Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardisutopo Endro Tjahjono
"Penelitian ini menguji pengaruh kualitas hubungan atasan-bawahan leader-member exchange, LMX dan kinerja karyawan sesuai tuntutan jabatan in-role behavior, IRB terhadap persepsi karyawan terhadap alat ukur penilaian kinerja performance measurement, PM . Hasil statistik regresi menunjukkan hanya variabel LMX yang berpengaruh signifikan t 36 = 5,38; p.

This research investigated the impact of leader member exchange LMX and in role behavior IRB towards employees perception on performance measurement PM . Statistically, the regression analysis show that LMX is the only variable that has impact significantly t 36 5,38 p."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Permata
"Ketidakamanan pekerjaan telah diketahui berhubungan secara negatif terhadap kinerja tugas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran pertukaran atasan bawahan sebagai moderator antara hubungan ketidakamanan pekerjaan dan kinerja tugas. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner. Penelitian ini menggunakan alat ukur Job Insecurity Scale dan self-report kinerja tugas yang telah diadaptasi oleh Piccoli, et al. (2017) dan LMX-7 rancangan Graen dan Uhl-Bien (1995). Partisipan pada penelitian terdiri dari 108 karyawan swasta dengan status karyawan kontrak dan karyawan tetap dalam rentang usia 21-50 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis peneliti tidak terdukung, di mana peran atasan bawahan tidak berperan sebagai moderator antara ketidakamanan pekerjaan dan kinerja tugas. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh karakteristik partisipan penelitian sebagian besar mengalami tingkat ketidakmanan pekerjaan yang rendah sehingga tidak merepresentasikan karyawan dengan tingkat ketidakmanan pekerjaan yang tinggi. Disamping itu, sebagian besar partisipan memiliki tingkat pertukaran atasan bawahan dan kinerja tugas yang cenderung tinggi.

Job insecurity has been known to be negatively correlated with task performance. This research is conducted to see the role of Leader-Member Exchange (LMX) as a moderator between job insecurity and task performance. The data is collected by questionnaire. This research used Job Insecurity Scale and self-report performance that has been adapted by Piccoli, et al. (2017) and LMX-7 developed by Graen and Uhl- Bien (1995) as measurement instrument. The participants of this research consisted of 108 contract-based and permanent employee in private sectors with the age range of 21-50 years.
This research shows that researchers hypothesis was declined, it turned out that LMX did not act as moderator between job insecurity and task performance This is most likely due to the job insecurity felt by the participants in this research was low, which did not represent employees whose job insecurity was high. Other than that, most participants also had high quality and task performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Gusnita
"ABSTRAK
Kinerja citizenship adalah tindakan atau perilaku yang ditunjukkan oleh karyawan di luar dari domain tugas atau deskripsi kerja. Seperti bekerja sama dengan rekan kerja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja citizenship adalah pertukaran atasan-bawahan (LMX). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara kinerja citizenship dan pertukaran atasan-bawahan. Sampel pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan minimal masa kerja satu tahun dengan N=115. Hasilnya menunjukkan hubungan positif yang signifikan (r=0.230, P<0.05, two-tailed) antara kinerja citizenship dan pertukaran atasan-bawahan (LMX). Dapat dikatakan jika kualitas pertukaran atasan-bawahan tinggi, maka kinerja citizenship yang ditunjukkan oleh karyawan juga tinggi. Ketika kualitas pertukaran atasan-bawahan rendah, maka kinerja citizenship yang ditunjukkan oleh karyawan juga rendah.

ABSTRACT
Citizenship performance is a behavior of an employee beyond job descriptions as cooperating with co-worker. Which factor of citizenship performance is leader-member exchange (LMX). The aim of this study is to explain the relationship between citizenship performance and leader-member exchange. Samples of this research are employees with work periodacally minimal is one year N=115. The findings show that the relationship of citizenship performance and leader-member exchange is positive and significat (r=0.230, P<0.05, two-tailed). so if leader-member exchange quality is high, then citizenship performance of the employees is high. If leader-member exchange is low, the citizenship performance of the employees is low too."
2016
S64933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nurul Jadida
"Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh peningkatan kualitas hubungan atasan - bawahan terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi di PT LH. Berdasarkan data awal berupa Interview, FGD dan kuesioner diagnosa organisasi (ODQ), menunjukkan bahwa perilaku kewarganegaraan organisasi di PT LH masih perlu ditingkatkan. Kualitas hubungan antara atasan dan bawahan diduga berpengaruh terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi. Hal ini dibuktikan dengan mengukur pengaruh kualitas hubungan atasan - bawahan terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi. Kualitas hubungan atasanbawahan diukur dengan menggunakan kuesioner LMX-MDM dari Liden & Maslyn (1998) yang telah diadaptasi oleh Radikun (2010). Kuesioner kualitas hubungan atasan-bawahan ini terdiri dari 11 item (α=0,877). Sementara kuesioner perilaku kewarganegaraan organisasi menggunakan kuesioner dari Organ (1988) yang terdiri dari 18 item (α = 0,812). Hasil perhitungan uji regresi pada 40 responden memperoleh hasil R2 =0,117 (p<0,05) yang berarti kualitas hubungan atasan-bawahan mempengaruhi perilaku kewarganegaraan organisasi sebesar 11,7%. Dari keempat dimensi kualitas hubungan atasan-bawahan, dimensi kontribusi yang memiliki sumbangan paling besar terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dilakukan intervensi untuk meningkatkan kualitas hubungan ataan-bawahan, khususnya dimensi kontribusi yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku kewarganegaraan organisasi. Intervensi yang dilakukan berupa pelatihan effective coaching kepada para manajer di PT LH.

This study aims to investigate the effect of improving leader member exchange to organizational citizenship behavior in PT. LH. Based on initial data from Interview, focus group discussions, and organizational Diagnosis Questionnaire (ODQ), the researcher found that organizational citizenship behavior in PT.LH still need improvement. Low quality of the leader member exchange are assumed to affect organizational citizenship behavior. This is evidenced by measuring the effect of leader member exchange to organizational citizenship behavior. Leader-Member Exchange was measured using LMX-MDM from Liden & Maslyn (1998) which has been adapted by Radikun (2010). LMX-MDM is consists of 11 items (α = 0.877). While organizational citizenship behavior measured by using a questionnaire from Organ (1988) which consists of 18 items (α = 0.812). The results of calculations using simple regression from 40 respondents showed R2 = 0.117 (p <0.05), which means the quality of LMX affects organizational citizenship behavior at 11.7%. Among four dimensions of LMX, contribution has the most influence and significant impact on organizational citizenship behavior. Based on these result, the intervention in this study was designed to increase leader member exchange, particularly contribution dimension in other to increase the organizational citizenship behavior of employees. Researcher then implemented effective coaching training towards manager in PT LH.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T36022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Karmana
"ABSTRAK
Kualitas hubungan antara atasan dan bawahan sangat tergantung pada persepsi masing-masing. Persepsi inilah yang kerap mempengaruhi interaksi atasan-bawahan. Persepsi
yang baik atau buruk dapat berpengaruh pada perilaku dan perlakuan atasan terhadap
bawahan.
Hubungan atasan-bawahan antara Kasi P2 dengan Pelaksana akan sangat mempengaruhi perilaku kineija Pelaksana. Lebih spesifik lagi sebagai seorang atasan, Kasi P2 mempunyai pengaruh terhadap kinerja Pelaksana, apakah pengaruh itu positif ataupun negatif tergantung bagaimana interaksi Kasi P2 tersebut dengan Pelaksana. Pengaruh yang positif akan mendorong Pelaksana untuk memberikan respon atau reaksi dalam bentuk komitmen atau kepatuhan, sedangkan pengaruh yang negatif akan mendorong Pelaksana untuk memberikan respon atau reaksi dalam bentuk resistensi. Pada akhimya Pelaksana yang komit dan yang patuh akan berbuat atau bekeija sesuai yang diharapkan, sedangkan Pelaksana yang resisten atau tidak menghiraukan petunjuk Kasi P2, akan bertindak di luar jalur yang ditetapkan, sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan seperti terjadinya penyelundupan.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk mengkaji kualitas hubungan Kasi P2 dengan Pelaksana, sebagaimana dipersepsikan masing-masing pihak dan melihat bagaimana implikasi kualitas hubungan tersebut terhadap perilaku kinerja Pelaksana. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leader-Member Exchange Theory (LMX), yang menyatakan bagaimana seorang atasan dapat menjalin dan mengembangkan suatu hubungan dengan bawahan yang berlainan melalui cara yang bervariasi.
Dalam penelitian karya akhir ini, data yang digunakan berasal dari penelitian lapangan dengan metode survei yang dilakukan di 38 Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) IV tepatnya di 33 KPBC Tipe A dan 5 KPBC Tipe A Khusus, yang tersebar di seluruh Indonesia dan telah mewakili seluruh Kantor Wilayah Bea dan Cukai sebanyak 13 kantor. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah analisa regresi untuk melihat keterkaitan
persepsi atasan, influence tactics yang digunakan, persepsi bawahan, respon bawahan, dan
perilaku kinerja bawahan.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa cara Kasi P2 mempengaruhi Pelaksana dengan taktik konsultasi, cenderung membentuk respon Pelaksana yang positif, misalnya, Pelaksana akan komit pada pekerjaannya karena mendapat perlakuan yang baik dari Kasi P2. Pelaksana yang komit pada pekerjaannya akan patuh pada uraian tugas dan prosedur yang telah ditetapkan.
Disamping itu juga ditemukan bahwa persepsi Kasi P2 terhadap Pelaksana memang mempengaruhi kencendrungan Kasi P2 menerapkan taktik konsultasi. Namun persepsi Kasi
P2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pesepsi Pelaksana. Dalam hal ini, ada faktor
lain yang mempengaruhi kencenderungan Kasi P2 menerapkan taktik konsultasi, yang pada
akhirnya membentuk persepsi Pelaksana terhadap Kasi P2.
Bekerja sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku merupakan tuntutan bagi seluruh Pelaksana pada Seksi P2 mengingat peranannya yang sangat penting dalam mengawasi proses impor dan ekspor barang untuk mencegah terjadinya penyelundupan. Terlepas dari kendala yang dihadapi DJBC dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terjadinya penyelundupan menunjukkan adanya sesuatu penyimpangan dalam proses impor barang-barang tersebut. Penyimpangan ini setidaknya dapat dihindari atau dikurangi dengan memperbaiki hubungan Atasan dan Bawahan antara Kasi P2 dengan Pelaksana. Pendekatan dengan taktik konsultasi seperti basil temuan penelitian di atas kiranya dapat diterapkan oleh
Kasi P2 untuk meningkatkan kualitas hubungan yang dimaksud.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaja Netra Puspita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan kualitas leadermember exchange terhadap perilaku inovatif pada karyawan kantor pusat PT BB melalui pemberian pelatihan coaching pada atasan. Penelitian ini dilakukan di PT BB, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri mining. Responden penelitian ini adalah 46 orang karyawan level staf. Pengukuran perilaku inovatif dilakukan dengan menggunakan alat ukur Innovative Work Behaviour dari Janssen (2000), sedangkan leader-member exchange diukur dengan menggunakan alat ukur LMX-M dari Wu (2009). Pengolahan data awal menjelaskan bahwa leader-member exchange secara signifikan mempengaruhi perilaku inovatif (r2 = 0.422) dengan dimensi affect dan exchange sebagai dua dimensi yang memiliki kontribusi terbesar.
Berdasarkan pengolahan data awal, ditentukan intervensi yang dilakukan adalah intervensi pelatihan coaching pada atasan. Responden intervensi adalah 4 orang atasan langsung dari karyawan yang memiliki skor leader-member exchange dan perilaku inovatif dalam kategori rendah. Efektifitas intervensi diukur melalui evaluasi reaksi, pembelajaran, dan tingkah laku. Pengukuran posttest dilakukan 8 hari setelah pelaksanaan pelatihan kepada 6 orang bawahan dari atasan yang mengikuti pelatihan. Hasilnya terdapat peningkatan skor leadermember exchange yang signifikan sebelum dan setelah pelaksanaan pelatihan (Z= -2,041, p =0.041). Namun demikian, tidak terdapat peningkatan skor perilaku inovatif yang signifikan sebelum dan setelah atasan diberikan pelatihan (Z= -1,095, p = 0.273).

This research aims to determine the influence of leader-member exchange enhancement on innovative behavior in PT BB's employee by providing coaching training for supervisor. This research was conducted at PT BB, a mining company. Respondents were 46 employees from staff level. Innovative behavior was measured using innovative work behavior scale by Janssen (2000), whereas leader-member exchange was measured using LMX-M scale by Wu (2009). Pretest data showed that leader-member exchange influences innovative behavior significantly (r2=0.422), furthermore affect and exchange found to have the biggest contribution.
Based on the result, researcher design a coaching training for supervisor as an intervention to enhance leader-member exchange so it predicts to enhace innovative behavior too. Intervention gived to 4 supervisor whom their subordinate had low score on leader-member exchange and innovative behavior. Effectivity of coaching training was measured by evaluate the reaction, learning, and behavior changing. Post-test was measured to 6 subordinates, 8 days after the intervention. The result showed there was significant improvement on leadermember exchange score after the intervention (Z = -2,041, p =0.041). For instance, there was not significant improvement on innovative behavior (Z = -1,095, p = 0.273).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahetapy, Triska Christy
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara leader member exchange dengan in role dan extra role behavior karyawan PT XYZ. Berdasarkan hasil korelasi antara leader member exchange dengan in role dan extra role behavior dikembangkan program intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hubungan antara atasan dan bawahan. Peneliti melakukan pengukuran terhadap variabel in role dan extra role behavior OCB-Individu OCB-Organisasi menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh William Anderson 1990, terdiri dari 21 item. Kemudian untuk mengukur leader member exchange peneliti menggunakan kuesioner LMX-MDM dari Liden Maslyn 1998, terdiri dari 11 item.
Hasil perhitungan uji korelasi kepada 90 responden diperoleh hasil bahwa LMX berhubungan dengan IRB r = 0.24, p < 0.05, signifikan dan LMX berhubungan dengan OCBI r = 0.21, p < 0.05, signifikan . LMX tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan OCBO r = 0.16, p > 0.05 . Berdasarkan hasil tersebut maka rancangan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan leader member exchange adalah coaching, yang diberikan melalui workshop kepada manager. Diharapkan dengan intervensi tersebut dapat meningkatkan in role behavior dan OCB ndash; individual karyawan. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Virgina Mandawa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Leader
Member Exchange (LMX) dan kinerja karyawan di perusahaan bidang industri
manufaktur yang mengolah serta memproduksi besi dan baja. LMX didefinisikan
sebagai hubungan dua arah yang dinamis antara pemimpin dan karyawan dimana
pemimpin akan memperlakukan karyawan secara berbeda sesuai dengan waktu
dan kemampuan yang dimiliki oleh atasan tersebut (Graen dan Cashman, 1975).
LMX merupakan variabel multidimensional, memiliki empat dimensi yaitu
kontribusi, loyalitas, afeksi dan respek terhadap profesi (Liden dan Maslyn, 1998)
yang diukur melalui LMX-MDM dalam the Indonesian Quality of Work Life
Questionnaire (IQWiQ) (Radikun, 2010). Kinerja adalah nilai total yang
diharapkan oleh perusahaan dari pekerjaan yang dilakukan seseorang selama
periode waktu tertentu yang diukur melalui alat ukur kinerja dari Casimir et al
(2006) dan telah diadaptasi dalam the Indonesian Quality of Work Life
Questionnaire (IQWQ) (Radikun, 2010). Sampel dalam penelitian ini mencakup
113 karyawan dari 13 divisi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang terdiri dari 7
divisi lapangan dan 6 divisi back office. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara LMX dengan kinerja karyawan PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk. (r=+0.179, p>0.05, two tailed). Tetapi, hasil analisis menunjukan terdapat
korelasi yang signifikan antara dimensi kontribusi dari LMX dan kinerja
karyawan divisi lapangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.277, p<0.05).

Abstract
This research is to analyze the relationship between Leader Member
Exchange (LMX) and employees? performance in iron and steel manufacturing
industry. LMX is defined as the dynamic two-way relationship between the
leaders and the employees in which the leaders will treat the employees diferently
according to the time and competence of the respective leaders (Graen and
Cashman, 1975). LMX is multi-dimentional variable with four dimensions which
are contribution, loyalty, affection, and respect to their profession (Liedn and
Maslyn, 1998) measured through LMX-MDM in Indonesian Quality of Work Life
Questionnaire (IQWiQ) (Radikun, 2010). Performance is defined as the total
expected value to the organization of the discrete behavioral episodes that an
individual carries out over a standard period of time measured with work
performance measuring tool from Casimir et.al (2006) which has been adapted to
the Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (IQWQ) (Radikun, 2010). The
samples in this research are 113 employees from 13 divisions in PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk, consis of 7 field divisions and 6 back office divisions. The
results of the analysis show that there is no relationship between LMX and
employees? performance in PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.179, p>0.05,
two tailed). But, The results of analysis show that there was significant
relationship between contribution dimension of LMX and employees?
performance in field division of PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.277,
p<0.05)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S43222
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sarisusantini
"Penelitian ini difokuskan pada usaha untuk meningkatkan leader member exchange dari bawahan dan kepuasannya terhadap atasan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur leader member exchange yang diadaptasi dari Liden dan Maslyn (1998) dan faset kepuasan terhadap atasan dari Job Satisfaction Survey (Spector, 1997). Hasil analisis korelasi Pearson terhadap 35 orang bawahan di PT. X, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara leader member exchange dan kepuasan terhadap atasan (r = 0.522 dan signifikansi 0.001). Leader member exchange bawahan di PT. X tergolong rendah, oleh karena itu diusulkan intervensi coaching dari atasan kepada bawahan. Untuk itu, atasan perlu diberikan pelatihan dasar coaching dan buku panduan coaching. Walau sebatas sosialisasi kepada manajemen PT. X, tanggapan yang diberikan positif. Dengan demikian, pelatihan dan buku panduan coaching tersebut sesuai untuk diberikan kepada para atasan PT. X, sehingga diharapkan leader member exchange dan kepuasan terhadap atasan dapat meningkat.

This research is focused on the effort to improve leader member exchange from subordinate and their supervision satisfaction at PT. X. Measurement scale that is used in this research are leader member exchange scale from Liden and Maslyn (1998) and supervisory facet from Job Satisfaction Survey (Spector, 1997). Pearson correlation analysis from 35 subordinates at PT. X shows that there?s a positive and significant correlation between leader member exchange and supervisory satisfaction (r = 0.522 and significance 0.001). Leader member exchange from subordinates at PT. X are low, therefore coaching intervention from superordinate to subordinate was proposed. To that end, superordinate need to be given basic coaching training and guidance book about coaching. Although it just socialization to the management of PT. X, the response is positive. Coaching training and guidance book of coaching are suitable to be given at PT. X, so that leader member exchange and supervisory satisfaction are expected to increase.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30328
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Meiriza Hariyanto
"Penelitian tesis ini dilakukan di Kantor PT.ASRA, sebuah perusahaan penyedia jasa keuangan di bidang Asuransi Umum. Tujuan penelitian ini adalah menentukan apakah kepemimpinan, psychological capital dan komitmen organisasi memengaruhi kinerja dan rancangan intervensi yang dapat dilakukan terhadap kepemimpinan, psychological capital, komitmen organisasi serta rancangan intervensi manajemen pengetahuan untuk meningkatkan kinerja karyawan di unit penjualan dan unit klaim di PT.ASRA. Kepemimpinan diukur dengan LMX7, komitmen organisasi diukur dengan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), dan psychological capital diukur dengan PsyCap Questionnaire (PCQ). Analisa regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kepemimpinan, psychological capital, komitmen organisasi afektif, komitmen organisasi continuance, dan komitmen organisasi normatif terhadap kinerja (p<0,05) dengan Nilai R2 sebesar 0,869 yang menunjukan bahwa variasi kepemimpinan leader-member exchange, psychological capital, komitmen organisasi afektif, komitmen organisasi continuance, dan komitmen organisasi normatif mampu menjelaskan sebesar 86,9% variasi kinerja, sedangkan sisanya sebesar 13,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model penelitian ini. Secara parsial variabel psychological capital, komitmen organisasi afektif, komitmen organisasi continuance, dan kepemimpinan leader-member exchange yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Rancangan intervensi dibagi menjadi dua tahap, yaitu 1) intervensi terhadap kepemimpinan leader-member exchange melalui pelatihan kepemimpinan leader-member exchange (kelas dan on-the-job) dan coaching dan mentoring; 2) intervensi manajemen pengetahuan dalam berbagi pengetahuan tacit dan eskplisit berbasis SECI melalui Community of Practice.

This research was held at PT.ASRA, a general insurance company. Purposes of this research are to determine whether leadership, psychological capital and organizational commitment has impact to job performance, to determine design intervention toward leadership, psychological capital, and organizational commitment also to determine design intervention of knowledge management to increase job performance in sales and claim unit at PT.ASRA. Leadership measurement is using LMX7, organizational commitment measurement is using Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), and psychological capital measurement is using PsyCap Questionnaire (PCQ). Multiple regression result shows that there is a significant impact of leadership, psychological capital, organizational commitment affective, continuance, and normative through performance (p<0,05) with R2 = 0,869 or show that leadership leader-member exchange, psychological capital, organizational commitment affective, continuance, and normative variations able to explain 86,9% performance, and 13,1% influenced or explained by another variable that not included in this research. Partialy, psychological capital, organizational commitment affective, continuance, and leadership leader-member exchange had significant impact through performance. Design intervention is devided into two phases, 1) design intervention towards leadership leader-member exchange through leadership leader-member exchange training (class and on-the-job) coaching and mentoring; 2) design intervention knowledge management on sharing tacit and explicit knowledge based on SECI through Community of Practice (CoP).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>