Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59997 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seno Utomo Subagyo
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Dengan terjadinya krisis ekonomi, PT. Wijaya Karya-DPM sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri komponen otomotif alumunium casting telah
mengalami dampak negatif. Volume pasar industri otomotif mengalami penurunan tajam
pada periode 1997-1998, sehingga kini pasar domestik hanya tersisa 15-20% saja. Pada
tahun 1997 volume produksi kenaaraan dalam industri otomotif masih mencapai 388.876
unit, namun pada tahun 1998 telah menurun menjadi hingga hanya sebesar 58.079 unit.
Berbeda dengan kondisi pasar domestik, potensi dan peluang di pasar internasional,
khususnya Amerika Serikat sangat memberi harapan.
Pasar Industri otomotif Amerika Serikat yang merupakan pasar otomotif terbesar di
dunia, pada tahun 1998 mempunyai volume pasar 15.515.000 unit kendaraan. Sekitar
75% dari total olume pasar tersebut di pasok oleh industri otomotif yang berlokasi di
Amerika Serikat sendiri. Industri otomotif Amerika Serikat saat ini dikuasai oleh Tlze
Big Three (GM, Ford dan Chrysler) dengan pangsa pasar 78%.
Dalam memenuhi kebutuhannya, Amerik Serikat telah mengimpor komponen otomotif
dari beberapa negara di dunia termasuk ASEAN dengan total nilai impor sebesar 54,27
milyar US dollar. Pemasok utama komponen otomotif Amerika Serikat adalah Meksiko
(27% total impor). Negara ASEAN memasok komponen senilai 1,236 milyar dollar
atau 2,3%. Diantara negara ASEAN, Indonesia menempati urutan ke-4 dari 7 negara
dengan nilai 204 juta dollar. Impor komponen otomotif dari Indonesia pada periode
1997-1998 telah mengalami peningkatan 14,6%. Dalam lima tahun terakhir, diantara
negara ASEAN, laju pertumbuhan impor dari Indonesia mengalami kenaikan yang
paling tinggi.
Dengan mernanfaatkan kapabilitas dan keunggulan bersaing di pasar domestik serta
didukung faktor keunggulan nasional, PT. Wijaya Karya-DPM menyiapkan langkah
strategis untuk menembus pasar ekspor ke Amerika Serikat.
Kapabilitas yang dimiliki PT. Wijaya Karya-DPM meliputi fasilitas dan kemampuan
produksi pengecoran mulai dari teknologi cor sederhana, cetakan pasir (sand casting),
cor gravitasi (gravity casting) sampai dengan teknologi cetak tekan (die casting) dengan
kapasitas total jika diukur dalam tonase adalah sebesar 3.240 ton pertahun. Selain itu,
PT. Wijaya Karya-DPM untuk mengendalikan dan menjamin mutunya telah menerapkan
sistem pengendalian muth ISO 9000. Keunggulan lain yang dimiliki PT. Wijaya Karya-
DPM adalah reputasi (brand image) dan SDM.
Faktor Nasional yang mendukung keunggulan bersaing PT. Wijaya Karya-DPM meliputi
ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja, tingkat persaingan domestik, kebijakan
pemerintah dan depresiasi Rupiah terhadap Dollar.
Strategi yang disiapkan PT. Wijaya Karya-DPM untuk menembus pasar Amerika Serikat
difokuskan pada strategi membangun dan rneningkatkan keunggulan bersaing melalui
peningkatan mutu biaya dan kualitas bahan baku serta peningkatan sistem mutu
dengan menerapkan sistem mamjemen mutu QS 9000. Dalam memasuki pasar Amerika
Serikat dikembangkan strategi ekspor secara langsung dan tak langsung.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satriyo Dwiputranto
"Skripsi mi mengenai pengukuran kekuatan pasar yang dimiliki oleh BULOG di
dalam negeri maupun di luar negeri akibat impor beras yang dilakukannya selama kurun
waktu 1970 hingga 1990.
Titik perhatian utama adalah apakah BULOG mempunyai kekuatan monopoli di
dalam negeri dan kekuatan monopsoni di pasar beras dunia. Kekuatan mi ditentukan oleh
seberapa besar pengaruh impor Indonesia dalam proses pembentukan harga beras di pasar
dalam negeri dan luar negeri. Dengan diketahuinya kekuatan monopsoni dan monopoli
mi, akan dapat digunakan sebagai dasar analisa kebijakan di sektor beras untuk masa yang
akan datang mengingat akan diberlakukannya perjanjian GATT setelah tahun 1993.
Kekuatan Monopo!i yang dimiliki oleh BULOG dalam hal mempengaruhi tingkat
harga yang teijadi di pasar dunia mencerminkan bahwa meskipun sudah dikontro! dengan cermat, kebijakan impor yang dilakukan oleh Indonesia selama mi termasuk cukup longgar. Hal mi karena volume impornya merupakan salah satu yang terbesar di pasar dunia yang tipis, terutama saat sebelum tercapainya swasembada beras di tahun 1988. Kecilnya kekuatan monopoli BULOG di dalam negeri menunjukkan bahwa
BULOG memberikan kesempatan bagi pihak swasta untuk terlibat dalam tata-niaga beras domestik mengingat terlalu besarnya biaya yang harus ditanggung BULOG bila ia harus terus mempertahankan kekuatan monopo!inya sepanjang waktu. Tetapi bila diperlukan pada suatu waktu tertentu, BULOG akan tetap dapat mempunyai kekuatan monopoli di dalam negeri mengingat kemampuan operasional dan finansialnya.
Dalam skripsi mi hipotesa yang diuji adalah bahwa BULOG mempunyai kekuatan monopsoni yang cukup besar di pasar beras dunia tetap kekuatan monopolinya cukup
rendah di pasar beras dalam negeri. Pengukuran kekuatan mi di dasarkan pada modifikasi terhadap penelitian Love dan Murniningtyas pada studi kasus gandum Jepang. Persamaan yang digunakan antara lain adalah besar permintaan, stok beras Indonesia dan dunia, harga beras tingkat konsumen di Indonesia, harga beras impor di pasar dunia.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Purnomo
"AJIAN KINERJA EKSPOR KOPI INDONESIA : STUDI PENDEKATAN
KONSTANTA PANGSA PASAR
x + 128 halaman, 17 tabel, 5 Iampiran
Daftar Pustaka : 9 buku + 3 jumal + 10 majalah + 8 makalah (1994-2000)
Kopi merupakan komoditas yang cukup berperan sebagai penghasil
devisa bagi negara. Selain sebagai pemasok devisa, kopi juga berperan
dalam menghidupi Iebih kurang 7 juta petani perkebunan yang terlibat dalam
proses produksinya. Tunmnya pertumbuhan ekspor komoditas ini,
herdampak kepada menurunnya perolehan devisa dan pendapatan para
petani perkebunan kopi. Analisis dengan menggunakan Konstanta Pangsa
Pasar (Constant Market Share-ICMS) dapat memperiihatkan kinerja ekspor
komoditas kopi Indonesia. Dari hasil analisis dapat diketahui pengamh impor
dunia, komposisi komoditas dan daya saing terhadap pertumbuhan ekspor
kopi Indonesia. Berdasarkan pengaruh ketiga fakior tersebut dapat
dipergunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. erdasarkan analisis dari hasil perhitungan CMS, diketahui bahwa di
pasar Polandia_ kinelia ekspor extract. etc. of coffee Indonesia Iebih baik
dibandingkan dengan co#ee, not. roasted. Di pasar Jepang, kineria ekspor
coffee, roasted dan extract. etc. of coffee Indonesia, juga Iebih baik
dibandingkan dengan coffee, not roasted. Seperti halnya di Polandia, kurang
baiknya kinelja coffee, not roasted Indonesia di Jepang, juga diakibatkan
karena Indonesia mengkonsentrasikan ekspor komoditas ini ke .Jepang yang
rata-rata pertumbuhan pennintaanya berada dibawah rata-rata permintaan
keseluruhan komoditas yang diimpor Jepang.
Berdasarkan hal-hal tersebut, untuk ekspor coffee, not roasted
Indonesia baik ke Polandia maupun ke Jepang, disarankan untuk
mengkonsentrasikan ekspornya ke pasar yang pertumbuhan kcmoditasnya
relatif Iebih cepat. Disamping itu, diharapkan Indonesia dapat Iebih
mendorong peningkatkan ekspor extract. etc. ofcoffee dengan pertimbangan
bahwa selain Indonesia memiliki daya saing, komoditas ini memiliki nilai
tambah yang tinggi. Hal Iain adalah perlu dilakukannya studi Iebih Ianjut
untuk mengidentitikasikan pengaruh daya saing pada industii kopi Indonesia
untuk membantu pengembangan kebqakan yang tepat sebagai upaya
meningkatkan daya saing komoditas kopi indonesia.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T 5705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Rosdiana Akmal
"
Indonesia is an agrarian country producing various agricultural products. One of the products having export opportunities is fresh fniits. However until today Indonesia is sill importing large amount of fruits. On the other hand the export value of Indonesia fruit is relatively smaller and limited to only a few type fniits. Eventually it arises questions whether or not Indonesia as an agrarian country could increase its export volume of fruits to other countries.
Several mandatory standards were put in place by EU Commission to be adhered by fruit exporters such as packaging, marketing, labelling and food safety, marketing of genetically engineered fruits, Maximum Residue Levels and organic products standards. Consequently the EU?s provisions must be considered as a quality direction required by European importers.
This research objective is to identify the trends, opportunities, obstacles and strategy that are relevant to the effort of entering EU?s fruit markets, Analyzing the regulations put in place by EU on the subject of exports and import is important to help developing countries, such as and especially Indonesia., to penetrate European market of iiuit. This research utilize primary and secondary data. The fruits being researched were mango, pineapple and banana. EU members selected as the subjects for this research were Netherland, Germany and France. The time frame for this research was from 2002 to 2006.
The result of this research discovered that tropical fiuits like mango, pineapple and banana are in great demand in Europe. Those fruits are not suitable to be cultivated in Europe with its sub-tropic climate, especially in the colder Eastem Europe. Therefore EU is fully dependant on developing countries to supply tropical fruits. The commodity that has the most opportunity for Indonesia is pineapple. Though pineaple originated from Europe but Indonesia?s climate is very suitable form cultivating pineapple. In addition, the competition for export of pineapple is not as great as exports of banana. While in the case of mango, Indonesia still needed to improve quality of production because the commodity is sensitive to defects.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Pontas Ojahan
"Penelitian tentang Analisa Pengaruh Pemberian Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Terhadap Nilai Ekspor Indonesia.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk : (1) melakukan uji apakah pemberian fasilitas KITE mempengaruhi secara signifikan terhadap jumlah nilai ekspor Indonesia dengan memperhitungkan faktor (variabel) nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan faktor (variabel) jumlah uang beredar; (2) melakukan uji apakah pemberian fasilitas KITE telah dlmanfaatkan secara optimal dengan memperhitungkan faktor (variabel) nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan faktor (variabel) jumlah uang beredar di Indonesia.
Manfaat secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi, manfaat dan sumber bagi : (1) Pengambil kebijakan, guna meningkatkan fungsi dan manfaat pemberian fasilitas KITE dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dan sebagai sumber pembiayaan sektor perekonomian; (2) Dunia akademis dalam rangka memperluas wacana dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data realisasi jumlah nilai ekspor Indonesia yang bersumber dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta data jumlah uang beredar dan nilai tukar ruoiah terhadap dolar amerika yang diperoleh dari situs Bank Indonesia dan Departemen Perdagangan.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan pemebrian fasilitas KITE terhadap jumlah nilai ekspor Indonesia. Tingkat signifikan dan manfaat pemberian fasilitas KITE ini masih dapat memberikan kontribusi yang lebih besar apabila pemberian fasilitas tidak hanya terhadap bahan baku. Pemberian fasilitas akan lebih mendorong naiknya nilai ekspor Indonesia apabila diberlakukan juga terhadap sarana atau peralatan industri pengolahan bahan impor tersebut sehingga mampu menaikkan daya saing produk ekspor Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut diatas, sebagai upaya peningkatan nilai ekspor Indonesia, disarankan hal-hal sebagai berikut : (1) pemberian fasilitas yang diperluas terhadap kernudahan pemasukan mesin-mesin produksi yang pemanfaatannya untuk memproduksi produk ekspor; (2) memberikan bantuan tehnis dan ketrampilan dalam pengolahan bahan menjadi produk yang siap diekspor bagi produsen yang memanfaatkan fasilitas KITE; (3) melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap pemanfaatan fasilitas KITE sehingga tidak terjadi kecurangan-kecurangan yang mengakibatkan tidak tercapainya maksud dan tujuan pemberian fasilitas. Dalam hal ini perlu dilakukan pengawasan melalui tehnik audit dan verifikasi terhadap pembukuan dan pengelolaan barang; (4) mensosialisasikan perangkat hukum dan peraturan yang jelas dan tepat serta mendukung, sehingga pengguna fasilitas tidak mengalami keraguan dan memiliki pengetahuan yang benar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardyana Listyowati
"Perdagangan lada dunia saat ini dikuasai oleh 5 negara penghasil lada terbcsar
yaitu Vietnam, India, Indonesia, Brazil dan Malaysia* Sedangkan negara yang permintaan
ekspornya besar adalah Amerika Serikat, Belanda, Jennan, Jepang dan Singapura. Saat
ini lahan tanaman lada makin menurun walaupun potensi dari lada ilu sendiri relatif
bagus. Namun demikian, lada mcrupakan komoditi dari sektor pertan'n yang reiatif
dapat bertahan terhadap guncangan kenaikan harga bahan bakar yang saat ini tenga
melanda dunia, sehingga cukup dapat diandalkan sebagai komoditi potensial.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dan elastisitas
faktor pendapatan nasional negara tujuan utama ekspor Iada Indonesia (Amerika Senkat,
Belanda, Jerman, Jepang dan Singapura), nilai tukar nominal dan'harga relatif serta posisi
relatif diantara kelima negara tujuan ekspor tersebut.
Model yang digunakan untuk estimasi dalam penelitian ini adalah adopsi dzi
penelitian Goldstein-Khan lentang Respon Penawaran dan Pennintaan ekspor terhadap
perubahan harga dengan Pendapatan nasional riil negara tujuan (GDP), nilai tukar
nominal(NER) dan harga relatif (PXWPI), dengan menggunakan pendckatan analisis data
panel.
Dalam analisis data panel, pemilihan model cstimasi yang efisien dilakukan
melalui uji spesitikasi F-test untuk mengetahui adanya efek individu, kemudian uji
I-Iausmann untuk menentukan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model
(REM). Dalam penelitian ini temyata model yang efisien untuk analisis faktor faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor lada di 5 negara tujuan utama adalah Random Ejkc!
Model.
I-Iasil estimasi sccara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil
negara tujuan (GDP) berpengaruh secara signitikan positif terhadap permintaan ekspor
lada Indonesia, variabel nilai tukar nominal (NBR) berpengaruh sccara signitikan positif
terhadap pcrmintaan ekspor lada Indonesia dan variabel harga relatif (PXWPI)
berpengaruh secara signifikan negatif terhadap perrnintaan ekspor Iada Indonesia
Pendapatan riil (GDP) mitra dagang belpengaruh ncgatif sccara signifikan pada
tingkat kepercayaan 90% dan inelastis positiff terhadap permintaan ekspor lada
Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik lada Indonesia dengan indkasi geograiis yang dimiliki sehingga semakin meningkat pendapatan nasional riil negara tujuan utama
ekspor, maka [ada Indonesia makin diminati dan makin banyak permintaan ekspor dari
negara tujuan utama ekspor.
Variabel Harga Relatif {PXWWPl) signifnkan positif terhadap peunintaan ekspor
lada Indonesia dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Hasil ini mcnjclaskan bahwa
apabila harga relatif komoditi meningkat, maka akan mendorong permintaan ekspor
meningkat pula, karena tidak ada komoditi pengganti (substitusi) untuk lada Indonesia
yag memiliki indikasi gcografis>
Variabel Nominal Exchange Rate (NBR) berpengaruh signifikan positif terhadap
permintaan ekspor lada Indonesia. Hal ini menujukkan bahwa apabila nilai tukar
meningkat maka harga akan murah sehingga lada Indonesia mempunyai daya saing
dinegara tujuan utama ekspor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34212
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eleonora Sofilda
"Tesis ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kinerja ekspor manufaktur padat sumberdaya pertanian dengan tiga pendekatan, yaitu Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage, dan Trade Specialization Ratio. Periode penelitian yang digunakan mulai dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1998. Hasil perhitungan constant market share (CMS) menunjukkan bahwa pada tahun 1986 sannpai dengan tahun 1993 nilai ekspor Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumberdaya pertanian (SITC 611, 612, 613, 634, dan 635) masih mengalami peningkatan, walaupun peningkatan nilai ekspor ini mengalami penurunan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ekspor yang bernilai positif ini lebih disebabkan karena positifnya efek pertumbuhan dunia dan efek Jaya saing. Pada saat negatifnya efek daya saing di pasar internasional, mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998 terjadi penurunan yang sangat tajam untuk nilai ekspor-Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumber daya pertanian.
Krisis ekonomi yang dimulai pada awal 1997 yang disebabkan depresiasi rupiah ternyata membawa dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Depresisasi rupiah yang terjadi seharusnya mampu meningkatkan nilai ekspor ternyata tidak terjadi, hal ini menunjukkan bahwa daya saing Indonesia untuk komoditas ini sangat lemah di dunia Internasional. Oleh karena itu negara kita harus meningkatkan kualitas dari komoditas yang di ekspor dan memperhatikan aspek-aspek lainnya yang menjadi penyebab lemahnya daya saing Indonesia di pasar Internasional. Perlunya perhatian Pemerintah yang lebih dalam menjalankan roda perekonomian sehingga produksi menjadi lebih efisien dan perlu ditingkatkan peran ekspor komoditas yang padat sumberdaya pertanian karena basis Indonesia dalam produksi ada pada sumberdaya pertanian.

This thesis is made to know how export working heavy agriculture with three approaches, which is Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage and Trade Specialization Ratio. Period of research which is in use start from 1986 until 1998. The result of constant market share (CMS) calculation shown that in the year of 1986 until 1993 Indonesian value of export for the commodity of heavy agriculture resources manufacture (SITC 611, 612, 613, 634 and 635) still continuing to improvement, although this value of improvement still decline to reduction from year to year. The value of export which has positive mark is causes more of the positive effect of the world growth and competitive effect. By the time that competitive effect at the International market which have negative, from 1994 until 1998 become decline that so hard of Indonesia export value for the commodity of heavy manufacture agriculture resources.
Economic crisis which is began at the earlier 1997 causes by rupiah depreciation bring the huge side effect of Indonesian economic. Rupiah depreciation should capable to improve export value in fact not happened. This is shown that Indonesian competitive for these commodity very weak at the International world. Because of that our country have to improvement the quality from commodity which is going to export and give full attention of another aspect which is causes weakness of lndonesian competitive at the International market. The government should to give lull attention to continuing economic cycling that production more efficient and to improve commodity of export which is have heavy agriculture because Indonesian base on production exist on agriculture resources."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T 8030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Gunadi
"Dilatarbelakangi oleh keadaan defisit neraca pembayaran yang semakin
membesar, pemerintah telah melakukan berbagai upaya deregulasi untuk mendorong
investasi dan ekspor yang diharapkan akan dapat memperbaiki neraca pembayaran
Indonesia dan sekaligus untuk memperkuat perekonomian indonesia. Salah satu
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah adalah kebijakan fasilitas ekspor
kepada perusahaan eksportir tertentu (PET) yang dikeluarkan pada pertengahan tahun
1996 dan diperbaharui tahun 1997, yang berupa pelayanan yang cepat dalam pengurusan dokumen ekspor, dalam memperoleh restitusi PPN, dalam memperoleh PPN 0% yang dipercepat, serta fasilitas rediskonto. Kemudahan tersebut diberikan kepada PET yang tidak mempunyai masalah perpajakan seperti adanya tunggakan atau manipulasi pajak, tidak mempunyai masalah perkreditan seperti adanya kredit macet, dan tidak mempunyai masalah kepabeanan, seperti adanya ekspor fiktif atau manipulasi dokumen ekspor. Sementara itu jenis komoditi ekspor yang masuk dalam cakupan PET didasarkan penimbangan bahwa produk tersebut mempunyai akar industri yang kuat, kandungan lokal yang tinggi serta tingkat pertumbuhan ekspor yang tinggi.
Ditinjau dari strategi pengembangan ekspor, kebijakan ini merupakan perbaikan
dari kebijakan sebelumnya yang menganut broad width policy yang mendorong ekspor
non-migas tanpa membedakan jenis komoditi. Dengan kebijakan ini dimungkinkan untuk mengembangkan produk-produk yang benar-benar punya keunggulan dan daya saing yang kuat di pasar internasional. Kebijakan ini juga secara selektif memberikan kernudahan kepada perusahaan yang mempunyai reputasi baik, sehingga mereka akan lebih produktif, dan sekaligus dijadikan model untuk merangsang perusahaan ekspor lainnya agar memperbaiki reputasi serta kinerjanya agar memenuhi kriteria PET. Disamping itu kebijakan ini juga sekaligus untuk mengkondisikan aparatur pernerintah agar bekerja secara cepat dan efisien, bertindak sebagai fasilitator bukan lagi sebagai penguasa seperti masa-masa sebelumnya. Bertolak dari perkiraan akan makin ketatnya persaingan dalam era pasar bebas, maka strategi kebijakan PET ini dinilai sangat tepat dalam rnempersiapkan kinerja perusahaan ekspor.
Setelah dilaksanakan kurang Iebih 3 tahun, diperoleh gambaran bahwa kebijakan
PET sangat bermanfaat bagi peningkatan ekspor. Namun demikian dalam
pelaksanaan/implementasi kebijakan PET dilapangan khususnya pelayanan oleh aparatur masih terjadi kelambanan yang disebabkan kurang intensifnya koordinasi dan integrasi antar instansi terkait, kurangnya komitmen yang kuat dari para pelaksana , rendahnya budaya kerja, serta masih adanya egosektoral.
Agar kebijakan PET dapat mencapai sasaran, langkah-langkah perbaikan yang
dipandang perlu dilakukan antara lain :
- Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam memantau dan mengendalikan
pelakanaan kebijakan PET, bila perlu dengan menetapkan mekanisme khusus
melalui penetapan kelembagaan tersendiri, mendorong sistem kerja kolaboratif serta
menetapkan visi tentang peningkatan ekspor nasional.
- Meningkatkan dukungan sarana/prasarana dipelabuhan ekspor untuk mempercepat
arus barang untuk mengimbangi percepatan penyelesaian dokumen ekspor.
- Pengembangan sistem informasi terpadu yang dapat dengan mudah diakses oleh
segenap pihak terkait.
- Perlu dibuat standar pelayanan dengan membuat Standar Operasional Prosedur yang
baku sehingga pelayanan dapat dilakukan secara transparan dan dapat dikontrol oleh
masyarakat.
- Perlu dilakukan pertemuan rutin antara pimpinan dan pelaksana untuk menciptakan
budaya organisasi yang kondusif dan terjadinya learning organization yang baik."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Wishnuwardani
"Dengan dibebaskannya masa kuota dalam perdagangan kopi Internasional, setiap negara produsen kopi diperbolehkan mengekspor sebanyak kemampuan produksi mereka. Terjadinya over supply akibat meningkatnya jumlah ekspor dari tiap negara produsen menyebabkan harga di pasar dunia jatuh, dan secara langsung menurunkan penerimaan devisa bagi negara produsen dan eksportirnya. Dalam menghadapi situasi perdagangan yang kurang menguntungkan ini, tiap eksportir perlu lebih memperhatikan strategi pemasarannya. Analisa dilakukan dengan SWOT Analysis, dan mengembangkan strategi bauran pernasaran berdasarkan posisi perusahaan dalam industri. PT PBAM mempunyai kekuatan internal yang tinggi, tetapi menghadapi ancaman eksternal yang tinggi juga. Strategi yang disarankan pada PT PBAM adalah disamping secara aktif memperhatikan masalah peningkatan mutu, juga melakukan pengembangan pasar ke Scandinavia dan Eropa Timur serta pengembangan produk untuk target pasar yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affifuddin
"PT. Wahana Citra merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang industri furniture vkayu (fabricated wood furniture) berskala besar dengan investasi sebesar Rp.2.532.568.575. Furniture kayu yang merupakan salah satu produk ekspor non migas Indonesia perlu didukung perkembangannya daiam rangka menghasilkan devisa serta memperluas lapangan kerja karena industri ini merupakan padat karya.
PT. Wahana Citra daiam perkembangannya (dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1998) mengalami peningkatan volume dan nilai ekspor. Namun masalah yang dihadapi oleh perusahaan adaiah masih terbatasnya daerah pemasaran atau negara tujuan ekspor, sehingga perlu untuk lebih ditingkatkan lagi.
Negara tujuan ekspor utama adaiah Singapura melalui pemasaran tidak langsung, dan produk yang dihasilkan berdasarkan pesanan dan palanggan (buyer) tetap. Disamping masih terbatasnya wilayah pemasaran, keanekaragaman produk yang dihasilkan juga masih terbatas hanya untuk perlengkapan rumah tangga.
Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan. Penilaian dengan menggunakan analisis SWOT dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang obyektif tentang peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang dimiiiki perusahaan.
Berdasarkan evaluasi dari beberapa faktor lingkungan diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan terletak pada ketepatan waktu pengiriman, utilitas kapasitas produksi dan lokasi pabrik. Sedangkan keragaman produk, kebijaksanaan harga, kegiatan promosi dan inovasi merupakan faktor kelemahan yang paling tinggi.
Dari hasil analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa posisi bisnis perusahaan pada matrik lnternal - Eksternal berada pada kuadran I. Posisi ini berarti perusahaan berada pada tahap dapat melakukan pertumbuhan agar bisa meraih peluang yang cukup menarik seperti semakin terbukanya perdagangan antar negara atau kawasan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>