Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afifah Luthfiya Hanum
"ABSTRAK
Budidaya perikanan metode resirkulasi Recirculating Aquaculture Systems, RAS mendapat perhatian lebih jika dibandingkan dengan budidaya perikanan metode konvensional khususnya pada budidaya ikan air tawar karena bersifat ramah lingkungan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi penyisihan ammonia pada RAS dipengaruhi oleh beban organik berupa Total Ammonia Nitrogen TAN yang berbeda dalam 3 variasi Surface Loading Rate SLR sebesar 0,05; 0,075; dan 0,1 g/cm2.hari dan mengetahui kinetikan laju reaksi penyisihan ammonia didasarkan pada budidaya ikan Gurame Osphrenomus gourami Lac tahap pendederan. Pengolahan ammonia dilakukan dengan menggunakan biofilter tipe CycloBio Fluidized Sand Biofilter CB FSB dengan ukuran pasir efektif D10 of 0.6 mm yang terekspansi sebesar 60 pada kecepatan air 2,5 cm/l. CB FSB dapat menyisihkan 59,33 - 100 konsentrasi TAN. Penyisihan ammonia dalam biofilter sesuai dengan kinetika laju reaksi orde nol. Nilai konstanta orde nol pada penyisihan ammonia sebesar 0,415 g m-2 hari-1 . Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk optimalisasi dalam pengolahan khususnya di kawasan budidaya air tawar.

ABSTRAK
Recirculating Aquaculture System RAS has get more attention since it environmentally friendly compared with conventional aquaculture system particularly in freshwater aquaculture. The objective of this study to evaluate the removal of ammonia in RAS affected by different feed loading of Total Ammonia Nitrogen TAN based on the culture of Gourami Osphrenomus gourami Lac . Treatment of ammonia in laboratory scale CycloBio Fluidized Sand Biofilter CB FSB was evaluated using effective size D10 of 0.6 mm and was expanded approximately 60 at a superficial velocity of 2,5 cm s. The CB FSB removed 59,33 100 of TAN concentration and reached 100 when using high feed loading 0,6 and 0,8 mg L . The ammonia degradation within the biofilter system, obtained by the ammonia measurements of the biofilter has been fitted satisfactorily to 0 order kinetic expression in good agreement with the results found in literature for laboratory studies. Rate constants k 0 order 0,415 g m 2 day 1 has been obtained based ammonia in this study. Thus, this work reports the first time the kinetics of ammonia oxidation in CB FSB in laboratory scale of Recirculating Aquaculture System. These results will provide useful information for the design in order to optimize the water quality in this activity."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Silvia
"ABSTRACT
Sistem budidaya perikanan intensif menimbulkan masalah pada air yakni tingginya kadar sekresi amonia-nitrogen. Sponge-bed Trickling Filter sebagai salah satu teknologi RAS diharapkan mampu mengelola air hingga dapat menurunkan konsentrasi TAN sesuai dengan nilai ambang batas yang aman untuk ikan. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan menggunakan reaktor trickling filter bermedia spons berukuran 13 13 28 cm3. Ketinggian trickling filter 40 cm dan kecepatan aliran 3L/menit. Influen yang digunakan merupakan air limbah sintetis dari kualitas air perikanan budidaya Osphronemus goramy dengan berat rata-rata 0,013 gr yang berasal dari penambahan larutan amonia dengan variasi beban 0,4, 0,6, dan 0,8 mg TAN/L. Selama 7 kali pengulangan pengamatan pada tiap beban, hasil menunjukkan bahwa pemberian beban sebesar 0,8 mg TAN/L menghasilkan efisiensi penyisihan yang relatif tinggi dan VTR yang stabil masing-masing sebesar 96,41 0,880 dan 0,01571132 0,001045214 g/m3-hari. Reaksi nitrifikasi berlangsung pada kinetika orde satu dengan nilai laju penyisihan paling besar terjadi pada beban 0,8 mg TAN/L sebesar 0,67 g/m2-hari. Kinetika orde satu bukan merupakan kondisi yang optimum untuk operasional sponge-bed trickling filter namun pemilihan beban 0,8 mg TAN/L dapat meminimalisir dampak dari kinetika orde satu karena menghasilkan persentase dan VTR yang relatif stabil.

ABSTRACT
Intensive aquaculture systems increase the water quality risks by its high level ammonia nitrogen secretion. Sponge bed Trickling Filter as one of the RAS technology is expected to be capable managing water quality until TAN concentration reaches its safe threshold for fish. The study was conducted on a laboratory scale using a 13 13 28 cm3 sponge media trickling filter. The trickling filter height was 40 cm and the flow rate was 3L min. The influent used was synthetic wastewater with similar water quality of Osphronemus goramy aquaculture with an average weight of 0.013 g derived from the addition of ammonia solution with load variation 0.4, 0.6, and 0.8 mg TAN L. During 7 repetitions of observations at each load, the results showed that the loading of 0.8 mg TAN L resulted in a relatively high removal efficiency and a stable VTR of 96.41 0.880 and 0.01571132 0.001045214 g m3 day. The nitrification reaction takes place on first order kinetics with the highest rate of removal occurring at 0.8 mg TAN L load of 0.67 g m2 day. First order kinetics is not an optimum condition for sponge bed trickling filter operations but the 0.8 mg TAN L load selection minimizes the impact of first order kinetics as it results in relatively stable percentages and VTRs. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asoka Bagaswari
"ABSTRAK
Pada budidaya perikanan, TAN merupakan parameter yang sensitif terhadap ikan, dimana amonia akan menjadi toksik apabila konsentrasinya melebihi 0,02 mg/L. Trickling filter bermedia LECA merupakan teknologi yang mampu menyisihkan amonia pada air buangan perikanan dengan proses nitrifikasi dengan resirkulasi RAS . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi penyisihan amonia pada biofilter untuk mengolah air sintetis yang kualitasnya disesuaikan dengan kualitas air buangan perikanan. Beban amonia memiliki 3 variasi yang dikaitkan dengan kepadatan ikan di airnya yaitu 0,4 mg/L; 0,6 mg/L dan 0,8 mg/L untuk kepadatan 10 ekor/L; 15 ekor/L dan 20 ekor/L dan operasional dilakukan dengan air 72 L. Selama pengamatan 7 hari, diketahui untuk variasi 0,4 mg/L; 0,6 mg/L; dan ketiga 0,8 mg/L rata-rata efisiensi penyisihan amonianya berturut-turut adalah 61,1 ; 98,2 dan 95,2 . Orde reaksi yang terjadi untuk reaktor ini adalah orde 0 mengingat TF didesain beroperasi pada orde 0. Laju penyisihan TAN untuk beban amonia 0,4 mg/L adalah 0,71 gram TAN/m2-hari dengan VTR sebesar 126,5 gram TAN/m3-hari. Dan untuk variasi beban organik 0,8 mg/L amonia, laju penyisihan amonianya sebesar 0,745 gram TAN/m2-hari dengan VTR sebesar 154,4 gram TAN/m3-hari yang diolah dengan menggunakan reaktor dengan volume media 5,5 L. Berdasarkan laju penyisihannya, dipilih beban optimum untuk biofilter ini adalah 0,8 mg/L amonia.

ABSTRAK
TAN can be toxic when the concentration of unionized ammonia is over 0,02 mg L. The objective of this research is to analyze the efficiency of biofilter with media LECA in removing unionized ammonia in aquaculture effluent with nitrification process. This study observed the performance of TF to treat synthetic aquaculture effluent in removing ammonia by using Recirculating Aquaculture Systems RAS . The load concentration varies based on the density of fish in the water, which is 0,4 mg L 0,6 mg L and 0,8 mg L respectively for 10 fish L 15 fish L and 20 fish L, operated in 72 L of water. Within 7 days of observation, TF performed that for the first variation 0,4 mg L, the mean removal efficiency is 61,1 with deviation standard 30,7 , for the second variation 0,6 mg L, the mean removal efficiency is 98,2 with deviation standard 1,7 , and for the third variation 0,4 mg L, the mean removal efficiency is 95,2 with deviation standard 3,8 . The process is operated in 0 order reaction as TF is designed to be operated in 0 order. The TAN removal rate for the smallest loading 0,4 mg L is 0,71 gram TAN m2 day and VTR 126,5 gram TAN m3 day, and for the largest loading 0,8 mg L, the TAN removal rate is 0,745 gram TAN m2 day and VTR 154,4 gram TAN m3 day. The optimum loading for this biofilter based on the nitrification rates is 0,8 mg L."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Yulliana Sari
"ABSTRACT
Meningkatnya luas permukaan kedap air seperti lahan parkir menyebabkan berkurangnya infiltrasi alami ke dalam tanah sehingga berdampak pada meningkatnya volume limpasan air hujan. Limpasan air hujan mengandung berbagai macam polutan seperti logam berat, nutrien, organik maupun sedimen. Konsentrasi logam berat dan nutrien amonia yang terkandung dalam limpasan di lahan parkir mobil FTUI telah melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, yaitu Pb, Zn dan NH3 masing ndash;masing 0,73 mg/L, 0,39 mg/L dan 3,7 mg/L. Bioretensi merupakan salah satu LID yang dapat mengolah limpasan air hujan. Untuk meningkatkan efisiensi penyisihan pada bioretensi, maka dilakukan kombinasi pada media filter. Penelitian menggunakan 3 reaktor bioretensi skala pilot berukuran 30 30 80 cm3 dan tanaman Iris pseudacorus untuk mengetahui efisiensi penyisihan Pb, Zn dan NH3. Variasi komposisi media filter yang terdiri dari pasir kuarsa dan zeolit dibedakan pada setiap reaktor dengan perbandingan 1:3, 1:1, 3:1 berurut dari reaktor 1,2, dan 3. Setelah 5 kali pengaliran synthetic runoff dengan konsentrasi berbeda, hasil menunjukkan bahwa variasi konsentrasi influen memiliki pengaruh yang kecil yaitu 20-40 terhadap persentase penyisihan logam berat dan amonia. Rata-rata efisiensi penyisihan bioretensi 1, 2 dan 3 berturut ndash;turut yaitu 91, 78, 83 untuk Pb, 88, 95, 94 untuk Zn dan 97, 98, 96 untuk NH3. Kombinasi media filter pasir kuarsa dan zeolit terbukti meningkatkan efisiensi penyisihan sebesar 11,5 untuk NH3, 18 Pb dan 20 Zn yang dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Tanaman menyerap polutan sebesar 18 dengan akar menyerap 9-14 kali lebih besar daripada daun, sedangkan media filter menyerap 70 polutan. Bioretensi dengan komposisi 35 pasir kuarsa, 40 zeolit, 10 tanah dan 10 kompos serta Iris pseudacorus diusulkan sebagai kombinasi media filter dengan kinerja terbaik untuk peningkatan efisiensi penyisihan.

ABSTRACT
Increasing impervious surface areas such as parking lots cause a reduction in natural infiltration into the soil, resulting in an increase in stormwater runoff volume. Stormwater runoff contains a variety of pollutants such as heavy metals, nutrients, organic and sediments. The concentration of heavy metals and nutrients ammonia contained in stormwater runoff in FTUI rsquo s car park has exceeded the quality standard of Government Regulation No. 82 of 2001, such as Pb, Zn and NH3 approximately 0,73 mg L 0,39 mg L and 3,7 mg L, respectively. Bioretention is one of the LID that can affecting treat stormwater runoff. To increase removal efficiency on bioretention, a combination of filter media is applied. Observation was conducted on a pilot scale using three reactor each 30 30 80 cm3 and Iris pseudacorus as plant to determine removal efficiency of Pb, Zn and NH3. Variation of filter media composition consists of quartz sand and zeolite with ratio 1 3, 1 1, 3 1, on bioretention 1, 2 and 3, respectively. After 5 times running of synthetic runoff with different concentration, the results showed that variations in influent concentrations has a small effect of 20 40 on the removal efficiency of heavy metals and ammonia. The average removal efficiency of bioretention 1, 2 and 3 for Pb was 91, 78, 83, respectively, followed 88, 95, 94 for Zn and 97, 98, 96 for NH3. The combination of quartz sand and zeolite as filter media proved to increase the removal efficiency by 11,5 for NH3, 18 Pb and 20 Zn compared to previous research. The plants absorb pollutants by 18 with roots absorbing 9 14 times larger than leaves, while filter media absorbing 70 pollutants. Bioretention with a combination of filter media with composition of 35 quartz sand, 40 zeolite, 10 soil, 10 compost and Iris pseudacorus is proposed to have best performance to increasing removal efficiency. "
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Yulita
"Anaerobik digester memiliki dua sisi dimana menghasilkan energi dan masih menyisakan produk sampingan yang disebut digestat. Digestat tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan atau badan air karena mengandung zat pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi karbon aktif glanular fluidized bed pada penyisihan parameter COD dan parameter yang terdapat pada , TSS, BOD, Amonia hasil digestat. Pengujian dilakukan dengan sistem batch dan kolom fluidized bed adsorpstion. Pengujian sistem batch untuk menetukan dosis optimum yang akan digunakan pada pengujian isoterm dan pengujian waktu optimum pada penyisihan COD.
Pengujian dosis optimum digunakan varisi antara 5, 7, 10, 15, 18 g dan waktu yang digunakan 5, 10, 15, 30, 45, 60 menit. Waktu optimum diperoleh pada 10 menit dan dosis optimum dalam penyisihan COD sebanyak 15 g. isotherm yang lebih cocok digunakan adalah isotherm freundlich. Dalam pengujian kolom fluidized bed adsorpsi penguian ketiga perbedaan waktu kontak penghapusan beban pencemar mulai terlihat pada  menit pertama hingga pada menit ke 30 menunjukan penyishan yang signifikan, setelah itu beban tercemar yang ada mulai jenuh hingga beberapa diantaranya memelihi konsentrasi awal. Pada pengujian Fluidized bed adsorpsi menunjukkan penyisihan COD , TSS, BOD dan Amonia sebesar mencapai 96%, 85 %, 90 % dan 69% pada waktu 30 menit. 

Anaerobic digestion has two sides where it produces energy and still leaves a by-product called digestat. Digestat cannot be directly thrown into the environment or body of water because it contains contaminants. This study aims to analyze the efficiency of glanular fluidized bed activated carbon in the removal of COD parameters and parameters contained in, TSS, BOD, and digestion. Tests were carried out with a batch system and fluidized bed adsorption column. Batch system testing to determine the optimum dose that will be used in the isotherm testing and testing the optimum time for COD removal.
The optimum dosage test was used between 5, 7, 10, 15, 18 g and the time used was 5, 10, 15, 30, 45, 60 minutes. The optimum time was obtained at 10 minutes and the optimum dose in COD removal was 15 g. the more suitable isotherm is freundlich isotherm. In testing the fluidized bed adsorption column, the third measurement of the removal contact time of pollutant load began to be seen in the first minute until the 30th minute showed significant filtration, after which the existing polluted load began to saturate until some of them maintained the initial concentration. In testing Fluidized bed adsorption shows allowance for COD, TSS, BOD and Ammonia reached 96%, 85%, 90% and 69% at 30 second.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Meiliasari
"Industri pencucian pakaian dan alat rumah tangga lainnya (laundry) merupakan salah satu usaha yang menjamur di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya kota Depok. Air limbah laundry yang dihasilkan akan merusak lingkungan jika dibuang ke badan air tanpa pengolahan khusus, sehingga diperlukan tindakan pencegahan pencemaran badan air melalui pengolahan air limbah dengan FBR menggunakan EM4 dan reaktan CaCl2 dengan media pasir silika. Pada penelitian ini, air limbah yang digunakan berasal dari air hasil cucian pada Laundry House Ajeng, Depok.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penyisihan COD, BOD, dan fosfat pada air limbah laundry serta HRT optimumnya yang akan digunakan sebagai desain usulan di lapangan. Pada penelitian ini, FBR dioperasikan secara kontinyu dan air limbah dialirkan secara upflow dengan variasi HRT 1 hari dan 2 hari. Berdasarkan hasil penelitian, FBR mampu menurunkan konsentrasi COD, BOD, dan fosfat mencapai 87,18%; 85,22%; dan 71,17%, dengan HRT 2 hari.
Berdasarkan uji t-test yang dilakukan, variasi HRT 1 hari dan 2 hari mempengaruhi efisiensi penyisihan COD secara signifikan, namun tidak mempengaruhi efisiensi penyisihan BOD dan fosfat. Aplikasi di lapangan dengan debit eksisting 3 m3/hari membutuhkan unit FBR dengan diameter 0,75 meter dan tinggi total 4,75 meter.

Laundry Industry in Indonesia are increasing, especially in Depok. Laundry wastewater potentially damage the environment if discharged into the stream without any treatment, hence on-site wastewater treatment with Fluidized Bed Reactor (FBR) using EM4 and CaCl2 with silica sand media is needed to avoid water pollution. In this study, laundry wastewater sample comes from Laundry House Ajeng, Depok.
This study aims to determine removal efficiency COD, BOD, and phosphate concentration of laundry wastewater and optimum HRT to be used for unit design of FBR in the field. In this study, FBR operated continuously and streamed upflow with HRT variation 1 day and 2 days. Based on the result, FBR is able to decrease the concentration of BOD, COD, and phosphate reached 87,18%; 85,12%; and 71,17%, on 2 days HRT.
Based on t-test, the variation of HRT (1 day and 2 days) influence removal efficiency of COD significantly, but does not influence the removal efficiency of BOD and phosphate. Applications in the field with 3 m3/day wastewater flowrate requires FBR unit with 0,7 meter diameter and 4,4 meter total height.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S655667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Surya Utami
"ABSTRAK
Gas nitrogen oksida antara lain adalah NO, NO2, dan N2O mempunyai peranan penting dalam perubahan kimia pada lapisan ozon. Dinitrogen monoksida (N2O) merupakan gas rumah kaca yang harus mendapat perhatian karena memiliki potensi pemanasan global yang besar. Biofiltrasi adalah proses pengolahan polutan gas di dalam suatu unggun medium, dan polutan akan mengalami degradasi oleh mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem biofilter dalam mereduksi emisi gas buang N2O melalui pemanfaatan kompos sebagai medium filter, dengan melakukan kajian pada parameter-parameter operasi biofilter serta penyusunan model biosorpsi dan biodegradasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek karakteristik medium dan kinerja medium sebagai filter dalam mereduksi polutan gas N2O, medium kompos berbasis kotoran kambing lebih baik daripada medium kompos berbasis kotoran sapi, dengan rata-rata efisiensi reduksi mencapai 65% dan stabil hingga 200 jam pada kedalaman medium 100 cm, laju alir gas N2O 88 cm3/menit, dan kandungan air 60%. Proses biofiltrasi gas N2O dengan medium kompos dapat dimodelkan dengan baik oleh model kinetika berbasis mekanisme Michaelis-Menten Adsorpsi, dengan parameter kinetika VMax, KM, dan KN2O berturut-turut adalah 14,847 g/m3.jam ; 0,131 g/m3 ; 1,343 x 10-3 m3/g untuk medium kompos ruah, dan 461 g/m3.jam ; 558 g/m3 ; 0,22 m3/g untuk medium pelet kompos.

ABSTRACT
Nitrogen oxides i.e. NO, NO2, and N2O have an important role in chemical changes in the ozone layer. Nitrous oxide (N2O) is a greenhouse gas that should get attention because it has a great potential for global warming. Biofiltration is the processing of gas pollutants in a medium bed, and pollutants will be degraded by microorganisms. This research aims to develop a biofilter system to reduce N2O emissions using compost as a filter medium, by studying the parameters of biofilter operation as well as the developing of biosorption and the biodegradation model.
The results show that in term of medium characteristics and the performance in reducing N2O, goat manure-based compost medium is better than cow manure-based compost medium, with an average removal efficiency reached 65% and stable up to 200 hours at medium depth of 100 cm, N2O gas flow rate of 88 cm3/minute, and water content of 60%. Biofiltration of N2O with manure-based compost medium can be well modeled by the kinetic based model of Michaelis-Menten for adsorption mechanism, with kinetics parameters VMax, KM, and KN2O 14,847 g/m3.hour ; 0,131 g/m3 ; 1,343 x 10-3 m3/g for bulk compost, and 461 g/m3.hour ; 558 g/m3 ; 0,22 m3/g for pelletized compost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1338
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar
"Dalam proses pembakaran pada alat Fluidized Bed Combustor, pasir bed merupakan salah satu komponen yang paling penting. Ukuran pasir bed berpengaruh pada fenomena fluidisasi yang berdampak pada proses perpindahan panas yang terjadi pada bed material. Dengan menggunakan bahan bakar pellet kayu, terdapat kemungkinan fenomena fluidisasi yang terjadi menjadi kurang baik karena terbentuknya aglomerasi pasir. Hal tersebut dibuktikan pada proses pemanasan awal dan seterusnya yang dilakukan menggunakan bahan bakar pellet kayu 100% bed materialnya sulit mencapai kestabilan temperatur sekitar 500-700 oC, dimana temperatur ini harus tercapai untuk menghasilkan kondisi self-sustain. Oleh karena itu, hal ini dicoba ditanggulangi secara tindakan operasional dengan mencampurnya dengan bahan bakar lain, yaitu tempurung kelapa dan sekam. Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui terjaid aglomerasi adalah dengan mengukur temperatur pada tiga titik vertikal. Dua titik diantaranya berada pada reactor dengan ketinggian 3,5 cm dan 24,5 cm dari piringan distributor udara. Karena dalam reactor FBC perbedaan temperatur harus dibawah 1000C.
Hasilnya menunjukkan kedua campuran bahan bakar mampu mengurangi dan menghilangkan aglomerasi. Pada campuran tempurung, hasil paling baik didapat pada campuran sebanyak 40%. Sedangkan pada campuran sekam, hasil paling baik didapat pada campuran sebanyak 10%. Hasil ini juga menunjukan apabila sekam padi mempunyai pengaruh yang lebih baik dalam mencegah aglomerasi.

In the combustion process of fluidized bed combustor (FBC), the sand is the most important part. Size of the sand particle affect on fluidization phenomenon which has an impact on the heat transfer process that occur in the bed material. By using wood pellet as fuel, there is a possibility of fluidization phenomenon that happens to be unfavorable because of the formation of sand agglomeration. And it is proved in an experiment which at start-up and so on are done using wood pellet fuel 100%, the bed is difficult to achieve stability in temperatures of about 500-700oC, where this range temperature is criteria that must be achieved in FBC to generate a self-sustain condition. Therefore to counter the agglomeration, it uses the easiest method by operational measurements by mixing with other fuels. This method is called co-combustion or co-feeding. In this experiment use coconut shells or rice husk as co-combustion fuel. To observe the agglomeration, the temperature is measured in three point, where two of them are located above the distributor plate with height of 3,5 cm and 24,5 cm. Because inside the FBC reactor, temperature difference must be below 1000C.
The result show that both of the fuel mixture is able to reduce and eliminate the agglomeration. In a mixture of coconut shells, the best results obtained in the mixture of 40%. While on a mixture of rice husk, the best results obtained in a mixture of 10%. That also show that rice husk has better influence on preventing agglomeration."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhayu Ravelli Arsyad
"Penelitian ini membahas implementasi pemberdayaan masyarakat di sektor perikanan budidaya air tawar yang dilakukan oleh Balai Besar Perikanan Air Tawar terhadap Kabupaten Sukabumi dan faktor-faktor yang memengaruhi implementasi yang dilakukan yang mengacu pada daya saing daerah. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh BBPBAT terhadap masyarakat Kabupaten Sukabumi berlandaskan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2015 tentang Pemberdayaan Nelayan-nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil dan sesuai dengan Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya melalui UPT Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2015. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pemberdayaan masyarakat dan teori daya saing daerah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma post positivist, melalui wawancara mendalam dan studi dokumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil bahwa implementasi pemberdayaan masyarakat oleh BBPBAT di Kabupaten Sukabumi mencakup tiga dimensi, yaitu penyiapan sumber daya yang berada di lingkup pemberdayaan masyarakat, pengetahuan dan keahlian, serta kesempatan. Selain itu, terdapat tiga faktor yang memengaruhi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan anggaran.

This research discusses about citizen empowerment implementation in freshwater fisheries sector by Freshwater Fisheries Aquaculture Main Center (FFAMC) at Sukabumi Regency and about affected factors that exist in implementation to increase of region competitiveness. Those implementation based on Indonesia Government Regulation 2015, number 50th that explain about Small Fisherman and Aquaculture Empowerment and then based on Technical Procedure of Fisheries Aquaculture through FFAMC. Researcher uses citizen empowerment theory and region competitiveness theory as relevant concepts. By using post-positivist paradigm and in-depth interview as well as literature study, researcher find that the implementation of citizen empowerment by FFAMC is consists of three dimension, there are preparation of resources that include in citizen empowerment scope, knowledge and ability, and opportunity. Besides that, there are some factors affecting the citizen empowerment, which are human resources, facilities, and budget factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanina Salama
"Peningkatan penduduk dunia menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih dunia. Jumlah penduduk dunia pada tahun 1990 adalah 5,3 miliar. Kemudian, meningkat menjadi 6,1 miliar di tahun 2000, dan pada tahun 2017 jumlah penduduk dunia adalah 7,6 miliar (World Bank, 2017). Hanya 3% dari air dunia adalah air tawar, dan dua pertiga dari air tawar tersebut tersimpan di gletser beku atau tidak tersedia untuk digunakan (WWF, 2017). Akibatnya, sekitar 1,1 miliar orang di seluruh dunia kekurangan akses air bersih, dan total 2,7 miliar mengalami krisis air bersih setidaknya satu bulan dalam setahun (WWF, 2017). Standar air bersih telah diatur dalam Permenkes No. 32 tahun 2017 dan standar baku mutu air minum diatur dalam Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Salah satu teknologi sederhana dalam pengolahan air bersih adalah filtrasi atau penyaringan air. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas filtrasi dengan media filter pasir silika dan karbon aktif dalam penurunan sejumlah parameter kualitas air yaitu warna, TDS, nitrit dan amonia. Pemilihan parameter kualitas air dilakukan berdasarkan tingginya parameter tersebut di sumber air permukaan dan parameter tersebut dapat merugikan lingkungan ketika konsentrasinya melebihi yang seharusnya. Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menghitung efisiensi penyisihan konsetrasi warna, TDS, amonia, dan nitrit. Hasil dari penelitian ini adalah efisiensi filter dengan media karbon aktif dalam penyisihan konsentrasi amonia pada pasir silika sebesar 60%. Akan tetapi, pada penelitian ini filter tidak dapat menghilangkan konsentrasi TDS, warna, dan nitrit. Pada penelitian ini, konsentrasi parameter warna, amonia, dan nitrit efluen filter tidak memenuhi baku mutu Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dengan rata-rata warna pada efluen filter adalah 271,00 TCU dari baku mutu warna 15,00 TCU. Rata-rata konsentrasi ammonia efluen filter adalah 2,10 mg/L dari baku mutu amonia 1,50 mg/L, dan rata-rata konsentrasi nitrit fluen filter adalah 83,00 mg/L dari baku mutu nitrit 15,00 mg/L, sedangkan untuk rata-rata konsentrasi TDS efluen filter sebesar 271,80 memenuhi baku mutu TDS 500,00 mg/L. Kesimpulan dari penelitian ini adalah saringan pasir lambat dengan media pasir silika dan karbon aktif efektif dalam menyisihkan parameter amonia. Akan tetapi saringan pasir lambat dengan media pasir silika dan karbon aktif pada penelitian ini tidak dapat menyisihkan parameter warna, TDS, dan nitrit. Pada efluen filter, parameter TDS masih memenuhi baku mutu.

Increasing number of world population has led to an increase in the world's need for clean water. The world population in 1990 was 5.3 billion and then increased to 6.1 billion in 2000 and in 2017 the world population was 7.6 billion (World Bank, 2017). Only 3% of the world's water were fresh water, and two thirds of that fresh water was stored in frozen glaciers or not available to use (WWF, 2017). As a result, around 1.1 billion people worldwide had no access to clean water, and a total of 2.7 billion experienced a clean water crisis at least one month a year (WWF, 2017). The standard for clean water had been regulated in Permenkes No. 32 of 2017 and drinking water quality standards had been regulated in Permenkes No. 492 of 2010, concerning about Drinking Water Quality Requirements. One of the simple technologies in processing clean water was filtration or water filtration. This study aimed to determine the effectiveness of filtration with silica sand and activated carbon filter media in decreasing a number of water quality parameters, namely its color, TDS, nitrite and ammonia. The selection of water quality parameters was based on the high parameters in the surface of the water source and these parameters harmed the environment when the concentration exceeded that which should be. Data processing was done by calculating the efficiency of color concentration allowance, TDS, ammonia and nitrite. The results of this study were that filter's efficiency with active carbon media in removing ammonia concentration and silica sand was about 60%,  but in this study, the filter could not eliminate TDS, color and nitrite concentrations. In this study, the concentration of color parameters, ammonia and effluent nitrite filters did not meet the quality standard stated on Permenkes No. 492 of 2010, concerning about rrequirements of drinking quality, with an average color 0 in filter effluent was 271,00TCU compared to the 15,00 TCU color standard, the average filter effluent ammonia concentration was 2.10 mg / L compared to ammonia quality standard 1.50 mg / L, and the average filter effluent nitrite concentration was 83,00 mg / L compared to the nitrite quality standard of 15,00 mg / L, while for the average filter effluent TDS concentration of 271,80 met the TDS 500,00 mg / L quality standard. The conclusion of this study was that slow sand filters with silica sand media and activated carbon were effective in removing ammonia parameters but could not set aside color, TDS and nitrite parameters. In filter effluent, the TDS parameters still met the quality standard.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>