Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Amalia
"ABSTRAK
Kota Bandung merupakan salah satu kota seni di Indonesia yang mampu mengembangkan dunia fashion. Bandung tidak pernah tertinggal dalam perkembangan produk ndash;produk fashionnya. Tersedianya fasilitas belanja produk tekstil maupun busana siap pakai dalam jumlah yang banyak menciptakan citra kota mode sebagai salah satu citra Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran outlet penjualan barang-barang mode di Kota Bandung dan bagaimana persebaran tersebut dikaitkan denga variabel keruangan seperti aktivitas perekonomian yang digambarkan oleh jarak terhadap tempat wisata, penggunaan lahan dan aksesibilitas yang digambarkan oleh kelas fungsi jalan. Data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait, sedangkan data primer didapatkan dengan observasi lapang dan menitikkan seluruh lokasi outlet penjualan barang mode di Kota Bandung. Data dianalisis secara spasial dan didukung oleh analisis kuantitatif menggunakan uji Chi_Square kemudian menggunakan ukuran koefisien kontingensi untuk mengetahui besarnya hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran outlet penjualan barang mode di Kota Bandung cenderung mengumpul dan mendekati tempat wisata. Di samping itu, jarak dari tempat wisata, fungsi jalan, dan penggunaan lahan mempengaruhi secara signifikan terhadap pola sebaran outlet penjualan barang mode yang terbentuk.

ABSTRACT
Bandung city is one of art city in Indonesia that able to develop fashion world. Bandung is never left behind in the development of its fashion products. The availability of textile and clothing shopping facilities ready to use in large numbers create the image of the city of fashion as one image of Bandung. This study aims to determine the pattern of distribution outlet sales of fashion goods in the city of Bandung and how the spread is associated with spatial variables such as economic activity described by distance to the tourist attractions, land use and the accessibility described by the class of road functions. Secondary data obtained from related institutions, while the primary data obtained by field observation and mengatkan all locations of fashion goods sales outlets in the city of Bandung. Data were analyzed spatially and supported by quantitative analysis using Chi Square test then using contingency coefficient size to know the relation. The results showed that the pattern of distribution outlet sales of fashion goods in the city of Bandung tend to collect and approach tourist attractions. In addition, distance from tourist attractions, road functions, and land use significantly affects the pattern of distribution outlets for the sale of fashion goods that are formed."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Widdyastuti
"Skripsi ini membahas bagaimana persebaran tipologi factory outlet di Kota Bandung menurut kelas jalan serta hubungannya dengan karakteristik pengunjung dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan analisis deskriptif keruangan. Hasil penelitian adalah Factory outlet di Kota Bandung cenderung berlokasi pada jalan dengan kegiatan wisata dan fasilitas pendukung pariwisata serta didominasi oleh factory outlet yang mengutamakan kelengkapan barang dan fasilitas. Ditemukan perbedaan karakteristik pengunjung pada factory outlet yang berlokasi di jalan wisata pada hari libur dan hari kerja dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya. Tidak ditemukan perbedaan karakteristik pengunjung pada factory outlet yang berlokasi di luar dari jalan wisata pada hari libur dan hari kerja dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya.

This theses discuss on how is the distribution of factory outlet typology in Bandung. Based on customers characteristics in terms of place of origin and their typology. This is a qualitative research which using spatial description analysis. In Bandung, factory outlets tend to distibute dominantly on tourism street. Those outlets are categorized as complete products and services or facilities. There are customers characteristics differences between factory outlets which are located on the tourism street in the holidays and working days. There are no customers characteristics differences between factory outlets which are located on the non tourism street in the holidays and working days."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34153
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Permatasari
"Distro (Distribution Outlet X yang berdiri di akhir tahun 1999 merupakan salah satu jenis usaha eceran yang menjual produk pakaian jadi dan merchandise musik. Harga dari produk dan merchandise tersebut sudah merupakan harga pasti yang tidak dapat ditawar oleh konsumen. Pada umumnya konsumen yang berbelanja di distro X ini adalah kalangan remaja (SMP dan SMU) serta dewasa awal (mahasiswa). Setelah tiga tahun berdiri, distro X menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, ditandai oleh peningkatan jumlah konsumen dan peningkatan pendapatan. Sebagai usaha yang tengah berkembang distro X perlu memahami faktor-faktor yang mendasari konsumennya dalam memilih berbelanja di distro X sehingga dapat dicari upaya untuk mengembangkan distro X agar dapat menarik lebih banyak lagi konsumen. Melalui analisis yang dilakukan berdasarkan hasil observasi di distro X dan wawancara terhadap para pemilik dan pegawai di distro X, serta dengan melihat atribut-atribut score choice menurut Loudon dan Bitta (Consumer Behavior, 1995) didapat data yang menggambarkan beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki distro. Berdasarkan data tersebut, penulis memberikan saran yang terbagi atas dua, yaitu saran yang bersifat jangka pendek, meliputi bebarapa alternatif penyelesaian masalah yang dirasakan saat ini, serta saran yang bersifat jangka panjang yang meliputi beberapa alternatif dalam menyikapi perkembangan distro "X" sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Mayasari
"Banyak dari masyarakat kita yang berbelanja tanpa mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak membutuhkan barang yang mereka beli. Berbelanja saat ini merupakan jawaban alas segata kebutuhan dan keinginan dari konsumen, walaupun dewasa ini motif sosial menjadi latar belakang yang panting untuk ditelusuri, karena berbelanja merupakan salah satu aktivitas yang konsumtif. Dan semakin berkembangnya gaya hidup masyarakat terutama di kota-kota besar menyebabkan berbelanja bukan hanya sekedar suatu aktivitas pembelian barang atau jasa, tetapi sesungguhnya lebih rumit dan kompleks dibandingkan yang kelihatan di permbkaan.
Pada karya akhir ini digunakan pendekatan perilaku konsumen sebagai acuan untuk melihat lebih jauh proses yang terjadi pada saat individu atau konsumen memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang atau jasa yang dibelinya, ide bahkan pengalaman yang pernah dialaminya yang kesemuanya itu berguna bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen itu sendiri. Sudut pandang individu atau konsumen sebagai pemegang peran mengakibatkan individu tersebut memiliki cara pandang, aturan bahkan penampilan yang berbeda pula yang sejalan dengan peran yang dilakoninya, selain dari tuntutan akan perubahan jaman dan gaya hidup dimana individu itu berada.
Factory outlet di Bandung merupakan salah satu alternatif tempat belanja yang menyenangkan bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Mengingat pertumbuhan factory outlet di kawasan tersebut semakin ramai. Padahal sat ini banyak pula factory outlet yang berdiri di Jakarta, tetapi mengapa tetap saja konsumen pergi ke factory outlet yang ada di Bandung. Apa yang ada di pikiran dan benak sebagian besar konsumen Jakarta pada saat mereka memilih untuk lebih berbelanja ke factory outlet di Bandung ? Sebagai wadah bare, factory outlet telah menjadi suatu daya tank tersendiri. Factory outlet menjadi penyedia sarana untuk memenuhi dorongan konsumtif dengan iming-iming harga yang murah, yang sangat jauh berbeda dibandingkan produk aslinya sehingga terus-menerus menjadi pendorong bagi konsumen untuk membeli barang-barang yang mungkin sesungguhnya tidak terlalu dibutuhkan. Tidak aneh jika banyak konsumen di Jakarta yang rela bennacet-macet di jalan raya pada akhir minggu, menyetir mobil dari Jakarta ke Bandung, hanya demi sekedar satu atau dua potong pakaian_ Pada hari libur atau akhir minggu, factory outlet tersebut penuh dijejali oleh pengunjung yang sebagian besar adalah konsumen dari Jakarta.
Nita dapat melihat bahwa masing-masing individu tersebut memiliki persepsi yang berbeda tentang pilihan mereka untuk tetap datang ke factory outlet di Bandung. Persepsi itu sendiri diartikan sebagai suatu proses bagaimana suatu rangsangan dari luar diartikan, dipilih dan dianalisa melalui panca indera manusia. Belum lagi pengaruh dari prang lain yang ikut menentukan apa yang menjadi keinginan konsumen sangatlah kuat. Hal tersebut dipandang sebagai purlieu mengapa konsumen di Jakarta memilih pergi ke Bandung dari sekian banyaknya pilihan factory outlet di Jakarta. Meski setelah penelitian dilakukan, ternyata atribut yang didapat belum memenuhi sepenuhnya gambaran dari persepsi yang ada di benak konsumen, tetapi atribut dasar seperti faktor kualitas barang, pelayanan, harga dan pengalaman belanja di factory outlet Bandung tetap merupakan faktor kunci bagi pengembangan atribut persepsi selanjutnya.

Some people shop even though they do not necessarily intend to buy anything at all, whereas others have to be dragged to a mall. Shopping is a way to acquire need products and services, but social motives for shopping also are important. Shopping is an activity that can be performed for either utilitarian or hedonic. Indeed, some researchers suggest that most woman shop to love while men are shop to win. Obviously, there are many exceptions to this view points, but nonetheless it is clear that the reason we shop are more complex than may appear on the surface.
In this research, using the consumer behavior approach as a general guideline to see the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or dispose of products or services, ideas, or even experiences to satisfy needs and desires. The perspective of role theory takes the view that much of consumer behavior resembles actions in play, and as in a play, each consumer has a different lines, props and costume necessary to put on a good performance., instead of the dynamical changing in the urban lifestyles where the people takes place.
Factory Outlet in Bandung is one of the alternatives to go for most people in Jakarta. As these factory outlet growth very fast in that area, even there are many similar factory outlet in Jakarta. But why people prefer go to Bandung then ? What is on their mind while they are deciding go to Bandung for shopping even only for one or two pieces cloths? We might say that factory outlet is becoming a new phenomena at this point that they provide such a hedonic consumption, low price in order to attract people buying without knowing they need it or not. It is common today for seeing many people in Jakarta facing the heavy traffic way to Bandung on weekend and long holiday.
We may see that each of them have their own perceptions, needed or desires. Perception is the process by which these sensation or immediate response are selected, organized, and interpreted in order to give them meaning. Perceptions of brand comprise both its functional attributes and symbolic attributes. As we generally think that consumer is a person who identifies a need or desires, making a purchase decision and pass the three stages of consumption process. In many cases, different people may be involved in this sequence of events_ The purchaser and user might not be the same person. Another person may act as influencer, providing recommendation for certain products without actually buying or using them. Finally, consumers may take the decision involved in purchasing products that will be used by many.
After analyzing the product attribute that might have correlations into perception, it is suggested that next research should have more widely attributed to be analyzed instead of more sample of respondent. Four perceptions attributed such as product quality, service, price and experience may become basic attributed to be explored in the next future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Primade
"Perkembangan Kota Depok membuat kebutuhan pasar akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan pasar di kota depok keberadaan ATM sebagai sarana praktis mempercepat terjadinya transaksi sangat dibutuhkan. Namun, keberadaan ATM di kota Depok tidaklah merata hal ini dikarenakan adanya pertimbangan faktor karakteristik lokasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran persebaran outlet Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik pemerintah dan swasta di Kota Depok yang dikaitkan karakteristik lokasi dengan menggunakan variabel penggunaan tanah, jaringan jalan, dan variabel jumlah penduduk produktif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Tetangga Terdekat, Matriks dan SIG. Hasil penelitian menunjukan bahwa Outlet ATM milik Pemerintah dan Swasta tersebar mengelompok pada Jalan Kolektor Primer yang berada pada penggunaan tanah perdagangan dan jasa serta mempunyai jumlah penduduk produktif pada tingkat sedang. Jalan yang mempunyai jumlah ATM terbanyak adalah Jalan Raya Margonda dan Jalan Cinere Raya. Persebaran ATM di Kota Depok tersebar mengelompok pada Pusat Pelayanan Kota Depok dan Subpusat Pelayanan Kota Cinere dan Cimanggis serta cenderung berada pada Area Of Dominance.

Depok is one of growth center city in west java, that makes market demand is increase. Those increases effect presence of ATM as a practical means to accelerate the transaction is needed. However, the presence of ATMs in the city of Depok not uniform due to consideration of the characteristics of the location factor. The aim of this study was to obtain a distribution outlet Automated Teller Machine (ATM) in the public and private in Depok characteristics, associated with the location using the variable, such as land use, road networks, and a variable number of productive populations. The method used in this study is the Matrix Method and GIS. Our research showing that Goverment ATM Outlets and Private Bank Outlets spread collectively on Primary Collector ways where placed among used trades and services area and having an amount productively population in middle level. The ways that has more ATM machines is Margonda Raya streets and Cinere Raya streets. The Distribution of ATM Machines in Depok City spread collectively on Official Service Center of Depok city and City Sub-Service Center in Cinere and Cimanggis and disposed in the Area of Dominace."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Legowo
"Berkembangnya suatu kota dapat dilihat dari kegiatan ekonominya. Saat ini kita melihat adanya suatu perkambengan besar dalam bisnis retail dl kota Bandung dengan menyebamya Factory Outlet di berbagai sudut kota Bandung, misalnya saja di JI. Ir. H. Juanda, JI. Otten, JI. Setiabudi, JI. Sukajadi, JI. R.E. Martadinata. dll. Fenomena bisnis retail di bidang garmen int mutai bermunculan pada saat keadaan ekonomi di negara ini mengalami masa kemunduran, krisis moneter. Kegiatan komarsial yang bisa mencapai omset pakalan sampai 100.000 potong ini atau ratusan ribu rupiah perharinya, merupakan usaha yang menjanjikan di tengah keadaan ekonomi negara yang buruk, sehingga bukan hat yang mengherankan jika kondisi menjamurnya Factory Outlet juga secara Iatah muncul di kota-kota besar Iainnya di P. Jawa termasuk Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Sidik Roostandi
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai konsumen Factory Outlet (FO). FO menawarkan ideologi baru dalam berbelanja, yaitu menjual 'produk sisa ekspor'. Makna 'sisa' dan 'ekspor' yang dikonstruksi oleh pengusaha (produsen) FO memiliki problematikanya tersendiri ketika dimaknai kembali oleh konsumen. Makna 'sisa' yang diikuti dengan makna 'murah' yang identik dengan konsumen kelas menengah ke bawah dan makna 'ekspor' yang diikuti dengan 'produk high-class' yang identik dengan kelas menengah ke atas menjadi kontradiksi karena pada praktiknya konsumen FO didominasi oleh konsumen kelas menengah ke atas. Tidak hanya itu saja, FO yang memiliki makna sebagai 'toko pakaian' menjadi kontradiksi karena FO juga dimaknai sebagai 'objek wisata'. Keragaman pemaknaan tersebut menggambarkan bagaimana proses pemaknaan konsumen terhadap suatu artefak budaya terus dikontestasikan (ideologis) dan tidak semata-mata 'tunduk' pada ideologi dominan. Hal tersebut membuat ideologi berhubungan dengan identitas konsumen (formasi sosial) yang terbentuk di FO. Ideologi dan identitas konsumen merupakan fokus analisis penelitian ini.

This thesis examines Factory Outlet (FO) consumers. FO comes up with a 'new ideology of shopping; selling excess export products'. The meaning of 'excess' and 'export' which is defined by the cultural producer have their own contradiction when it is redefined by the consumers. The quality of 'excess' that implies the quality of 'cheap' and the quality of 'export' that implies the quality of 'high-class product' represents a particular group of consumers. The lower-middle class is identified with the quality of 'cheap' while the upper-middle class is identified with 'high-class product'. The identifications present a contradiction when, on the practice, the FO is dominated by the upper-middle class consumer. Moreover, FO as a place has two meanings; as a clothing store and as a tourist object. The various meanings of FO occupy consumers as the significant element of culture that actively defines a cultural artifact (FO). Consumer activities in FO are considered ideological since they contest their ideology with the dominant ideology of shopping. Therefore, ideology relates to the construction of consumer identity or social formation in FO. Ideology and identity of FO consumers are the frameworks of this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T39168
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Sidik Roostandi
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian mengenai konsumen Factory Outlet (FO). FO menawarkan ideologi baru dalam berbelanja, yaitu menjual ?produk sisa ekspor?. Makna ?sisa? dan ?ekspor? yang dikonstruksi oleh pengusaha (produsen) FO memiliki problematikanya tersendiri ketika dimaknai kembali oleh konsumen. Makna ?sisa? yang diikuti dengan makna ?murah? yang identik dengan konsumen kelas menengah ke bawah dan makna ?ekspor? yang diikuti dengan ?produk high-class? yang identik dengan kelas menengah ke atas menjadi kontradiksi karena pada praktiknya konsumen FO didominasi oleh konsumen kelas menengah ke atas. Tidak hanya itu saja, FO yang memiliki makna sebagai ?toko pakaian? menjadi kontradiksi karena FO juga dimaknai sebagai ?objek wisata?. Keragaman pemaknaan tersebut menggambarkan bagaimana proses pemaknaan konsumen terhadap suatu artefak budaya terus dikontestasikan (ideologis) dan tidak semata-mata ?tunduk? pada ideologi dominan. Hal tersebut membuat ideologi berhubungan dengan identitas konsumen (formasi sosial) yang terbentuk di FO. Ideologi dan identitas konsumen merupakan fokus analisis penelitian ini.

ABSTRACT
This thesis examines Factory Outlet (FO) consumers. FO comes up with a ?new ideology? of shopping; selling ?excess export products?. The meaning of ?excess? and ?export? which is defined by the cultural producer have their own contradiction when it is redefined by the consumers. The quality of ?excess? that implies the quality of ?cheap? and the quality of ?export? that implies the quality of ?high-class product? represents a particular group of consumers. The lower-middle class is identified with the quality of ?cheap? while the upper-middle class is identified with ?high-class product?. The identifications present a contradiction when, on the practice, the FO is dominated by the upper-middle class consumer. Moreover, FO as a place has two meanings; as a clothing store and as a tourist object. The various meanings of FO occupy consumers as the significant element of culture that actively defines a cultural artifact (FO). Consumer activities in FO are considered ideological since they contest their ideology with the dominant ideology of shopping. Therefore, ideology relates to the construction of consumer identity or social formation in FO. Ideology and identity of FO consumers are the frameworks of this research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27901
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Revi Novkaputri
"ABSTRAK
Dalam masyarakat konsumen, merek adalah sesuatu yang sangat penting dan memiliki pengaruh besar pada produk yang dikonsumsi; termasuk produk fashion. Fashion streetwear adalah salah satu produk pakaian yang digandrungi berbagai merek dengan harga tinggi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam mengonsumsi, merek memiliki makna sendiri dan ada nilai-nilai yang mendasari seseorang untuk membelinya. Sejumlah penelitian lain telah menemukan bahwa perilaku konsumsi dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Dalam masyarakat postmodern, konsumsi dapat menentukan hubungan sosial antar individu dalam masyarakat. Oleh karena itu, orang dapat diklasifikasikan ke dalam hierarki budaya melalui pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki untuk barang-barang konsumen. Pengetahuan ini dapat ditunjukkan dengan orientasi merek yang kuat. Dengan demikian, penelitian ini berpendapat bahwa orientasi merek di antara karyawan rekan penjualan ritel fesyen diperkuat oleh lingkungan kerja. Namun dalam praktik konsumsi yang dilakukan oleh Sales Associates, ada akses yang membuatnya lebih mudah bagi mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memperkuat orientasi merek dan memberikan individu akses ke konsumsi, lingkungan membantu individu untuk mendapatkan posisi tertentu dalam klasifikasi kelas berdasarkan hierarki budaya.

ABSTRACT
In a consumer society, a brand is something that is very important and has a big influence on the products consumed; including fashion products. Streetwear fashion is one of the clothing products that are loved by various brands at high prices. Numerous studies show that in consuming, a brand has its own meaning and there are values ​​that underlie a person to buy it. A number of other studies have found that consumption behavior is influenced by the social environment. In postmodern society, consumption can determine social relations between individuals in society. Therefore, people can be classified into cultural hierarchies through the knowledge and skills they have for consumer goods. This knowledge can be demonstrated by strong brand orientation. Thus, this study argues that brand orientation among employees of fashion retail sales associates is reinforced by the work environment. But in the consumption practices practiced by Sales Associates, there is access that makes it easier for them. The method used in this study is a qualitative method with in-depth interview data collection techniques. The results show that by strengthening brand orientation and giving individuals access to consumption, the environment helps individuals to get certain positions in class classifications based on cultural hierarchy."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>