Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172819 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsuddin HM
"Pulau Sumatera yang terdiri dari delapan propinsi. Pada tahun 1992 dihuni oleh 57,94 persen angkatan kerja dari jumlah tenaga kerja di wilayah ini, dan 2,47 persen diantaranya adalah penganggur. Angka pengangguran yang merupakan refleksi dari rasio jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja cenderung meningkat, dengan proporsi 58,18 persen adalah penganggur yang berpendidikan SLTA.
Dengan mengaplikasikan Search Theory dalam data SAKERNAS tahun 1992, maka tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan lama mencari kerja berdasarkan karakteristik dan sosio demografis dari pengangguran tenaga kerja terdidik di Sumatera, baik terhadap mereka yang bekerja sambil mencari kerja (on job search) maupun terhadap mereka yang mengaggur sambil mencari kerja (unemployment job search).
Teisi ini juga bertujuan untuk mempelajari bagaimana perilaku angkatan kerja di pasar kerja. Artinya pada karakteristik angkatan kerja dan bekerja di Sumatera mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Konsistensi hipotesis berdasarkan hasil uji statistik memberi arti bahwa:
Pencari kerja yang berpendidikan lebih tinggi cenderung masa mencari kerjanya lebih lama dibanding mereka yang berpendidikan rendah. Dengan kata lain terdapat hubungan positif antara lama mencari kerja dengan pendidikan. Sementara pencari kerja yang berusia tua ada kecenderungan semakin cepat memperoleh pekerjaan dibanding yang lebih muda. Denga kata lain terdapat hubungan negatif antara lama mencari kerja dengan umur.
Pencari kerja laki-laki di Sumatera rata-rata masa mencari kerjanya lebih singkat dibanding perempuan. Temuan ini diperkuat hasil analisis deskriptif. Pencari kerja yang berstatus kepala rumah tangga rata-rata masa mencari kerjanya lebih singkat dibanding dengan mereka yang bukan kepala rumah tangga.
Mereka yang berpengalaman masa mencari kerja lebih singkat dibanding yang tidak berpengalaman. Permintaan tenaga kerja pada pasar kerja lebih yakin dan percaya kepada mereka yang mempunyai pengalaman kerja. Strategi bekerja sambil mencari kerja, masa mencari kerjanya lebih singkat dibanding menganggur sambil mencari kerja. Berarti strategi ini di Sumatera dan diduga berlaku untuk Indonesia sangat tepat untuk memperoleh pekerjaan yang lebih cocok mengingat pasar kerja di Indonesia sarat dengan ketidakpastian.
Ketika variabel bebas Mills Ratio dimasukkan dalam model untuk mengatasi selectivity bias, ternyata penaksiran OLS menunjukkan perbedaan yang mendasar denga ntemuan sebelumnya. Walaupun tandan dan nilai absolut parameter estimasinya memperlihatkan perubahan, namun tetap konsisten dengan hipotesis. Variable Mills Ratio pada persamaan Tabel 6.1b menunjukkan hubungan yang signifikan pada α = 0.01 memberi arti bahwa terdapat persoalan selectivity bias dalam model ini. Dengan kata lain bahwa mereka yang tidak mencari kerja mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan untuk mencari kerja.
Penaksiran dengan Multinominal Logit menyatakan bahwa angkatan kerja yang lebih terdidik mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk menganggur, angkatan kerja berusia muda probabilitas menganggurnya lebih besar, angkatan kerja bukan kepala rumah tangga probabilitas menganggurnya lebih besar. Temuan yang berbeda bahwa laki-laki probabilitas menganggurnya lebih tinggi dibanding perempuan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Setyadi
"Seiring dengan laju pembangunan maka pandidikan masyarakat juga semakin meningkat. Hal ini berakibat pada peningkatan mutu dan aspirasi individu yang menjadi bagian dari angkatan kerja. Mereka yang lebih terdidik lebih suka memilih-milih pekeriaan sehingga akan lebih lama mencari kerja.
Penelitian ini bertu.juan selain untuk melihat karakteristik tenaga kerja di propinsi Jawa Tengah juga ingin mengetahui bagaimana variabel sosial demorafi dan ekonomi dapat mempengaruhi perilaku tenaga kerja dan lamanya mencari kerja.
Data yang digunakan adalah Sakernas 1992 propinsi Jawa Tengah. Untuk menganalisis perilaku tanaga kerja reapondennya adalah seluruh tenaga kerja sedangkan untuk menganalisis lama mencari kerja respondennya adalah pencari kerja.
Kerangka model yang dibangun adalah dengan menggunakan pendekatan Search Theory, yang kemudian diformulasikan kedalam model statistik yaitu model multinomial logistik berganda, model logistik berganda Berta model regresi linear berganda.
Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Jawa Tengah adalah berpendidikan rendah yaitu 78.92% berpendidikan maksimal tamat SD. Mereka yang pendidikannya lebih tinggi, usianya lebih tinggi namun belum menginjak 40 tahun, berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga 'dan berjenis kelamin laki-laki akan mempunyai kecenderungan untuk mencari kerja lebih lama.
Dari hasil analisis inferensial model probabilitas mencari kerja dihasilkan temuan bahwa semakin tinggi pendidikkan, probabilitas mereka yang hanya mencari kerja. akan semakin kecil. Namun bila kita perhatikan dengan mereka yang bekerja sambil mencari kerja akan menjadi lain hasilnya yaitu mereka yang berpendidikan lebih tinggi mula-mula probabilitas mencari kerjanya semakin rendah namun untuk yang berpendidikan SLTA + probabilitas mencari.kerjanya adalah tertinggi. Untuk mereka yang berusia lebih tinggi, berjenis kelamin perempuan dan yang berstatus sebagai kepala rumah tangga probabilitas mencari kerjanya juga lebih rendah artinya mereka lebih singkat berada dalam masa mencari kerjanya. Bila yang diperhatikan adalah nilai probabilitas dari kereka yang hanya mencari kerja maka akan nampak bahwa laki-laki lebih singkat berada dalam masa mencari kerja.
Dari hasil analisis inferensial model lama mencari kerja ditemukan bahwa mula-mula variabel status dalam rumah tangga, pendidikkan dan umur untuk kategori tertentu tidak berpengaruh signifikan namun setelah dimasukkannya variabel mills, ketiga variabel tersebut meniadi signifikan. Dari parameter estimasi persamaan regresi model lama mencari kerja tersebut nampak bahwa mereka yang berpendidikkan lebih rendah yang berusia diatas 40 Tahun dan yang berstatus sebagai kepala rumah tangga ternyata akan mencari kerja lebih cepat.
Disimpulkan bahwa Pendidikkan, umur (kelompok 24-39 tahun), berpengaruh terhadap probabilitas mencari kerja dan lama mencari kerja. Untuk variabel Janis kelamin hanya berpengaruh pada probabilitas mencari kerja. Sedangkan untuk variabel Status dalam rumah tangga hanya berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Semua variabel kontekstual tidak berpengaruh pada probabilitas mencari kerja dan lama mencari kerja.
Semakin tinggi pendidikkan atau Semakin rendah usia probabilitas mencari kerjanya juga Semakin tinggi dan semakin lama berada dalam masa mencari kerja. Responden Laki-laki atau yang berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga mempunyai probabilitas mencari kerja yang lebih besar dan lebih lama berada dalam masa mencari kerja. Pada model multinomial legit ternyata menunjukan bahwa perempuan mempunyai nilai probabilitas bekerja sambil mencari kerja dan mencari kerja raja yang lebih besar sehingga kemungkinannya menganggur lebih lama.
Terjadi bias selektif yang rendah karena setelah dimasukkan variabel mills, maka educ3, Age2 dan KRT menjadi signifikan. Selain itu juga Terdapat ketidak konsistenan hasil inferensial dengan deskriptifnya yaitu dengan tabel 5.1.6.2, 5.1.6.3, 5.1.6.4, 5.1.7.1, 5.1.7.2 dan 5.1.7.4.
Disarankan kepada para pengambil kebijakan agar mengantisipasi keadaan tersebut dengan jalan meningkatkan pemberian informasi (mengenai lowongan pekerjaan) dan ketrampilan yang diperlukan di dunia kerja. Diaamping itu perlu lebih meningkatkan lagi peranan lembaga non pemerintah untuk ikut menciptakan peserta didik yang tidak hanya mampu bekerja namun jugs dapat kreatif menciptakan pekerjaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Haidy Ahmad Pasay
"Angka pengangguran tenaga kerja terdidik terus meningkat setiap tahunnya. Dari 8,59 juta penganggur ditahun 2010, 4,8 juta di antaranya adalah penganggur terdidik. Sementara itu, lama mencari kerja mencapai11 bulan. Metode Heckman Dua Tahap digunakan untuk menduga upah minimum yang diinginkan danMetode OLS untuk menduga lama mencari kerja serta berdasarkan karakteristik sosial, demogra, danregional. Lama mencari kerja bagi yang berpendidikan tinggi lebih lama daripada yang berpendidikanrendah. Upah minimum yang diinginkan dengan karakteristik sosial, demogra, dan regional angkatan kerjaberpendidikan tinggi lebih besar daripada yang lainnya."
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Matsui, Kazuhisa
"Dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang menjadi salah satu masalah pokok yang sering dibahas dewasa ini adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM). Semua orang mengetahui akan pentingnya SDM yang bermutu tinggi, mengingat SDM yang bermutu tinggi. dapat memacu akselerasi pertumbuhan ekonomi. Masih kurangnya SDM yang bermutu tinggi di Indonesia maka Sumber Daya Manusia yang bermutu tinggi sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Tenaga kerja terdidik tingkat tinggi merupakan faktor utama untuk mempercepat pembangunan ekonomi suatu negara. Yang perlu diperhatikan dengan -meningkataya jumlah tenaga kerja tersebut adalah Cara penggunaan atau pemanfaatan dalam pasar tenaga kerja. Secara umum dalam ilmu ekonomi dinyatakan bahwa permintaan dan penawaran tenaga kerja akan disesuaikan secara otomatis dengan mekanisme pasar.
Tenaga kerja itu sendiri tidak selalu homogen, faktor pendidikanlah yang banyak memberikan variasi sehingga tercipta tenaga kerja terdidik, sehingga terjadi `perubahan kualitatif dalam pasar tenaga kerja. Penyesuaian antara permintaan dan penawaran tenaga kerja terdidik tingkat tinggi akan menjadi sulit karena adanya interaksi antara peningkatan pendidikan dan perubahan struktural pasar tenaga kerja. Kecenderungan ini akan semakin terlihat jelas dengan adanya kemajuan teknologi dimasa akan datang sehingga penyesuaian atas pennintaan dan penawaran tenaga kerja semakin sulit. Dalam hal ini sering muncul keadaan dimana tingkat penggunaan tenaga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T4374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Komala Dewi
Depok: Universitas Indonesia, 2001
TA3677
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Yudo Wicaksono
"Lucas - Rapping model is considered as successful model to explain the labor force in America. We are apply this model on Indonesian case to analyze the fluctuation of labor force and to know wether the shift on labor supply and unemployment is a function of current real wage or not. We also intend to analyze behaviour of household to respond the real wage change.
From demand side, we can trace out how deep the education role on labor force quality. The conclusion may be helpfull on determining appropriate policy on education sector.
We use data from BPS including Indikator Ekonomi dan Keuangan, Statistik Ketenagakerjaan (Sakernas), Keadaan Pekerja/Karyawan di Indonesia, Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) or Survei Penduduk Nasional (Supas). The rest of data is collected from international sources such as Summers Hestona PennWorld Table, data Barro and Lee and data Bank Dunia."
2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Kinanti
"

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari pengalaman magang terhadap durasi mencari kerja pada tenaga kerja terdidik di Indonesia tahun 2022 sebagai proxy yang digunakan untuk menilai kualitas pekerja dalam pasar tenaga kerja dengan menggunakan Sakernas Agustus 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square yang digunakan untuk melihat pengaruh dari variabel independen terhadap durasi mencari kerja dan Cox Proportional Hazard Regression yang digunakan untuk melihat “hazard” pada variabel dependen yang mewakili kemungkinan responden mendapatkan pekerjaan selama jangka waktu tertentu. Hasil penelitian menggunakan kedua model tersebut menunjukkan bahwa pengalaman magang dapat memperpendek durasi mencari kerja secara keseluruhan dan pada sub-sampel lulusan SMK/ Sederajat dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan temua penelitian ini, dapat dikatakan bahwa magang dapat menjadi suatu nilai tambah yang dapat mempercepat transisi school-to-work dan menggantikan durasi menganggur bagi pesertanya. Sehingga, magang dapat dijadikan salah satu alat untuk mengatasi durasi mencari kerja di Indonesia.


This research aims to analyze the effect of internship experience on the job search duration among educated workers in Indonesia 2022 as a proxy used to assess the quality of workers in the labor market using Sakernas August 2022. The method used in this research is Ordinary Least Square which is used to observe the effect of the independent variable on the job search duration as a dependent variable and Cox Proportional Hazard Regression which is used to observe the "hazard" on the dependent variable which represents the possibility of the respondent getting a job during a certain period of time. The results using these two models show that internship experience can shorten the duration of looking for work as overall and in sub-samples of vocational high school and tertiary education graduates. Based on the findings of this research, it said that internships can be an added value that can accelerate school-to-work transition and replace the duration of unemployment. Thus, internships can be used as a tool to overcome the duration of job search in Indonesia.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirsyah Sahil
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoto Widodo
"Penelitian yang tertuang dalam tesis ini mengungkap banyak mengenai ketimpangan (disparitas) regional ekonomi dan tenaga kerja di Indonesia selama 1995-2003. Seperti diketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sangat banyak akan berpotensi besar melahirkan ketimpangan. Ketimpangan tersebut bisa muncul karena adanya perbedaan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) antar regional, kemudian diperburuk lagi oleh minimnya sarana transportasi dan komunikasi antar regional. Faktor lainnya yang sangat besar pengaruhnya adalah kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang tidak pro-pasar seperti munculnya peraturan atau Perda (Peraturan Daerah) yang menghambat investasi, ketldak pastian hukum, dan lain sebagainya.
Tenaga kerja terdidik (TTD) merupakan kelompok tenaga kerja yang mempunyai potensi dan kemampuan besar menghasilkan output. Kelompok ini merupakan tenaga kerja yang berpendidikan minimal SLTA/sederajat dan mempunyai tingkat produktivltas tinggl. Kelompok ini semakin menunjukan peranannya daiam perekonomian di Indonesia, terutama periode pasca krlsis dimana recovery perekonomian Indonesia berlangsung. Walaupun jumlahnya relatif tidak banyak, yaitu sekitar 23 persen dari total tenaga kerja Indonesia, hasil penelitian mengungkapkan bahwa keterkaitan mereka dengan pertumbuhan PDB maupun PDRB propinsi di Indonesia cukup erat.
Pengaruh TTD yang cukup signifikan terhadap perekonomian regional ini membawa berbagai implikasi, diantaranya adalah ketimpangan dari sebaran TTD akan berpengaruh pula terhadap ketimpangan perekonomian regional. Ketimpangan yang serius ini terutama muncul antara regional Jawa dengan regional Luar Jawa, atau regional IBB (Indonesia Bagian Barat) dengan regional IBT (Indonesia Bagian Timur).
Belajar dari pengalaman sebelumnya, konflik antar daerah sebagian besar dipicu oleh masalah ekonomi, seperti pembagian hasil yang tidak adil, tenaga kerja Iokal banyak menganggur, dan lainnya. Konflik dari masalah ekonomi ini kemudian meluas menjadi konflik sosial, politlk dan budaya, dan pada akhirnya menghasilkan situasi krisis. Konflik ini bukan suatu keniscayaan dan mengakibatkan permasalahan besar dikemudian hari bagi keutuhan NKRI. Oleh sebab itu ketimpangan dalam bidang ketenagakerjaan maupun perekonomian regional seharusnya menjadi prioritas pemerintah dalam meratakan pembangunan di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Subekti
"Peningkatan pertumbuhan ekonomi dl Indonesia justru diikuti oleh kenaikan tingkat pengangguran yang cukup tinggi di setiap daerah. Implementasi pelaksanaan otonomi daerah desentralisasi fiskal yang dimulai tahun 2001 diharapkan dapat meningkatan kemampuan daerah dalam peningkatan pembangunan ekonominya masing-masing.
Penelitian ini dllakukan untuk melihat gambaran ketenagakerjaan daerah terutama mengenai penganggulan, kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran dengan menggunakan data panel tahun 1998-2004 untuk 26 provinsi dl Indonesia.
Menggunakan model fungsi produksi dan produktivitas dengan memperlakukan modal manusia sebagal Input produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dan peningkatan modal manusia secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi yang positif. Namun, nilai investasi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kualitas tenaga kerja yang ditunjukkan dengan modal manusia per tenaga kerja mempengaruhi secara signifikan pada produktivitas di Indonesia.
Dari beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa darl sisi indlkator tenaga kerja hanya partisipasi wanita yang signfiikan mempengaruhi tingkat pengangguran dengan hubungan negatif, sedangkan modal manusia tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengangguran. Selanjutnya, dari struktur industri, daya tarik daerah yang ditunjukkan dengan kepadatan penduduk dan performa ekonomi tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengangguran.
Untuk menganalisis perkembangan tingkat pengangguran menggunakan statistik non-parametrik. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran cenderung mengalami kenaikan setelah pelaksanaan otonomi daerah dengan penyebaran yang sama di setiap daerah di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16992
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>