itself.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Empirically,key stakeholders who significanly influence or have a central position towards its activities relatively dominated inplementations of agricultural developmnet programs....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"It is necessasry to implement the agricultural development by means of stakeholders participation.One of the key stakeholders in agricultural development is private sector
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kajian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji tingkat perkembangan berbagai tipologi industri pertanian ;(2) mengindentifikasi permasalahan dlm peningkatan sistem pelayanan agribisnis dlm mendukung pengembangan industri pertanian dan (3)Menyusun strategi pengembangan industri pertanian melalui penguatan sistem pelayanan agribisnis. Industri pertanian skala kecil dan rumah tangga relatif banyak jumlahnya, namun berperan besar dlm penyerapan tenaga kerja, sementara nilai tambah yg diperoleh relatif kecil dibandingkan dengan industri besar dan sedang.Hasil kajian menunjukkan bahwa pengusahaan komoditas ubikayu, nenas, pisang dan kopi umumnya dilakukan secara sederhana sampai semi intensif. Dari analisis usahatani menunjukkan bahwa R/C dari empat komoditas tersebut berkisar antara 1,81 - 6,71, artinya tingkat penerimaan usahatani mencapai 1,81 - 6,71 dr total biaya yg dikeluarkan. Keempat komoditas di atas merupakan bhn baku industri pengolahan pd industri skala kecil dan rumahtangga, namun komoditas tsb sebagian besar hanya dipasarkan dlm bentuk segar. Hal ini antara lain disebabkan :(1) Pelaku industri pengolahan belem mampu mengakses pasar secara baik (2)Keterbatasan ketrampilan dan modal (3) penyuluhan masih bias ke usaha budidaya. Pada umumnya industri pengelohan masih berskala kecil, kecuali komoditas kopi. namun usaha kelompok terbentuk blm merupakan kelompok usaha bersama yg tumbuh secara mandiri sebagai suatu kebutuhan efisiensi usaha. Secara umum R/C industri pengolahan empat komoditas tsb berkisar antara 1.02 -2.03 artinya tingkat penerimaan usaha tani mencapai 1,02-2,03 dr total biaya yg di keluarkan. Untuk pengembangannya telah mulai dirintis kemitraan usaha dlm pemasaran hasil olahan, walaupun masih relatif terbatas. kemitraan usaha dpt memperpendek rantai peamasaran dan kepastian pemasaran hasil. Peranan subsistem pelayanan, seperti lembaga pembiayaan, penyuluhan dan penunjang lainnya masih relatif terbatas. Untuk itu kebijakan dan strategi yg dikembangkan diarahkan untuk : (1) Peningkatan akses pelaku agribisnis terhadap pembiayaan usaha agribisnis, (2) Peningkatan akses terhadap informasi pasar (3)Memperceapat penyampaian inovasi teknologi pertanian ke pelaku agribisnis, (4)Peningkatan kapasitas usaha pealaku agribisnis dan mutu produk, serta (5)Penguatan lembaga penyuluh pertanian."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>