Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johanes Salikin
"ABSTRAK
Dalam proses pembuatan MCM-48 dari abu sekam padi membutuhkan proses pembakaran untuk memisahkan silica dari komposisi organic lainnya, proses pembakaran ini melepaskan CO2. Eksperimen ini mengajukan metode baru untuk mengekstraksi silica dari sekam padi dengan metode ultrasonic, dimana tidak menghasilkan CO2 dalam prosesnya. Silika MCM-48 mesopori disintesis menggunakan campuran surfaktan netral kationik sebagai template pengarah struktur dan sekam padi sebagai sumber silika. Sampel MCM-48 ditandai dengan difraksi serbuk sinar X XRD , spektroskopi inframerah transformasi fourier FT-IR . Pola difraksi sinar-X dari MCM-48 yang dihasilkan akan mengungkapkan pola tersebut sebagai indikator struktur kubik MCM. FT-IR mengungkapkan kelompok fungsional silanol sekitar 3460 cm. Eksperimen terobosan dengan adanya MCM-48 juga dilakukan untuk menguji kapasitas adsorpsi CO2 material. Selain itu, MCM-48, APTS-MCM-48 RHA , disiapkan dengan 3-aminopropyltriethoxysilane APTS untuk menyelidiki pengaruh kelompok fungsional amina dalam pemisahan CO2. Urutan besarnya kapasitas adsorpsi CO2 yang lebih tinggi diperoleh dengan adanya APTS-MCM-48 RHU dibandingkan dengan MCM-48 RHU . Hasil ini menunjukkan bahwa MCM-48 yang disintesis dari sekam padi dapat digunakan untuk menghilangkan CO2 sekitar 6 dari berat sampel.

ABSTRACT
In the process of synthesizing MCM 48 from rice husk ash a calcination is required to separate the silica from the organic composition, and this calcination produced CO2. This thesis proposed a new method of extracting silica from rice husk using ultrasonic method, which did not produce CO2 in the process. A mesoporous MCM 48 silica was synthesized using a cationic neutral surfactant mixture as the structure directing template and rice husk as the silica source. The MCM 48 samples were characterized by X ray powder diffraction XRD , Fourier transform infrared spectroscopy FT IR . X ray diffraction pattern of the resulting MCM 48 will reveal the pattern as the indicator of the cubic structure of the MCM. FT IR revealed a silanol functional group at about 3460 cm. Breakthrough experiments in the presence of MCM 48 were also carried out to test the material rsquo s CO2 adsorption capacity. In addition, APTS MCM 48 RHU amine grafted MCM 48, APTS MCM 48 RHA , was prepared with the 3 aminopropyltriethoxysilane APTS to investigate the effect of amine functional group in CO2 separation. An order of magnitude higher CO2 adsorption capacity was obtained in the presence of APTS MCM 48 RHU compared to that with MCM 48 RHU . These results suggest that MCM 48 synthesized from rice husk could be usefully applied for CO2 removal by around 6 of the sample weight.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edma Nadhif Oktariani
"Meningkatnya kebutuhan akan transportasi mengakibatkan meningkatnya pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor dalam bentuk gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Untuk mengatasi ini, limbah sekam padi dipilih menjadi bahan baku pembuatan karbon aktif sebagai adsorben gas buang CO dan hidrokarbon karena mengandung selulosa yang tinggi. Metode aktivasi limbah sekam padi dilakukan malalui aktivasi kimia dan fisika. Aktivasi kimia menggunakan NaOH dan KOH sebagai activating agent sedangkan aktivasi fisika menggunakan N2. Karbon aktif hasil aktivasi kimia fisika ini akan dimodifikasi dengan MgO agar kapasitas adsorpsi dalam menyerap CO dan hidrokarbon dapat meningkat. Karakterisasi yang digunakan adalah uji bilangan iod, SEM, dan EDX. Dari uji bilangan iodin diperoleh luas permukaan karbon aktif teraktivasi kimia KOH 75% sebesar 1851,52 m2/g. Berikutnya, karbon aktif termodifikasi MgO diuji kapasitas adsorpsinya. Dari hasil uji emisi gas buang diperoleh karbon aktif dengan modifikasi MgO 1% memperoleh hasil terbaik dengan mampu mengadsorpsi gas CO sebesar 90,54% dan gas HC sebesar 62,84%.

The increasing need for transportation causes problems. The biggest problem that arises from this is the catastrophic air pollution caused by motor vehicle exhaust in the form of dangerous gases such as carbon monoxide (CO) and hydrocarbons (HC). To overcome this, rice husk was chosen to be the raw material for making activated carbon as an adsorbent for CO exhaust gas and hydrocarbons due to its high cellulose content. The activating method of rice husk waste is carried out through chemical and physical activation. In this research, chemical activation used is NaOH and KOH as activating agents while physical activation uses N2. The activated carbon from chemical activation will be modified with MgO to increase the adsorption capacity to absorb CO and hydrocarbons. The characterization used is the iodine number test, SEM, and EDX. From the iodine test, the best surface area of activated carbon is obtained in physical-chemical activated carbon with 75% KOH, which is 1841,52 m2/g. Afterwards, activated carbon that has been modified withMgO is tested for its adsorption capacity. It is found that activated carbon with 1% MgO has the best adsorption capacity which capable of adsorbing CO and HC emissions 90,54% and 62,84% respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sulistianti
"ABSTRAK
Revolusi industri meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer yang berdampak pada
efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian untuk menangkap (capture) CO2 menggunakan karbon mesopori
termodifikasi gugus amina. Penelitian ini membandingkan kemampuan adsorpsi
CO2 menggunakan karbon mesopori hasil sintesis dan karbon aktif komersial,
kemudian dibandingkan juga jika keduanya dimodifikasi dengan gugus amina.
Karbon mesopori disintesis melalui metode soft template menggunakan
phloroglucinol dan formaldehida sebagai sumber karbon; serta Pluronic F-127
sebagai agen pembentuk pori. Karbon mesopori hasil sintesis dan karbon aktif
komersial kemudian dimodifikasi dengan triethylenetetramine (TETA) untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2. Hasil XRD menunjukkan adanya dua
puncak yang melebar dan tidak tajam pada 2θ = 24,21º dan 2θ = 43,85º, menurut
indeks JCPDS, No. 75-1621 puncak ini adalah puncak khas untuk material karbon
grafit heksagonal. Berdasarkan karakterisasi FTIR, karbon mesopori hasil sintesis
memiliki kesamaan dengan karbon aktif komersial, yaitu tidak adanya puncak
serapan yang muncul. Setelah dimodifikasi dengan TETA muncul puncak serapan
pada daerah sekitar 1580-1650 cm-1 yang merupakan vibrasi N-H bending dan
puncak serapan pada daerah sekitar 3150-3380 cm-1 yang merupakan vibrasi N-H
stretching. Berdasarkan analisis BET, didapatkan informasi bahwa modifikasi
dengan TETA menurunkan luas permukaan, volume pori, dan diameter pori. Luas
permukaan karbon mesopori menurun dari 407,278 m2/g menjadi 205,559 m2/g
setelah dimodifikasi dengan 10% TETA dan 208,300 m2/g setelah dimodifikasi
dengan 20% TETA. Volume pori karbon mesopori menurun dari 0,6355 cm3/g
menjadi 0,4149 cm3/g setelah dimodifikasi dengan 10% TETA dan 0,4199 cm3/g
setelah dimodifikasi dengan 20% TETA. Uji adsorpsi CO2 menunjukkan bahwa
karbon mesopori memiliki kemampuan adsorpsi CO2 yang lebih baik daripada
karbon aktif komersial dan modifikasi dengan TETA mampu meningkatkan
adsorpsi CO2. Karbon mesopori mampu mengadsorpsi CO2 sebanyak 9,916
mmol/g dan karbon aktif mampu mengadsorpsi CO2 sebanyak 3,84 mmol/g selama
3,5 jam waktu adsorpsi, karbon mesopori tiga kali lebih baik daripada karbon aktif
dalam mengadsorpsi karbon dioksida. Karbon mesopori termodifikasi 50% TETA
mampu mengadsorpsi CO2 terbesar yaitu 19,341 mmol/g, kemampuan adsorpsi
karbon dioksida meningkat sekitar 95% setelah dimodifikasi dengan 50% TETA
daripada karbon mesopori tanpa modifikasi.

ABSTRACT
The Industrial Revolution was increasing concentrations of CO2 in the atmosphere
that have an impact on the greenhouse effect which lead to global warming.
Therefore, capture CO2 using mesoporous carbon modified amine group are
studied. This research will compare the ability of CO2 adsorption using synthesized
mesoporous carbon and commercial activated carbon, and compared if they are
modified by amine group. Mesoporous Carbon were synthesized by soft template
method using phloroglucinol and formaldehyde as a carbon source; and Pluronic F-
127 as a mesoporous agent. Synthesized mesoporous carbon and commercial
activated carbon were modified with triethylenetetramine (TETA) to increase CO2
adsorption capacity. Based on FTIR characterization, the synthesized mesoporous
carbon and the activated carbon without modification process has similarity pattern.
After the modification, both of them showed absorption peaks in the area around
1580 to 1650 cm-1 which is known as N-H bending vibration and absorption peaks
in the area around 3150 to 3380 cm-1 which is known as N-H stretching vibration.
The XRD results showed two peaks were widened and rounded at 2θ = 24.21º and
2θ = 43.85º, According to JCPDS index No. 75-1621, those peaks are the typical
peak for hexagonal carbon graphite. In BET analysis, the modifications by TETA
can decrease surface area, pore volume and pore diameter. Mesoporous carbon
surface area decreased from 407.278 m2/g to 205.559 m2/g after being modified
with 10% TETA and 208.300 m2/g after being modified with 20% TETA. The pore
volume of mesoporous carbon decreases from 0.6355 cm3/g to 0.4149 cm3/g after
being modified with 10% TETA and 0.4199 cm3/g after being modified with 20%
TETA. The testing adsorption of CO2 showing that the mesoporous carbon is better
than the commercial activated carbon for CO2 adsorption and modified with TETA
able to increase the adsorption of CO2. Mesoporous carbon is able to adsorb CO2
of 9.916 mmol/g and the activated carbon is able to adsorb CO2 of 3.84 mmol/g for
3.5 hours adsorption, mesoporous carbon three times better than activated carbon
for adsorption of carbon dioxide. The modified mesoporous carbon 50% TETA is
the most able to adsorb CO2 of 19.341 mmol/g, carbon dioxide adsorption capacity
increased by about 95% after being modified with 50% TETA.;"
2016
S65342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burmawi
"The synthesis of silica from rice husk ash has been studied. The purification has been done by adding acid solution and by heating. The sample heated in the temperature range of 700 - 1000°C. The characterization was done by means of the X- Ray diffraction, Electron microscope and X-ray Fluorescence. The results show the RHA after burning contain 59.72 % wt, after heating the weight fraction of silica increase, 700°C around 84.59%, 850°C around 85.75 % and 1000°C around 87.55 %. Electron microscope shows the evolution of microstructure on heating. From the evolution of impurity elemens in the RHA, it is concluded that the increased of silica contained is due to decrease of potassium contain in the RHA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T29082
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Zulham S.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
TA1251
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Citadwi Kartikaningrum
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2350
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Barri Irfani
"Pemisahan CO2 dari gas alam di amine plant bertujuan untuk menghilangkan akibat buruk yang akan ditimbulkan oleh CO2 pada proses selanjutnya. Salah satu alternatif proses pemisahan tersebut adalah dengan cara absorpsi yang menggunakan solvent MDEA. Solvent inilah yang memisahkan CO2 dari umpan gas hingga menghasilkan produk yang seuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
Kuantitas dan kualitas umpan masuk pada kolom absorber merupakan faktor ketidakpastian, sehingga akan menyulitkan dalam mempertahankan kualitas produk gas yang diinginkan. Oleh karena itu, maka untuk dapat menganalisa pengaruh dari variabel operasi yang terlibat didalamnya diperlukan suatu model. Pemodelan konvensional yang biasa dilakukan dengan pemodelan matematis cenderung kaku dengan banyaknya asumsi dan sulit untuk dilakukan. Percobaan sebelumnya dilakukan dengan teknik regresi dan membandingkannya dengan model empiris.
Makalah ini akan mencoba memodelkannya dengan jaringan Syaraf tiruan yang lebih fleksibel Algoritma pembelajaran yang digunakan adalah algoritma simulaled annealing jaringan syaraf tiruan dan sebagai pembandingnya dipakai algoritma pembelajaran resilient backpropagation. Ternyata jaringan syaraf tiruan (JST) simulated annealing yang terbentuk tidak dapat mengidentifikasi hubungan antara laju alir gas umpan dan laju sirkulasi MDEA terhadap laju alir gas produk dan kandungan CO2 didalamnya.
Sedangkan algoritma pembanding resilient backpropagation jaringan syaraf tiruan berhasil mengidentifikasi hubungan tersebut. Dari hasil simulasi yang dilakukan pada jangkauan laju alir gas umpan yang kecil dan variabel tersebut dianggap tetap, didapatkan bahwa ada kecenderungan peningkatan laju sirkulasi MDEA menyebabkan meningkatnya persen CO2 didalam gas produk. Namun terjadi inkonsistensi yang disebabkan adanya variabel lain yang juga berpengaruh terhadap proses tersebut tetapi diluar data pengamatan yang ada."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Kurniawan
"Sintesis superabsorben dari selulosa sekam padi sebagai backbone dengan metode polimerisasi radikal bebas pada kopolimerisasi cangkok dengan monomer asam akrilat dan akrilamida dapat menghasilkan pupuk slow-release yang bersifat ramah lingkungan. Selulosa diisolasi dari sekam padi dengan tahapan ekstraksi lemak dengan toluen : etanol (2:1). Penghilangan hemiselulosa dan lignin dengan menggunakan kalium hidroksida 5% dan hidrogen peroksida 2% pH basa. Rendemen selulosa yang diperoleh adalah 39,5% untuk metoda I dan 59,50% untuk metoda II.
Spektrum FTIR selulosa menunjukkan hilangnya serapan lignin pada bilangan gelombang 1728 cm-1 untuk selulosa I sedangkan pada selulosa II masih muncul gugus lignin. Indeks kristalinitas dari selulosa didapatkan dari hasil analisis XRD sebesar 68% untuk selulosa I sedangkan 60% untuk selulosa II. Kopolimerisasi berlangsung 2 jam pada suhu 70C dengan dialiri gas nitrogen. Inisiator dan agen pengikat silang yang digunakan adalah kalium peroksodisulfat dan N?N-metilena bis akrilamida.
Hasil analisis SEM memperlihatkan bahwa permukaan kopolimer selulosa memiliki morfologi yang lebih kasar, homogen, dan merata disebabkan terjadinya pencangkokkan monomer ke selulosa sehingga jaringan superabsorben yang terbentuk semakin rapat. Superbasorben menunjukkan kapasitas pengembangan air dan urea dengan konsentrasi 200 ppm berturut-turut adalah 845,53 g/g dan 667,81 g/g untuk selulosa I dan 744,52 g/g dan 1459,13 g/g untuk selulosa II . Sedangkan kapasitas pelepasan air dan urea dari superbsorben yang paling baik adalah pada selulosa satu dengan kapasitas berturut-turut adalah 87,14 % dan 24,34%. Kinetika pengembangan dan pelepasan dari urea mengikuti orde pseudo-kedua.

Superabsorbent that synthesized from rice husk cellulose as backbone and grafted with acrylic acid and acrylamide can be used as biodegradable slow release fertilizer. Cellulose was isolated from rice husk by extracted fat, wax, other extractive material with mixture of toluen and ethanol (2:1). Hemicellulose and lignin was removed by using potassium hydroxyde solution (5%) and hydrogen peroxyde solution (2%) in base condition. The average rendement of cellulose-1 obtained 39.50 % and 59.50 % for cellulose-2.
FTIR spectrum of cellulose showed that lignin from rice husk had been removed, it showed at wave number 1750 cm-1. The diffraction pattern of XRD obtained crystallinity index of rice husk 42.60 % which increased after isolated to 67.80% for cellulose-1 and cellulose-2 60.20 %. Copolymerization process was conducted at temperatur 70C for 2 hours and nitrogen gas was flowed into reactor. Potassium peroxodisulphate and N,N?-methylene bis-acrylamide was used as cross-linking agent and inisiator, respectively.
Mycrograph of SEM analysis showed that the surface of superabsorbent was rough and homogen because of monomer grafting that was done to cellulose. Swelling capacity of superabsobent in water and urea solution (200 ppm) were 845,53 g/g and 667,81 g/g for cellulose-1 and 744,52 g/g and 1459,13 g/g for cellulose-2, respectively. Release capacity of superbasobent for cellulose-1 was the best, and the release capacity were 87,14 % and 24,34% for water and urea solution respectively. Swelling and release kinetics of urea solution followed a pseudo-second order of rate law.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T45181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusma Harfiana Abbas
"Polimer superabsorben berbasis selulosa tercangkok poli(akrilat-ko-akrilamida) yang dikompositkan dengan bentonit telah berhasil disintesis pada panelitian ini. Pada awal penelitian dilakukan isolasi seluloa dari sekam padi dengan persen rendemen rata-rata yang diperoleh sebesar 37,85 %. Selanjutnya, seluloa hasil isolasi dari sekam padi dikopolimerisasi dengan menggunakan asam akrilat dan akrilamida sebagai monomer, kalium persulfat sebagai inisiator, N,N? dimetil-bis-akrilamida sebagai agen pengikat silang dan ditambahkan bentonit untuk memperkuat sifat fisik dari superabsorben. Superabsorben dikarakterisasi dengan instrumen FTIR untuk analisis gugus fungsi, XRD untuk analisis indeks kristanilitas superabsorben dan SEM untuk melihat morfologi permukaan.
Kapasitas swelling air dan urea superabsorben selulosa isolasi menunjukkan nilai kapasitas terbaik, yaitu berturut-turut sebesar 451,303 g/g dan 483,433 g/g. Superabsorben dengan kapasitas release air dan urea terbaik yaitu superabsorben selulosa murni dengan nilai berturut-turut sebesar 52,624 % dan 36,38%. Kinetika swelling superabsorben ditentukan dengan metode kecepatan awal dan metode integrasi. Nilai orde swelling terhadap superabsorben mengikuti orde minus satu, sedangkan orde swelling terhadap absorbat mengikuti orde dua. Dengan demikian hukum lajunya mengikuti persamaan v=k[Superabsorben]-1[absorbat]2.

Cellulose-based superabsorbent polymer grafted poly (acrylic acid-co-acrylamide) which composited with bentonite has been synthesized in this experiment. At the beginning of the study, cellulose was isolated from rice husk with percent average yield obtained at 37.85%. Furthermore cellulose from rice husk copolymerized using acrylic acid and acrylamide as monomer, potassium persulfate as initiator, N, N 'dimethyl-bis-acrylamide as crosslinker and bentonite was added to strengthen the physical properties of the superabsorbent. Superabsorbent was characterized by FTIR instrument for analyzing the functional groups, XRD for analyzing index crystanility of superabsorbent and SEM for observing the morphology.
Swelling capacity of water and urea of isolated cellulose superabsorbent showed the best capacity value that was respectively 451.303 g / g and 483.433 g / g. Release capacity of water and urea of the pure cellulose superabsorbent was the best, with values respectively 52.624% and 36.38%. Swelling kinetics of the superabsorbent was determined by the initial rate method and integration method. Swelling order of the superabsorbent followed the minus one order, meanwhile swelling order of absorbate followed the two order. Thus, the rate law followed equation v = k [superabsorbent]-1 [absorbate]2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhania
"Informasi mengenai kapasitas adsorpsi batubara Indonesia dalam berbagai kondisi operasi sangat diperlukan guna mengoptimalkan penerapan teknologi injeksi CO2 pada coalbed. Untuk mendapatkan informasi tersebut, diperlukan suatu model adsorpsi CO2 yang dapat mengkorelasikan antara kapasitas adsorpsi dengan karakteristik batubara Indonesia secara akurat.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibuat suatu pengembangan model adsorpsi CO2 pada batubara Indonesia dengan melakukan uji adorpsi CO2 pada tekanan tinggi, dengan variasi jenis batubara, temperatur, tekanan, dan kandungan air. Pada penelitian ini, digunakan 2 variasi batubara (batubara Barito dan batubara Ombilin), 3 variasi temperatur (25°C, 40°C, dan 60°C), 6 variasi tekanan (150 psia, 300 psia, 450 psia, 600 psia, 750 psia, dan 900 psia), serta 2 jenis kandungan air (batubara kering dan batubara basah).
Uji daya adsorpsi batubara terhadap CO2 dilakukan dengan menggunakan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs, sedangkan model yang digunakan adalah model adsorpsi Ono-Kondo. Pengembangan model yang akan dilakukan dalam penelitian ini hanya meliputi perhitungan dua parameter, yaitu nilai energi interaksi antara adsorbat dengan adsorben (?is/k) dan nilai kapasitas adsorpsi maksimum adsorben (C).
Dari hasil penelitian didapat bahwa kapasitas adsorpsi batubara Barito lebih besar daripada batubara Ombilin, kapasitas adsorpsi batubara kering lebih besar daripada batubara basah, kenaikan temperatur mengakibatkan penurunan daya adsorpsi, dan kenaikan tekanan menyebabkan peningkatan daya adsorpsi batubara terhadap CO2. Kondisi adsorpsi maksimum terdapat pada batubara Barito kering, dengan temperatur 25°C dan tekanan 900 psia sebesar 0,8794 mmol/gram.
Pengembangan model Ono-Kondo menghasilkan nilai ?is/k terbesar pada batubara Barito kering dan nilai C terbesar pada batubara Barito kering dengan temperature 25°C, yaitu sebesar -1300 K dan 0,741 mmol/gram. Penyimpangan antara model dengan hasil percobaan adalah sebesar 0,7%., sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Ono-Kondo untuk memprediksi kapasitas adsorpsi CO2 pada batubara Indonesia cukup akurat.

Information of Indonesian coals' capacity in various operating conditions is important in order to optimize the application of CO2 injection into coalbed. To get that kind of information, the accurate CO2 adsorption model that able to correlate Indonesian coals' capacity with their characteristic is needed.
So that, this research will develop CO2 adsorption model on Indonesian coals by testing CO2 adsorption in high pressure condition, in various types of coal, temperature, pressure, and moisture content. This research utilized 2 types of coal (Barito coal and Ombilin coal), 3 variation of temperature (25_C, 40_C, dan 60_C), 6 variation of pressure (150 psia, 300 psia, 450 psia, 600 psia, 750 psia, dan 900 psia), and 2 kind of moisture content (dry coal and wet coal).
Test of CO2 adsorption on coals was done by applied Gibbs isoterm adsorption principal and the used model is Ono-Kondo adsorption model. Model development that will be carried out in this research was focussed on two paramaters, which are fluid ' solid interaction energy parameter (?is/k) and maximum adsorption capacity (C).
Results of this research point out that Barito coal's adsorption capacity is higher than Ombilin coal's, dry coal's adsorption capacity is higher than wet coal's, increasing of temperature affect decreasing of adsorption capacity, and increasing of pressure affect increasing of adsorption capacity. Maximum adsorption condition is reached on dry Barito coal, in 25°C and 900 psia in the amount of 0,8794 mmol/gram.
Development of Ono-Kondo model produced that the highest value of ?is/k is on dry Barito coal and the highest C value is on dry Barito coal in 25°C, which are -1300 K and 0,741 mmol/gram. Deviation between the model and the result of this research is 0,7%, so it can be concluded that application of Ono-Kondo model to predict CO2 adsorption capacity in Indonesian coals' is accurate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49672
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>