Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Ghaisani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamatori kronis pada jaringan periodonsium yang masih menjadi masalah besar dalam bidang kedokteran gigi. Periodontitis dapat menyebabkan kerusakan jaringan gingiva, ligamen periodontal, dan tulang alveolar yang progresif, yang secara klinis ditandai dengan adanya kehilangan perlekatan gingiva dan perubahan tinggi tulang alveolar, sehingga dibutuhkan suatu model periodontitis yang sederhana, terstandar, dan terkendali untuk pendekatan pencegahan dan terapi dalam mengatasi masalah ini. Lipopolisakarida LPS terbukti dapat menginduksi terjadinya periodontitis secara terstandar. Tujuan: Membuat model kerusakan tulang alveolar periodontitis pada anterior mandibula tikus Wistar yang sederhana, terstandar, dan terkendali. Metode: Periodontitis diinduksi dengan injeksi LPS konsentrasi 200mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml larutan saline ke dalam gingiva mandibula tikus Wistar pada regio papilla interdental antara gigi insisif mandibula. Tikus Wistar dibunuh pada hari ketujuh, kemudian mandibula didiseksi dan jaringan lunak dipisahkan dari jaringan keras untuk dilakukan pengamatan dengan Stereomikroskop. Hasil: Kerusakan tulang terbesar terjadi pada injeksi LPS konsentrasi 200mg dalam 200ml larutan saline dengan rata-rata penurunan tinggi tulang yaitu 2,243mm. Kesimpulan: Injeksi LPS dengan konsentrasi 200mg dalam 200ml larutan saline pada jaringan periodontal regio anterior mandibula tikus Wistar dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar dan dapat menjadi acuan untuk pembuatan model periodontitis yang terstandar.

ABSTRACT
Background Periodontitis is a chronic inflammatory disease of the periodontium that remains a major problem in the field of dentistry. Periodontitis can cause progressive destruction of gingival tissue, periodontal ligament, and alveolar bone, which is clinically characterized by loss of gingival attachment and alveolar bone height reduction. Therefore, a simple, standardized, and controlled model of periodontitis is required for a preventive and therapeutic approach to overcome this problem. Lipopolysaccharide LPS has been shown to induce the occurrence of standardized periodontitis. Aim To create a model of alveolar bone destruction periodontitis in mandibular anterior region of Wistar rat which is simple, standardized, and controlled. Methods Periodontitis was induced by injection of 200 g, 500 g, and 750 g LPS in 200 l saline solution into mandibular gingiva of Wistar rat in the interdental papilla region between the mandibular incisors. Wistar rats were killed on the seventh day, then the mandible was dissected and the soft tissue was separated from the hard tissue for Stereomicroscopic observation. Results The highest bone loss occurred at injection of 200 g LPS in 200 l saline solution with an average height of bone loss is 2.243mm. Conclusion Injection of 200 g LPS in 200 l saline solution into the periodontal tissue of mandibular anterior of Wistar rat may cause alveolar bone destruction and may be used as a reference to make a standardized model of periodontitis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Nathania
"ABSTRAK
Pendahuluan: Penyakit periodontitis masih menjadi masalah kesehatan utama di bidang kedokteran gigi. Menurut WHO 2012 , 15-20 penduduk dunia mengalami penyakit periodontal yang parah. Penelitian mengenai perawatan penyakit periodontitis sampai saat ini masih terus dikembangkan untuk mencari teknik terapi atau obat pilihan yang terbaik. Oleh karena itu, diperlukan sebuah model kerusakan tulang alveolar yang terkendali, sederhana, dan memiliki kesamaan kondisi kerusakan dengan penyakit periodontal pada manusia untuk dijadikan model referensi yang terstandar. Tujuan: Membuat model kerusakan tulang alveolar periodontitis terstandar pada regio maksila anterior tikus Rattus norvegicus Wistar dengan komprehensif dan terkendali. Bahan dan metode: Injeksi LPS E.coli dengan konsentrasi 200mg, 500mg, 750mg dalam 200?l larutan saline pada regio maksila anterior tikus Wistar. Setelah hari ke-7 dikorbankan, rahang maksila didiseksi. Sampel difoto dengan stereomikroskop dan dilakukan analisis tinggi penurunan tulang dengan aplikasi ImageJ. Hasil: Kerusakan tulang alveolar terbesar terjadi pada konsentrasi 200mg, dengan rata-rata tinggi penurunan tulang adalah 1.48mm. Pada konsentrasi 500mg dan 750mg, masing-masing terdapat tikus yang mati pada hari pertama dan kedua pasca injeksi LPS. Kesimpulan: Konsentrasi LPS 200mg dalam 200?l saline merupakan anjuran dosis optimal yang dapat diinjeksikan pada tulang rahang anterior maksila tikus Wistar untuk menghasilkan kerusakan tulang alveolar.

ABSTRACT<>br>
Introduction Periodontitis still remains as a major oral health problem. According to WHO 2012 , 15 20 of the world rsquo s population experience severe periodontal disease. Research about periodontitis treatment is still being developed to find the best drug of choice. Therefore, a controlled and simple model of periodontitis, that reiterates the features of human rsquo s disease, is required to be a standarized reference model..Aim To establish a standarized model of bone destruction in maxillary anterior Rattus norvegicus induced by lipopolysaccharide Method Bone destruction periodontitis was induced by injection of 200mg, 500mg, and 750mg LPS E.coli in 200 l saline into maxillary anterior region. Animals were sacrificed after 7 days, and the maxillary jaw were dissected. Samples were photographed with stereomicroscope and bone loss were examined by ImageJ. Results The highest bone loss occured at 200mg LPS injection, with an average height of bone loss was 1.48mm. Where as in 500mg and 750mg, there were 3 Wistar rats died on the first and second day after LPS injection. Conclusion Injection of 200mg LPS in 200 l saline into maxillary anterior region Wistar rat is an optimal dose recommendation to induced alveolar bone loss."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awandra Evandi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit kronik pada jaringan periodonsium yang masih menjadi masalah besar, sehingga dibutuhkan suatu model periodontitis sebagai pendekatan pencegahan dan terapi yang, terstandar, terkendali, dan sederhana untuk menangani masalah tersebut. Lipopolisakarida LPS merupakan suatu metode terstandar yang terbukti dapat menginduksi terjadinya periodontitis. Tujuan: Membuat sebuah model periodontitis regio posterior mandibula pada Rattus norvegicus Wistar yang terstandar, terkendali, dan sederhana. Metode: Periodontitis diinduksi menggunakan injeksi LPS Bakteri E.Coli dengan konsetrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml larutan saline, pada gingiva daerah interdental molar 1 dan molar 2 tulang mandibula tikus. Tikus dikorbankan pada hari ketujuh setelah injeksi, kemudian tulang mandibula didiseksi dan dipisahkan dari jaringan lunak untuk dilakukan pengamatan menggunakan stereomikroskop. Hasil: Injeksi LPS pada regio posterior mandibula Rattus norvegicus Wistar dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg yang dilarutkan dalam 200ml larutan saline, menunjukkan kerusakan tulang alveolar dengan hasil kerusakan yang meningkat seiring meningkatnya konsentrasi. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg yang dilarutkan dalam 200ml larutan saline pada jaringan periodontal regio posterior mandibula Rattus norvegicus Wistar , sudah dapat dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar, sehingga dapat menjadi model periodontitis regio mandibula posterior yang terstandar, terkendali, dan sederhana.

ABSTRACT
Introduction Periodontitis is a chronic disease of the periodontium tissue that remains a major problem, therefore a standardized, controlled, and simple model of periodontitis is needed as a prevention and treatment approach to deal with the problem. Lipopolysaccharide LPS has been proven as the inducible of periodontitis. Objective To establish a standardized, controlled, and simple periodontitis model of Rattus norvegicus Wistar mandibula posterior region. Methods Periodontitis was induced by injection of 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg LPS in 200ml saline into mandibula posterior region of Rattus norvegicus Wistar at the interdental area between molar 1 and molar 2. Rats were sacrificed at 7 days after injection, and mandibula bone was dissected and separated from soft tissue, and observed by stereomicroscope. Result LPS injection of 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg LPS in 200ml saline into Mandibula Posterior of Rattus norvegicus Wistar shows alveolar bone destruction with increased damage as the concentration increase. Conclusion Injection of LPS with concentration of 200mg in 200ml of saline water, in the mandibula posterior region of Rattus norvegicus Wistar already can cause alveolar bone destruction, therefore it can be use as a standardized, controlled, and simple model of periodontitis in mandibular posteior."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakanda Rizki Ramadhani Duddyarto
"ABSTRAK
Latar belakang: Belum adanya model kerusakan tulang alveolar yang terstandar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Tujuan: Membuat standarisasi model penelitian kerusakan tulang alveolar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Metode: Penelitian in vivo pada 8 ekor Rattus norvegicus. injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml saline. Pengamatan berupa pemeriksaan menggunakan stereomikroskop dengan mengobservasi area kerusakan tulang. Hasil: Pada kelompok perlakuan terjadi periodontitis dengan rata-rata kerusakan tulang sebesar 3,4mm2. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, dan 500mg dalam 200ml saline dapat menyebabkan kerusakan tulang pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Latar belakang: Belum adanya model kerusakan tulang alveolar yang terstandar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Tujuan: Membuat standarisasi model penelitian kerusakan tulang alveolar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Metode: Penelitian in vivo pada 8 ekor Rattus norvegicus. injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml saline. Pengamatan berupa pemeriksaan menggunakan stereomikroskop dengan mengobservasi area kerusakan tulang. Hasil: Pada kelompok perlakuan terjadi periodontitis dengan rata-rata kerusakan tulang sebesar 3,4mm2. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, dan 500mg dalam 200ml saline dapat menyebabkan kerusakan tulang pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar.

ABSTRACT
Background There has not been a standardized model of alveolar bone destruction in maxillary posterior of Rattus norvegicus Wistar. Objective To standardize research model of alveolar bone destruction in maxillary posterior of Rattus novergicus Wistar Method In vivo study on 8 Rattus norvegicus. Injections of lipopolysaccharides with various concentrations which are 200mg, 300mg, 500mg and 750mg in 200ml saline water. Observation was done by examining the bone damage area using stereomicroscope. Result Periodontitis was observed in the treatment group with an average bone loss of 3.4mm2. Conclusion Injections of lipopolysaccharides with concentrations of 200mg, 300mg, and 500mg in 200ml saline water may cause bone damage to maxillary posterior region of Rattus norvegicus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasytha Vikarina
"Latar Belakang: Sumber infeksi dalam rongga mulut berasal dari periodontium, periapikal dan pulpa. Apabila bakteri tersebut masuk ke pembuluh darah, maka bakteri atau toksik yang dihasilkan bakteri tersebut dapat memasuki aliran darah dan mengikuti sirkulasi arteri menuju jantung. Tujuan: mengetahui fokus infeksi rongga mulut rujukan Divisi Jantung ke Divisi Penyakit Mulut Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010-2012 dengan melihat oral hygiene, DMF-T, kalkulus dan penyakit periodontal pada 227 rekam medik pasien. Metode: penelitian deskriptif menggunakan data sekunder. Hasil: 162 pasien memiliki oral hygiene buruk dan 124 pasien menderita gingivitis dan periodontitis. Kesimpulan: Bakteri pada rongga mulut dapat menjadi fokus infeksi pada pasien jantung

Background: The source of infection in the oral cavity has come from the periodontium, periapical and pulp. When the bacteria enters into the bloodvessels, the bacteria or toxic substances which produced by bacteria may enter the bloodstream and follow the arterial circulation towards the heart. Objective: To recognize the focus of infection of the oral cavity referral from Division of Cardiovascular to Division Oral Medicine in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo between 2010-2012 to see oral hygiene, DMF-T, calculus and periodontal disease in 227 medical records of cardiac patients. Methodes: This descriptive study using secondary data, which is the medical records of cardiac patient. Results: 162 patients had poor oral hygiene and 124 patients suffered from gingivitis and periodontitis. Conclusion: Bacteria in the oral cavity could be a focus of infection in cardiac patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Deep bite merupakan maloklusi kedua terbanyak terjadi setelah crowding. Penelitian mengenai dampak deep bite terhadap jaringan periodontal masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh deep bite terhadap status periodontal pada gigi anterior maksila dan mandibula. Metode: penelitian analitik potong lintang menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI dengan kasus deep bite dan normal bite masing-masing 50 data. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) rerata kedalaman poket, kehilangan perlekatan, resesi gingiva antara normal bite dengan deep bite (uji Mann Whitney). Kesimpulan: terdapat pengaruh deep bite terhadap status periodontal gigi anterior maksila dan mandibula, Deep bite is the second most frequent malocclusion occurs. Research on the effects of deep bite to the periodontal status are still rare. Objective: Knowing the influence of deep bite to the periodontal status on maxillary and mandibular anterior teeth. Methods: A cross-sectional analytical study using medical records of patients in Peridontal Clinic with deep bite and normal bite each 50 data. Result: There were significant differences the average pocket depth, attachment loss, gingival recession (p<0,05) between normal bite and deep bite (Mann Whitney). Conclusions: there is influence of deep bite on periodontal status of maxillary and mandibular anterior teeth]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verry Herawan
"Latar Belakang: Kondilus mandibula sering terlibat dalam berbagai kondisi patologis seperti tumor dan cedera traumatis, dimana melibatkan kondilus mandibula sehingga memerlukan reseksi dan pengangkatannya. Ameloblastoma mencakup sekitar 14% dari semua tumor rahang dan kista dan merupakan tumor odontogenik yang prevalensinya paling tinggi di negara berkembang. Pelat rekonstruksi mandibula digunakan dalam bedah mulut dan maksilofasial untuk rekonstruksi defek mandibula. Karena mandibula memainkan peran sentral dalam fungsi dan estetika, hilangnya kontinuitas rahang dapat sangat merusak integritas rahang pasien, dan sangat mempengaruhi persepsi diri dan kepercayaan diri pasien. Saat ini, kemajuan teknologi tiga dimensi (3D) dapat digunakan untuk membuat model aloplastik untuk rekonstruksi mandibula.
Tujuan Penelitian: Mengetahui dan menganalisis perbedaan perubahan posisi protesa kondilus pada pasien ameloblastoma pascareseksi disartikulasi yang menggunakan 3D Model STL dan tidak menggunakan 3D Model STL pre operasi pada kontrol 1 hari setelah operasi dan 6 bulan pascareseksi mandibula di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta periode 2015-2020.
Metode Penelitian: 22 subjek penelitian panoramik diambil dari pasien Rumah Sakit Ciptomangunkusumo sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek penelitian dilihat perbedaan nilai rata-rata tinggi protesa kondilus antara 2 kelompok (dengan Model 3D STL dan tanpa Model 3D STL) pada 1 hari pascareseksi dan 6 bulan pascareseksi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan aplikasi IC Measure. Analisis data untuk melihat perbedaan nilai rata-rata letak posisi protesa kondilus antara 2 kelompok (dengan Model 3D STL dan tanpa Model 3D STL) pada 1 hari pasca reseksi dan 6 bulan pasca reseksi dilakukan dengan menggunakan Uji Dependent T.test dan Wilcoxon- Signed Rank test dan perbedaan nilai tinggi dan letak posisi protesa kondilus antara 2 kelompok (dengan Model 3D STL dan tanpa Model 3D STL) 1 hari pasca reseksi dan 6 bulan pasca reseksi dengan menggunakan Uji ANOVA.
Hasil: Terdapat perbedaan ketinggian dengan nilai P sebesar P= 0,004 dan tidak terdapat perbedaan letak protesa yang signifikan secara statistik dengan nilai P sebesar P= 0,66 antara kontrol 1 hari pasca reseksi dan 6 bulan pasca reseksi dengan model 3D STL. Terdapat perbedaan ketinggian dengan nilai P sebesar P=0,005 dan tidak terdapat perbedaan letak protesa yang signifikan secara statistik dengan nilai P sebesar P= 0,76 antara kontrol 1 hari pascareseksi dan 6 bulan pascareseksi tanpa model 3D STL.
Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan ketinggian dan letak protesa pada fossa kondilus yang signifikan secara statistik antara kelompok 1 hari tanpa model STL, 1 hari dengan model STL, 6 bulan dengan model STL dan 6 bulan tanpa model STL pascareseksi disartikulasi.

Background: Mandibular condyles are often involved in various pathological conditions such as tumors and traumatic injuries, that involving the mandibular condyles that require resection and removal. Ameloblastoma accounts for approximately 14% of all jaw tumors and cysts and is the most prevalent odontogenic tumor in developing countries. Mandibular reconstruction plates are used in oral and maxillofacial surgery for the reconstruction of mandibular defects. Since the mandible plays a central role in function and esthetics, loss of jaw continuity can severely impair the patient's jaw integrity, and severely affect the patient's self-perception and self-confidence. Currently, technological advances in three-dimensional (3D) models can be used to create alloplastic models for mandibular reconstruction.
Aim: To know and analyze the differences in the position changes of the condylar prosthesis in ameloblastoma patients after disarticulation resection using the 3D STL model and not using the 3D STL model preoperatively in controls 1 day after surgery and 6 months after mandibular resection at Ciptomangunkusumo Hospital, Jakarta. 2015-2020 period.
Methods: 22 panoramic research subjects were taken from Ciptomangunkusumo Hospital patients according to the inclusion and exclusion criteria. Research subjects saw the difference in the average height of the condylar prosthesis between the 2 groups (with 3D STL model and without STL 3D model) at 1 day post-resection and 6 months post-resection. Measurements are carried out using the IC Measure application. Data analysis to see the difference in the average value of the position of the condylar prosthesis between the 2 groups (with 3D STL Model and without 3D STL Model) at 1 day post-resection and 6 months post-resection was carried out using the Dependent T.test and Wilcoxon-Signed Rank Test. The difference in the height and position of the condylar prosthesis between the 2 groups (with 3D STL model and without STL 3D model) 1 day after resection and 6 months after resection using the ANOVA test.
Result: There was a difference in height with a P value of P = 0.004 and there was no statistically significant difference in location with a P value of P = 0.66 between controls 1 day post-resection and 6 months post-resection with the 3D STL model. There was a difference in height with a P value of P = 0.005 and there was no statistically significant difference in the location of the protest with a P value of P = 0.76 between controls 1 day post-resection and 6 months post-resection without the 3D STL model.
Conclusion: There was no statistically significant difference in height and position of the prosthesis between controls 1 day post-resection and 6 months post-resection without 3D STL model, there was no statistically significant difference in height and position of the prosthesis between controls 1 day post-resection and 6 months post resection with 3D STL model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Abiyyu Mumtaz
"Latar Belakang: Stres oksidatif merupakan kondisi yang meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan tingkat stres oksidatif yang tinggi ditemukan pada organ hati. Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah stres oksidatif. Metode: Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan hati tersimpan dari 30 tikus Wistar jantan yang sebelumnya telah diberikan akuades dan Spirulina selama 29 hari. Terdapat enam kelompok perlakuan, yaitu tiga kelompok yang diberikan akuades berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta tiga kelompok yang diberikan Spirulina berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati akan diukur dengan metode Claiborne. Hasil: Perbedaan aktivitas spesifik enzim katalase yang signifikan ditemukan antara kelompok tikus perlakuan akuades antara kelompok usia 24 minggu dengan usia 12 minggu dan 18 minggu. Semua kelompok tikus perlakuan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan akuades dengan perbedaan signifikan ditemukan pada kelompok usia 18 minggu. Kesimpulan: Kelompok tikus usia 24 minggu memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus usia 12 minggu dan 18 minggu. Tikus yang diberikan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberikan akuades.

Introduction: Oxidative stress is a condition that increases following an increase in age with a significant level that can be found in the liver. Spirulina platensis has antioxidant activity that can prevent oxidative stress. Method: Experimental study using rat liver tissue of 30 rats from 6 groups, namely 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given aquadest, and 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given Spirulina extract. Specific activity of the catalase enzyme of the liver is measured using the Claiborne method. Results: A significant difference of specific activity of catalase can be seen between rats aged 24 weeks and rats aged 12 weeks and rats aged 18 weeks. Rats that were given Spirulina extract have a significant difference of specific activity of catalase between rats aged 18 weeks. Conclusion: Rats aged 24 weeks have a lower specific activity of catalase than rats aged 12 weeks and 18 weeks. All rats that were given Spirulina extract have a lower specific activity of catalase than rats that were given aquadest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita
"Menopause mengakibatkan defisiensi estrogen yang menyebabkan terjadinya osteoporosis. Daun pegagan mengandung fitoestrogen yang bisa menggantikan kerja estrogen di dalam tubuh untuk mencegah osteoporosis. Untuk menganalisis pengaruh larutan esktrak daun pegagan terhadap kadar kalsium dan fosfat pada tulang, dilakukan aplikasi ekstrak pegagan pada tikus ovariektomi dengan dosis 60mg/kgBB, 120mg/kgBB, dan 180mg/kgBB selama 30 hari. Pemeriksaan kadar kalsium dan fosfat tulang dilakukan melalui teknik destruksi basah dan pengukuran menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan esktrak daun pegagan tidak dapat mempertahankan kadar kalsium dan fosfat tulang pada tikus ovariektomi.

Menopause causes estrogen deficiency, which leads to osteoporosis. Centella asiatica L. contains phytoestrogen that could act as estrogen in the body to prevent osteoporosis. In order to analize effect of Centella asiatica L. leaves extract to bone calcium and phosphate level, the extract was administered to the ovariectomized rats with dose of 60mg/kgBW, 120mg/kgBW, and 180mg, kgBW for 30 days. The bone calcium and phosphate level were acquired by wet ashing technique and spectrophotometer measurement. The result showed Centella asiatica L. leaves extract is not able to maintain bone calcium and phosphate level of ovariectomized rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Lorenza
"Latar Belakang: Bone loss merupakan kondisi yang terjadi seiring penuaan akibat berbagai faktor risiko. Pemeriksaan densitas tulang dapat dilakukan dengan melihat grayscale value tulang kanselus mandibula pada radiograf panoramik digital. Tujuan: Mengetahui perbandingan rerata grayscale value tulang kanselus mandibula menurut jenis kelamin, usia, dan besar arus listrik pada radiograf panoramik digital. Metode: Penelitian ini menggunakan 294 sampel radiograf panoramik digital pria dan wanita berusia 31-75 tahun di RSKGM FKG UI. Rerata grayscale value didapatkan dari pengukuran menggunakan Software I-Dixel Morita© di tulang kanselus mandibula kiri atau kanan daerah apikal regio premolar. Analisa statistik dilakukan 2 kali dengan atau tanpa mempertimbangkan variasi kondisi besar arus(mA). Analisa pertama melibatkan seluruh 294 sampel dengan rentang besar arus 3,3-8 mA. Analisa kedua melibatkan 60 sampel dengan rentang besar arus 5,7-6,4 mA. Hasil: Hasil analisa statistik pertama menunjukkan rerata grayscale value kelompok pria sebesar 113,52±14,88 dan kelompok wanita sebesar 109,98±14,08. Rerata Grayscale value kelompok usia 31-45 tahun sebesar 112,38±13.39, kelompok usia 46-60 tahun sebesar 111,76±13.75, dan kelompok usia 61-75 tahun sebesar 111,11±16.49. Hasil analisa statistik kedua menunjukkan rerata grayscale value kelompok pria sebesar 116,66±13,75 dan kelompok wanita sebesar 105,58±13,55. Rerata grayscale value kelompok usia 32-53 tahun sebesar 115,42±10,89 dan kelompok usia 54-75 tahun sebesar 106,81±16,72. Kesimpulan: Rerata grayscale value tulang kanselus mandibula antar jenis kelamin dan kelompok usia tidak berbeda bermakna (3,3-8 mA). Rerata grayscale value tulang kanselus mandibula antar jenis kelamin serta antar kelompok usia berbeda bermakna (5,7-6,4 mA).

Background: Bone loss is a condition that occurs during aging due to various factor risk. Bone density examination can be performed by measuring grayscale value at the mandibular cancellous bone on a digital panoramic radiograph. Objective: To obtain comparison of mean grayscale value of mandibular cancellous bone by gender, age, and tube current on digital panoramic radiograph. Method: This study utilizing secondary data, totally 294 digital panoramic radiograph of men and women age 31-75 years old at RSKGM FKG UI. Mean grayscale value is obtained by measurement using Software I- Dixel Morita© in the left or right mandibular cancellous bone in the apical area of the premolar region. Two alternative statistical analysis were carried out, with or without considering the variation in tube current condition (mA). The first analysis involved all 294 samples with tube current condition range from 3,3-8 mA. The second analysis involved 60 samples with tube current condition range from 5,7-6,4 mA. Result: First statistical analysis showed that mean grayscale value of the men group is 113,52±14,88 and women group is 109,98±14,08. Mean grayscale value of the 31-45 years old group is 112,38±13.39, 46-60 years old group is 111,76±13.75, and 61-75 years old group is 111,11±16.49. Result from second statistical analyses shows mean grayscale value of the men group is 116,66±13,75 and women group is 105,58±13,55. Mean grayscale value of the 32-53 years old group is 115,42±10,89 and 54-75 years old is 106,81±16,72. Conclusion: Mean grayscale value mandibular cancellous bone by gender and age group are not statistically different (3,3-8 mA). Mean grayscale value mandibular cancellous bone by gender and age group are statistically different (5,7-6,4 mA)."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>