Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Said
"Dalam industri pertambangan mineral logam, smelter merupakan bagian dari proses sebuah produksi, mineral yang ditambang dari alam biasanya masih tercampur dengan kotoran yaitu material bawaan yang tidak diinginkan. Sementara ini, material bawaan tersebut harus dibersihkan, selain itu juga harus dimurnikan pada smelter. Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai kelayakan investasi dari pembangunan smelter tembaga, bijih besi, bauksit dan menentukan konsumsi perkapita mineral nasional pada tahun 2040. Metode untuk menentukan nilai kelatakan investasi adalah dengan metode Internal Rate of Return IRR dengan ketiga komponen yaitu Initial Cost IC , Operational Maintanance OM dan Revenue. Nilai Initial Cost dan Operational Maintanance pada penelitian didapat dari benchmarking sedangkan untuk revenue didapat dari perkalian antara kapasitas smelter dengan harga komoditas. Untuk menentukan konsumsi perkapita mineral forecast digunakan metode wawancara pakar, yaitu hasil dari wawancara pakar adalah dengan cara pembagian antara konsumsi mineral forecast dengan penduduk Indonesia forecast. Hasil dari penelitian ini adalah nilai Internal Rate of Return dari smelter tembaga yaitu sebesar 13,8 , untuk smelter alumunium sebesar 11,28 , sedangkan untuk smelter bijih besi sebesar 11,96 , sedangkan untuk konsumsi perkapita mineral besi sebesar 168,06 kg/orang/tahun, untuk mineral alumunium sebesar 21,55 kg/orang/tahun, untuk mineral tembaga sebesar 13,63 kg/orang/tahun.

In the metal mineral mining industry, smelters are part of a production process, minerals that are mined from nature are usually still mixed with impurities that are undesirable materials. Meanwhile, the material must be cleaned, but it must also be purified on the smelter. The purpose of this study is to determine the investment feasibility study of the construction of copper smelter, iron ore, bauxite and determine the national per capita consumption of mineral in 2040. The method to determine the investment feasibility study is by Internal Rate of Return IRR method with three components, Initial Cost IC , Operational Maintenance OM and Revenue. The value of Initial Cost and Operational Maintenance on the research is obtained from benchmarking, while revenue is obtained from multiplication of smelter capacity with commodity price. To determine the consumption of perkapita mineral forecast used expert interview method, that is result of expert interview is by way of division between mineral consumption forecast with population of Indonesia forecast. The result of this research is the value of Internal Rate of Return of copper smelter which is 13.8 , for aluminum smelter is 11.28 , while for iron ore smelter is 11.96 , while for per capita consumption of iron mineral is 168,06 kg person year, for aluminum mineral of 21.55 kg person year, for copper minerals of 13.63 kg person year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Juneka
"Dalam meningkatkan nilai tambah pengolahan mineral, pemerintah menyusun kebijakan melalui Undang Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang kemudian ditindaklanjuti melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di dalam negeri. Tanggapan yang mendukung pengolahan minerba (Mineral dan Batubara) dalam negeri adalah untuk memperkuat industri dalam negeri dengan alasan bahwa industri nasional membutuhkan ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan. Tanggapan yang masih mendukung ekspor minerba mentah memiliki alasan bahwa industri dalam negeri belum mampu menyerap seluruh pertambangan mineral. Kebijakan larangan ekspor mineral mentah diikuti oleh kewajiban pembangunan smelter untuk pengolahan/pemurnian mineral mentah. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dampak kebijakan larangan ekspor mineral mentah dan pembangunan smelter terhadap output dan pendapatan masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis input-output yang dimutakhirkan dengan teknik RAS tahun 2014 pada tabel input-output Indonesia tahun 2010. Pembangunan smelter dipandang sebagai investasi terhadap perekonomian Indonesia. Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat simulasi) yaitu: (1) penurunan ekspor 100% dan investasi sesuai target 100%; (2) penurunan ekspor 100% dan investasi aktual; (3) penurunan ekspor aktual dan invetasi 100% dan (4) perubahan ekspor aktual dan investasi aktual. Nilai 100 % ekspor adalah ekspor 2014-2016 dan ekspor aktual selisih ekspor tahun 2013-2014, tahun 2014-2015 dan tahun 2015-2016. Investasi 100% adalah investasi pembangunan smelter selama tahun 2014-2016 baik yang sudah beroperasi dan belum beroperasi, dan investasi aktual adalah smelter yang beroperasi. Dampak simulasi I menyebabkan output naik Rp20,191,766 juta dan pendapatan naik Rp2,045,980 juta. Dampak Simulasi II menyebabkan output turun Rp131,373,464 juta dan pendapatan turun Rp19,053,229 juta; dampak simulasi III menyebabkan output naik Rp34,447,700 juta dan pendapatan turun Rp6,496,011 juta; serta dampak simulasi IV menyebabkan output turun Rp117,117,531 juta dan pendapatan turun Rp27,595,220 juta.

In increasing the added value of mineral processing, the government prepares the policy through Law no. 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining which is then followed up through Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 1 of 2014 on Increasing Mineral Added Value through Mineral Processing and Purification Activities in the country. The response that supports the domestic minerals (Coal and Coal) processing is to strengthen the domestic industry on the grounds that national industries need sustainable supply of raw materials. Responses that still support the export of raw minerba have a reason that the domestic industry has not been able to absorb all mineral mining. The policy on the prohibition of raw mineral exports is followed by the obligation of smelter development for processing / refining of crude minerals. This study was conducted to examine the impact of the policy on the prohibition of raw mineral exports and smelter development on the output and income of Indonesians. This research uses an updated input-output analysis method with RAS technique of 2014 in Indonesian input- output table in 2010. The development of smelter is seen as investment to Indonesian economy. In this research there are 4 (four simulation) that is: (1) 100% export decrease and investment target 100%; (2) 100% export decline and actual investment; (3) actual export decline and 100% investment and (4) actual export changes and actual investment. The value of 100% of exports is export from 2014-2016 and actual export exports in 2013-2014, 2014-2015 and 2015-2016. 100% investment is a smelter development investment during the year 2014-2016 both already operating and not yet operating, and actual investment is the smelter that operates. The impact of simulation I caused the output to rise Rp20,191,766 million and income increased Rp2,045,980 million. Simulation Impact II caused output to fall by Rp131,373,464 million and revenue decreased Rp19,053,229 million; The impact of simulation III caused the output to rise Rp34,447,700 million and revenue decreased Rp6,496,011 million; As well as the impact of the IV simulation caused the output to fall Rp117,117,531 million and the income down Rp27,595,220 million."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pricilia Meidy Winengko
"Skripsi ini membahas tentang dampak pertumbuhan jumlah investasi kerjasama publik-swasta (KPBU) di bidang energi terhadap pertumbuhan jumlah karbon dioksida per kapita dengan menggunakan sampel negara ASEAN. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel independen yang relevan berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah karbon dioksida per kapita, seperti derajat keterbukaan perdagangan setiap negara dan pertumbuhan penggunakan energi per kapita. Hasil penelitian menemukan bahwa semakin besar pertumbuhan jumlah investasi kerjasama publik-swasta (KPBU) di bidang energi akan menaikkan laju pertumbuhan kadar karbon dioksida per kapita di studi kasus negara ASEAN. Dengan kata lain, KPBU di bidang energi yang diselenggarakan di negara ASEAN belum mengembangkan proyek energi terbaharukan yang ramah lingkungan yang mengeluarkan karbon dioksida lebih banyak. Hal ini bergerak sejalan pollutionhaven hypothesis, yang berarti semakin banyak aliran investasi yang masuk membuat perusahaan-perusahaan multinasional negara maju mengerahkan sumber daya ke negara berkembang dengan peraturan standar lingkungan yang lebih longgar.

This thesis discusses the impact of the growth in the number of public-private partnership investment (PPP) in the energy sector on the growth in the amount of carbon dioxide per capita using a sample of ASEAN countries. In addition, this study also adds relevant independent variables that affect the growth of the amount of carbon dioxide per capita, such as the degree of trade openness of each country and the growth of energy use per capita. The results of the study found that the viii Universitas Indonesia greater the growth in the number of public-private partnership investment (PPP) in the energy sector, the higher the rate of growth of carbon dioxide levels per capita in the case study of ASEAN countries. In other words, PPPs in the energy sector held in ASEAN countries have not developed renewable energy projects that are environmentally friendly and emit less carbon dioxide. This is in line with the pollution-haven hypothesis, which means that the more investment flows that come in, the multinational companies in developed countries will mobilize their resources to the developing countries which regulate less strict environmental standard regulations. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasuly Cahyadi
"Fokus pembangunan ekonomi selain pertumbuhan ekonomi salah satunya mengurangi ketimpangan divergen . Ketimpangan dalam pembangunan ekonomi masih terjadi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB antar provinsi yang sangat bervariasi. Penelitian didunia membuktikan sektor keuangan berperan sangat penting dalam pengentasan kemiskinan, mengurangi perbedaan pendapatan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kenyataan yang jauh berbeda dengan keadaan di Indonesia, dimana Perbankan di Indonesia terus maju tetapi banyak penduduk yang miskin.
Penelitian ini berusaha mengkaji perekonomian Indonesia menuju proses konvergensi atau divergensi, dan jika perekonomian Indonesia berkonvergen, bagaimana kontribusi perbankan terhadap proses konvergensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan koefisien variasi CV untuk mengetahui konvergensi sigma, dan menggunakan regresi data panel untuk konvergensi beta.
Hasil penelitian menggunakan koefisien variasi menunjukan ketimpangan pendapatan antar provinsi cenderung menurun atau mulai berkonvergen. Berdasarkan hasil regresi juga menunjukan bahwa pendapatan antar provinsi di Indonesia cenderung berkonvergen, dan sektor perbankan sangat signifikan dalam mempercepat laju konvergensi.

The focus of economic development besides economic growth is to reduce the inequality divergent . Inequality still happens in Indonesia. It is shown from the difference of economic growth and Gross Regional Domestic Product GRDP vary widely among provinces. Most research proves that financial sector plays an important role in reducing poverty, reducing income disparities and increasing economic growth. However the situation in Indonesia is rather different with the rapid growing of Indonesian Banking, people still live in poverty.
This study examines the economy of Indonesia towards the process of convergence or divergence and the contribution of banking to the convergence process. This study uses a quantitative approach using the coefficient of variation CV to determine the sigma convergence, and using panel data regression to determine beta convergence.
The coefficient of variation shows income inequality among provinces tend to decline or begin to converge. Meanwhile the regression result demonstrates that income among the provinces in Indonesia tend to converge, and the banking sector is significantly accelerating the pace of convergence.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T46951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zulfiqar Firdaus
"Tesis ini mengkaji kembali konvergensi regional dalam PDRB per kapita, pengeluaran rumah tangga per kapita, tingkat kemiskinan, dan rata-rata lama sekolah di Indonesia di tingkat distrik (Kabupaten dan Kota) selama 2000–2017 dengan menggunakan metode klub konvergensi. Tesis ini menemukan bahwa ketimpangan regional di Indonesia pada tingkat distrik dicirikan oleh lima klub konvergensi dalam PDRB per kapita, empat klub konvergensi dalam pengeluaran rumah tangga per kapita, empat klub konvergensi dalam kemiskinan, dan lima klub konvergensi dalam rata-rata tahun sekolah.

This thesis reinvestigates the regional convergence in GDP per capita, household expenditure per capita, poverty rate, and average years of schooling in Indonesia at the district level during 2000–2017 using the club convergence method. This thesis finds that regional inequality in Indonesia at the district level was characterized by five convergence clubs in GDP per capita, four convergence clubs in household expenditure per capita, four convergence clubs in poverty, and five convergence clubs in average years of schooling."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Ismayadi
"Tesis ini membahas tentang dampak jangka panjang antara Investasi Langsung Luar Negeri, Perdagangan dan Pendapatan Perkapita di Indonesia pada periode 1976-2008. Analisa hubungan jangka panjang dengan melihat kointegrasi dari variabel-variabel tersebut menggunakan pendekatan model ARDL (Auto Regressive Distributed Lag) atau Bound Tesi yang dikembangkan oleh Pesaran et al. (2001). Kerangka analisa ekonomi melalui model pertumbuhan Aggregate Production Function (APF) dengan menambah variabel perdagangan dan variabel Investasi Langsung Luar Negeri.
Hasil kointegrasi dengan pendekatan ARDL menunjukkan bahwa dalam jangka panjang persamaan dengan model Aggregate Production Function (APF) terkointegrasi. Koefisien yang signifikan mempengaruhi pendapatan perkapita dalam jangka panjang adalah tenaga kerja (berhubungan negatif), investasi langsung dari luar negeri (berhubungan positif) dan ekspor yang merupakan proksi dari keterbukaan perdagangan (berhubungan positif). Hanya variabel independen modal yang tidak signifikan dengan pendapatan perkapita. Dampak dari krisis juga mempengaruhi negatif secara signifikan kepada pendapatan perkapita. Dalam jangka pendek, dengan menggunakan Error Correction Model (ECM) signifikan terjadi penyesuaian keseimbangan jangka pendek terhadap keseimbangan jangka panjangnya.

This study examine the long-run impact of foreign direct investment and trade on income per capita in Indonesia during 1976 -2008. Using ARDL (Auto Regressive Distributed Lag) approach or Bound Testing suggested by Pesaran et al. (2001). Methodology for this study use aggregate production function (APF) growth model with adding FDI and trade variable to this model.
Empirical result demonstrates that model APF growth model cointegrated. Labor is negatively associated and statistically significant determinant of income per capita. FDI is positively associated and statistically significant determinant of income per capita. Export as proxy of trade openness is positively associated and statistically significant determinant of income per capita. Only capital is not statistically significant determinant of income per capita. Impact of the Crisis in 1997 is negatively associated and statistically significant determinant of income per capita. In short run, using error correction model (ECM) model demonstrate statistically significant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26435
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sahril Kasim
"Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator penting dalam bidang kesehatan yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sebab bayi sangat sensitif terhadap perubahan dilingkungan sekitar. Jika masyarakat memiliki standar kehidupan yang buruk, maka bayi akan merespon lebih cepat dibanding kelompok usia lainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel sosial ekonomi terhadap angka kematian bayi di Indonesia. Dengan menggunakan korelasi Pearson, diperoleh hasil hubungan yang signifikan antara pengeluaran keseharan, pendapatan perkapita, angka buta huruf serta staf kesehatan terampil terhadap IMR pada level signifikansi 5. Dengan menggunakan analisis regresi linear majemuk ditemukan bahwa variabel pengeluaran keseharan, pendapatan perkapita, angka buta huruf serta staf kesehatan terampil secara parsial maupun simultan memeiliki pengaruh yang signifikan terhadap angka kematian bayi pada alpha sebesar 5.
Berdasrakan hasil tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa untuk menekan angka kematian bayi di Indonesia, pemerinta perlu untuk melakukan beberapa perbaikan diantaranya; menyediakan institusi pendidikan khusus ibu dan anak untuk menciptakan tenaga kesehatan terampil, meningkatkan kontrol terhadap alokasi dana kesehatan, merancang kebijakan untuk mengontrol demografi di Indonesia serta menekan angka buta huruf terutama bagi para wanita di pedesaan.

An infant mortality rate is one of the most important health indicator to measure socio economic well being of the society since the baby is very sensitive to the environmental changes. If the society has a bad standard of living so the baby will quickly responds compare to other age groups.
The objective of this research is to examine the influence of socio economic variables to infant mortality rates in Indonesia. By using Pearsons correlation it reveals that there is a strong and significant correlation between per capita income, health expenditure, skilled health staff, illiteracy rate to infant mortality rates at 5 level of significance. By using multiple linear regressions the author foundout that health expenditure, percapita income, illiteracy rate and skilled health staff are both simulteneously and partially significant at 5 level of significance.
Throughout this findings the author concludes that the government need to do few improvements in accordance to reduce infant mortality rates in Indonesia, such as increasing the availability of special educational institutions of parental and baby health cares, increasing the control of health expenditure and ensure the effectiveness of health budget allocation, preparing for a better demography policy to control the population problem and suppress the woman illiteracy rates, especially in rural areas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cheppy Tri Martanto
"Tujuan dari thesis ini adalah untuk study kelayakan bisnis berdasarkan analisa keuangan dan pemasaran di pabrik penghasil resin pada PT. Kansai Paint Indonesia. Dalam rangka untuk memenuhi permintaan dan mengurangi biaya bahan material yang selalu didapat melalui impor dari Thailand dan Jepang, PT. Kansai Paint akan membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai pabrik pengolahan resin yang dapat memproduksi resin sekitar 500 ton/bulan. Tesis ini menganalisa keuntungan dan kelayakan bisnis yang didapat dari pembangunan dan ekspansi pabrik baru yang memproduksi resin dengan menggunakan analisa keuangan Payback Period, Profitability Index, Net Present Value, dan Internal Rate Return. Kriteria agar proyek ekspansi ini dapat dilanjutkan apabila NPV bernilai positif, Internal Rate of Return sama dengan nilai Cost of Capital, Proyek ini telah menghasilkan Net Present Value positif sebesar Rp. 3.798.620.000, 00 Internal Rate of Return (IRR) sebesar 35%, yang melebihi biaya modal.

The purpose of this thesis is to analyze feasibility study based on marketing and financial analysis of new factory for resin product at PT. Kansai Paint Indonesia. In order to fulfil the order and to reduce cost for raw material that always imported from Thailand and Japan, PT. Kansai Paint would expanding to build new resin factory to produce for about 500 tons per/month.This thesis examines the profitability in commencing the expansion of new factory for resin product and the feasibility of the business through the use of financial tools namely Payback Period, Profitability Index, Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR). Criterion for a project to be accepted is where Net Present Value is positive, Internal Rate of Return exceeds the cost of capital and Profitability Index exceeds 1.The project has result positive Net Present Value as Rp. 3.798.620.000, 00 Internal Rate of Return (IRR) as 35 %, which is exceed the cost of capital; Profitability Index exceeding to 1 as 4.15 ; Payback period is 2.11 years which is less than the period of project 10 years. The marketing mix strategy I' used to serve PT. Kansai Paint Indonesia target market by focusing primarily on the buyer that adapted by combination between the 4Ps and 4Cs model, where 4Ps is a product - centric approach while 4Cs is customer- centric approach."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T29179
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Guritno Wahyu Wijanarko
"Salah satu pendorong terjadinya konvergensi pendapatan per kapita adalah ketersediaan dalam kualitas modal manusia yang sama antar wilayah. Untuk melihat pola konvergensi pendidikan dalam kaitannya dengan konvergensi pendapatan per kapita, dilakukan proses dekomposisi dari pendapatan per kapita yang dibagi dalam tiga komponen, yaitu : kuantitas pendidikan, harga pendidikan dan residu. Dengan pembagian komponen tersebut maka dapat dilihat kontribusi dari masing-masing komponen terhadap perubahan distribusi pendapatan per kapita. Pada konvergensi pendidikan yang dianalisis dalam tesis ini menggunakan dua tinjauan yaitu untuk tingkat pendidikan SMP dan SMA. Dari analisis didapatkan hasil kalau di wilayah Indonesia terjadinya konvergensi pendapatan per kapita ternyata tidak diikuti dengan konvergensi kuantitas pendidikan. Pada tingkat regional di Kawasan Barat Indonesia (KBI) terjadinya konvergensi pendapatan per kapita ternyata tidak diikuti dengan konvergensi kuantitas pendidikan sedangkan Kawasan Timur Indonesia (KTI) tidak terjadi pola konvergensi pendapatan per kapita namun terjadi konvergensi harga pendidikan pada tingkat pendidikan SMP serta konvergensi kuantitas pendidikan pada tingkat pendidikan SMA. Jika ditinjau dari sebelum pelaksanaan otonomi daerah (1993 - 1999) dan sesudah pelaksanaan otonomi daerah (2000 - 2004) dapat dilihat bahwa di Indonesia sebelum pelaksanaan otonomi daerah terjadi pola konvergensi pendapatan per kapita dan konvergensi harga pendidikan pada tingkat pendidikan SMA namun setelah pelaksanaan otonomi daerah tidak terjadi konvergensi pendapatan per kapita maupun konvergensi pendidikan. Di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sebelum pelaksanaan otonomi daerah terjadi konvergensi pendapatan per kapita yang diikuti dengan konvergensi harga pendidikan pada tingkat pendidikan SMA dan setelah pelaksanaan otonomi daerah terjadi konvergensi pendapatan per kapita yang diikuti konvergensi pada harga pendidikan untuk tingkat pendidikan SMP. Sedangkan Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebelum pelaksanaan otonomi daerah tidak terjadi konvergensi pendapatan per kapita namun terjadi konvergensi kuantitas pendidikan pada tingkat pendidikan SMP dan setelah pelaksanaan otonomi daerah terjadi konvergensi pendapatan per kapita serta konvergensi kuantitas pendidikan pada tingkat pendidikan SMA."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Lutfianto
"Energi meter merupakan perangkat untuk mengukur besarnya penggunaan energi listrik. Metode pengukurannya dilakukan dengan cara mengukur arus, tegangan, beban, dan parameter lainnya secara realtime sehingga didapatkan nilai kwh energi listrik. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengkomunikasikan energi meter pada tiap plant dan menyimpan data pengukuran pada satu server basis data. Perangkat metering yang digunakan adalah METSEPM5560 Schneider, dengan RTU PLC Allen Bradley L-Series. Data yang disimpan pada server SCADA digunakan untuk mengukur keakuratan penggunaan energi, energy losses, tarif bulanan dan fleksibilitas dalam memonitor energi listrik.
Metode pencatatan manual meter listrik oleh PT.UVW menyebabkan selisih perhitungan dengan PLN. Tercatat selisih tagihan PLN dengan LVMDP pabrik dari Agustus 2021 hingga Januari 2022 (6 bulan) sebesar 340.996 kWh (Rp. 443.294.800). SCADA melakukan tracing error tersebut, error berasal dari rugi-rugi daya listrik 3 transformator distribusi perusahaan sebesar 361,345 (Rp. 469.748.500).
Sistem ini dikembangkan juga untuk memodernisasi smelter di PT.XYZ. Smelter pengolahan ilmenite untuk memproduksi titanium slek dan besi sebelumnya belum pernah ada di Indonesia. Sistem smeltering teknologi terbaru dari machine maker dipadukan dengan SCADA untuk pengolahan data secara akurat. Diantaranya untuk mengukur efektifitas konsumsi energi listrik, sistem warning penyumbatan pipa flamable, automatic feeding, live trending, formulasi recipe, hingga pengawasan proses jarak jauh, sehingga menghasilkan sistem operasi yang bermanfaat, akurat, handal dan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.

An energy meter is a device for measuring the amount of electricity used. The measurement method is carried out by measuring current, voltage, load, and other parameters in real time so that the value of kwh of electrical energy is obtained. The method used in this study is to communicate energy meters at each plant and store measurement data on a database server. The metering device used is Schneider's METSEPM5560, with Allen Bradley L-Series PLC RTU. The data stored on the SCADA server is used to measure the accuracy of energy use, energy losses, monthly rates and flexibility in monitoring electrical energy. UVW Company's manual recording method for electric meters causes a difference in calculations with PLN. The difference between the PLN bill and the factory LVMDP from August 2021 to January 2022 (6 months) is 340,996 kWh (Rp. 443,294,800). SCADA traced the error. The error came from the electrical power losses of the company's 3 distribution transformers amounting to 360,345 kWh (Rp. 469,748,500).
This system was also developed to modernize the smelter at XYZ Company. Smelters for processing ilmenite to produce titanium slag and pig iron have never been founded in Indonesia. The latest technological smeltering system from machine makers is combined with SCADA for accurate data processing. To measure the effectiveness of electricity consumption, flammable pipe blockage warning systems, automatic feeding, live trending, recipe formulation, and remote process monitoring, resulting in an operating system that is useful, accurate, reliable and can increase company efficiency.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>