Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Yuanithea
"ABSTRAK
Latar belakang: Terapi regeneratif periodontal GTR memiliki keterbatasan pada defek tulang alveolar satu dinding. Rekayasa jaringan menggunakan teknologi periodontal ligament cell sheet pada chitosan dengan kombinasi molekul adhesif Arginylglycyaspartic Acid RGD diharapkan dapat meningkatkan kadar periostin sebagai indikator regenerasi tulang. Tujuan: Mengevaluasi peningkatan kadar periostin pascaaplikasi RGD pada chitosan-periodontal ligament cell sheet PDLCS . Metode: Aplikasi chitosan-PDLCS dengan penambahan RGD n=3 dan tanpa RGD n=3 pada defek tulang satu dinding yang dibuat pada insisif lateral M. nemestrina. Sampel CKG dikumpulkan setiap minggu selama empat minggu dan disimpan dalam suhu -80 C. Analisis kadar protein menggunakan perangkat ELISA Human POSTN Elabscience. Hasil: Terdapat peningkatan kadar periostin pascaaplikasi RGD pada PDLCS dibandingkan kelompok non-RGD pada minggu pertama dan kedua, dan penurunan kadar periostin pada minggu ketiga dan keempat dengan perbedaan bermakna pada minggu kedua dan keempat p.

ABSTRACT
Background Periodontal regenerative therapy has limitations on one wall alveolar bone defect. Tissue engineering using periodontal ligament cell sheet on chitosan addition of adhesive molecule Arginylglycyaspartic Acid RGD is expected to increase periostin levels as an indicator of bone regeneration. Objective To see levels of periostin post application of RGD on chitosan periodontal ligament cell sheet PDLCS . Method Application of chitosan PDLCS with addition of RGD n 3 and without RGD n 3 on one wall bone defect made on the lateral incisor of M. nemestrina. The CKG sample was collected weekly for four weeks and stored at 80 C. Analysis of protein content using ELISA Human POSTN Elabscience. Results Periostin level was increased in RGD PDLCS compared to non RGD groups in the first and second weeks, and decreased periostin levels in the third and fourth weeks with significant differences in second and fourth weeks p "
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelia Melia Tjokrovonco
"Latar belakang: Terapi regeneratif pada kerusakan tulang vertikal telah memberikan hasil yang memuaskan, tetapi kerusakan horizontal masih menjadi tantangan bagi klinisi.
Tujuan Penelitian: Mengevaluasi penggunaan kitosan, kitosan RGD, dan kombinasi PDL cell sheet terhadap peningkatan densitas radiografis tulang alveolar dengan kerusakan tulang horizontal
Metode dan Bahan: Total sampel berjumlah 16 yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kitosan, kitosan RGD, kitosan PDL cell sheet, dan kitosan RGD PDL cell sheet. Evaluasi radiografis dilakukan empat minggu setelah bedah regeneratif.
Hasil: Hasil substraksi densitas radiograf tulang alveolar kelompok kitosan 7,31 10,27; kitosan RGD 16,70 13,17; kitosan PDL cell sheet 19,34 21,46; kitosan RGD PDL cell sheet 21,97 7,85.
Kesimpulan: Penggunaan kitosan, kitosan RGD, kitosan dan PDL cell sheet, serta kitosan RGD dan PDL cell sheet memiliki potensi meningkatkan densitas tulang alveolar.

Background: Regenerative therapy in vertical bone defect has been shown to be satisfactory, but horizontal defect remains a challenge for clinicians.
Objective: Evaluate the use of chitosan, chitosan RGD, and combination of PDL cell sheet to increase radiographic density of alveolar bone with horizontal bone defect.
Method and Material: Total samples were 16 and divided into four treatment groups Chitosan, Chitosan RGD, Chitosan PDL cell sheet, and Chitosan RGD PDL cell sheet. Radiographic evaluation was performed four weeks after regenerative surgery.
Result: Alveolar bone radiograph density substraction in chitosan group is 7,31 10,27 chitosan RGD group is 16,70 13,17 chitosan PDL cell sheet group is 19,34 21,46 chitosan RGD PDL cell sheet group is 21,97 7,85.
Conclusions: Chitosan, chitosan RGD, chitosan PDL cell sheet, and chitosan RGD PDL cell sheet application have potential to increase the bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazzla Camelia Maisarah
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menganalisis penyembuhan jaringan periodontal sesudah flep dengan aplikasi PRF dan cangkok tulang serta PRF saja. Metode: Empat belas sampel Periodontitis kronis dibedah flep dan diamati perbaikan status periodontal 3 dan 6 bulan paska flep. Hasil: Perbaikan tingkat perlekatan kelompok PRF dan cangkok tulang lebih baik dari kelompok PRF. Tidak ada perbedaan poket dan perdarahan gingiva yang lebih baik pada PRF dan cangkok tulang dibandingkan PRF. Kesimpulan: Ada perbedaan perbaikan tingkat perlekatan serta tidak ada perbedaan perbaikan poket dan perdarahan gingiva antara PRF dan cangkok tulang dibandingkan dengan PRF saja.

ABSTRACT
This study is to analyze periodontal tissue healing after flap using platelet rich fibrin and bonegraft and PRF only. Methode: Fourteen samples with chronic periodontitis were treated by flap and the periodontal status were evaluated at 3 and 6 month after treatment. Result: Attachment level healing in PRF and bonegraft is better than PRF group. Pocket depth and bleeding on probing were not better in PRF and bonegraft than PRF. Conclusion: There is a difference on attachment level and there are no difference on pocket and bleeding on probing between both of group."
2013
T32922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Annisa Sophia
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempersulit pembersihan gigi karena komponen alat ortodonti cekat mampu melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis. Akibat dari buruknya oral hygiene, lingkungan rongga mulut dapat berisiko mengalami kondisi patologis pada jaringan periodontal, salah satunya periodontitis kronis. Tujuan penelitian: Mengetahui evaluasi gigi geligi yang mengalami periodontitis kronis pada kasus pemakai alat ortodonti cekat. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif pada 76 subjek yang mengalami periodontitis kronis serta memakai alat ortodonti cekat, menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2008-2017. Hasil: Frekuensi periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah (51,3%), khususnya regio rahang bawah posterior (28,1%). Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif (31,3%), khususnya elemen gigi 11 (4,6%). Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal (32,6%). Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal (32,6%). Kesimpulan: Periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah, khususnya regio rahang bawah posterior. Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif, khususnya elemen gigi 11. Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal. Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal.

ABSTRACT
Background: Usage of fixed orthodontic appliances could cause difficulty on oral cleansing because its components could protect dental plaque from mechanical cleansing. The consequence of bad oral hygiene leads to an oral environment that could be at risk for pathological conditions in periodontal tissues, such as chronic periodontitis. Objective: To understand the dental evaluation of chronic periodontitis in cases of fixed orthodontic patients. Method: This retrospective descriptive study was conducted on 76 subjects that have chronic periodontitis and also using fixed orthodontic appliances, by using medical records of Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI in period of 2008 - 2017. Result: The frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in the mandibular teeth (51.3%), especially the posterior mandibular region (28.1%). The group of teeth with the highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances was the incisors (31.3%), especially the 11 tooth element (4.6%). The side with highest frequency of periodontal pocket and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the distal side (32.6%). The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the buccal side (32.6%). Conclusion: Chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in mandibular teeth, especially the posterior mandibular region. The group of teeth with highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontics is the incisor tooth group, especially the 11 tooth element. The side with highest frequency of periodontal pockets and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the distal side. The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the buccal side."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Generally the signs and symptoms of advances periodontal disease are periodontal pockets formation to alveolar bone defect. Bone defect treated with placement a preparation material to promote new bone formation. Tissue transplantation were developed to reconstruct bone defect with the placement of bone graft material. This paper will discussed the used of demineralized freeze dried bone allograft (DFDBA) and anorganic bone mineral combined with synthetic 15 amino acid sequence within type 1 collagen (PepGen P-15), the potential healing of bone defect to enhance the optimum treatment of periodontal disease."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"

Bila dilihat semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi (Stovia) di Surabaya tahun 1928 maka adanya 2 Guru Besar bidang Periodontologi akan terasa amat langka apalagi bila dibandingkan dengan jumlah dokter gigi yang ada < 10.000 dokter gigi) serta penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa. Selama hampir 69 tahun baru ada 2 Guru Besar, namun bila dilihat dart berkembangnya Ilmu ini, maka cabang ilmu Kedokteran Gigi ini merupakan cabang ilmu yang retatif masih baru dikembangkan yaitu sejak tahun 1960. Kelangkaan itu ditambah dengan banyaknya dokter gigi yang kurang berminat masuk di bagian ini, karena secara finanslil dianggap kurang menguntungkan. Kalau Prof. Aryatmo mengatakan bahwa ahli Blologi Kedokteran sama dengan ahli "perkodokan" maka di kalangan dokter gigi menganggap bahwa ahli di bidang Periodontologi sama dengan ahli "perjigongan" (istilah Surabaya ahli "pergudalan"). Namun dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para dokter gigi sudah menyadari akan pentingnya ilmu ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya dokter gigi yang mengambil spesialis bidang periodontologi baik dari kalangan ABRI, Depkes maupun kalangan pendidikan.

Hadirin yang saya hormati

Selama kebanyakan masyarakat hanya mengenal cabut gigi, tambal gigi, gigi palsu dan akhir-akhir ini mulai populer meratakan gigi (ortodonsi) yang oleh kebanyakan remaja sering digunakan untuk menunjukkan status sosial dari orang tuanya karena harganya yang cukup aduhai mahalnya.

Lalu apakah sebenarnya Periodontologi itu ?

Periodontologi yang berasal dad kata Per yang artinya pinggir/sekeliling, odont yang berarti gigi, logi = logos yang berarti ilmu. Jadi Periodontologi adalah ilmu (cabang ilmu kedokteran gigi) yang mempelajari pengetahuan dari jaringan sekitar gigi yang.terdiri dari jaringan gusi, tulang penyangga gigi, jaringan ikat di sekitar gigi dalam keadaan sehat dan sakit, sekaligus melakukan cara pencegahan dan perawatan penyakitnya. Untuk selanjutnya penyakit ini disebut "penyakit periodontal".

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa penyakit periodontal ditandai dengan terjadinya kerusakan tulang dan dalam keadaan lanjut gigi menjadi goyang. Terjadinya kegoyangan gigi sering kurang diperhatikan oleh masyarakat karena tidak disertai rasa sakit. Kegoyangan gigi yang tidak/kurang diperhatikan maka lama-kelamaan akan lepas dengan sendirinya.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0448
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Nauli Komala
"

Pendahuluan: Periodontitis berasal dari hasil interaksi antara biofilm bakteri dan respon imun pejamu. Treponema denticola merupakan salah satu bakteri yang paling banyak terdeteksi pada pasien dengan periodontitis kronis. Matrix metalloproteinase-8 merupakan faktor pejamu yang penting yang terlibat dalam patogenesis penyakit periodontal, yang merupakan MMP kolagenolitik. Tujuan: untuk mengevaluasi proporsi bakteri T. denticola, ekspresi mRNA MMP-8, dan parameter klinis pada pasien periodontitis sebelum dan setelah skeling dan penghalusan akar (SPA) serta korelasi antara perubahan bakteri T. denticola dan ekspresi mRNA MMP-8 dengan parameter klinis.  Metode: Cairan krevikular gingiva dari 6 pasien periodontitis kronis yang tidak dirawat dan 1 subjek sehat diambil untuk menganalisa bakteri T. denticola dan ekspresi mRNA MMP-8 dengan quantitative polymerase chain reaction. Treponema denticola, ekspresi mRNA MMP-8, dan parameter klinis (kedalaman poket, indeks perdarahan gingiva, dan kehilangan perlekatan klinis) diperiksa sebelum dan 1 bulan setelah SPA. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan transkripsi mRNA, proporsi bakteri, kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis, dan indeks perdarahan gingiva sebelum dan setelah SPA. Uji Spearman digunakan untuk mengetahui korelasi antara T. denticola dan ekspresi mRNA MMP-8 dengan parameter klinis. Hasil: Pengurangan yang signifikan terlihat pada parameter klinis (P<0,05), meskipun perbedaan T. denticola dan eskprsi mRNA MMP-8 tidak signifikan (P>0,05). Hubungan yang positif terlihat antara perubahan proporsi bakteri T. denticola dengan perubahan indeks perdarahan gingiva (r = 0,029; P>0,05) dan perubahan ekspresi mRNA MMP-8 dengan perubahan indeks perubahan gingiva (r = 0,023; P>0,05). Kesimpulan: Terapi non bedah menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam parameter klinis tetapi tidak pada jumlah bakteri T. denticola dan eskpresi mRNA MMP-8 serta korelasi yang tidak signifikan antara T. denticola dan mRNA MMP-8 dengan parameter klinis.  


Background: Periodontitis results from an outcome of interaction between bacterial biofilms and host immune response. Treponema denticola are one of the most common bacteria detected in patients with chronic periodontitis. Matrix metalloproteinase-8 (MMP-8) is an important host factor involved in the pathogenesis of periodontal diseases, which is the main collagenolytic MMP. Purpose: To evaluate the amount of Treponema denticola, MMP-8 mRNA expression and clinical parameters in periodontitis patient before after scaling and root planning (SRP) and correlation between clinical parameters and proportion of T. denticola and mRNA expression level of MMP-8. Methods: GCF from 6 untreated chronic periodontitis patients and 1 healthy subject were sampled and assessed for the T. denticola, MMP-8 mRNA expression by quantitative polymerase chain reaction (q-PCR). Treponema denticola, MMP-8 mRNA expression and clinical parameters which were pocket depth, papillary bleeding index, and clinical attachment loss were assessed 1 month before and after scaling. Wilcoxon test was used to compare the mRNA transcription level, amount of bacteria, pocket depth, clinical attachment loss and papillary bleeding index before and after SRP. Spearman test was used to correlate clinical parameter and change of proportion of T. denticola and mRNA expression level of MMP-8. Results: A significant reduction in the clinical parameters was noted after SRP than before it (P< 0.05), although the difference of T. denticola and MMP-8 mRNA expression was not significant (P> 0.05). A positive relationship was seen between changes in the proportion of T. denticola bacteria with changes in the gingival bleeding index (r = 0.029; P> 0.05) and changes in MMP-8 mRNA expression with changes in the gingival change index (r = 0.023; P> 0.05). Conclusion: Non-surgical therapy resulted in a significant improvement in clinical parameters but not the proportion of T. denticola and mRNA expression level of MMP-8 and insignificant correlation between T. denticola and MMP-8 mRNA with clinical parameters.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Sutrisno
"Endodontik merupakan cabang dalam ilmu Kedokteran Gigi yang banyak menangani kasus penyakit pulpa dan peri-apek yang merupakan kelanjutan dari penyakit pulpa itu sendiri. Seperti pada umumnya kasus-kasus kepenyakitan yang lain penderita datang pada keadaan sakit akut yang hebat dengan penyakit pulpa yang tidak dapat kita selamatkan vitalitasnya lagi. Hal itu terjadi karena daya regenerasi pulpa amat minim. Rasa sakit pada kasus endodontik merupakan dasar dari penderita untuk datang dirawat dengan maksud untuk dihilangkan atau dikurangi rasa sakit yang diderita. Dalam makalah ini kami akan sedikit membahas tentang rasa sakit pulpa dengan penanganannya yang selalu dan banyak dijumpai dalam perawatan endodontik."
[Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Astrid Dinda Renata
"Interleukin 6 merupakan sitokin yang berperan penting dalam patogenesis periodontitis. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa polimorfisme promotor gen IL-6 berpengaruh terhadap kerentanan host terhadap penyakit periodontitis. Untuk mengetahui hubungan polimorfisme promotor gen IL-6 - 174G/C dengan tingkat keparahan periodontitis dilakukan penelitian menggunakkan 103 sampel DNA yang terdiri dari 23 kontrol sehat, 9 periodontitis ringan, 41 periodontitis sedang dan 30 periodontitis berat yang dianalisis dengan metode PCR-RLFP. Hasil penelitian ditemukan 100 genotip GG dan 3 genotip GC, tidak ditemukan genotip CC. Tes Kolmogorov-Smirnov menyatakan P=0,773 dan P=0.662 sehingga disimpulkan tidak terdapat hubungan antara polimorfisme promotor gen IL-6 -174G/C dengan tingkat keparahan periodontitis.

Interleukin 6 is a cytokine that plays a major role in the pathogenesis of periodontitis. Studies have shown that polymorphisms of IL-6 gene promoter affects host susceptibility to periodontitis. To evaluate the correlation of gene promoter polymorphism IL-6-174G/C with severity of periodontitis, 103 stored DNA samples consist of 23 healthy controls, 9 mild periodontitis, 41 moderate periodontitis and 30 severe periodontitis were analyzed by PCR-RLFP, resulting distribution of 100 GG genotypes, 3 GC genotypes, and CC genotype wasn?t found. Kolmogorov-Smirnov?s test was performed (P=0.773, P=0,662), concludes that there was no correlation between polymorphism promoter gen IL-6-174G/C with severity of periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>