Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Setiawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ciri kepribadian, khususnya ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis berpacaran atau menikah . Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi kuesioner alat ukur ciri kepribadian Personality Self-Portrait dan intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships . Pada penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement ? = -0.511, p < 0.01 dan communication ? = -0.361, p < 0.01 , dimana pengaruh ini tetap signifikan setelah jenis kelamin dan status hubungan dikontrol sebagai covariate. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya pengaruh ciri kepribadian vigilant ? = -0.225, p < 0.05 dan devoted ? = 0.132, p < 0.05 yang signifikan terhadap shared friends, serta ditemukannya pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication ? = 0.102, p < 0.01.
Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap dua karakteristik intimacy menekankan kembali pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka, baik dalam hal kedekatan emosional maupun komunikasi. Selain itu, karakteristik berupa kepekaan yang terlalu tinggi karakteristik ciri kepribadian vigilant dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain karakteristik ciri kepribadian devoted dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya. Adanya perbedaan mean skor intimacy berdasarkan jenis kelamin dan status hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini kembali mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya bahwa wanita menganggap intimacy sebagai suatu hal yang lebih berharga dibanding pria dan adanya perbedaan cara komunikasi yang digunakan oleh pasangan yang masih berpacaran dengan pasangan yang sudah menikah.

The aim of this research is to examine the impact of personality styles, especially vigilant, devoted, and self sacrificing personality styles, on intimacy among young adults in romantic relationships dating or married . A total of 1000 respondents aged 20 40 years old completed questionnaires on personality styles Personality Self Portrait and intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships. In this research, there is a significant impact of self sacrificing personality styles on engagement 0.511, p 0.01 and communication 0.361, p 0.01 , while this effect remained significant after sex and relationship status controlled as covariate. Other research results show that there are significant influences of vigilant personality styles 0.225, p 0.05 and devoted personality styles 0.132, p 0.05 to shared friends, and also a significant impact of relationship status to communication 0.102, p 0.01.
The impact of self sacrificing personality styles on two characteristics of intimacy indicates the importance of both parties rsquo involvement in influencing the quality of their relationships, in terms of emotional closeness and communication. In addition, being too sensitive characteristic of vigilant personality styles and having a sense of comfort in relationships with others characteristic of devoted personality styles could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. The differences in intimacy mean score based on sex and relationship status found in this research reconfirm the results of previous studies that women consider intimacy more valuable than men and there are different ways of communication used by couples who are still dating and married couples.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Rebecca
"

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh dimensi attachment styles terhadap kesepian yang dirasakan oleh individu dewasa muda yang sedang menjalani hubungan romantis atau berpacaran. Dimensi attachment styles pada penelitian ini diukur menggunakan alat ukur Relationship Scales Questionnaire, sedangkan kesepian diukur menggunakan alat ukur ULS-8 yang merupakan versi singkat dari UCLA Loneliness Scale. Penelitian ini berhasil menjaring 180 partisipan dengan proporsi partisipan wanita sebesar 79,4%, dan partisipan laki-laki sebesar 20,6%. Partisipan terdiri dari wanita dewasa muda berusia 23-30 tahun, dan laki-laki dewasa muda berusia 27-30 tahun. Analisis data partisipan dilakukan dengan perhitungan multiple regressionuntuk melihat pengaruh dan analysis of variance (ANOVA) untuk melihat perbedaan antara kedua dimensi attachment styles. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kedua dimensi attachment styles (F(2, 177) = 14,990, p< 0,05). Dimensi model of self merupakan dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap kesepian (0,001, p< 0,05,β=-0,358). Dalam penelitian ini, model of others sebagai dimensi attachment styles tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesepian (0,114, p>0,05, Î²=-0,111). 


This research was conducted to find the effect of attachment styles dimension to loneliness among young adults whose in a romantic relayionship. In this research, attachment styles dimensions is was measured using Relationship Scales Questionnaire, meanwhile lonelness was measured by ULS-8 which was a shorter version of UCLA Loneliness scale. This research got 180 participants, with the proportion of 79,6% female participants and 20,6% male participants. Age of the participants in this research ranged from 23-30 years old for female participants, and 27-30 years old for male participants. Statistic analysis of multiple regression is used to see the effect of both attachment styles dimensions to loneliness and analysis of variance (ANOVA) is used to calculate the differences between both of dimensions. Main result of this research shows that there is a signfikan differences between attachment styles dimensions (F(2, 177) = 14,990, p< 0,05). Model of self dimension is the one that have a significant effect to loneliness (0,001, p< 0,05,β=-0,358). In this research, model of others dimension did not have a significant effect to loneliness (0,114, p>0,05, Î²=-0,111).

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Alia Sudewaji
"Perselingkuhan melalui kontak virtual (cyber affair) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya trait kepribadian extraversion, agreeableness, dan conscientiousness, dan kepuasan hubungan yang rendah. Trait kepribadian, kepuasan hubungan, dan cyber affair juga berkorelasi satu sama lain. Kepuasan hubungan sudah pernah dijadikan moderator dalam penelitian trait kepribadian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepuasan hubungan sebagai moderator terhadap hubungan antara trait kepribadian dan cyber affair pada individu berpacaran usia dewasa muda. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan yaitu Social Media Infidelity-Related Behavior (SMIRB) oleh McDaniel et al. (2017) diadaptasi tim peneliti, IPIP-BFM-25 dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness (Akhtar & Azwar, 2018), dan Relationship Assessment Scale (RAS) adaptasi Vivian (2020). Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dengan partisipan sebanyak 734 orang. Analisis statistik yang dilakukan meliputi statistika deskriptif, korelasi, kovariat, dan moderasi guna menjawab pertanyaan penelitian. Hasilnya, trait kepribadian conscientiousness memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan cyber affair. Analisis moderasi menunjukkan tidak ada efek moderasi kepuasan hubungan pada hubungan antara trait kepribadian dan cyber affair.

Infidelity through virtual contact (cyber affair) is influenced by various factors, including extraversion, agreeableness, and conscientiousness personality trait, and low relationship satisfaction. Personality traits, relationship satisfaction, and cyber affair are also correlated. Relationship satisfaction has been used as a moderator in personality trait research. This study aims to determine the role of relationship satisfaction as a moderator of the relationship between personality traits and cyber affair in young adult dating individuals. There are three measurements used in this study, namely Social Media Infidelity-Related Behavior (SMIRB) by McDaniel et al. (2017) adapted by the research team, IPIP-BFM-25 dimensions of extraversion, agreeableness, conscientiousness (Akhtar & Azwar, 2018), and Vivian's adaptation of Relationship Assessment Scale (RAS, 2020). The sampling technique used was convenience sampling, with 734 participants obtained. Statistical analysis includes descriptive statistics, correlations, covariates, and moderation to answer the research questions. As a result, the conscientiousness personality trait has a significant negative correlation with cyber affair. Moderation analysis indicates no moderating effect of relationship satisfaction on the relationship between personality traits and cyber affair. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devirianty
"Fear of intimacy merupakan hambatan yang menghalangi dewasa muda untuk membangun keintiman dalam rangka membentuk hubungan romantis dengan pasangan. Self-esteem rendah sebagai faktor internal yang memungkinkan seseorang untuk mempunyai fear of intimacy tinggi, merupakan salah satu akibat dari fenomena perceraian yang semakin marak di Indonesia sekarang ini. Dewasa muda yang berasal dari keluarga bercerai cenderung mempunyai self-esteem yang rendah dibandingkan dewasa muda dari keluarga utuh, dan karena itu cenderung mempunyai fear of intimacy yang tinggi. Penelitian ini mencoba untuk mencari dan menemukan arah korelasi self-esteem dengan fear of intimacy pada dewasa muda melalui pendekatan kuantitatif. 103 partisipan yang terdiri dari tiga kelompok berdasarkan status perkawinan orangtua (menikah, bercerai, janda/duda meninggal) mengisi alat ukur yang terdiri dari adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Pengolahan data dengan teknik chi-square menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan ( Pearson?s r = - .368, p value = 0.00) antara skor self-esteem dan skor fear of intimacy. Korelasi negatif yang ditemukan mengindikasikan bahwa semakin baik self-esteem seseorang maka semakin rendah kecenderungan fear of intimacy. Oleh karena itu, self-esteem anak yang orangtuanya bercerai (cenderung rendah) perlu mendapat perhatian khusus agar tidak tumbuh menjadi faktor internal yang menimbulkan fear of intimacy saat anak berusia dewasa muda.

Fear of intimacy are barriers that prevent young adults to build intimacy in order to form a romantic relationship with a partner. Low self-esteem as internal factors that enable a person to have a high fear of intimacy, is one result of the growing phenomenon of divorce in Indonesia today. Young adults from divorced families tend to have lower self-esteem than young adults from intact families, and therefore tend to have a high fear of intimacy. This study tries to seek and find the direction of the correlation of self-esteem and fear of intimacy in young adults through a quantitative approach. 103 participants consisting of three groups based on parental marital status (married, divorced, widow / widower dies) fill the adaptation of Fear of Intimacy Scale (FIS) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data analysis with chi-square technique showed a significant negative correlation (Pearson's r = - .368, p value = 0:00) between the scores of self-esteem and fear of intimacy scores. Negative correlation that was found indicating that if a person's has better self-esteem, they would have the lower the tendency of fear of intimacy. Therefore, the self-esteem of children whose parents divorce (rather low) need special attention so it wont grow into internal factors that give rise to fear of intimacy when children were in young adult."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Sere Minenda
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fear of intimacy dan adiksi cybersex pada dewasa muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan responden penelitian sebanyak 972 dewasa muda yang pernah melakukan aktivitas cybersex. Fear of intimacy diukur dengan adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS), sementara adiksi cybersex diukur dengan adaptasi Internet Sex Addiction Screening Test (ISST). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan (r = 0,180, p < 0,01, one tail) antara fear of intimacy dan adiksi cybersex pada dewasa muda. Dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi fear of intimacy, maka semakin banyak gejala adiksi cybersex yang ditunjukkan oleh dewasa muda.
;The aim of this research is to examine the relationship between fear of intimacy and cybersex addiction among young adults. This quantitative study assessed 972 young adults in Indonesia who have ever done cybersex activities. The adaptation of Fear of Intimacy Scale is used to measure fear of intimacy while the adaptation of Internet Sex Addiction Screening Test is used to measure cybersex addiction. The result of this research showed that fear of intimacy positively correlated significantly (r = 0,180, p < 0,01, one-tail) with cybersex addiction among young adults. Therefore, the higher someone’s fear of intimacy, the more signs of cybersex addiction shown among young adults.
, The aim of this research is to examine the relationship between fear of intimacy and cybersex addiction among young adults. This quantitative study assessed 972 young adults in Indonesia who have ever done cybersex activities. The adaptation of Fear of Intimacy Scale is used to measure fear of intimacy while the adaptation of Internet Sex Addiction Screening Test is used to measure cybersex addiction. The result of this research showed that fear of intimacy positively correlated significantly (r = 0,180, p < 0,01, one-tail) with cybersex addiction among young adults. Therefore, the higher someone’s fear of intimacy, the more signs of cybersex addiction shown among young adults.
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Perceraian di Indonesia sedang meningkat yang diantaranya disebabkan oleh hubungan yang sudah tidak harmonis dan kecemburuan. Hal itu disebabkan karena kurangnya intimacy di dalam sebuah hubungan. Lamanya sebuah hubungan membuat intimacy semakin tinggi. Intimacy yang tinggi akan membuat kepuasan hubungan juga semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-esteem dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan intimacy pada dewasa muda yang berpacaran. Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 1024 orang. Laki-laki berjumlah 298 orang dan perempuan berjumlah 726 orang dengan karakteristik berusia 20-39 tahun, sedang berpacaran, dan belum menikah. Melalui program PROCESS by Andrew Hayes, diperoleh hasil bahwa self-esteem dapat memediasi penuh hubungan antara keberfungsian keluarga dan intimacy pada dewasa muda yang berpacaran b= 0.26, t 1021 = 2.29, p= 0,022 . Hal itu disebabkan oleh individu yang memiliki persepsi yang baik mengenai hubungan dengan orangtuanya saat kecil, ia akan memiliki gambaran baik pula mengenai diri sendiri yang mengakibatkan tingginya self-esteem. Self-esteem yang tinggi membuat individu percaya terhadap pasangannya dan membuat mereka lebih terbuka, nyaman, merasa aman karena dihargai, dekat, lebih menyayangi satu sama lain, serta saling memberikan dukungan. Hal itu yang akan membuat intimacy dalam hubungan mereka menjadi lebih tinggi.

The divorce rate in Indonesia has been rising, which is a result of inharmonic relationships and jealousy. This is caused by the lack of intimacy in relationships. The duration of a relationship can make the intimacy level higher. The higher the intimacy level, the higher the satisfaction of the relationship. The purpose of this research is to acknowledge self esteem role to mediate relationship of family functioning and intimacy among dating young adults. The total respondent in this research is 1024 respondents. Consist of 298 men and 726 women, with following characteristics aged 20 39 years old, in relationship, and not married yet. Using PROCESS program by Andrew Hayes, the result of this research pointed out that self esteem can fully mediate the relationship of family functioning and intimacy among dating young adults b 0.26, t 1021 2.29, p 0,022. It is caused by individuals who have a good perception about their relationship with their parents in their childhood, will have a good perception about themselves, and will raise their self esteem levels. High self esteem makes individuals trust their partner and make them more open, comfortable, secure, close, love, and support each other. This will cause intimacy levels higher."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welan Mauli Angguna
"Dewasa muda adalah kelompok masyarakat yang menikmati kemudahan teknologi, sehingga rentan untuk memiliki aktivitas fisik yang cenderung rendah. Aktivitas fisik yang rendah di usia muda merupakan faktor risiko penyebab kematian akibat penyakit degeneratif di masa depan. Masyarakat Indonesia termasuk negara dengan aktivitas fisik yang rendah, sehingga diperlukan promosi kesehatan yang tepat sasaran dengan memperhatikan faktor psikologis. Trait kepribadian dianggap sebagai faktor psikologis kuat dalam identifikasi aktivitas fisik, khususnya trait extraversion, conscientiousness, dan openness. Namun demikian, hubungan ketiga trait ini terhadap aktivitas fisik masih belum konsisten, hal ini memungkinkan adanya variabel lain yang memediasi hubungan tersebut. Untuk mempertahankan konsistensi tingkah laku dibutuhkan otonomi yang tinggi, begitu juga konsistensi untuk aktif melakukan aktivitas fisik. Otonomi merupakan derajat yang menunjukkan seberapa individu memiliki determinasi diri untuk termotivasi melakukan tingkah laku tertentu, dan motivasi yang berasal dari dalam diri merujuk pada otonomi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mekanisme hubungan ketiga trait dengan aktivitas fisik melalui mediasi otonomi. Penelitian dilakukan melalui lapor diri pada 59 laki-laki dan 144 perempuan dewasa muda berusia 20-40 tahun. Melalui analisa process mediasi (Hayes) ditemukan adanya mediasi sempurna antara trait extraversi dengan aktivitas fisik melalui otonomi, dan mediasi sebagian antara trait openness dan aktivitas fisik melalui otonomi. Conscientiousness tidak signifikan memengaruhi aktivitas fisik baik secara langsung maupun tidak langsung. Trait conscientiousness disarankan untuk diuji mediasi melalui presentasi diri terhadap aktivitas fisik.

Young adults are a group of community who enjoy technology, so it made them tend to have low physical activity. Low physical activity is a risk factor of degenerative diseases that cause death. Indonesia was a country that have lowest physical activity, so it's necessary to promote active physical activity to young adults by considering psychological factors. Personality was considered as a strong psychological factor that could predicted physical activity, especially extraversion, conscientiousness, and openness. However, their effects were still inconsistent, it allowed other variable to mediate their relationships. In order to maintain the consistency of behavior like physical activity, it required high autonomy. Autonomy is a degree to indicate how individual have self-determination to be motivated to perform certain behaviors, and the motivation was derived from inner-self that show high autonomy. This study aimed to examine the mechanisms of the trait effects to physical activity through the mediation of autonomy. The study was conducted by requiring data from self-report on 59 men and 144 young adult women aged 20-40 years. We analyzed the data by using mediation PROCESS (Hayes), and it was found a perfect mediation between extraversion and physical activity mediated by autonomy, and partially mediated of autonomy to the effects of openness and physical activity. However, conscientiousness did not significantly influence physical activity directly nor indirectly. Considering the communal culture of participants, we recommended to examine the effect of conscientiousness to physical activity through the mediation of self-presentation in future research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Mandasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fear of intimacy dalam hubungan romantis pada dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua. Fenomena yang seringkali terjadi pada dewasa muda yang mengalami
perceraian orangtua ketika menjalani hubungan romantis adalah kesulitan untuk mempertahankan hubungan dan memiliki fear of intimacy. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Partisipan penelitian
ini adalah dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua dan sedang menjalani hubungan romantis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fear of
intimacy dalam hubungan romantis adalah Fear of Intimacy Scale (FIS) yang terdiri dari 34 item yang sudah diadaptasi. Hasil penelitian dari 104 orang
partisipan menunjukkan bahwa mayoritas memiliki tingkat fear of intimacy yang rendah dalam hubungan romantis.

ABSTRACT
This research aims to have a description on fear of intimacy towards romantic relationship in young adult who have experienced parental divorce. When facing romantic relationship, young adult who have experienced parental divore are often difficult to survive and also have a fear of intimacy. This research is using quantitative methods. The participants of this research are young adult who have experienced parental divorce and currently is in romantic relationship. Fear of intimacy are measured by Fear of Intimacy Scale (FIS) that consists of 34 adapted items. The result from 104 participants shows that majority of research participants have low level of fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisa Putri Syahriani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan kualitas hubungan romantis berdasarkan tipe-tipe adult attachment pada dewasa muda yang berpacaran. Pengukuran adult attachment dilakukan menggunakan alat ukur The Experiences in Close Relationships-Short form (Wei et. al., 2007) dengan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0.710. Pengukuran kualitas hubungan romantis dilakukan menggunakan alat ukur Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) dengan masing-masing koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0.904 dan 0.734. Responden penelitian ini berjumlah 205 orang, terdiri atas 86 laki-laki dan 119 perempuan. Responden adalah dewasa muda berusia 20-40 tahun dan sedang berpacaran.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas hubungan romantis berdasarkan tipe secure attachment (p = .730), preoccupied attachment (p = .892), fearful attachment (p = .260), dan dismissing attachment (p = .627). Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kualitas hubungan romantisnya tidak dibedakan dan tidak dipengaruhi oleh tipe-tipe adult attachment, yaitu secure, preoccupied, fearful, dan dismissing. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa kualitas hubungan romantis memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan tipe secure attachment (r = -.382, p < 0.01), namun tidak memiliki hubungan yang dengan tipe preoccupied, fearful, dan dismissing attachment.

This study aimed to find differences in romantic relationship quality based on adult attachment styles among young adults in dating relationships. Level of adult attachment was measured by using Experiences in Close Relationships Scale-Short Form Inventory (Wei et. al., 2007) and romantic relationship quality was measured by using Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009). Number of subjects in this research was 205 respondents with 86 males and 119 females. Respondents are young adults aged 20-40 years old and in an dating relationship.
The result of this study showed that there was no differences in romantic relationship quality compared to secure attachment style (p = .730), preoccupied attachment style(p = .892), fearful attachment style (p = .260), and dismissing attachment style (p = .627). This result shows that romantic relationship quality isn’t determined by adult attachment styles. The additional anaylisis shows that romantic relationship quality has a negative significant correlation with secure attachment style (r = -.382, p < 0.01), but has no correlation with preoccupied, fearful, and dismissing attachment style.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annajm Arradita Andhi Ajeng
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keberfungsian keluarga dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat apakah dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga yaitu problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement dan behavior control secara bersama-sama dapat memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai. Pengukuran intimacy dilakukan dengan menggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS sementara pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Assessment Device FAD yang didasari oleh teori McMaster Model of Family Functioning. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 188 perempuan dan 67 laki-laki dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai, berumur 20-40 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran, dan belum menikah. Hasil penelitian dengan teknik simple regression menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memilki orang tua bercerai. Hal yang sama juga ditemukan pada dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga, dimana hasil multiple regression menunjukkan bahwa dimensi-dimensi dari keberfungsian keluarga secara bersama-sama tidak signifikan memprediksi intimacy dalam hubungan berpacaran pada dewasa muda yang memiliki orang tua bercerai.

This study conducted to examined family functioning as predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. This study also examined whether the dimensions of family functioning problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement and behavior control could simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. Intimacy was measured with Miller Social Intimacy Scale MSIS and family functioning was measured with Family Assessment Device FAD based on McMaster Model of Family Functioning Theory. This study consisted of 188 females and 67 males young adults with divorced parents, aged 20 40, is in dating relationship during the study, and have not been married before. The result with simple regression indicated that family functioning not significantly could be a predictor of intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents. The same result was found on the dimensions of family family functioning in which multiple regression showed that the dimensions of family functioning could not simultaneously predict intimacy in dating relationship among young adults with divorced parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>