Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anandhara Indriani Khumaedi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyebab infeksi kronis terbanyak pada penyandang diabetes. Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis yang menyerang jaringan penyanggah gigi yang disebabkan oleh organisme spesifik. Periodontitis secara klinis bermanifestasi sebagai pembentukan poket pada gingiva dan kehilangan perlekatan gingiva yang dapat memfasilitasi kebocoran mediator inflamasi dari rongga mulut. Inflamasi sistemik derajat rendah ini telah diketahui berperan dalam aterogenesis. Hubungan periodontitis dengan insiden aterosklerosis telah banyak dilaporkan dengan hasil yang konsisten. Di lain pihak hubungan periodontitis dengan aterosklerosis subklinis, khususnya kekakuan arteri, tanda awal dari aterosklerosis menunjukkan hasil yang beragam. Studi-studi sebelumnya yang menilai periodontitis dengan kekakuan arteri dilakukan pada populasi umum, hanya sedikit yang dilakukan pada populasi diabetes.Tujuan: Mengetahui korelasi derajat periodontitis dengan kekakuan arteri pada penyandang DM tipe 2.Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang terhadap 97 penyandang DM tipe 2 dewasa ddi poliklinik metabolik endokrin RSCM pada bulan April hingga Agustus 2017. Periodontitis dinilai secara klinis dengan kedalaman poket periodontal dan jarak kehilangan perlekatan gingiva. Kekakuan arteri dinilai dengan PWV karotis-femoral menggunakan SphygmoCor.Hasil penelitian: Sembilan puluh sembilan persen penyandang DM tipe 2 mengalami periodontitis dan 78 penyandang DM tipe 2 mengalami periodontitis berat sesuai dengan kriteria AAP 1999. Korelasi antara menifestasi periodontitis kedalaman poket dan kehilangan perlekatan dengan kekakuan arteri tidak terbukti pada penelitian ini karena baik kedalaman poket dan kehilangan perlekatan menunjukkan korelasi sangat lemas dan keduanya tidak menunjukkan hasil yang bermakna PD, r= 0,024 p= 0,403 CAL, r= 0,011 p=0,456 .Kesimpulan: Sebagian besar penyandang DM tipe 2 mengalami periodontitis berat dan tidak ada korelasi positif bermakna antara derajat periodontitis dengan kekakuan arteri pada penyandang DM tipe 2. ABSTRACT
Background Periodontitis is an inflammatory disease affecting tissue teeth supporting tissue caused by specific organism and is a major cause of chronic infection in diabetic population. Periodontitis is clinically manifested by gingival bleeding, pocket formation and attachment loss that facilitated systemic leakage of oral inflammatory mediators. These low grade systemic inflammation is known to play a role in atherogenesis. Association on periodontitis and atherosclerosis incident is established and showed consistent results in previous studies. The association of periodontitis and subclinical atherosclerosis however, showed conflicting result, specially in studies involving arterial stiffness, the early sign of atherosclerosis. These studies were conducted in general population, very few were performed in type 2 diabetes population. Objective To learn about the correlation between periodontitis and arterial stiffnes.Method This is a cross sectional study involving 97 type 2 diabetics recruited in endocrinology clinic fin ciptomangunkusumo general hospital from April to August 2017. Periodontitis were defined by clinical measures such as pocket depth and clinical attachment loss, those measures reflected disease activity and gingival destruction. Arterial stiffness were measured by carotid femoral PWV using cuff based tonometry device, SphygmoCor.Result Periodontitis is found in 99 type 2 diabetics and 78 of them had severe periodontitis. Correlation coefficient for both pocket depth and clinical attachment loss showed very weak positive result, but none of them is statistically significant PD, r 0,024 p 0,403 CAL, r 0,011 p 0,456 .Conclusion Most of type 2 diabetics has severe periodontitis and correlation between periodontitis and arterial stiffness can rsquo t be concluded in this study. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlis Rahdewati
"Latar belakang: Terapi regenerasi jaringan periodontal pada pola kerusakan tulang alveolar horizontal selama ini belum membuahkan hasil yang memuaskan. Terapi regenerasi memerlukan scaffold, sel punca, dan signaling molecules. Scaffold dalam terapi regenerasi salah satunya yaitu kitosan. Penambahan arginylglycylaspartic acid RGD pada kitosan membantu adhesi sel. Periodontal ligament PDL cell sheet membantu regenerasi periodontal.
Tujuan: Mengevaluasi efek kitosan, RGD, dan PDL cell sheet terhadap perlekatan jaringan periodontal klinis pada kerusakan tulang alveolar horizontal.
Metode dan Bahan: Model kerusakan tulang horizontal pada M. nemestrina dibuat dengan bur dan elastik ortodontik. Sampel dibagi empat kelompok n=8 : kitosan, kitosan RGD, kitosan PDL cell sheet, dan kitosan RGD PDL cell sheet. Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis dievaluasi setelah empat minggu.
Hasil: Peningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis kelompok kitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm lebih baik dibandingkan kitosan 1,75 0,707 mm dan kitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Kesimpulan: Kelompok kitosan RGD PDL cell sheet berpotensi dapat meningkatan perlekatan jaringan periodontal klinis terbaik.

Background: Periodontal regeneration therapy in horizontal bone defect has not been satisfactory yet. Tissue regeneration require scaffold, stem cells, and signaling molecule. One of scaffold that use in regenerative therapy is chitosan. Combination of chitosan with arginylglycylaspartic acid RGD has the ability to improve cell adhesion. Periodontal ligament PDL cell sheet has the ability to promote periodontal regeneration.
Objectives: Evaluate attachment gaining on clinical periodontal attachment using chitosan RGD, and PDL cell sheet in horizontal bone defect.
Material and Methods: The horizontal bone defect model of M. nemestrina was made using bur and orthodontic elastic. Regenerative therapy divided into four groups n 8 chitosan, chitosan RGD, chitosan PDL cell sheet, and chitosan RGD PDL cell sheet. Clinical periodontal attachment was evaluated after four weeks.
Results: Clinical periodontal attachment of chitosan RGD PDL cell sheet 3,00 0,756 mm was better than chitosan 1,75 0,707 mm and chitosan RGD 2,13 0,835 mm.
Conclusion: Chitosan RGD PDL cell sheet groups has the potential to increase clinical periodontal attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Hanna Suherman
"Latar Belakang: Informasi radiografis mengenai kehilangan tulang berperan penting dalam penentuan diagnosis, rencana perawatan, dan prognosis periodontitis. Pengklasifikasian diagnosis periodontitis berdasarkan AAP 2017 mencakup komponen kehilangan perkelatan klinis dan persentase kehilangan tulang radiografis yang menghasilkan diagnosis periodontitis berdasarkan tingkat keparahan. Tujuan: Melihat tingkat kesesuaian diagnosis radiografis berdasarkan persentase kehilangan tulang dengan diagnosis klinis berdasarkan kehilangan perlekatan. Metode: Menggunakan studi potong lintang menggunakan 70 sampel komponen data kehilangan perlekatan klinis rekam medis dan radiograf intraoral sisi proksimal sampel gigi dengan diagnosis dan kerusakan terparah dari pasien periodontitis kronis di RSKGM FKG UI. Perhitungan kerusakan menggunakan persentase kehilangan tulang dengan mengukur jarak CEJ ke defek tulang terparah dan jarak CEJ ke ujung apeks gigi. Hasil: Uji komparatif Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara diagnosis klinis dan radiografis berdasarkan klasifikasi AAP 2017 mengenai periodontitis dengan nilai p=0,003. Sebanyak 64,3% sampel memiliki kesesuaian diagnosis klinis dan radiografis, 27,1% sampel memiliki diagnosis radiografis < klinis, dan 8,6% sampel memiliki diagnosis radiografis > klinis. Kesimpulan: Diperlukan dua alat diagnostik untuk menentukan tingkat keparahan periodontitis, yaitu secara klinis dan diikuti dengan pemeriksaan radiografis untuk menutupi limitasi dari masing-masing jenis pemeriksaan. Berdasarkan kesesuaian diagnosis yang signifikan, radiograf periapikal dapat digunakan untuk membantu diagnosis periodontitis.

Background: Radiographic information regarding bone loss plays an important role in determining periodontitis diagnosis. The AAP 2017 classification of periodontitis diagnosis uses CAL and the RBL that would result in a periodontitis diagnosis based on the severity and disease progression. Objectives: The study was aimed to compare the diagnosis based on a percentage of RBL and clinical diagnosis based on CAL. Methods: The cross-sectional study was conducted on 70 samples using CAL and percentage of RBL in proximal sites. Radiographic assessment was done by calculating the distance from CEJ to proximal bone defects and from CEJ to root tip. Result: The result of the Wilcoxon comparative test showed a statistically significant difference between clinical and radiographic diagnosis based on the AAP 2017 classification with p-value=0.003. The result showed that 64,3% had clinical diagnosis = radiographic diagnosis, 27,1% had a radiographic diagnosis < clinical diagnosis, and 8,6% had a radiographic diagnosis > clinical diagnosis. Conclusion: Two diagnostic tools are needed to determine the severity of periodontitis, clinically and followed by a radiographic examination to cover the limitations of each examination. Based on the significant accuracy of the diagnosis, the periapical radiograph can be used to assist in the periodontitis diagnosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0445
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
"Growth factor is a general term used to denote a class of naturally occuring proteins that function in the body to promote mitogenesis, directed migration and metabolic activity of cells. Growth factor to mediate repair and regeneration the periodontium. A combination of growth factor may more effectively stimulate these diverse processes of regeneration than single growth factor. Combination PDGF and IGF-I, significant amounts of newly formed bone and new cementum. PDGF and TGF beta are known to be abundant in the alfa granules of platelets. Currently the use of Palatelet Rich Plasma (PRP) into a bone graft combination showed a significant gain in periodontal regeneration. It is probable that it's used to promote periodontal regeneration."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Astrid Dinda Renata
"Interleukin 6 merupakan sitokin yang berperan penting dalam patogenesis periodontitis. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa polimorfisme promotor gen IL-6 berpengaruh terhadap kerentanan host terhadap penyakit periodontitis. Untuk mengetahui hubungan polimorfisme promotor gen IL-6 - 174G/C dengan tingkat keparahan periodontitis dilakukan penelitian menggunakkan 103 sampel DNA yang terdiri dari 23 kontrol sehat, 9 periodontitis ringan, 41 periodontitis sedang dan 30 periodontitis berat yang dianalisis dengan metode PCR-RLFP. Hasil penelitian ditemukan 100 genotip GG dan 3 genotip GC, tidak ditemukan genotip CC. Tes Kolmogorov-Smirnov menyatakan P=0,773 dan P=0.662 sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara polimorfisme promotor gen IL-6 -174G/C dengan tingkat keparahan periodontitis.

Interleukin 6 is a cytokine that plays a major role in the pathogenesis of periodontitis. Studies have shown that polymorphisms of IL-6 gene promoter affects host susceptibility to periodontitis. To evaluate the correlation of gene promoter polymorphism IL-6-174G/C with severity of periodontitis, 103 stored DNA samples consist of 23 healthy controls, 9 mild periodontitis, 41 moderate periodontitis and 30 severe periodontitis were analyzed by PCR-RLFP, resulting distribution of 100 GG genotypes, 3 GC genotypes, and CC genotype wasn?t found. Kolmogorov-Smirnov?s test was performed (P=0.773, P=0,662), concludes that there was no correlation between polymorphism promoter gen IL-6-174G/C with severity of periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vilia Wibianty
"Latar belakang: Populasi lanjut usia (lansia) Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Kerapuhan dan penyakit periodontal merupakan kondisi kronis yang umum terjadi pada populasi lansia. Keduanya juga diketahui memiliki kesamaan dalam beberapa faktor risiko yang ada. Keterbatasan individu lansia dalam merawat diri sendiri merupakan dasar dari hubungan kerapuhan lansia dengan kondisi kesehatan periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kerapuhan dengan status periodontal pada lansia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada subjek lansia berusia ≥60 tahun. Pemeriksaan tingkat kerapuhan menggunakan kuesioner kerapuhan berdasarkan resistensi, aktivitas, penyakit, usaha berjalan, dan kehilangan berat badan. Status periodontal yang diperiksa berupa skor plak, indeks kalkulus, bleeding on probing (BoP), jumlah gigi, dan stage periodontitis. Hasil Penelitian: Total 60 subjek penelitian dengan 46,6% subjek mengalami kerapuhan. Terdapat korelasi bermakna antara kerapuhan dengan skor plak, indeks kalkulus, BoP, jumlah gigi, dan stage periodontitis pada lansia (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada skor plak antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,000), pada BoP antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,003) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,003), serta pada jumlah gigi antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,011) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,023). Kesimpulan: Tingkat kerapuhan berhubungan dengan status periodontal pada lansia.

Background: Population of elderly in Indonesia is expected to continue to increase. Frailty and periodontal disease are chronic conditions that are common in the elderly population. Both are also known to have similarities in several existing risk factors. The limitations of elderly individuals in taking care of themselves are the basis of the relationship between frailty of elderly and periodontal health conditions. Objective: To analyze the relationship between frailty and periodontal status in the elderly. Method: This research is a cross-sectional study. Data collection was carried out on elderly subjects aged ≥60 years. Examination of frailty using a frailty questionnaire based on resistance, activity, disease, effort to walk, and weight loss. Periodontal clinical parameters examined were plaque score, calculus index, bleeding on probing (BoP), number of teeth, and stage of periodontitis. Results: A total of 60 research subjects with 46.6% of subjects experiencing frailty. There was a significant correlation between frailty and plaque score, calculus index, BoP, numbers of teeth, and stage of periodontitis in the elderly (p<0.05). There were significant differences in plaque scores between frail and normal subject groups (p=0.000), in the BoP between the frail and normal subject groups (p=0.003) and the pre-frail and frail subject groups (p=0.003), and in the number of teeth between the subject groups. frail to normal (p=0.011) and pre-frail subjects to frail (p=0.023). Conclusion: Frailty is associated with periodontal status in the elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Endo-perio lesion cound occur due to the close relationship between the pulp and the periodontium. Therefore, pulpal lesion could cause a periodontium lesion. To decide on an appropriate diagnosis, a thorough and careful examination needs to be done in order to determine the right treatment. Most of the endo-perio cases should be approached with a root canal treatment because the source of the lesion is in the canal and there is a possibility of healing of the periapical and periodontal ligament without surgical intervention. A report of a healing of an endo-perio case without surgical approach will be discussed."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Albert
"Latar Belakang: Hipersensitif dentin dipengaruhi oleh akumulasi plak pada permukaan gigi dan penetrasi bakteri pada tubulus dentin.
Tujuan: Menganalisis proporsi serotipe c Streptococcus mutans dan tingkat keasaman di dalam plak dan saliva penderita resesi gingiva yang hipersensitif dentin dengan penderita resesi gingiva yang non hipersensitif.
Metode: Tiga puluh enam sampel plak dan saliva dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok hipersensitif dan non hipersensitif. Dilakukan ekstrak DNA sampel, pengukuran pH sampel dan evaluasi amplifikasi serotipe c Streptococcus mutans dengan alat Real Time PCR.
Hasil: Proporsi serotipe c Streptococcus mutans di dalam plak dan saliva tidak berbeda pada penderita resesi gingiva dengan hipersensitif dentin maupun non hipersensitif,
Kesimpulan: Proporsi serotipe c Streptococcus mutans plak dan saliva tidak mempengaruhi hipersensitif dentin.

Background: dentin hypersensitivity is affected by the accumulation of plaque on the tooth surface and penetration of bacteria in the dentinal tubules.
Objective: To analyze the proportion of serotype c Streptococcus mutans and the level of acidity in plaque and saliva of patients with hypersensitive dentin and non hypersensitive.
Methods: Thirty-six plaque and saliva samples were divided into two groups: the hypersensitive and non-hypersensitive. Extract the sample DNA, measure the acidity levels and evaluate serotype c Streptococcus mutans amplification with Real Time PCR.
Results: The proportion of serotype c Streptococcus mutans in plaque and saliva is not significantly different in the patients with gingival recession both hypersensitive and non-hypersensitive.
Conclusions: The proportion of serotype c Streptococcus mutans in plaque and saliva are equally well both in hypersensitive and non hypersensitive cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>