Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naivedh Bhat
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang selalu menghadapi ancaman dari penyakitan inkesius, sama seperti negara tropis lain. Kuman-kuman yang menyebabkan penyakit tersebut, telah menjadi resisten. Ancaman dari kuman resisten telah berkembang, dan obat herbal harus dianggap sebagai salah satu obat alternatif. Indonesia adalah negara yang kultural dan mempunyai kekayaan tanaman dan rempah-rempah. Rempah-rempah ini bisa ditemui dimana-mana, dan dipakai oleh mayoritas masyarakat. Cengkeh Syzygium aromaticum , yang sering dipakai untuk mengobati infeksi local, adalah salah satu contohnya. Efeknya Syzygium aromaticum terhadap Methicillin-resistent Staphylococcus aureus, salah satu kuman etiologinya infeksi lokal dan sistemik, harus dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efeknya ekstrak Syzygium aromaticum terhadap kultur Methicillin resistent Staphylococcus aureus MRSA . Penelitian ini mengunakan methode eksperimental. Parameter yang diukur di penelitian ini adalah Minimum Inhibitory Concentration MIC dan Minimum Bactericidal Concentration MBC . Methode yang digunakan untuk mencari konsentrasi minimal dibutuhkan untuk inhibisi bakteri MIC adalah broth dilution. Sampel dari broth dilution akan di inokulasi pada media agar, dan konsentrasi minimal dibutuhkan untuk membunuhi bakteri MBC akan bisa diukur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak bunga cengkeh Syzygium aromaticum mempunyai efek antimikrobial terhadap MRSA dan S aureus. MRSA MIC: 0.3906 , MBC: 0.3906 juga lebih sensitif terhadap extrak cengkeh, dibandingkan S aureus MIC: 0.7813 , MBC: 0.7813

ABSTRACT
Indonesia is under threat from infectious diseases. In addition, the microbes, which can be eliminated by common antibiotics, have become resistant. In response to antimicrobial resistance, the option of alternative medicine is also one that must be considered. Medicinal herbs are ubiquitously found and used by the people of Indonesia. The clove plant Syzygium aromaticum used in the study, is culturally used to relieve local infections. The purpose of the research is to investigate the effect of the extract of clove bud Syzygium aromaticum against cultured Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA . This is an experimental research to determine the effect of Clove S aromaticum on MRSA culture in vitro. The parameters being measured are the Minimum Inhibitory Concentration MIC and Minimum Bactericidal Concentration MBC . Using the broth microdilution method, we can semi quantitatively find the minimum concentration required to suppress the growth of bacteria, and then streaking the samples on agar media can determine the minimum concentration required to eliminate the microbe entirely. The research revealed that Clove Syzygium aromaticum bud extract has antimicrobial properties against MRSA and Staphylococcus aureus. MRSA MIC 0.3906 , MBC 0.3906 is more susceptible to aqueous clove extract, compared to Staphylococcus aureus MIC 0.7813 , MBC 0.7813 ."
2017
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Shalahudin Putro
"Infeksi bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aurues merupakan salahsatu infeksi yang perlu diwaspadai seiring dengan prevalensinya yang semakin meningkat di kawasan Asia termasuk Indonesia. Alternatif antibiotik untuk infeksi Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai usaha untuk munculnya resistensi terhadap antibiotik jenis lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antimikrobial yang dimiliki ekstrak Calophyllum flavoramulum terhadap bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus berdasarkan kosentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM). Penelitian ini menggunakan uji in-vitro metode makro dilusi tabung dengan konsentrasi ekstrak Calophyllum flavoramulum sebesar 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL, 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, dan 2,5 μg/mL. Hasil penelitian tidak ditemukan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) Calophyllum flavoramulum terhadap methicillin-resistant Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL, 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, hingga konsentrasi 2,5 μg/mL.

Bacterial infection of Methicllin-Resistant Staphylococcus aureus is one of serious infection as the prevalence is increasing in Asia, including Indonesia. The alternative of antibiotic treatment should be developed to prevent another antibiotic resistance. The aim of this research is to determine antimicrobial activity of Calophyllum flavoramulum extract to Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus by the minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC). This research used in-vitro broth macrodilution method with ten different concentrations of Calophyllum flavoramulum extract 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL, 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, dan 2,5 μg/mL. Result showed that Calophyllum flavoramulum extract has no minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) to Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus in ten different concentrations of Calophyllum flavoramulum extract 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL, 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, dan 2,5 μg/mL"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Lieana
"Latar Belakang: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap antibiotik methicillin. Saat ini, MRSA masih merupakan ancaman di seluruh dunia. Infeksi MRSA dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang mampu menangani MRSA di masa mendatang. Daun kelor atau Moringa oleifera dikenal memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Maka dari itu, peneliti mengusulkan untuk melakukan penelitian terkait potensi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA. Metode: Penelitian dilakukan dengan uji eksperimental melalui metode makrodilusi. Makrodilusi dilakukan baik pada ekstrak etanol daun kelor maupun vankomisin. Makrodilusi pada ekstrak etanol daun kelor dilakukan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak tersebut terhadap bakteri MRSA. Sedangkan makrodilusi pada vankomisin dilakukan sebagai pembanding. Hasil: Pada penelitian ini tidak ditemukan efek antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA. Hal tersebut terbukti dengan tidak ditemukannya konsentrasi hambat minimun (KHM) maupun konsentrasi bunuh minimum (KBM) pada percobaan ini. Pembahasan: Hasil pada penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan. Perbedaan tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor. Peran ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA dapat diteliti lebih lanjut dengan metode yang berbeda ataupun konsentrasi yang lebih tinggi.

Background: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a group of bacteria (Staphylococcus aureus) which are found to be resistant against antibiotics called methicillin. Nowadays, MRSA is still becoming a threat across the globe. Infections caused by MRSA may cause various complications. Due to this fact, proper-management is needed to deal with MRSA in the future. Moringa oleifera has been popularly known for its benefits, one of which is the antibacterial effect. Therefore, the author proposed to do a research on the potential of Moringa oleifera ethanol extract as an antibacterial agent against MRSA. Method: The research done is an experimental test using macrodilution method. Macrodilution was done on both the ethanol extract and vancomycin. Macrodilution on the extract was done to discover its antibacterial effect against MRSA, while macrodilution on vancomycin was done as a comparison. Results: In this research, there is no antibacterial effect found from Moringa oleifera extract against MRSA. This result is supported by the absence of minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) in this experiment. Discussion: The result in this research was different from some previous research findings. The difference might be caused by several factors. The role of Moringa oleifera extract as antibacterial agent against should be further studied using different methods or higher concentration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Ayu Rosalinda
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu bakteri penyebab infeksi yang perlu mendapatkan perhatian adalah Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus MRSA karena sifat resistensinya terhadap berbagai antibiotik golongan beta laktam. Hingga saat ini vankomisin masih menjadi antibiotik pilihan untuk infeksi MRSA namun telah berkembang galur MRSA yang mengalami penurunan sensitivitas terhadap vankomisin, sehingga perlu dicari antibiotik alternatif untuk pengobatan infeksi MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun nangka Artocarpus heterophyllus Lam. terhadap bakteri MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM. Penelitian dilakukan menggunakan uji in-vitro dengan cara makrodilusi tabung. Ekstrak daun nangka digunakan dengan variasi konsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, hingga 0,625 ?g/mL. KHM ekstrak daun nangka terhadap MRSA ditemukan pada konsentrasi 320 ?g/mL ditandai dengan larutan yang bening pada tabung dengan konsentrasi ekstrak sebesar 320 ?g/mL, 640 ?g/mL, dan 1280 ?g/mL. KBM ekstrak daun nangka ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri pada agar Mueller-Hinton. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun nangka berpotensi sebagai antibakteri untuk melawan MRSA.

Infectious diseases are still a public health problem in Indonesia. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of bacteria causing infections that is a concern because of the nature of resistance to various beta lactam class of antibiotics. Vancomycin is still the drug of choice for MRSA infections but in recent years research shows that it has been found strains of MRSA that decreased sensitivity to vancomycin. Therefore, it is necessary to find an alternative antibiotic for the treatment of MRSA infections. This study aims to determine the antibacterial activity of jackfruit Artocarpus heterophyllus Lam. leaf extract against MRSA by the minimum inhibitory concentration MIC and the minimum bactericidal concentration MBC . The study was conducted using in vitro test with broth macrodilution method. Jackfruit leaf extract were used in various concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, until 0,625 g mL. MIC of jackfruit leaf extract against MRSA was found at a concentration of 320 g mL showed by a clear solution in the tube with extract concentration of 320 g mL, 640 g mL, and 1280 g mL. MBC of jackfruit leaf extract against MRSA was found at a concentration of 1280 g mL because there was no growth of MRSA colonies on Mueller Hinton agar. Therefore, it can be concluded that jackfruit leaf extract is potential as antibacteria against MRSA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lupita Adina Reksodiputro
"Semakin tingginya kasus infeksi di dunia, menyebabkan semakin tingginya penggunaan antibiotik sebagai pengobatan. Peningkatan angka penggunaan antibotik bebas menyebabkan mikroba patogen mulai banyak yang mengalami resistensi, begitupun pada Staphylococcus aureus (S. aureus). S. aureus yang mengalami resistensi terhadap metisilin disebut Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), hal ini menyebabkan diperlukan antibiotik alternatif untuk mengatasi MRSA. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai apakah terdapat efek antimikrobial dari ekstrak Calophyllum canum terhadap bakteri MRSA. Pada penelitian ini dilakukan uji eksperimental di Laboratorium Mikrobiologi FKUI dengan menggunakan teknik makro dilusi. Penelitian yang menggunakan sepuluh konsentrasi berbeda dari ekstrak Calophyllum canum, yaitu 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL, 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, dan 25 μg/mL. Ekstrak C. canum yang digunakan dibandingkan dengan kontrol antibiotik vankomisin dengan sepuluh konsentrasi, yaitu 128 μg/mL, 64 μg/mL, 32 μg/mL, 16 μg/mL, 8 μg/mL, 4 μg/mL, 2 μg/mL, 1 μg/mL, 0,5 μg/mL, dan 0,25 μg/mL. Hasil penelitian tidak ditemukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari Calophyllum canum terhadap bakteri MRSA di seluruh konsentrasi.

High prevalence of infections leads to massive abuse of antibiotic for medication. It results in higher number of pathogen reistance, including Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Therefore, another alternative treatment for infection of MRSA is needed. The aim of this study is to assess the antimicrobial effect of Calophyllum canum extract against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). This experimental study was done in Laboratorium Mikrobiologi FKUI using macro dilution method. This study used ten different concentrations of C. canum extract; 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL, 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, 25 μg/mL and ten different concentrations of vancomycin as control; 128 μg/mL, 64 μg/mL, 32 μg/mL16 μg/mL, 8 μg/mL, 4 μg/mL, 2 μg/mL, 1 μg/mL, 0,5 μg/mL, 0,25 μg/mL. The result cannot be found Minimum Bactericidal Concentration (MBC) and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Calophyllum canum extract against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Larasati
"Infeksi bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan masalah yang marak terjadi dalam pelayanan kesehatan Indonesia. Sejauh ini MRSA dapat diobati dengan antibiotik vankomisin, namun sangat perlu dilakukan pencarian antibiotik alternatif untuk mencegah adanya resistensi lagi. Shorea spp. adalah tumbuhan yang diketahui memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, namun belum dilakukan penelitian mengenai efeknya terhadap bakteri MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak Shorea spp. terhadap MRSA. Uji dilakukan dengan metode makro dilusi tabung untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum ekstrak Shorea spp. dan vankomisin sebagai pembanding. Ekstrak Shorea spp. dipaparkan dengan suspensi bakteri MRSA pada sepuluh pengenceran makro dilusi dan diamati konsentrasi hambat minimumnya. Tabung yang dicurigai memiliki konsentrasi hambat minimum kemudian dikultur untuk mengetahui konsentrasi bunuh minimum. Hasil penelitian menunjukkan ditemukan kekeruhan dan pertumbuhan koloni bakteri pada setiap tabung mulai dari konsentrasi 1280 μg/mL hingga 2,5 μg/mL, sehingga tidak didapatkan adanya konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum ekstrak Shorea spp terhadap MRSA pada konsentrasi 1280 μg/mL hingga 2,5 μg/mL.

Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) infection is a problem that is rife in Indonesian healthcare services. In recent years, MRSA can be treated by vancomycin, an antibiotic used to treat serious bacterial infections, but it is necessary to search alternative antibiotics to prevent further resistance. Shorea spp. is a plant that is known to have antibacterial properties against Gram positive and Gram negative bacteria, but there has not been any research referring to its effect on MRSA. This study aims to evaluate the antibacterial effect of Shorea spp. extract compared to vancomycin. Tests were conducted with macro dilution method to determine the minimum inhibitory concentration and minimum bactericidal concentration of Shorea spp. extract with vancomycin as comparison. Shorea spp. extract were exposed to MRSA suspension in ten times serial dilution and the minimum inhibitory concentration were observed. Tubes suspected of having minimum inhibitory concentration were cultured to determine the minimum bactericidal concentration. The results showed that turbidity and growth occurs at each dilution with concentration ranged from 1280 μg/mL to 2,5 μg/mL. This study suggests that minimum inhibitory concentration and minimum bactericidal concentration of Shorea spp. extract are not found in the concentration ranged from 1280 μg/mL to 2,5 μg/mL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Dany Petra Pranata
"Penyakit infeksi masih menjadi permasalahan mayor pada negara berkembang. Berdasarkan data WHO, setiap tahun penyakit infeksi membunuh 3,5 juta penduduk dunia terutama pada masyarakat berpendapatan rendah dan anak-anak. Antibiotik menjadi terapi utama untuk menangani masalah infeksi. Namun penggunaan yang irasional mengakibatkan munculnya strain bakteri yang tahan terhadap antibiotik tertentu. MRSA menjadi penyebab utama infeksi nosokomial. Saat ini pengobatan untuk infeksi MRSA bergantung kepada vankomisin.
Dibutuhkan terapi pendukung dan apabila memungkinkan menggantikan vankomisin dalam penanganan infeksi MRSA. Swietenia mahagoni diduga memiliki potensi dalam mengatasi infeksi terutama akibat bakteri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri Swetenia mahagoni terhadap bakteri MRSA. Ekstrak Swietenia mahagoni didapatkan dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Ekstrak kemudian dilarutkan menjadi 10 tabung dengan konsentrasi 1280 μg/mL, 640 μg/mL, 320 μg/mL, 160 μg/mL. 80 μg/mL, 40 μg/mL, 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, dan 2,5 μg/mL. Kemudian, setiap tabung diujikan kepada bakteri MRSA secara in vitro dengan
metode dilusi.
Hasil penelitian, tidak ditemukan Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum dari ekstrak Swietenia mahagoni yang di uji. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, baik dari proses ekstraksi Swietenia mahagoni, konsentrasi ekstrak, ataupun proses persiapan bahan kultur bakteri

Infectious diseases remain major problems in developing countries. Based on data from WHO, infectious diseases kill 3.5 million people worldwide each year, especially in low-income communities and children. Antibiotics become the primary therapy to treat infectious diseases. However, irrational use of antibiotics leads to antimicrobial resistance among pathogenic bacteria. MRSA is a major cause of nosocomial infections. Currently the treatment for MRSA infections relies on vancomycin.
Supportive therapy is needed and preferrable to vancomycin in the treatment of MRSA infections. Swietenia mahagony was thought to have the potential to overcome bacterial infections. Therefore, this study was conducted to determine the antibacterial activity of Swietenia mahagony against MRSA. Swietenia mahagony extract is obtained from LIPI (Indonesian Institute of Sciences). Extract is then dissolved into 10 tubes with the highest concentration of 1280 μg/mL and the lowest concentration of 2.5 μg/mL. Then, each tube was tested for MRSA bacteria in vitro using dilution method.
The results showed that Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of extracts of Swietenia mahagoni were not found. It might be caused by various factors, such as the extraction process of Swietenia mahagoni, the concentration of the extract, or the bacterial culture material preparation process.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Ulfiarakhma
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah terbesar di banyak negara, salah satunya infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA . Meskipun vankomisin merupakan antibiotik standar dalam mengobati infeksi MRSA, terdapat kekhawatiran munculnya galur yang resisten terhadap vankomisin, sehingga diperlukan pengembangan antibiotik alternatif untuk pengobatan MRSA yaitu dengan ekstrak daun sukun Artocarpus communis yang telah terbukti memiliki efek antibakteri berdasarkan penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun A. communis terhadap MRSA.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vitro menggunakan metode makrodilusi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak A. communis dilakukan dengan mencampurkan suspensi bakteri dan ekstrak kasar daun A. communis berkonsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2,5 ?g/mL, 1,25 ?g/mL, dan 0,625 ?g/mL, kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Uji diulang sebanyak dua kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tabung menghasilkan cairan yang keruh. Setelah larutan dari masing-masing tabung dikultur pada agar Mueller-Hinton, ditemukan pertumbuhan koloni bakteri pada seluruh agar. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun A. communis terhadap MRSA tidak ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL hingga 0,625 ?g/mL.

Infectious disease still remains a major problem in many countries, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA infection. Although vancomycin is used to treat MRSA infection, there is concern about vancomycin resistant strain. Thus, the development of new alternative antibiotic such as breadfruit Artocarpus communis leaf rsquo s extract, which has antibacterial effect according to previous researches, is needed for more effective MRSA treatment. This research aims to know the antibacterial activity of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA.
This in vivo experimental research uses macrodilution method which is performed by mixing bacterial suspension and A. communis leaf rsquo s crude extract with concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2,5 g mL, 1,25 g mL, and 0,625 g mL, then incubated at temperature of 37o C for 24 hours.
The result shows that all tubes give cloudy solution. After all of concentration from each tubes is cultivated in Mueller Hinton agar, the growth of bacteria colony was found in all agar. In conclusion, minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA cannot be obtained at the concentration range from 1280 g mL to 0,625 g mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Nindya Lestari
"Infeksi bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Asia, khususnya Indonesia dengan kepadatan penduduk yang juga tinggi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit infeksi ini. Hingga saat ini, vankomisin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani infeksi MRSA. Untuk itu, perlu dikembangkan alternatif antibiotik agar dapat mencegah peningkatan penyakit infeksi akibat MRSA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri terhadap MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM.
Penelitian menggunakan metode makrodilusi ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri dan antibiotik vankomisin sebagai pembanding. Konsentrasi bakteri MRSA dalam penelitian ini sesuai dengan Mc Farland 0,5. Hasil penelitian menunjukkan terjadi kekeruhan pada tabung di setiap konsentrasi dan tumbuh koloni bakteri pada agar Mueller Hinton yang menunjukkan adanya bakteri MRSA. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri pada konsentrasi 1280 g/mL hingga 0,625 g/mL tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA.

Bacterial infection of Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of the health problem with high prevalence in Asia, especially Indonesia with high population density that influence the spread of this infectious disease. Until now, vancomycin is an antibiotic that can be used to treat MRSA infection. It is necessary to develop alternative antibiotic in order to prevent the increase of infection due to MRSA. This study was conducted to determine the antibacterial activity of ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract against MRSA to see the minimum inhibitory concentration MIC and the minimum bactericidal concentration MBC.
This research used macrodilution method with ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract and vancomycin as a comparison. Concentration of MRSA in this study based on Mc Farland 0,5. The results showed turbidity occured in tubes at each concentrations and bacterial colonies grown on Mueller Hinton Agar that indicate the presence of MRSA. Therefore, from this study we can conclude that the ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract at concentration of 1280 g mL until 0,625 g mL do not have antibacterial activity against MRSA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Qarisa
"Epidemiologi dari penyakit menular atau infeksi di Indonesia memiliki angka yang cukup tinggi, termasuk infeksi bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus MRSA . Menurut National Nosocomial Infection Surveillance System, terdapat lebih dari 60 isolat Staphylococcus aureus dari pasien intensive care unit yang merupakan bakteri MRSA. Vankomisin merupakan antibiotik yang dapat mengatasi infeksi MRSA, namun baru-baru ini ditemukan golongan bakteri yang bersifat kurang sensitif terhadap obat tersebut, sehingga perlu dicari zat lain sebagai terapi alternatif. Daun suren Toona sureni Blume Merr. merupakan salah satu tumbuhan Indonesia yang telah digunakan di bidang kesehatan sejak dahulu kala. Ekstrak daun suren telah diketahui memiliki senyawa metil galat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini, dilakukan uji eksperimental dengan metode makrodilusi untuk mengetahui peran daun suren sebagai antibakteri terhadap bakteri MRSA. Vankomisin yang diketahui dapat mengobati infeksi MRSA digunakan sebagai pembanding untuk melihat sensitivitas bakteri yang diuji. Dari penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak daun suren Toona sureni Blume Merr. pada konsentrasi 1280 g/mL hingga 0,625 g/mL tidak memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap MRSA. Peran ekstrak daun terhadap bakteri MRSA perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi.

Epidemiology of infectious disease or infection, including Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA infection, in Indonesia has a high rate. According to the National Nosocomial Infection Surveillance System, more than 60 of Staphylococcus aureus isolates from patients in intensive care units was represented by MRSA infection. Vancomycin is an antibiotic that can treat MRSA infection, but there are some bacterial strains show less sensitivity to the drug, recently, so it is necessary to find other substances as an alternative therapy. Suren leaves Toona sureni Blume Merr. is one of the Indonesian plant that has been use for medicinal purposes by the ancestors. Suren leaf extract contains methyl gallate which can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. In this experimental study, macrodilution methode was conducted to determine the role of suren leaf extract as an antibacterial against MRSA. Vancomycin as a chosen therapy for MRSA infection is used as a comparison to see the sensitivity of the bacterium. From this study, it was found that the suren leaf extract at a consentration 1280 g mL up to 0,625 g mL has no ability as an antibacterial against MRSA. The role of suren leaf extract as antibacterial against MRSA needs further research using higher concentrations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>