Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berto Mulia Wibawa
"ABSTRAK
Dampak globalisasi mendorong banyak pengusaha ritel dari luar negeri dengan kemampuan kapital yang besar melakukan aktivitas bisnis di Indonesia. Hal ini didukung oleh fenomena industri fashion yang saat ini semakin berkembang di Indonesia. Pembelian tak terencana (impulse buying) merupakan tindakan pembelian yang dilakukan konsumen dimana sebelumnya belum ada rencana untuk membeli produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan fashion involvement, positive emotion, hedonic consumption tendency, dan fashion-oriented impulse buying pada ritel fashion di Galaxy Mall Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif konklusif dengan tipe multiple cross-sectional dan judgmental sampling. Penyebaran kuesioner telah dilakukan dengan cara survei langsung ke 188 pelanggan Zara, Pull&Bear, dan Stradivarius yang berusia 15-21 yang pernah melakukan aktivitas pembelian di salah satu dari ketiga ritel tersebut dalam 1 bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fashion involvement memiliki pengaruh positif terhadap positive emotion, hedonic consumption tendency, dan fashion-oriented impluse buying. kemudian hedonic consumption tendency memiliki pengaruh positif terhadap positif emotion dan fashion-oriented impulse buying, Temuan lainnya menunjukkan positive emotion tidak berpengaruh terhadap fashion-oriented impulse buying. Hasil penelitian ini juga merekomendasikan strategi retail mix dapat diterapkan oleh Zara, Pull&Bear, dan Stradivarius untuk memaksimalkan pendapatan ritel dari calon pelanggan dengan memanfaatkan perilaku impulse buying.
"
Karawaci Tangerang: Buiness School Universitas Pelita Harapan, 2018
338 DEREMA 13:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Zakiar
"Konsumen merupakan inti dari penjualan perusahaan Perilaku pembelian konsumen telah diteliti oleh banyak peneliti di dunia, penelitian membagi pembelian oleh konsumen menjadi dua yaitu planned buying dan unplanned buying. Unplanned buying dapat disebabkan karena munculnya sisi impulsif dari konsumen di saat terjadinya proses pembelian yang dapat menyebabkan munculnya impulsive buying behavior. Perusahaan dapat meningkatkan faktorfaktor pendorong konsumen melakukan pembelian secara impulsif. Dengan meningkatkan faktor-faktor pendorong pembelian secara impulsif, perusahaan dapat meningkatkan penjualan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fashion involvement dan positive emotion dapat mempengaruhi fashion-oriented impulsive buying behavior konsumen Indonesia sedangkan hedonic consumption tendency tidak mempengaruhi fashion-oriented impulsive buying.

Consumers are the core of company?s sales. Consumer buying behavior has been studied by many researchers; its can be divided into two categories. First is planned buying and second is unplanned buying. Unplanned buying can be caused due to emergence of impulsive side of the consumer when the purchase process happened. This also leads to impulsive buying behavior, by increasing the driving factors of an impulsive purchase, sales could increase. Result showed that fashion involvement and positive emotion can influence the fashion-oriented impulsive buying behavior in Indonesia, while hedonic consumption tendency don?t affect the fashion-oriented impulsive buying."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28123
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Qoriyanti
"Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan di Pakistan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi konsumen terhadap konsumsi fashion yang berkelanjutan. Data dikumpulkan melalui self-administrated questionnaire kepada responden yang berdomisili di DKI Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar yang pernah berbelanja di fashion store di pusat perbelanjaan modern (mall).
Peneliti menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) untuk menganalisis pengaruh dari nilai belanja hedonis dan utilitarian, fashion involvement, pro-environmental attitude, dan religuisitas terhadap konsumsi fashion yang berkelanjutan.
Hasil dari penelitian ini adalah hanya nilai belanja utilitarian, pro-environmental attitude, dan religiusitas intrapersonal yang memengaruhi konsumsi fashion yang berkelanjutan. Sedangkan, religiusitas hanya meningkatkan pengaruh positif dari fashion involvement dan pro-environmental attitude terhadap konsumsi fashion yang berkelanjutan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pelaku bisnis fashion agar dapat memprioritaskan aspek keberlanjutan dalam proses produksinya.

This study is adopted from previous study was conducted in Pakistan. This study aims to determine factors those affect consumer to sustainable fashion consumption. Data was collected from self-administrated questionnaire within DKI Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, and Makassar who had bought at a fashion store in a modern shopping center (mall).
This research using a Structural Equation Modelling (SEM) to analyze the effect of hedonic and utilitarian shopping value, fashion involvement, pro-environmental attitude and religiosity on sustainable fashion consumption.
The results of this study that only the utilitarian shopping value, pro-environmental attitude, and religiosity that affect sustainable fashion consumption. However, religiosity is only a positive increase from the fashion involvement and a pro-environmental attitude towards sustainable fashion consumption. The results of this study can be used as a reference for business clothing in order to prioritize sustainability aspects in the production process.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardyana Ulva
"ABSTRAK
Tren terbaru dalam fashion tidak begitu saja diikuti para konsumennya. Di berbagai latar kehidupan sehari-hari, tren berbusana yang sedang berlangsung akhirnya ditampilkan pemakainya dalam berbagai adaptasi. Dalam street style, misalnya, para pelakunya melakukan penyesuaian-penyesuaian agar tren berbusana dapat dikenakan dalam latar kehidupan sehari-hari. Untuk melihat hal tersebut, penulis melakukan wawancara mendalam dan pengamatan terhadap empat laki-laki anggota komuniti Lookbook Jakarta. Padu-padan pakaian tertentu dipilih untuk penampilan mereka, sebab pakaian dianggap mengomunikasikan diri pemakainya kepada individu-individu lain yang mereka hadapi. Proses transformasi dan self-indication berperan penting ketika mereka berupaya menampilkan diri visual mereka lewat pakaian

ABSTRACT
The recent trend in fashion is not so readily followed by the consumers. In sort of daily-life settings, current fashion trends are presented in various adaptations. In street style, for example, the actors adjust their dresses to conform to their situations. To describe the way people adjust trends for themselves in daily-life settings, I conduct in-depth interviews and observations of four male members of Lookbook Jakarta. They choose certain outfits for their looks because dress is considered a “visual tongue” to communicate their selves to individuals they interact with. Transformation and self-indication play significant roles in this visual-self presentation"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S75571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Ruth Olivia Laima Natalia Boru
"Fashion telah menjadi sebuah fenomena dimana masyarakat terkalsifikasi berdasarkan selera. Setiap kelas dalm masyarakat memiliki seleranya masing – masing yang dibentuk oleh kompetensi kultural. Perbedaan kompetensi kultural menciptakan perbedaan selera yang hierarkis antara kelas dominan dan kelas terdominasi. Kelas dominan memiliki akses yang lebih baik terhadap fashion dan mampu melegitimasi selera mereka dan menjadi panutan bagi kelas sosial lainnya. Namun, era New Media telah membawa masyarakat memasuki era dengan akses lebih luas terhadap informasi terkait fashion yang mambuat masyarakat dapat memiliki kompetensi kultural untuk dapat memproduksi selera mereka sendiri. Penelitian ini mencoba untuk menemukan bagaimana produksi selera dilakukan di dalam era New Media melalui penggunaan Instagram oleh generasi muda perempuan sebagai kelompok usia yang menjadi agen perubahan di dalam produksi selera melalui fashion.

Fashion has been a phenomena where society have been classified by their taste. Each classes of the society has their own taste that shaped by their cultural competence. Different cultural competence hence creating different hierarchy of tastes between The Dominant Class and The Dominated Class. However the Dominant Class has better access to fashion and legitimate their taste and becomes the role model for other social classes. However the age of New Media has brought society to the era of greater access to the information related to fashion which makes society has better cultural competence to produce their own tase. This research is trying to find out how the production of taste occurred in the age of New Media through the use of Instagram by female Youth as group of people who are the game-changer  of the taste  production through fashion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Pratama
"Sebagai salah satu industri terbesar di dunia, pemasaran fashion pada platform ecommerce menarik jutaan pengguna setiap harinya. Salah satu fitur yang penting untuk dimiliki platform ecommerce adalah kemampuan mencari produk fashion menggunakan foto pengguna sebagai query. Hasil pencarian yang akurat akan memberikan manfaat bagi pengguna dan bagi pelaku bisnis. Persoalan ini sangat menantang karena adanya perbedaan domain antara citra query yang diunggah pengguna dengan citra galeri produk yang menjadi target pencarian. Perolehan citra lintas domain dapat diselesaikan dengan metode konvensional seperti pemelajaran metrik menggunakan dataset berlabel. Namun metode ini tidaklah feasible dalam jangka panjang mengingat selalu bertambahnya inovasi di bidang fashion sehingga dibutuhkan anotasi terhadap citra yang berkesinambungan agar model tetap relevan. Pada penelitian ini diusulkan penggunaan self-supervised learning untuk meningkatkan kebermanfaatan data tanpa label dan mengurangi ketergantungan terhadap data berlabel. Pelatihan dengan metode ini menghasilkan sebuah encoder CNN dengan arsitektur ResNet-50, yang dilatih dengan sekumpulan citra tidak berlabel, agar mampu menghasilkan fitur umum dari citra. Model ini kemudian di-finetune dengan data berlabel agar mampu melakukan downstream task, yaitu perolehan citra lintas domain. Untuk meningkatkan hasil perolehan, dilakukan structural matching menggunakan Wasserstein distance (optimal transport) terhadap fitur spasial luaran encoder CNN pada saat inference dan finetuning. Selain itu, structural matching juga dapat menjelaskan bagian mana dari citra yang berkontribusi atas keseluruhan kesamaan atau jarak. Hasil menunjukkan bahwa kinerja encoder yang dilatih dengan self-supervised learning secara kuantitatif masih belum melampaui kinerja encoder baseline ImageNet, dengan perbedaan 1-2% dari sisi akurasi dan mAP menggunakan Triplet Loss, dan 6-10% dengan InfoNCE. Structural matching secara umum dapat meningkatkan hasil perolehan pada encoder yang dilatih dengan self-supervised learning. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa semua varian model mampu mencari citra yang mirip dengan query, baik dari sisi kategori, warna, bentuk, dan motif.

Being one of the largest industries in the world, fashion marketing on ecommerce platforms attracts millions of users every day. One of the essential features for an ecommerce platform is the ability to retrieve fashion items using user photos as queries. Good search results will yield benefits for users and for businesses. This problem is challenging due to the domain differences of the query images uploaded by the users and of product gallery images as retrieval targets. Cross-domain image retrieval can be accomplished by conventional methods such as metric learning using labeled datasets. However, this method is not feasible in the long term since innovations in this sector are fast such that continuous image annotations are required for the model to stay relevant. In this study, we propose to use self-supervised learning to increase usefulness of unlabeled data and to reduce dependency on labeled data. Training with this method produces a CNN encoder with ResNet-50 architecture, trained on a collection of unlabeled images, to infer generic features of images. The model is then finetuned with labeled data so that it can perform the downstream task, which is cross-domain image retrieval. To improve retrieval results, we performed structural matching by calculating Wasserstein distance (optimal transport) using spatial features inferred from CNN encoder during inference and finetuning. In addition, structural matching can also explain which parts of two images contribute to overall similarity or distance. Results show that an encoder trained with self-supervision quantitatively has not yet outperformed off-the-shelf ImageNet encoder baseline, with a difference in terms of accuracy and mAP of 1-2% for Triplet Loss, and 6-10% for InfoNCE. Generally, structural matching can improve retrieval results for self-supervised encoders. Qualitative results show that all model variants are able to retrieve images similar to the query, in terms of categories, colors, shapes, and patterns."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erisca Saraswati
"Perilaku fans yang mengantre saat membeli tiket konser idol group menunjukkan bahwa selebriti yang dipapar oleh media dapat mempengaruhi berbagai aspek emosional dan psikologis jutaan audiens. Proses audiens terlibat secara emosional dan psikologis dengan selebritis disebut audience involvement. Ada dua tipe audience involvement, yaitu interaksi parasosial dan identifikasi. Interaksi parasosial merupakan sebuah proses dimana audiens membangun pseudofriendship dengan persona, sedangkan identifikasi merupakan proses dimana audiens mengadopsi sikap, keyakinan, dan tingkah laku persona. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan audience involvement pada remaja yang menjadi anggota fanclub dan nonfanclub. Sampel penelitian ini ialah remaja berumur 11-24 tahun yang belum pernah menikah dan memiliki idola band/boyband/girlband. 165 partisipan diminta mengisi kuesioner yaitu Celebrity-Persona Parasocial Interaction dan Celebrity-Persona Identification yang dikembangkan oleh Bocarnea dan Brown (2007). Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan interaksi parasosial yang signifikan pada remaja anggota fanclub dan non-fanclub (t(163)=3,774, p < 0,01, two-tailed), dan terdapat perbedaan identifikasi yang signifikan pada remaja anggota fanclub dan nonfanclub (t(163)=3,389, p < 0,01, two-tailed).

The behavior of fans who lined up when buying concert tickets of idol group showed that celebrities which exposed by the media could influence the emotional and psychological aspects of millions of audience. The process of engaging the audience emotionally and psychologically with celebrities is called audience involvement. There were two types of audience involvement, parasosial interaction and identification. Parasosial interaction was a process which the audience built pseudofriendship with persona, while identification was the process in which the audience adopted the attitudes, beliefs, and behaviors of persona. This study aimed to determine the differences in audience involvement in adolescents who became fanclub and non-fanclub members. The sample of this study was adolescents aged 11-24 years who had never been married and had an idol of band/boyband/girlband. 165 participants were asked to fill out a questionnaire of Celebrity-Persona Parasocial Interaction and Celebrity-Persona Identification developed by Bocarnea and Brown (2007). The results indicated that there were significant differences in parasocial interaction in adolescents of fanclub and non-fanclub members (t (163) = 3.774, p <0.01, two-tailed), and also there were significant differences in identification in adolescents of fanclub and non-fanclub members (t (163) = 3.389, p <0.01, twotailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan Syarif
"Industri fashion merupakan industri yang dinamis dan identik dengan produksi massal dengan biaya rendah yang membawa model yang selalu mengikuti tren yang berlangsung. Konsep ini memaksa konsumen untuk terus mengikuti perubahan dan mempromosikan konsumerisme, dan menambah sampah tekstil dari pakaian yang tidak layak pakai lagi. Konsep slow fashion muncul sebagai alternatif bagi konsumen yang peduli akan keberlanjutan lingkungan pada jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menguji pengaruh gaya hidup yang sehat dan pengaruhnya pada nilai dan sikap terhadap produk fashion ramah lingkungan. Penelitian ini memberikan persepsi masyarakat Indonesia tentang produk slow fashion, sehingga bisnis lokal di industri fashion dapat lebih mengerti variabel yang mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk slow fashion. Metode concevenience sampling dengan screening question digunakan pada penelitian ini. Jumlah responden sebanyak 554 responden yang lahir pada tahun 1980-2000 didapatkan melalui kuesioner daring melalui Google Form dan dianalisis dengan metode uji regresi berganda dan uji regresi sederhana menggunakan software SPSS untuk mengukur pengaruh antar variabel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gaya hidup sehat dan pengambilan keputusan berpengaruh terhadap nilai dan sikap terhadap produk slow fashion.

The fashion industry is one of the most dynamic industries that is identic with fast paced at low cost and never ending trends. This behavior promotes to consumptive behavior and adds even more textile waste. As an alternative to the fast fashion concept, slow fashion has been perfect for customers that care about the sustainability of the environment. Further analysis will see the effect of a lifestyle of health and sustainability towards the perceived value and attitude towards slow fashion. This research gives perspective on how Indonesian perceives slow fashion, so the local business can continue to improve and understands the variables that affect the purchase intention of slow fashion products. Convenience sampling with screening question is used in this research of 554 respondent that is born between 1980 2000. Respondent is required to fill Google Form and data is analyzed using multiple regression with SPSS software. The findings suggest that lifestyle of health and sustainability and consumers decision making style affect perceived value and attitude towards slow fashion."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Brachet
"ABSTRAK
Like no other visual medium, all aspects of fashion now command unprecedented coverage throughout all forms of the media. Before the rise of the fashion designer, clothes were created by unknown seamstresses and dressmakers; now the creators of new clothing styles and trends often hold celebrity status in todays consumer society.
"
Ruckus Books, 2014
R 687 MIC a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sukhsma Ayu Qatrinada Lahfani
"Artikel ini membahas tentang pengaruh seorang selebriti sebagai panutan (role model), khususnya bagi komunitas LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, dan Plus). Ketika media sosial dan industri hiburan menjadi kian luas, influencer dan selebritas menjadi role model di bidang gaya hidup, masalah sosial, masalah pendidikan, dan pengetahuan terhadap dunia. Oleh karena itu, terpaan media dari seorang influencer atau selebritas sebagai panutan sangat besar, terhadap kepribadian dan gaya hidup pengikutnya sehari-hari. Hal ini pun diyakini berlaku bagi kelompok audiens yang termasuk dalam komunitas LGBTQ+. Studi ini berfokus pada analisis kasus berita seorang influencer asal Amerika Serikat, Jojo Siwa, yang mengungkapkan fakta bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas LGBTQ+ (Twersky, 2021). Analisis dilakukan dalam kerangka teori ekologi media yang mengacu pada studi tentang bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi, perasaan, emosi, dan nilai manusia (West & Turner, 2007). Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi, tindakan, dan perasaan audiens yang termasuk ke dalam komunitas LGBTQ+ terhadap sosok Jojo Siwa, terutama pasca-pengakuannya kepada publik. Artikel tersebut berpendapat bahwa mengagumi selebriti sebagai panutan dapat menjadi sumber martabat, inspirasi, dan dukungan, terutama bagi komunitas LGBTQ+.

This article discusses the influence of a celebrity as a role model, especially on LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, and Plus) identity. As social media and the entertainment industry are becoming more extensive than ever, influencers and celebrities serve as role models in lifestyle, social issues, educational concerns, perceptions, and understanding of the world. The effect of media exposure of an influencer or celebrity as a role model is incredibly huge, affecting the audience's personalities and lifestyle daily. This notion also applies to those who adhere to the LGBTQ+ community. By adopting the media ecology theory--which refers to the study of how media and communication processes affect human perception, feeling, emotion, and value (West & Turner, 2007)--and taking the case of the response of Jojo Siwa's coming out news (Twersky, 2021), this paper studies how the LGBTQ+ community perceives this issue. This article focuses on the community's reactions, acts, and feelings towards the announcement. The study found that admiring celebrities as role models can be sources of dignity, inspiration, and support, particularly for the LGBTQ+ community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>