Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74593 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Sari Wijaya
"ABSTRAK
A PILOT STUDY : EFEKTIVITAS KAPSUL EKSTRAK RUMPUT MUTIARA HEDYOTIS CORYMBOSA L. LAMK. TERHADAP PASIEN OSTEOARTHRITIS USIA LANJUT Nita Sari Wijaya1, Anton Bahtiar1, Katrin11 Faculty of Pharmacy, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424Email : anton.bahtiar@gmail.com, yenlinita@gmail.com ABSTRAK Ekstrak Rumput Mutiara Hedyotis corymbosa mengandung senyawa polifenol dan flavonoid secara preklinis terbukti memiliki aktivitas untuk mengobati osteoarthritis dan arthritis reumatik dengan bantuan model hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas ekstrak rumput mutiara pada penderita osteoarthritis usia lanjut. Penelitian ini merupakan uji klinis fase 2, dengan metode double blind randomized control trial, telah disetujui oleh komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesiadengan subyek yang memenuhi kriteria seperti berusia lebih dari 50 tahun, memiliki tanda dan gejala osteoarthritis, tidak memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal, serta tidak memiliki penyakit berat lainnya. Kapsul Ekstrak Rumput Mutiara diberikan satu kali sehari selama 8 minggu dan diberikan natrium diklofenak 50 mg dua kali sehari bila dirasakan nyeri dan dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah terapi melalui pemeriksaan laboratorium dan roentgen, dan dilakukan pengawasan selama satu minggu serta evaluasi selama dua minggu menggunakan skala WOMAC dan VAS, serta penilaian efek yang timbul selama pemberian terapi. Subyek penelitian berusia 59.65 7.11 tahun dan pemberian kapsul ekstrak rumput mutiara tidak mempengaruhi fungsi ginjal maupun hati dalam pemakaian selama 8 minggu dan pemberian kapsul ekstrak rumput mutiara menurunkan nyeri yang dialami oleh peserta yang dinilai menggunakan skala VAS, WOMAC, dan pengurangan konsumsi diklofenak, dimana secara statistik, di dapatkan hasil bahwa pemberian ekstrak rumput mutiara berbeda signifikan saat sebelum dan sesudah pemberian p

ABSTRACT
A PILOT STUDY EFFECTIVENESS OF PEARL GRASS EXTRACT CAPSULES HEDYOTIS CORYMBOSA L. LAMK. ON GERIATRIC PATIENTS WITH OSTEOARTHRITIS Nita Sari Wijaya1, Anton Bahtiar1, Katrin11 Faculty of Pharmacy, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424Email anton.bahtiar gmail.com, yenlinita gmail.com ABSTRACT Pearl Grass Hedyotis corymbosa , contain a lot of flavonoid and polyphenol compounds that can be used to cure inflammatory diseases. On preclinical trial, pearl grass have been proven can cure osteoarthritis and rheumatoid arthritis on animals model. This study is to evaluate effectiveness of pearl grass extract on elderly patients with osteoarthritis. This is was clinical trial second phase, with double blind randomized control trial methods, and have been approved by ethics committee from Faculty of Medicine University of Indonesia with inclusion criteria, patients more than 50 years old, with sign and symptoms of osteoarthritis, doesn rsquo t have liver and renal insufficiently, and doesn rsquo t have another severe diseases and patients also already signed the informed consents before join this study. Capsules contains pearl grass extract and placebo have been given once daily everyday for 8 weeks and the participants also given sodium diclofenac 50 mg twice daily as emergency relief. Laboratory evaluation have been provided and x ray evaluation also have been provided before and after treatment to assess the improvement of the diseases. We also evaluated participants every weeks and assessed every two weeks with WOMAC and VAS scale, and effect that occurred in this treatment. Results of this study is, pearl grass extract was safe to consumed based on liver and renal function. Pearl grass extract effective to reduce pain using VAS and WOMAC scale p"
2018
T49560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Audina Putri
"Osteoarthritis merupakan penyakit kronis jangka panjang yang melibatkan penipisan kartilago pada persendian yang menyebabkan pergesekan tulang sehingga mengakibatkan kekakuan, nyeri, dan gangguan pada pergerakan tubuh. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) telah terbukti secara empiris untuk mengobati inflamasi. Tanaman ini mengandung flavonoid yang telah dilaporkan sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas yang juga dapat menimbulkan efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek antiinflamasi dan pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) terhadap perubahan proteoglikan pada sendi tikus jantan model osteoarthritis yang diinduksi natrium iodoasetat. Parameter tersebut ditinjau dari volume udem lutut tikus dengan pletismometer dan histopatologi kartilago dengan pewarnaan safranin-o dan fast green. Penelitian ini dilakukan pada 30 tikus jantan Sprague dawley, terbagi dalam 6 kelompok. Kelompok-kelompok tersebut diinduksi pada hari ke-1 dengan natrium iodoasetat secara intrartikular, kecuali kontrol normal yang diinduksi larutan salin. Bahan uji diberikan secara oral pada hari ke 29 sampai 50 pada kontrol positif (glukosamin dan kondroitin sulfat) dan tiga kelompok dosis (ekstrak etanol 70% rumput mutiara), yaitu 780; 5,625; 11,25; 22,5 mg/200 g BB. Pengukuran volume udem lutut tikus dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 36, 43, 50. Histopatologi kartilago dilakukan pada hari ke-28 dan setelah perlakuan berakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis memiliki efek antiinflamasi dan meningkatkan proteoglikan secara bermakna. Dosis II (11,25 mg/200 g BB) merupakan dosis terbaik. Hasil ini menunjukkan bahwa rumput mutiara dapat diteliti lebih lanjut sebagai pengobatan osteoarthritis.

Osteoarthritis is a chronic long term disease that involves degradation cartilage in joint causing bone friction and leading to stiffness, pain, and disruption in the movement of body. Pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) is often used in inflammation therapy in herbal medicine. This plant contains flavonoid, a group of antioxidants and radical scavenging that have anti-inflammatory effect. This study is aimed to analyze the anti-inflammatory effect and the effect of 70% ethanolic extract of pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) on proteoglycan changes in joint of osteoarthritis rats model induced by monosodium iodoacetate. The parameters evaluated were the edema volumetric measurements of rats’ knee using pletismometer and cartilage histopatology stained with safranin-o and fast green. This study used 30 male white Sprague dawley rats which were, divided into 6 groups. These groups were induced on day-1 with monosodium iodoacetate by intraarticular injection, except normal group were induced by saline solution. Test materials were administered orally once daily on days 29 through 50 to positive group (glucosamine and chondroitin sulfate) and 3 doses groups (70% ethanolic extract of pearl grass), with 780; 5,625; 11,25; 22,5 mg/200 g BW. Edema volumetric measurements of rats’ knee were performed on days-7, 14, 21, 28, 38, 43, 50. Cartilage histopatology were performed on days-28 and after treatment was ended. The results showed that the extract of pearl grass with some variations of given dose have anti-inflammatory effect and have been able to increase proteoglycan significantly. Dose II (11,25 mg/200 g BW) is the best result. Overall, these results indicate that pearl grass can be further investigated as a treatment for osteoarthtiris."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek antiinflamasi ekstrak etanol 70% rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) ditinjau dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi complete freund's adjuvant (CFA) menggunakan pletismometer dan pengaruhnya terhadap peningkatan kadar kalsium serum darah tikus yang diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Sebanyak 36 tikus jantan galur Sprague Dawley dibagi menjadi 6 kelompok. Seluruh tikus diinduksi dengan 0,1 ml complete freund's adjuvant (CFA) secara subplantar pada hari ke-1 kecuali tikus pada kelompok kontrol normal hanya diinduksi larutan salin pada telapak kaki kiri. Pada hari ke-2 sampai hari ke-28 diberikan bahan uji sesuai kelompok perlakuan secara oral. Kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol negatif diberikan CMC 0,5%, kelompok dosis 1, 2, dan 3 diberikan ekstrak rumput mutiara dengan dosis bervariasi, berturut-turut, 28,06; 63,13; dan 142,04 mg/200 g bb tikus disuspensikan dalam CMC 0,5%, dan kelompok kontrol positif diberikan suspensi natrium diklofenak dalam CMC 0,5%. Penurunan udem pada kaki tikus diamati pada hari ke-1, 7, 14, 21, dan hari ke-28. Kadar kalsium serum darah diukur pada hari ke-28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% rumput mutiara belum memperlihatkan efek antiinflamasi tetapi memiliki efek meningkatkan kadar kalsium serum darah pada tikus model rheumatoid arthtritis.

This study aims to analyze the antiinflammatory effects of 70% ethanolic extract of pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) In terms of reduction in edema volume induced rat foot complete freund's adjuvant (CFA) using pletismometer and its effect on serum calcium levels increase in rat blood measured by atomic absorption spectrophotometer. A total of 36 Sprague Dawley strain male rats were divided into 6 groups. Whole mice induced with 0.1 ml of complete Freund's adjuvant (CFA) in subplantar on day-1 mice in the control group except normal saline was induced only in the left foot. On day 2 to day-to-28 administered the test substance orally according to treatment group. Normal control group and the negative control group given 0.5% CMC, the doses of 1, 2, and 3 are given seaweed extract pearls with varying doses, respectively, 28.06; 63.13, and 142.04 mg/200 g bb mice were suspended in 0.5% CMC, and the positive control group given a suspension of sodium diclofenac in 0.5% CMC. Decrease in edema in the rat foot was observed on day 1, 7, 14, 21, and day-to-28. Blood serum calcium levels were measured on day 28. The results showed that 70% ethanolic extract of pearl grass has not shown anti-inflammatory effects but have the effect of increasing blood serum levels of calcium in the rat model of rheumatoid arthritis. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42933
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha S.M.U.
"Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) telah terbukti secara empiris untuk mengatasi berbagai gejala inflamasi kemudian sitokin inflamasi yang dihasilkan dapat menyebabkan pembentukan dan aktivasi osteoklas sehingga terjadi risiko resorpsi tulang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah osteoklas setelah pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara ditinjau dari histologi tulang calcaneus tikus dengan volume udem telapak kaki tikus menggunakan pletismometer sebagai parameter pendukung.
Penelitian ini menggunakan modifikasi metode adjuvant-induced arthritis, dilakukan pada 36 tikus jantan, terbagi dalam 6 kelompok. Kelompok-kelompok tersebut diinduksi pada hari ke-1 dengan Complete Freund?s Adjuvant secara subplantar, kecuali kontrol normal yang diinduksi larutan salin. Bahan uji diberikan secara oral pada hari ke-2 sampai 28 pada tiga kelompok dosis, yaitu 28,06 mg/200 g BB; 63,13 mg/200 g BB; dan 142,04 mg/200 g BB. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke-1, 7, 14, 21, 28. Pembuatan histologi dilakukan setelah perlakuan berakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis tidak berefek menurunkan volume udem secara bermakna, tetapi dosis 63,13 mg/200 g BB merupakan dosis terbaik yang dapat menurunkan jumlah osteoklas tulang secara bermakna. Hasil ini menunjukkan bahwa rumput mutiara dapat diteliti lebih lanjut sebagai pengobatan artritis reumatoid, terutama pencegahan terjadinya resorpsi tulang berlebihan.

Pearl grass (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) has been empirically proven to decrease the various symptoms of inflammation then inflammatory cytokines produced may lead to osteoclasts formation and activation that leading to the risk of excessive bone resorption. This study aimed to determine the number of osteoclasts after administration of pearl grass 70% ethanolic extract in terms of rats calcaneus bone histology with paw edema volume using pletismometer as supporting parameter.
This study used a modified method of adjuvant-induced arthritis, conducted on 36 male rats, divided into 6 groups. These groups were induced on day-1 with Complete Freund?s Adjuvant by subplantar injection, except normal control. Each group was administered orally on days 2 until 28 with 28.06 mg/200 g BW, 63.13 mg/200 g BW, and 142.04 mg/200 g BW doses. Paw volume measurements performed on day 1, 7, 14, 21, 28. Histology was processed after treatment ended. All of doses could not significantly reduce the edema volume, but 63.13 mg/200 g BW dose is the best dose that can decrease the bone osteoclast significantly.
These results indicate that the pearl grass can be further investigated as a treatment for rheumatoid arthritis, especially for the prevention of excessive bone resorption.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42951
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Datunsolang, Natasya Linsie Corona
"Osteoartritis (OA) adalah penyakit persendian pada lutut dan berkaitan dengan kerusakan kartilago dan menyebabkan nyeri. Rumput mutiara adalah salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan dapat digunakan untuk mengobati nyeri. Penelitian ini menggunakan suspensi ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan 3 variasi dosis yaitu dosis 1 (5,625 mg/200 g BB), dosis 2 (11,25 mg/200 g BB) dan dosis 3 (22,5 mg/200 g BB) yang diberikan secara oral pada tikus jantan galur Sprague dawley. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek antiinflamasi terhadap perubahan jumlah proteoglikan pada sendi lutut kiri setelah diberikan rumput mutiara kemudian diinduksi natrium iodoasetat. Hewan uji sebanyak 30 ekor dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif (glukosamin dan kondroitin sulfat), dosis 1, dosis 2 dan dosis 3. Hewan uji diinduksi dengan 0,025 ml natrium iodoasetat secara intraartikular dengan waktu pengamatan selama 8 minggu. Parameter yang digunakan adalah pengukuran volume udem pada hari ke-0, 7, 14, 21, 29, 36, 43 dan 50 dan pengamatan histopatologi tulang pada hari ke-21 dan 50 menggunakan pewarna 1% Safranin O dan 0,02% Fast Green. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% rumput mutiara memiliki efek antiinflamasi pada pengamatan histopatologi lutut hewan uji dan volume udem pada hari ke-29. Dosis optimum ekstrak etanol 70% rumput mutiara sebagai antiinflamasi adalah dosis 2 (11,25 mg/200 g BB).

Osteoarthritis (OA) is the joint disease that related with articular cartilage damage and causes significant pain. Pearl grass is plant that has an antiinflammation effect and it can be used to treat pain. This study used 70% Ethanolic exctract of pearl grass with 3 doses variance such as doses 1 (5,625 mg/200 g BW), doses 2 (11,25 mg/200 BW), and doses 3 (22,5 mg/200 BW) that is given Sprague dawley strain male rates in oral. This study aims to analyze the antiinflammatory effects of 70% Ethanolic exctract of pearl grass on proteoglycan changes in joint of OA rats model. The total of 30 rats divided into 6 groups that is normal group, negative group, positive group (glucosamine-chondroitin sulfate) and 3 treatment groups. Rats male induced with 0,025 ml monosodium iodoacetate (MIA) in intraarticular for 8 weeks. The parameter of this study is edema volumetric measurement using plestimometer and cartilage histology in day-0, 7, 14, 21, 29, 36, 43 and 50 using 1% Safranin O and 0,02% Fast Green staining. The results showed that 70% Ethanolic exctract of pearl grass has antiinflammatory effects in day-29 of changing proteoglycan in joint of OA rats model and edema volumetric. The optimum dose of antiinflammatory effect was dose 2 (11,25 mg/200 g BW)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Andriani
"Artritis reumatoid merupakan penyakit otoimun yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Rumput mutiara sering digunakan dalam terapi inflamasi dalam praktik pengobatan herbal, tetapi belum banyak data yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% rumput mutiara diamati dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi Complete Freund's Adjuvant (CFA) serta pengaruhnya terhadap sistem imun diamati dari jumlah leukosit, limfosit serta granulosit. Penelitian ini menggunakan 36 tikus putih jantan galur Sprague-Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal dan kontrol induksi, keduanya diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol diklofenak diberikan suspensi natrium diklofenak 1 mg/200 g bb tikus, kelompok variasi dosis diberikan ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis berturut-turut, 28,06 mg; 63,14 mg; dan 142,07 mg/200 g bb tikus. Semua kelompok diinduksi dengan 0,1 ml CFA pada hari ke-1 kecuali kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-2 sampai 28. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke-7, 14, 21 dan 28 setelah induksi, dan penghitungan jumlah leukosit, limfosit dan granulosit dilakukan pada hari ke-14 dan 28. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis yang diberikan belum mampu menurunkan volume udem, tetapi mampu menurunkan jumlah leukosit, limfosit serta granulosit secara signifikan pada kelompok dosis 142,07 mg/200 g bb.

Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease characterized by chronic inflammation in the joints. Pearl grass are often used in inflmamation therapy in the practice of herbal medicine, but not a lot of data that support. This study aimed to determine the anti-arthritic effect of 70% ethanolic extract of pearl grass in terms of reduction in edema volume on rat foot induced by Complete Freund's Adjuvant (CFA) and its influence on the immune system in terms of the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes. This study used 36 male white rats Sprague-Dawley strain, were divided into 6 groups. Normal control and induction control group, both given 0.5% CMC, the diclofenac control group given a suspension of sodium diclofenac 1 mg/200 g bw, the dose variation is given by the variation of pearl grass extract consecutive doses, 28,06 mg; 63,14 mg; dan 142,07 mg/200 g bw. All the groups induced with 0,1 ml of CFA on day-1 except for the normal controls. Test material administered orally once daily on days 2 through 28. Foot-pad volume measurements performed on days 7, 14, 21 and 28 after induction, and the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes counted on day 14 and 28. The results showed that the extract of pearl grass with a given dose variations have not been able to reduce the volume of edema, but can decrease leukocytes, lymphocytes and granulocytes in a significant at 142,07 mg/200 g bw dose groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42330
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Arum Sari
"Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Berdasarkan penelitian sebelumnya, rumput mutiara memiliki efek sebagai antiinflamasi dalam praktik pengobatan herbal, tetapi belum banyak data yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek preventif dan kuratif ekstrak etanol 70% rumput mutiara terhadap sistem imun yang ditandai dengan penurunan jumlah sel darah putih, yaitu leukosit, limfosit, dan granulosit. Penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan, yaitu pembuatan tikus model osteoartritis, kemudian pemberian ekstrak rumput mutiara secara preventif dan kuratif secara bersamaan. Pada perlakuan preventif dan kuratif, digunakan masing-masing 30 tikus putih jantan galur Sprague dawley dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok normal diberikan CMC 0,5%, kelompok negatif diberikan 0,025 mL natrium iodoasetat dalam salin 0,9%, kelompok positif diberi suspensi glukosamin kondroitin 520 mg/ 200 g bb untuk preventif, dan 780 mg/ 200 g bb. Kelompok dosis diberikan ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis berturut-turut 5,62 mg; 11,25 mg; dan 22,5 mg. Semua kelompok diinduksi 0,025 mL natrium iodoasetat kecuali kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-1 hingga 50 secara preventif, dan diberikan pada hari ke-29 hingga 50 secara kuratif. Pengukuran jumlah leukosit, limfosit dan granulosit dilakukan pada hari ke-14, 28 dan 49. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara secara preventif (dosis 2= 11,25 mg/ 200 g bb) dan kuratif (dosis 1= 5,62 mg/ 200 g bb) mampu menurunkan jumlah leukosit dan limfosit secara bermakna.

Osteoarthritis is a degenerative disease characterized by chronic inflammation in the joints. Based on previous research, pearl grass has anti-inflammatory effects in the practice of herbal medicine, but doesn?t have a lot of data to support. This study aimed to analyze the preventive and curative effects of the 70% ethanolic extract of pearl grass on the immune system characterized by decreasing number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes. This study is divided into two stages, there are making rat model of osteoarthritis, and analyze the effect preventive and curative extract of pearl grass on the immune system. This study used 30 male white Sprague Dawley rats were divided into 6 groups. The normal group was given 0,5% CMC, the negative group was given 0,025 mL of monosodium iodoacetate in 0,9% saline, positive group was given suspension of glucosamine chondroitin 520 mg/200 g BW for preventive and 780 mg/200 g BW for curative. The dose variation was given 70% ethanolic extract of pearl grass with 3 dose variation 5,62 mg/ 200 g BW; 11,25 mg/ 200 g BW; and 22,5 mg/ 200 g BW. All groups were induced by 0,025 mL of monosodium iodoacetate except normal group. The test material is given orally once daily on days 1 to 50 in preventive , and given on days 29 to 50 are curative. Measurement of the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes counted on day 14, 28 and 49. The best results showed that the effect preventive (dose 2 = 11,25 mg / 200 g BW) and curative (dose 1 = 5,62 mg / 200 g BW) extract of pearl grass were able to decrease the number of leukocytes and lymphocytes significantly."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Permawati
"Di Indonesia, daun Babandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) (EAC) dan herba Rumput Mutiara (Oldenlandia corymbosa L.) (EOC) telah digunakan secara empiris turun-temurun untuk mengobati penyakit sendin dengan cara ditumbuk kemudian dioleskan. Kuersetin (KU) dan asam ursolat (AU) yang merupakan zat aktif di dalam ekstrak tersebut memiliki aktivitas antiinflamasi pada hewan model yang diinduksi osteoartritis. Di dalam penelitian ini, kombinasi ekstrak babandotan dan rumput mutiara serta kombinasi kuersetin dan asam ursolat diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi sehingga memiliki karakteristik fisik yang baik serta dapat menghambat proses inflamasi dan dapat digunakan sebagai obat osteoartritis. Sebanyak 50 (lima puluh) ekor tikus dibagi dalam 10 kelompok (n=5) yaitu: (1) kelompok kontrol normal (normal) (2) kelompok kontrol negatif (negatif) (3) kelompok kombinasi EAC-EOC (EAC-EOC) (4) kelompok EAC tunggal (EAC) (5) kelompok EOC tunggal (EOC) (6) kelompok kombinasi KU-AU (KU-AU) (7) kelompok KU tunggal (KU) (8) kelompok AU tunggal (9) kelompok kombinasi KU-AU non-nano (Emulgel KU-AU) (10) kelompok kontrol positif (positif). Pada hari ke-0, tikus diinduksi monoiodoasetat secara intraartikular 3,0mg/0.05 mL kecuali kelompok normal. Pemberian sediaan topikal sesuai dengan kelompok dosis dilakukan mulai hari ke-29. Dilakukan evaluasi terhadap volume udem (setiap 7 hari), analisis kadar sitokin serum dengan enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) dan histopatologi serta imunohistokimia pada hari ke-57. Volume udem lutut tikus tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal sejak hari ke-42. Penurunan kadar sitokin serum terjadi pada biomarker Protein S100A8, Interleukin-1β, inducible nitric oxide synthase (iNOS), matrix metalloproteinase-13 (MMP-13), a disintegrin and metalloproteinase thrombospondin-like motifs-5 (ADAMTS-5), Kolagen Tipe 2 dan Aggrecan Core Protein. Perbedaan bermakna semua kelompok perlakuan dengan kelompok negatif terjadi pada biomarker penanda proses inflamasi yaitu Protein S100A8, Interleukin-1ß dan iNOS (#P<0,05). Hasil evaluasi histopatologi dan imunohistokimia menunjukkan bahwa terjadi penghambatan degradasi proteoglikan. Sediaan nanoemulgel yang dikembangkan baik komposisi tunggal maupun kombinasi dapat memperbaiki kerusakan kartilago yang bermanfaat sebagai obat osteoartritis.

In Indonesia, babandotan leaves (ageratum conyzoides (L.) L.) (ACE) and pearl grass herbs (Oldenlandia corymbosa L.) (OCE) have been used empirically as topical preparation for traditional medicine in the treatment of joint disease. Their active compound namely quercetin (QU) and ursolic (UA) acid has appearance anti-inflammatory activity in osteoarthritis (OA) animal model. We investigated nanoemulgel of combination QU and UA as well as the combination ACE and OCE from nanoemulsion carrier systems as the new drug focused on plant-based natural products with a good physical characteristic that inhibit inflammatory process and applied in managing osteoarthritis (OA). Fifty animals were randomly designated to the 10 groups (n=5) as follows: (1) normal control group (Normal), (2) negative control groups (negative), (3) combination ACE-OCE, (4) single ACE, (5) single OCE, (6) combination QU-UA, (7) single QU, (8) single UA, (9) combination QU-UA non-nano formula (emulgel QU-UA), (10) positive control group (positive). Rats were receiving intraartikular monoiodoacetate injection 3.0mg/0.05 mL on day 0 exluding for normal control group. All groups were administered topical preparations allow to each dose group on day 29. We evaluated knee edema profile (every 7 days), serum cytokine level (on day 57) with enzyme-linked
immunoabsorbent assay (ELISA) and histopatological and immunhostochemistry evaluation. Since day 42, knee edema profile of all group treatment has been similar with normal control group (p>0.05). Serum cytokines level for some biomarkers, such as S100A8 Protein, Interleukin-1β, inducible nitric oxide synthase (iNOS), matrix metalloproteinase-13 (MMP-13), a disintegrin and metalloproteinase thrombospondin-like motifs-5 (ADAMTS-5), Collagen Type II and Aggrecan Core Protein were decrease. A significant difference compared with negative group showed for all groups treatment on measurement of inflammation process biomarker of S100A8 Protein, IL-1β, and iNOS (#P<0.05). Based on histological and immunohistochemistry evaluation showed that there was inhibition of proteoglycan degradation. The developed nanoemulgel ACE-OCE and QU-UA either combination or not has good physical characteristic and promising effect to enhance MIA induced cartilage damage as potential therapeutic agent for OA and encouraging to conduct further study as clinical trials. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Latifah
"Pada penelitian ini sintesis nanopartikel CeO2, CuO dan nanokomposit CeO2-CuO berhasil dilakukan menggunakan ekstrak rumput mutiara Oldenlandia corymbosa sebagai sumber basa -OH dan capping agent. Nanopartikel dan nanokomposit yang terbentuk selanjutnya dikarakterisasi menggunakan instrumentasi UV-Vis DRS, FTIR, Raman, XRD, PSA, TEM, dan SEM-EDX. Karakterisasi dengan XRD membuktikan bahwa nanopartikel CuO-NPs memiliki struktur kristal monoklinik, CeO2-NPs memiliki struktur kristal FCC, sedangkan nanokomposit CeO2-CuO memiliki puncak khas gabungan kristal keduanya.
Berdasarkan karakterisasi TEM, diketahui bahwa nanokomposit CeO2-CuO memiliki ukuran 10-15 nm dengan bentuk spheric. Karakterisasi dengan UV-Vis DRS membuktikan band gap nanokomposit CeO2-CuO sebesar 2,6 eV. Studi aktivitas fotokatalitik nanokomposit CeO2-CuO diamati dengan degradasi metilen biru menggunakan radiasi sinar tampak. Persentase degradasi untuk nanopartikel CeO2, CuO dan nanokomposit CeO2-CuO masing-masing adalah 18,49; 35,87; dan 59,83.

In this study, the synthesis of CeO2 NPs, CuO NPs and CeO2 CuO nanocomposites was successfully performed using rumput mutiara Oldenlandia corymbosa extract as a base source OH and capping agent. The synthesized nanoparticles and nanocomposites were characterized with UV Vis DRS, FTIR, Raman, XRD, PSA, TEM and SEM EDX instrumentation. Characterization with XRD proves that CuO NPs nanoparticles have a monoclinic crystal structure, CeO2 NPs have an FCC crystal structure, whereas CeO2 CuO nanocomposites have their own distinctive combined crystal peak.
Based on TEM characterization, it is known that the CeO2 CuO nanocomposites have a size of 10 15 nm with speric shape. Characterization with UV Vis DRS has proven that the CeO2 CuO nanocomposites have band gap energy of 2.6 eV. The study of photocatalytic activity of CeO2 CuO nanocomposites were observed with methylene blue degradation using visible light radiation. Percentages of degradation for CeO2, CuO and CeO2 CuO nanocomposites were 18.49 , 35.87 and 59.83, respectively."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Suzana
"Indonesia adalah Negara dengan prevalensi anemia sebesar 21,7%, menurut WHO termasuk derajat sedang, dan khusus anemia defisiensi besi pada wanita usia subur 15-50 tahun prevalensi sebesar 33,1%. Penelitian ini menggunakan daun kelor (Moringa oleifera L) sebagai suplemen penambah darah super nutrisi untuk membantu mengatasi anemia dan masalah kurang gizi pada masyarakat.
Disain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol dan tersamar ganda, bertujuan untuk menguji efektifitas kapsul ekstrak air daun kelor terhadap nilai hematologi dan biokimia darah pada wanita yang menderita anemia (Hb 8-12 g/dl) dibandingkan dengan kapsul sulfas ferossus sebagai standar. Penelitian ini dilakukan pada 35 orang wanita usia 16- 49 tahun(17 orang kelompok kelor dan 18 orang kelompok kontrol) diberikan kapsul daun kelor dengan dosis 1400 mg setiap hari selama 3 minggu.
Setelah dilakukan intervensi, selisih nilai parameter (sebelum dan sesudah terapi) yang signifikan pada kelompok kelor adalah (0.794±0.81) untuk hemoglobin, nilai feritin (29.378±42.48), MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (2.459±2.86), RDW (Red Distribution Wide) (1.4±2.07) dan trombosit menurun sebesar (36529.41±59024.48). Sedangkan kelompok kontrol selisih nilai parameter yang signifikan adalah pada hemoglobin (0.644± 0.83), eritrosit (0.475±0.523), hematokrit (2.189±4.08), MCV (Mean Corpuscular Volume )( 4.756±8.91), MCH (2.183±2.47) dan RDW (2.844±2.80). Perbandingan efektifitas daun kelor dengan terapi standar menghasilkan perbedaan signifikan pada peningkatan nilai hematokrit (3.14±1.47), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin ) (3.495±1.33), MCHC (3.264±0.96), dan penurunan trombosit (55251.634±23404). Dan kesimpulannya bahwa daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai terapi anemia defisiensi besi.

Indonesia is a country with a prevalence of anemia of 21.7%, and the prevalence for iron deficiency anemia in non-pregnant women of age 15-50 years 33.1 % . This study investigated the efficacy of Moringa oleifera L leaves extract as an iron booster and supplement to help overcome anemia and malnutrition in the community.
It was a randomized, double blind, placebo controlled study in anemic women (hemoglobin 8-12g/dl), in which the water extract of Moringa leaves was examined as an add on therapy in subject treated with ferrous sulphate (200mg/tablet). Thirty five women subject of 16-49 years old were divided into 17 of Moringa leaves and 18 of control. The extract of Moringa leaves of 1400 mg was formulated in capsules and was administrated daily for 3 weeks.
The result showed that after 3 weeks of treatment, there were significantly increase of mean of hemoglobin (0.794±0.81), ferritin (29.378±42.48), MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (2.459±2.86), RDW (Red Distribution Wide) (1.4±2.07) and decreas of platelets (36529.41±59024.48). The control groups were significantly increased of mean of the hemoglobin (0.644± 0.83), erythrocytes (0.475±0.523), hematocrit (2.189±4.08), MCV (Mean Corpuscular Volume )( 4.756±8.91), MCH (2.183±2.47) dan RDW (2.844±2.80). The hematocrit (3.14±1.47), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobi ) (3.495±1.33), MCHC (3.264±0.96) values of Moringa leaves were significantly higher (p<0.05), whereas the platelets counts (55251.634±23404) of Moringa leaves were significantly lower (p<0.05) than those of control group. It can be concluded that Moringa leaves aqueous extract could improve iron deficiency anemia in women."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>