Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67334 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kunkun K. Wiramihardja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T9680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Ramadhani
"Pendidikan gizi merupakan suatu bidang pengetahuan yang memungkinkan sesorang memilih dan mempertahankan pola makan berdasarkan prinsip-prinsip ilmugizi. Pendidikan gizi secara formal ditujukan kepada siswa sekolah dan akan lebih baik jika diberikan pada usia sedini mungkin. Salah satu sarana yang digunakan dalam pendidikan gizi di sekolah dasar adalah buku pelajaran. Di sekolah dasar, materi gizi salah satunya terintegrasi di dalam pelajaran sains. Materi gizi yang terdapat di dalam buku pelajaran haruslah mengikuti aturan-aturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Aturan tersebut antara lain standar untuk aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa dari buku teks. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis materi gizi berdasarkan materi, aspek penyajian, aspek bahasa dan mengetahui tingkat pengetahuan gizi siswa kelas V di Sekolah Dasar Standar Nasional Kelas I-V tahun 2008. Penelitian ini dilakukan di SDSN Pasar Minggu 01 Pagi dan SDSN Pasar Minggu 02 Pagi.
Alasan pemilihan sekolah karena kedua sekolah tersebut merupakan Sekolah Dasar Standar Nasional, di mana buku pelajaran yang digunakan tentu berstandar nasional pula.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui informasi mendalam tentang materi gizi berdasarkan aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan skor pengetahuan gizi siswa kelas V. Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Juli 2008.
Hasil penelitian untuk aspek materi ditemukan bahwa materi gizi yang disajikan kelas I dan kelas V kurang sesuai dengan indikator standar kompetensi karena adanya materi yang diberikan melebihi indikator yang ditentukan. Materi gizi kelas I teridentifikasi kurang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa yang baru mencapai tahap konkret operasional. Sementara itu, materi gizi kelas II, III dan IV sudah sesuai dengan indikator standar kompetensi dan perkembangan kognitif. Aspek penyajian materi gizi dilihat dari dua indikator yaitu kegiatan praktek tentang gizi dan tampilan umum ilustrasi. Materi gizi kelas I sampai dengan kelas IV kurang sesuai dengan teori perkembangan kognitif siswa karena tidak memasukkan praktek untuk materi gizi. Pada materi gizi kelas V sudah terdapat kegiatan praktek untuk menguji karbohidrat, hal ini sudah sesuai dengan teori perkembangan kognitiff siswa. Diidentifikasi bahwa pada materi gizi kelas I digunakan ilustrasi gambar, kelas II ilustrasi foto, kelas III ilustrasi gambar dan foto, kelas IV ilustrasi bagan berupa foto dan ilustrasi yang digunakan di kelas V berupa foto.
Pada penelitian ini aspek bahasa yang diidentifikasi pada materi gizi adalah materi gizi pada kelas I sampai dengan kelas V telah sesuai dengan indikator standar kompetensi, yaitu tidak menggunakan jenis huruf hias dan menggunakan dua jenis huruf. Materi gizi kelas IV dan V kurang sesuai untuk penggunaan ukuran huruf dan jenis huruf.
Pengetahuan gizi siswa sebanyak 89,5 % siswa kelas V SDSN Pasar Minggu 01 Pagi dan 86,3% siswa kelas V SDSN Pasar Minggu 02 Pagi memiliki pengetahuan gizi yang baik. Sementara itu, 10,5% siswa kelas V SDSN Pasar Minggu 01 Pagi dan 13,7% siswa kelas V SDSN Pasar Minggu 02 Pagi memiliki pengetahuan gizi yang kurang baik.
Saran yang penulis berikan adalah Departemen Pendidikan Nasional, khususnya Pendidikan Dasar perlu melakukan pembaruan terhadap konten materi gizi agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sekolah perlu bekerjasama Dinas Kesehatan untuk menyediakan kelengkapan media promosi gizi di sekolah seperti poster, leaflet, booklet dan lainnya untuk diinformasikan kepada siswa dan guru. Materi gizi yang diintegrasikan kedalam kurikulum atau mata pelajaran di sekolah dasar sebaiknya sudah dibahas oleh ahli gizi, kompetensi dasar harus sesuai dengan perkembangan anak, sekolah perlu berperan aktif dalam menjalankan program program yang berhubungan dengan gizi, misalnya menyediakan kantin sehat dan menjalankan Usaha Kesehatan Sekolah. Guru perlu mengembangkan cara pengajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak untuk menambah pemahaman siswa tentang materi seperti kegunaan telur, kandungan dan kegunaan susu, daging dan keju dan pelengkap menu sehari-hari dan perlu adanya pengembangan dan sosialisasi mengenai pedoman konsumsi makanan kepada siswa sekolah dasar dan masyarakat sekolah."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Riyanti Inge Permadhi
"Tujuan : Mengetahui pengaruh suplementasi vitamin B6, B12 dan asam folat terhadap kadar homosistein plasma pada lansia dalam rangka mengurangi risiko terjadinya aterosklerosis.
Tempat : Panti werdha Santa Anna - Jakarta.
Bahan dan cara : penelitian eksperimental pra dan pasca suplementasi vitamin B6 (10 mg), B12 (400 µg) dan asam folat (1 mg) yang diberikan per oral, sekali sehari selama 6 minggu, terhadap 10 subyek lansia (60 tahun) yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Data yang dikumpulkan meliputi data non nutrisi, data nutrisi, data antropametri, status vitamin B6, kadar vitamin B12 serum dan asam folat serum dan kadar homosistein plasma.
Hasil : Pada pra suplementasi, diketahui prevalensi subyek dengan hiperhomosisteinemia tipe ringan sebesar 70%. Prevalensi defisiensi vitamin B6 (KA ASATE>I,40), 812 (<258 pmol/L) dan asam folat (<15 nmo/L) adalah 30%,30% dan 90%. Prevalensi defisiensi vitamin B6, B12 dan asam folat pada subyek dengan hiperhomosisteinemia adalah 14%, 43% dan 85%. Pada pasca suplementasi didapatkan perbaikan pada seluruh hasil pemeriksaan laboratorium secara bermakna (p<0,05) yaitu penurunan KA ASATE 11,68%, kenaikan kadar vitamin B12 serum 111,75%, kenaikan kadar asam folat serum 139,05% dan penurunan kadar homosistein plasma 36,68%.
Kesimpulan : Suplementasi vitamin B6, B12 dan asam folat terbukti secara efektif dan elision dapat memperbaiki status vitamin dan menurunkan kadar homosistein plasma secara bermakna pada seluruh subyek penelitian.

Objective : To identify the effect of vitamin B6, B12 and folate supplementation to plasma homocysteine concentration of elderly people in respect of minimizing atherosclerosis risks.
Place :Panri werdha Santa Anna - Jakarta.
Materials and Methods :Experimental study of pre and post oral supplementation of vitamin B6 (10 mg), B12 (400 }1g) and folate (1 mg), once a day for 6 weeks continuously applied to 10 elderly subjects NO years) passing through pre-defined inclusion criteria. Relevant information and data was collected through questionnaire, field observation and laboratory measurement which comprise of ages, sex, education, anthropometrics, dietary intake, food frequency amount, food habits, vitamin B6, B12 and folate status and finally plasma homocysteine concentration.
Results :During pre-supplementation, 70% of subjects was classified as moderate hyperhomocysteinemia. Cut off points to define deficiency vitamin status are erytrocyte aspartate aminotransferase activity coefficient (EAST-AC) >1,40 for vitamin B6 , serum vitamin B12 and folate concentrations were <258 pmol/L and <15 nmol/L respectively. The overall prevalence of deficiencies vitamin B6, B12 and folate status were 30%, 30% and 90% respectively. The prevalence of deficiencies vitamin B6, B12 and folate status in hyperhomocysteinemia subjects were 14%, 43% and 85% respectively. During post supplementation, no more vitamins deficiencies subjects was detected. Post supplementation laboratory measurement indicate the following significant improvement (p<0,05) on EAST-AC reduction 11,68%, serum vitamin B12 concentration improvement to 111,75%, serum folate concentration improvement to 139,05% and reduction of plasma homocysteine concentration of 36,68%.
Conclusion :Supplementation of vitamin B6, B12 and folate are effectively and significantly improve both vitamin status and plasma homocysteine concentration level of all subjects."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamora, Rumintang Elisabeth Constantya
"Status gizi anak usia sekolah dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang nutrisi yang seimbang. Tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku dan sikap anak dalam mengkonsumsi makanan yang seimbang. Asupan nutrisi yang cukup pada anak dapat mempengaruhi konsentrasi anak dalam belajar, tingkat kecerdasan, serta anak tidak mudah terserang penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak sekolah tentang asupan nutrisi yang seimbang. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi sederhana pada anak kelas IV dan V di SD Negeri Bintara V dengan jumlah sampel 170 responden dengan teknik sampel acak stratifikasi (stratified random sampling) dan sampel acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini menemukan bahwa mayoritas pengetahuan anak sekolah dasar di Bintara memiliki pengetahuan baik 27,5%, pengetahuan cukup 67,2% dan pengetahuan kurang 5,3% . Promosi kesehatan penting dilakukan di lingkungan sekolah, agar dapat meningkatkan wawasan pengetahuan anak tentang asupan nutrisi yang seimbang. Selain itu, perlunya ada pemeriksaan rutin untuk memantau status nutrisi anak di sekolah.

Nutritional status of school-age children are affected by the level of knowledge about balanced nutrition. The level of knowledge and attitudes influence behavior in a child eat a balanced diet. Adequate nutrition in children can affect the concentration of children in learning, intelligence level, and children are not susceptible to disease. This study aims to describe the level of knowledge of school children about a balanced nutritional intake. This research is a simple description of the child classes IV and V in Elementary School with a sample of 170 respondents with a stratified random sampling technique (stratified random sampling) and random sampling (simple random sampling). This study found that the majority of primary school children in the knowledge have good knowledge of 27.5%, 67.2% sufficient knowledge and knowledge is less 5.3%. Important health promotion in the school environment, in order to enhance the child's insight knowledge about balanced nutrition. In addition, the need for regular checkups to monitor the nutritional status of children in school.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wuryanti
"Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian nutrisi enteral tinggi protein pada status protein penderita stroke akut
Tempat : Ruang rawat IRNA B, bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi : Penelitian adalah suatu uji klinik paralel yang telah disetujui oleh panitia tetap penilai etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebanyak 36 subyek penelitian stroke hemoragik dan iskemik akut yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Sebanyak 18 orang kelompok perlakuan mendapat nutrisi enteral tinggi protein (NETP), sedangkan 18 orang kelompok kontrol mendapat makanan cair racikan rumah sakit. Pengukuran berat badan dan tinggi badar dilakukan pada hari 1. Pemeriksaan albumin dan prealbumin serum dilakukan pada hari ke 1 dan Pemeriksaan NUU dan kreatinin urin dari urin tampung 24 jam pada hari 1, dan 7. Imbang nitrogen diperoleh dengan menghitung asupan nitrogen dan NUU 24 jam Uji statistik yang digunakan adalah uji t untuk data yang berdistribusi normal, dan uji Mann Whitney untuk data yang berdistribusi tidak normal. Batas kemaknaan yang digunakan sebesar 5%.
Hasil : Pada kelompok perlakuan didapatkan sedikit peningkatan ni1ai prealbumin yang belum bermakna, yaitu 0,161 (0,104-0,303) menjadi 0,163 (0,043 0,276) g/L, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan penurunan yang bermakna yaitu 0,181 (0,093-0,267) menjadi 0,138 (0,066-0,280). Didapatkan penurunan nilai albumin pada kedua kelompok. Penurunan nilai albumin pada kelompok perlakuan lebih sedikit dibandingkan kontrol, masing-masing yaitu - 0,35 dan - 0,60 g/dL.Pemberia NETP dapat menurunkan ekskresi kreatinin urin secara bermakna, yaitu dari 1019 (300-1530) menjadi 791,50 (246-1524) mg/24 jam), tetapi belum memperbaiki NUU dari imbang nitrogen
Kesimpulan : Pemberian NETP pada pasien stroke akut cenderung dapat meningkatkan status protein, walaupun belum dapat dibuktikan secara statistik.

Effects High Protein Enteral Nutrition on Protein Status in Acute Stroke PatientsObjective To investigate the effects of high protein enteral nutrition on protein status in acute stroke.
Location: IRNA B, Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta
Subjects and Methods : The study was a parallel clinical trial, which was alread} certified by the Ethical Clearance Research Committee of Faculty of Medicine Universit of Indonesia. Thirty six subjects with acute hemorhagic and ischemic stroke wen selected using certain criteria. The subjects were divided into two groups using blocs randomization. Eighteen subjects in treatment group received high protein entera nutrition (HPEN), and the control group received enteral hospital diet. Body weight an( height were assessed on the la day of admission. Albumin and prealbumin were assessed on day 1 and 7. Urinary urea nitrogen (UUN) and urinary creatinine were assessed on da: 1, 4, and 7 using 24-hour urine collection. Nitrogen balance was calculated b: substracting nitrogen intake with urinary urea nitrogen. Statistical analysis was performe+ using t-test for normal distributed and Mann Whitney test for not normal distributed data The level of significance was 5%.
Results : In the treatment group, there was a slingtly increased in prealbumin level, bi: not yet significantly : 0,161 (0,104-0,303) to 0,163 (0,043-0,276) g,/L, while in the contra group markedly decreased : 0,181 0,093-0,267) to 0,138 (0,066-0,280) gIL, The albumi level decreased in both groups. Albumin level in the trreatment group decreased less tha the control group, respectively - 0,35 (-1,20-0,60) and - 0,60 (-1,40-0,00). The HPE] decreased urinary creatinine excretion significantly : 1019 (307-15310) to 791,50 (24( 1524), however UUN and nitrogen balance did not show any improvement
Conclusion : HPEN tend to be able to increase the protein status although has ni statistically been proven yet.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiatul Rahmi Fatty
"Sebagai salah satu upaya untuk mendukung program diversifikasi pangan serta memanfataatkan produk lokal Indonesia, maka dibuatlah bola-bola tempe dan udang rebon. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan udang rebon terhadap kandungan gizi dan hasil uji hedonik bola-bola tempe. Terdapat 4 perlakuan penambahan udang rebon, yaitu 5%, 10%, 15% dan 0% sebagai kontrol. Perhitungan kandungan gizi menggunakan TKPI dan uji hedonik dilakukan di Laboratorium Gizi FKM UI oleh 80 orang mahasiswa FKM UI pada bulan April 2012. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Dunnet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bola-bola tempe dengan penambahan udang rebon 15% memiliki kandungan protein, zat besi dan kalsium tertinggi, yaitu 17,88 g%; 4,36 mg%; dan 305,25 mg%. Produk ini juga merupakan produk yang memiliki hasil uji hedonik tertinggi.

To support food diversification program and also to use Indonesia?s local products are the reasons for making the tempe ball with udang rebon addition. This experimental design aims are to indetify the effects of udang rebon addition to nutritional contents and hedonic test result in Tempe Ball. There were 4 differents amount of udang rebon addition: 5%, 10%, 15% and 0% as control. TKPI was being used to count nutritional contents and a hedonic test had been conducted at Laboratorium Gizi FKM UI by 80 students of FKM UI on April 2012. These data had been analized by Annova test and continued by Dunnet test. The result showed that tempe ball with 15% addition of udang rebon had the highest content of protein, iron and calcium : 17,88 g%; 4,36 mg%; and 305,25 mg%. This product also had the highest result of hedonic test."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herwanti Bahar
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang penanggulangannya belum menunjukkan titik terang adalah anemia gizi. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai besarnya prevalensi anemia gizi pada anak pra sekolah di 7 provinsi yang diteliti dan faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi tersebut.
Data yang digunakan adalah data Survey Evaluasi Xerofthalmia Skala Nasional 1992 di 7 provinsi, yang termasuk juga di dalamnya pemeriksaan kadar Hb pada anak pra sekolah. Pengumpulan data dilakukan oleh Litbang Gizi dengan "Multistage Sampling".
Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi secara keseluruhan pada anak pra sekolah di 7 provinsi adalah 42 % . Angka ini bervariasi antara 18.2 % sampai 51.9 %. Analisis kemudian dibagi berdasarkan prevalensi berat (> 40 %) dan ringan/sedang (15 - 40 %).
Di daerah prevalensi berat, faktor anak yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi adalah jenis kelamin laki-laki, pemberian Air Susu Ibu yang sering, kadar serum vitamin A yang rendah, jumlah anggota keluarga yang kecil, pendidikan ayah dan ibu yang tinggi. Sedangkan di daerah prevalensi ringan atau sedang pendidikan ayah yang rendah dan kondisi rumah yang baik yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi.
Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor penentu kejadian anemia gizi yaitu untuk daerah prevalensi berat adalah jenis kelamin, serum vitamin A, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu, status pekerjaan kepala keluarga dan sanitasi keluarga. Sedangkan di daerah prevalensi ringan hanya serum vitamin A dan kondisi rumah sebagai faktor penentu.
Berdasarkan hasil di atas, maka disarankan agar program pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak pra sekolah perlu ditingkatkan. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan mengenai pemberian Air Susu Ibu, makanan pendamping Air Susu Ibu dan kesehatan lainnya, pada semua golongan masyarakat, baik golongan ekonomi baik maupun kurang. Perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada anak pra sekolah dan perlu adanya penelitian khusus mengenai anemia gizi."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Putri Paramitha
"Tinggi badan merupakan salah satu indeks antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Namun berbagai kondisi seperti kecacatan, kelainan tulang belakang, amputasi kaki, maupun disabilitas lainnya membuat pengukuran tinggi badan aktual tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, adanya metode alternatif yag dapat digunakan sebagai prediktor tinggi badan menjadi penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model prediksi tinggi badan pada kelompok usia dewasa muda berdasarkan korelasinya dengan tinggi lutut dan karakteristik individu yang diperkirakan berhubungan dengan tinggi badan, yaitu jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, dan usia puber. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 75 laki-laki dan 75 perempuan yang merupakan mahasiswa FKM UI dengan kisaran usia 20 ? 40 tahun pada bulan April 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi lutut memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap tinggi badan pada usia dewasa dengan nilai r = 0,921. Demikian pula semua karakteristik individu yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan dengan tinggi badan. Sedangkan model prediksinya adalah : Tinggi Badan (cm) = 57,824 + 2,132 (Tinggi Lutut (cm)) ? 3,965 (Jenis Kelamin), dengan koefisien 0 untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan. Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar, cakupan usia yang lebih luas, dan dengan menyertakan variabel etnis agar persamaan yang dibuat menjadi lebih representatif lagi untuk digunakan di Indonesia.

Height is one of the most important anthropometric indexes to determine people?s nutritional status. But in some particular cases, e.g.: impairment, disabilities, spine curving, and amputated leg, the actual height measurement could be impossible to measure. These conditions encouraged the presence of researches aiming to find the alternative methods to predict actual height. The purpose of this study was to find a formula referred to the correlation of height with knee height, sex, birth weight, birth length, and pubertal age in adult population. The design study was cross sectional and total of 75 men and 75 women aged 20 ? 40 years were participated in this study that held on April 2012.
The result of this study shown a very strong correlation between height and knee height of adults (r = 0,921), and the other variables studied in this study also significantly correlated with height. Multiple regression analysis has done and it generated a formula to predict adults? height in this population: Height (cm) = 57,824 + 2,132 (Knee Height (cm)) ? 3,965 (Sex), with 0 as a cofficient for men and 1 is for women. Nevertheless, more further research with more specific variable, and even more participants with wider age range is still needed to complete the result of this study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Dewayani
"Perilaku makan anak sekolah didominasi dengan jajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah (p value=0,108). Anak usia sekolah dapat mengatur sendiri pola makannya dan berkurangnya pengawasan langsung oleh orang tua. Hasil penelitian menyarankan pentingnya edukasi pangan jajanan anak sekolah yang sehat dan aman untuk anak sekolah.

Eating behaviour of school-aged children was dominated by street foods. This study aimed to analyze the relationship between mother's knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour of school-aged children in school foods selection. This study used descriptive correlational design and used simple random sampling techniques.
The result showed that there was no significant relationship between mother?s knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour of school-aged children in school foods selection (p value=0,108). School-aged children can regulate their own food choices and have less direct supervision by parents during school. This study suggested the importance of education on healthy and safe school foods for school-aged children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy William
"Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan angka kekurangan nutrisi pada anak balita yang cukup tinggi. Kekurangan nutrisi merupakan penyebab mortalitas utama pada anak balita, yang dapat disebabkan oleh infeksi. Indonesia merupakan negara yang endemis terhadap soil transmitted helminth (STH) yang mencakup Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi STH dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh infeksi STH terhadap kekurangan nutrisi pada anak balita di kecamatan Nangapanda, NTT yang diukur dengan weight-for-age z-score (WAZ), height-for-age z-score (HAZ), dan weight-for-height z-score (WHZ).
Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan 98 subjek anak balita di Kecamatan Nangapanda yang berasal dari random sampling. Status WAZ, HAZ, dan WHZ diperoleh dari pengukuran antropometri, sementara status infeksi STH ditentukan melalui metode Kato-Katz untuk menemukan telur cacing di tinja. Hubungan antara infeksi STH dan kekurangan nutrisi pada anak balita dianalisis dengan chi-square, dan dilakukan analisis regresi logistik untuk mencari pengaruh faktor lain seperti usia anak balita, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan ibu. Dari 98 anak balita, sebanyak 58 di antaranya terinfeksi STH.
Sementara itu, ditemukan bahwa 27,6% anak balita memiliki WAZ <-2, 40,9% memiliki HAZ <-2, dan 10,2% memiliki WHZ <-2. Meskipun begitu, hasil analisis menunjukkan bahwa status infeksi STH tidak berhubungan secara bermakna dengan status gizi buruk pada anak balita, baik menurut WAZ (p = 0,997), HAZ (p = 0,244), maupun WHZ (p = 1,000). Analisis multivariat juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan faktor lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infeksi STH tidak mempengaruhi kekurangan nutrisi pada anak balita di NTT, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

East Nusa Tenggara Province had one of the highest rate of undernutrition in under-five children in Indonesia. Undernutrition contributes to a high proportion of mortality in under-five children, which can be caused by infection. Indonesia is endemic for soil-transmitted helminth (STH) infection, which can be caused by Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura¸ and hookworm. Several studies have shown that STH infections can cause malnutrition in under-five children. Therefore, this research aims to investigate the association between STH infection and undernutrition in under-five children measured by weight-for-age z-score (WAZ), height-for-age z-score (HAZ), and weight-for-height z-score (WHZ).
This is a cross-sectional study involving 98 under-five children which is recruited using random sampling from Nangapanda Sub-District, East Nusa Tenggara. WAZ, HAZ, and WHZ status is determined from anthropometry, while STH infections are determined by Kato-Katz method to find the helminth eggs. Chi-square analysis is performed to find the association between STH infection and nutritional status in under-five children, and logistic regression is also performed to find other potential factors such as age, gender, and mother?s education. Of the 98 children recruited, 58 had STH infections.
This study also found that 27,6% of the children had WAZ <-2, 40,9% had HAZ <-2, and 10,2% had WHZ <-2. However, chi-square analysis showed that there are no significant association between STH infection and undernutrition in under-five children of Nangapanda measured by WAZ (p = 0,997), HAZ (p = 0,244),and WHZ (p = 1,000). Multivariate analysis also showed that other factors in this study are not significant. Therefore, this research showed that STH infection are not the main cause of undernutrition in children of East Nusa Tenggara, and further research are warranted to determine other factors which may cause the problem.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>