Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109782 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Farhana
"Volume Ekspirasi Paksa detik pertama VEP1 merupakan salah satu uji diagnostik fungsi paru. Faktor yang mempengaruhi nilai VEP1 diantaranya, yaitu tinggi badan, usia, jenis kelamin, dan ras.
Tujuan: Penelitian ini menganalisis hubungan antara VEP1 dengan kadar lemak pada individu dewasa dengan Indeks Masssa Tubuh normal.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional pada 62 individu dewasa yang memenuhi kriteria penelitian. Kadar lemak diukur menggunakan timbangan seca, sedangkan VEP1 diukur dengan menggunakan spirometer. Data tersebut dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Koefisien korelasi atau r terhadap kadar lemak dan VEP1 pada laki-laki didapatkan koefisien korelasi r sebesar -0,164 p>0,05. Koefisien korelasi terhadap kadar lemak dan VEP1 pada perempuan sebesar 0,10 p>0,05. Hasil pengolahan data menunjukkan tidak adanya korelasi bermakna antara kadar lemak dengan VEP1 pada individu dewasa dengan IMT normal baik pada laki-laki p=0,414 maupun pada perempuan p=0,566

Forced Expiratory Volume in the first second FEV1 is one of diagnostic test for Pulmonary Function Test. Several factors that affect FEV1 are body height, age, gender, and ethnic.
Objective: This research is aimed to find relation between body fat percentage and FEV1.
Method A cross sectional study in 62 adults included into the criteria was conducted in this research. Body fat percentage was measured using seca weighing scales, while FEV1 was measured using spirometer. The data was analyzed with Kolmogorov Smirnov normality test and Person Correlation test.
Result: R value towards body fat percentage and FEV1 in males is about 0,164 p 0,05. R value towards body fat percentage and FEV1 in females is about 0,10 p 0,05. The result shows that there is no significant correlation between body fat percentage and FEV1 in males normal BMI adults p 0,414 and in females normal BMI adults p 0,566.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranindita Amaida Safira
"Latar Belakang: Uji fungsi paru merupakan metode untuk mengukur ada tidaknya gangguan pada paru. Salah satu parameter fungsi paru adalah kapasitas vital paksa KVP . Pengaruh kadar lemak pada kapasitas vital paksa belum banyak diketahui.
Tujuan: Untuk melihat ada tidaknya korelasi antara kadar lemak dengan kapasitas vital paksa
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang dengan 62 subjek penelitian yang didapatkan dari data sekunder dan dipilih dengan sistem random sampling. Data diolah menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnoff dan uji korelasi Pearson
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan nilai korelasi kadar lemak dengan kapasitas vital paksa p >0.001 pada laki-laki dan nilai korelasi p>0.001 pada perempuan yang menunjukkan tidak ada korelasi signifikan di antara kadar lemak dan kapasitas vital paksa
Kesimpulan: Penelitian ini munjukkan bahwa kadar lemak tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap kapasitas vital paksa.

Background: Lung function tests are used to evaluate lung health conditions. Forced vital capacity is one of the parameter of lung function. Body fat percentage effect to lung function had not been discovered much.
Objective: This research purpose is to find the relation between body fat percentage and forced vital capacity
Methods: This study used cross sectional study with 62 subjects that were obtained from secondary data and picked by symple random sampling. The method used to analyze the data are Kolmogorov Smirnov normality test and Pearson Correlation test.
Results: Based on the study the correlation value between body fat percentage and forced vital capacity is p 0.001 on both male and females group.
Conclusion: The research shows that there is no correlation or significant effect between body percentage with forced vital capacity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Mahardhika
"Tujuan: Meningkatkan peranan ultrasonografi sebagai alternatif Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA) dalam menilai persentase lemak tubuh total secara akurat.
Metode: Dari April hingga September 2020, terdapat 28 pasien dewasa (14 laki-laki, 14 perempuan) yang menjalankan pemeriksaan DXA untuk menilai persentase lemak tubuh total (%LT total) dan pemeriksaan ultrasonografi untuk mengukur tebal lemak subkutis (TLS) pada beberapa lokasi tubuh. Dilakukan uji korelasi antara TLS pada beberapa lokasi tubuh menggunakan ultrasonografi serta data antropometri (IMT, lingkar pinggang, lingkar paha tengah) dengan %LT total berdasarkan DXA pada kedua jenis kelamin. Selanjutnya, variabel yang memiliki korelasi kuat dipilih untuk dimasukkan dalam analisis regresi multipel untuk mendapatkan formula regresi untuk memprediksi %LT total pada masing-masing jenis kelamin.
Hasil: Formula prediksi terbaik untuk menentukan %LT total pada laki-laki adalah %LT total = 13,7 + 5,5(TLS triceps) + 10,0(TLS paha depan); R2 0,91, sedangkan pada perempuan adalah %LT total = - 1,73 + 1,07(IMT) + 10,30(TLS paha depan); R2 0,88
Kesimpulan: Pemeriksaan TLS menggunakan ultrasonografi dikombinasikan dengan pengukuran antropometri dapat direkomendasikan untuk memperkirakan %LT total secara akurat dengan formula yang berbeda pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

Objective: To improve the use of ultrasonography as an alternative way to Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA) in assesing total body fat percentage (%BF) accurately.
Methods: From April to September 2020, there were 28 adult patients (14 male, 14 female) underwent DXA examination to assess %BF and ultrasonography examination to measure subcutaneous fat thickness (SFT) at multiple sites. Correlation test was conducted between SFT sites using ultrasonography and anthropometric data (BMI, waist circumference, mid-thigh circumference) with %BF based on DXA in both genders. Furthermore, variables that had strong correlation were selected to be included in the multiple regression analysis in order to obtain a regression formula to predict the %BF for each gender.
Results: The best predictive formula to determine %BF for male is %BF = 13,7 + 5,5(SFT triceps) + 10,0(SFT quads); R2 0,91, while for female is %BF = - 1,73 + 1,07(BMI) + 10,30(SFT quads); R2 0,88. Conclusions: SFT examination using ultrasonography that is combined with anthropometric measurements can be recommended to estimate %BF accurately with different formulas in the male and female group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Hariza
"Rehabilitasi pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang stabil bertujuan untuk mengurangi sesak, meningkatkan toleransi latihan, dan meningkatkan status kesehatan. Pada dekade terakhir banyak dikembangkan teknik terapi mandiri salah satunya adalah menggunakan perangkat positive expiratory pressure (PEP). Penelitan ini bertujuan untuk menilai efektivitas latihan pernapasan menggunakan perangkat PEP pada volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), kapasitas fungsional, dan kualitas hidup pada pasien PPOK. Desain penelitian yang digunakan yaitu studi intervensional prospektif yang membandingkan efek sebelum dan sesudah latihan pernapasan menggunakan PEP selama 8 minggu. Subjek yang menyelesaikan penelitian sebanyak 20 orang. Latihan pernapasan dilakukan dua kali sehari dengan durasi 15 menit pada masing-masing sesi latihan. Tekanan yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pasien yaitu inspirasi berbanding ekspirasi 1:3. Tekanan ditentukan sebelum memulai latihan dan dievaluasi setiap dua minggu. Hasil keluaran yang dinilai adalah nilai VEP1, kapasitas fungsional yang diukur dengan kecepatan berjalan dalam uji jalan 4 meter dan kualitas hidup yang diukur dengan kuesioner St. George s Respiratory Questionnaire (SGRQ). Nilai VEP1 sebelum intervensi adalah 1369,5±569,63 ml dan sesudah sebesar 1390±615,01 ml (p=0.585). Kecepatan berjalan sebelum intervensi 1,43±0.31 m/s dan sesudah 1,56±0,40 m/s (p=0.248). Skor kuesioner SGRQ domain gejala terdapat penurunan dari rerata 44,00±17,88% menjadi 25,31±14,06% (p=0.000), domain aktivitas dari rerata 54,22±28,18% menjadi 40,38±24,25% (p=0.006), domain dampak dari 32,83% (0,00-67,46) menjadi 16,32% (0,00-61,33) (p=0.002), dan skor total dari 39,46% (6,30-75,42) menjadi 25,96% (5,24-61,34) (p=0.001). Peningkatan kecepatan berjalan dan perbaikan skor SGRQ memenuhi nilai minimum clinically important difference (MCID). Latihan pernapasan menggunakan perangkat PEP selama 8 minggu dapat meningkatkan nilai VEP1, kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien PPOK.

Rehabilitation of stable chronic obstructive pulmonary disease (COPD) aims to reduce dyspnoe, increase exercise tolerance, and improve health status. In the last decade, many independent therapy techniques have been developed, one of them is positive expiratory pressure (PEP). The aim of this study was to assess the effectiveness of breathing exercises using a PEP device on Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1), functional capacity, and quality of life in COPD patients. The study design was a prospective interventional studies that compared the effects before and after breathing exercises using PEP for 8 weeks. Twenty subjects completed the study. Breathing exercises were carried out twice a day, 15 minutes duration at each session. The pressure used is adjusted to the patient's ability, reaching inspiration to expiration ratio of 1:3. Pressure was determined before starting the exercise and evaluated every two weeks. The outcome were FEV1, functional capacity measured by walking speed in the 4 meter gait speed assesment and quality of life as measured by the St. George s Respiratory Questionnaire (SGRQ). FEV1 ​​before intervention were 1369,5±569,63 ml and after 1390±615,01 ml (p=0.585). Walking speed before intervention was 1,43±0,31 m/s and after 1,56±0,40 m/s (p=0,248). The symptom domain SGRQ questionnaire score has a decrease from 44,00±17,88% to 25,31±14,06% (p=0,000), the activity domain from 54,22±28,18% to 40,38±24,25% (p=0.006), the impact domain of 32,83% (0,00-67,46) to 16,32% (0,00-61,33) (p=0,002), and the total score of 39,46% (6,30-75,42) to 25,96% (5,24-61,34) (p=0.001). Increase in walking speed and SGRQ score exceed the minimum clinically important difference (MCID). Breathing exercises using a PEP device for 8 weeks can increase FEV1, functional capacity and quality of life of COPD patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Itsna Arifatuz Zulfiyah
"Hipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik lebih dari P95 sesuai jenis kelamin, umur, dan tinggi badan. Peningkatan prevalensi hipertensi pada remaja secara global diduga disebabkan karena peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Remaja dengan obesitas berisiko sepuluh kali lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan remaja dengan berat badan normal. Penelitian ini bertujuan untuk menyelediki korelasi antara tekanan darah dengan obesitas, yang direpresentasikan oleh indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan massa lemak tubuh, pada remaja yang mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang didapat dari penelitian sebelumnya. Subjek penelitian terdiri dari 66 remaja berusia 14-17 tahun dengan indeks massa tubuh lebih dari P95 berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tiga puluh dua (48,5%) dari 66 remaja obesitas pada penelitian ini mengalami hipertensi, dengan hipertensi sistolik sebanyak 25,8% dan hipertensi diastolik sebanyak 31,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik tidak berkorelasi dengan indeks massa tubuh, namun berkorelasi positif dengan lingkar pinggang (r = 0,218, p <0,05) dan berkorelasi negatif dengan massa lemak tubuh (r = -286, p <0,05). Tekanan darah diastolik tidak berkorelasi dengan lingkar pinggang dan massa lemak tubuh, namun berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh (r = 0,223, p <0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa remaja obesitas di Jakarta memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi dan tekanan darah sistolik berkorelasi dengan lingkar pinggang dan massa lemak tubuh, sementara tekanan darah diastolik berkorelasi dengan indeks massa tubuh.

Hypertension in adolescents is elevation of systolic and/or diastolic blood pressure in the P95 or greater based on gender, age, and stature. The increased global prevalence of hypertension among adolescents is thought to be the result of the increasing prevalence of childhood obesity. Obese adolescents have tendencies to have hypertension ten times greater that the normoweights. This research is conducted to determine the correlation between blood pressure and obesity, which is presented as body mass index, waist circumference, and body mass fat, in obese adolescents. Using cross-sectional study, from secondary data collection, we found 66 adolescents age 14-17 years old in which body mass index are in the P95 or greater based on gender and age. Thirty-two (48,5%) adolescents have hypertension, where 25,8% adolescents have systolic hypertension and 31,8% adolescents have diastolic hypertension. Bivariate analysis shows that systolic blood pressure does not correlate with body mass index but positively correlates with waist circumference (r = 0,233, p <0,05) and negatively correlates with body mass fat (r = -286, p ≤0,01). Diastolic blood pressure does not correlate with waist circumference and body mass fat but positively correlates with body mass index (r = 0,223, p <0,05). It can be concluded that the prevalence of hypertension in obese adolecsents in Jakarta is high and systolic blood pressure has a weak correlation with waist circumference and body mass fat while diastolic blood pressure has a weak correlation with body mass index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Azzahra
"Indeks Massa Tubuh IMT dan total lemak tubuh metode impedansi merupakan salah satu cara untuk memprediksi lemak tubuh yang mudah dan tidak invasif. Korelasinya dengan profil lipid serum belum banyak diteliti, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi keduanya dengan profil lipid serum. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional pada 128 subjek yang memeriksakan profil lipidnya ke Laboratorium Departemen Patologi Klinik RSCM. Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan total lemak tubuh dengan metode impedansi secara langsung. Data profil lipid didapatkan melalui Laboratory Information System Departemen Patologi Klinik. Kemudian, data diolah dengan menggunakan uji Pearson untuk mengetahui korelasi antara IMT dan total lemak tubuh metode impedansi dengan profil lipid serum. Pada penelitian ini, tidak didapatkan korelasi IMT dan total lemak tubuh dengan setiap parameter profil lipid, yang meliputi trigliserida, kolesterol total, kolesterol-HDL, dan kolestrol-LDL p>0,05 . Dengan demikian, disimpulkan bahwa kedua pemeriksaan tersebut tidak dapat menggantikan pemeriksaan profil lipid serum.

Body Mass Index BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat are an easy and non invasive methods to predict fat level in the body. Since the correlation between BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat with serum lipid profile is limitedly known, especially in Indonesia's population, the purpose of this study is to investigate the correlation of BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat with serum lipid profile. This is an analytical cross sectional study on 128 patients from Cipto Mangunkusumo hospital laboratory. The subjects were examined to measure weight, height, and total body fat with impedance method, and serum lipid profile. The data were analyzed with Pearson test to find the correlation between variables. There were no correlation between BMI and TBF with serum lipid profile, including triglyceride, cholesterol total, HDL C, and LDL C p 0,05 . To conclude, serum lipid profile cannot be replaced by BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat examination."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni`Matul Isna
"Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan kelainan reproduksi yang ditandai dengan anovulasi, menstruasi tidak teratur, dan hirsutisme yang seringkali menyebabkan infertilitas. Meski etiologinya belum sepenuhnya dipahami, namun telah diketahui bahwa sebagian besar wanita dengan SOPK mengalami obesitas dengan prevalensi mencapai 40—80%. Obesitas merupakan kelebihan akumulasi lemak tubuh yang dicirikan dengan hipertrofi. Salah satu gen yang diduga terkait dengan obesitas adalah gen fat mass and obesity associated (FTO). Gen FTO menyebabkan peningkatkan nilai BMI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ekspresi mRNA gen FTO dan korelasinya dengan BMI pada wanita SOPK dan normal dengan obesitas dan non-obesitas. Jaringan darah digunakan sebagai sumber mRNA yang diambil pada 30 wanita non obesitas, 30 wanita normal obesitas, 30 wanita SOPK non-obesitas, dan 30 wanita SOPK obesitas. Kuantitas ekspresi mRNA gen FTO ditentukan dengan menggunakan quantitative real-time PCR. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ekspresi mRNA gen FTO pada kelompok wanita SOPK dan normal dengan obesitas, serta tidak terdapat korelasi antara ekspresi mRNA gen FTO dengan BMI. Gen FTO merupakan gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas akan tetapi tidak memiliki keterkaitan dengan sindrom ovarium polikistik, serta tidak memiliki korelasi dengan BMI

Polycystic ovary syndrome (PCOS) is a reproductive disorder characterized by anovulation, irregular menstruation, and hirsutism which often causes infertility. Although the etiology is not fully understood, it is well known that most women with PCOS are obese with a prevalence of 40-80%. Obesity is an excess of body fat accumulation which is characterized by hypertrophy. Fat mass and obesity associated gene (FTO) is known to correlate with obesity. The study found that FTO gene causes an increase in the BMI. This reserach aim to determine the differences in FTO mRNA gene expression and its correlation with BMI in normal and PCOS woman with obesity and lean. This study used blood tissue as a source of mRNA taken in 30 normal lean woman, 30 normal obese women, 30 PCOS lean women, and 30 PCOS obese women. The quantity of FTO mRNA gene expression was determined using quantitative real-time PCR. The result shows that there is differences in FTO mRNA gene expression in PCOS and normal woman with obesity dan non-obesity. FTO mRNA expression in PCOS and normal obesity woman is higher than those in the PCOS and normal lean women, and there is no correlation between FTO gene mRNA expression and BMI. Thus, the FTO gene is a gene responsible for obesity but has no association with polycystic ovary syndrome, and does not have a correlation with BMI. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siallagan, Grace Adriani
"Defisiensi besi selama kehamilan adalah salah satu defisiensi gizi yang prevalensinya tetap tinggi di dunia yaitu mencapai 70%. Berat badan kurang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi besi selama kehamilan. Feritin adalah protein cadangan zat besi yang disintesis oleh hati dan dapat meningkat selama peradangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar feritin serum dengan indeks massa tubuh pada perempuan hamil trimester 1. Disain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Penelitian dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat Kramat Jati, Jakarta selama bulan Oktober 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling. Empat puluh tujuh perempuan hamil trimester 1 didapatkan memenuhi kriteria penelitian. Didapatkan rerata usia 27,79±4,85 tahun, diantara subyek penelitian 5 orang (10,6%) memiliki berat badan kurang, 25 orang (53,2%) berat badan normal dan 17 berat badan lebih (36,2%). Nilai tengah asupan zat besi 23,21 (8,4 ̶ 36,80) mg/hari. Asupan zat besi menunjukkan 66% subyek memiliki asupan zat besi kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia. Nilai tengah kadar feritin serum 58,1 (4,9 ̶ 139,8) μg/L dan 6,4% subyek tergolong status feritin rendah. Hasil penelitian ini diperoleh korelasi positif tidak bermakna antara kadar feritin serum dengan indeks massa tubuh pada perempuan hamil trimester 1 (r=0,097, p=0,52).

Iron deficiency during pregnancy is one of nutritional deficiency with high prevalence in the world, reaching up to 70%. Underweight is one of the main risk factors for iron deficiency during pregnancy. Ferritin is an iron storage protein which synthesized in the liver and can be increased during inflammation. The aim of this study was to find out the correlation between serum ferritin levels and body mass index (BMI) in pregnant woman in their first trimester. The design of the study is cross-sectional. Data collection was conducted at Kramat Jati Primary Health Care, Jakarta during October 2013. Subjects were obtained by consecutive sampling method. A total of 47 pregnant women in their first trimester subjects had met the sudy criteria. The mean of maternal age was 27,79±4,85 years, among them are 5 underweight (10,6%), 25 normal weight (53,2%) and 17 overweight (36,2%). Median of iron intake was 23,21 (8,4 ̶ 36,80) mg/day. Intake of iron showed 66% of the subjects had intake of iron less than Indonesian recomended dietary allowance (RDA). Median of serum ferritin levels was 58,1 (4,9 ̶ 139,8) μg/L, while 6,4% of the subjects were catagorized as low ferritin status. No significant correlation was found between serum ferritin levels and BMI in pregnant women in their first trimester (r=0,097, p=0,52)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Septi Hajar
"Prevalensi berat badan lebih dan obesitas meningkat pada wanita usia subur. Obesitas pada kehamilan berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan persalinan. Pada obesitas terjadi peningkatan respon inflamasi. Interleukin-6 (IL-6) adalah salah satu mediator inflamasi yang dapat digunakan sebagai penanda inflamasi. Pada kehamilan terjadi peningkatan kadar IL-6 serum akibat proses inflamasi. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar IL-6 serum dengan indeks massa tubuh (IMT) pada perempuan hamil trimester 1. Penelitian dilakukan di RS Budi Kemuliaan selama bulan Maret 2013 sampai April 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling, didapatkan 47 orang subyek yang dianalisis. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, asupan energi total dengan metode tanya ulang serta proporsi karbohidrat, lemak dan protein. Pengukuran antropometri yaitu IMT untuk menilai status gizi dan pemeriksaan laboratorium kadar IL-6 serum. Hasil penelitian didapatkan rerata usia 27,3±3,9 tahun, asupan energi total 95,7% subyek memiliki asupan kurang dari anjuran angka kecukupan gizi (AKG) Indonesia, 55,3% subyek memiliki berat badan lebih, rerata IMT adalah 23,8+3,7 kg/m2. Hasil pengukuran kadar IL-6 serum didapatkan rerata 1,9±1,2 pg/ml. Didapatkan korelasi positif tidak bermakna antara kadar IL-6 serum dengan IMT pada perempuan hamil trimester 1 (r=0,28, p=0,057).

The prevalence of overweight and obesity increases in the reproductive women. Obesity is related to complication in pregnancy dan parturition. Interleukin-6 (IL-6) is one of inflammatory cell that can be used as a marker of inflammation which increases in patient with obesity. Serum IL-6 level had been found increases in pregnancy related to inflammation proccess. The aim of this cross sectional study was to find the correlation between serum IL-6 level and body mass index (BMI) in first trimester pregnancy. Data collection was conducted during March 2013 to April 2013 on Budi Kemuliaan Hospital, Jakarta. Subjects were obtained using consecutive sampling method. A total of 47 pregnant women in first trimester subjects had met the study criteria. Data were collected through interviews including age, educational status, income status, total energy intake and proportion of carbohidrat, fat, protein. Anthropometry measurements of BMI to assess the nutritional status and laboratory examination i.e blood levels of IL-6. Mean age was 27,3±3,9 years. Intake of total energy showed that 95.7% of the subjects were less than recommended dietary allowances (RDA). Overweight was occured in 55,3% of the subjects. Mean of BMI was 23,8+3,7 kg/m2. Mean of serum IL-6 levels was 1,9±1,2 pg/ml. No significant correlation was found between serum IL-6 levels and body mass index in first trimester pregnancy (r=0,28, p=0,057)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bororing, Martine Lucianne
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya kolerasi antara IMT dan kadar kolesterol LDL serum pada subyek dengan hiperkolesterolemia Penelitian ini menggunakan disain pre post test, pada penderita hiperkolesterolemia yang mernenuhi kriteria penerimaan dan tidak memenuhi kriteria penolakan, Serta telah mengikuti penelitian yang telah diselenggarakan di Departernen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia satu tahun lalu yang beijudul ?Pengaruh Pemberian Fitosterol dan Serat terhadap Profil Lipid dan [3 Karoten pada usia 20 tahun atau lebih?. Data yang diambil meliputi, karaktcristik demografi, asupan makanan., aktivitas fisik, IMT, dan kadar kolesterol LDL serum. Jumlah subyek adalah 38 orang berusia rata-rata 43,26 ;l: 8,08 tahun dan 68,42% subyek adalah perempuan dan 44,'74% berpendidikan tinggi.
Rerata pola asupan: pola asupan kalori 1388,ll i- 274,08 kkal; pola asupan 1-carbohidrat 166,13 =I= 41,39 g, pola asupan lcmak 61,76 i 17,76 g; pola asupan kolestcrol 169,31 i 71,83 mg dan pola asupan serat 7,5 i 2,22 g; Rerata asupan: asupan kalori l4l3,07 i 482,71 kkal atau 77,30 i 28,00% KKT; asupan karbohidrat 182,01 J; 67,87 g atau 34,93 4: l0,34% KKT; asupan lernak 51,58 i 26,36 g atau 17,15 3; 8,64% KKT; asupan kolesterol 145,86 i 120,44 mg dan asupan serat 16,82 t 11,38 g. Rerata Indeks aktivitas fisik 8,05 i 1,12 dan 100% subyek penelitian memiliki aktivitas tergolong scdang dan tinggi. Rerata IMT 26,84 i 4,84 kg/m2 dengan 89,5% tergolong obes sekarang. Rerata kadar kolesterol LDL 160,24 4; 27,06 mg/dL dengan 4'/,37% memiliki kadar kolesterol LDL tinggi dan sangat tinggi sekarang. Tidak terdapat korelasi antara IMT dan kadar kolesterol LDL serum.

To determine the correlation of BMI and LDL Cholesterol Serum in hypercholesterolemia subject Research with pre post rest design in hypercholesterolernia subject that fulfill the inclusion criteria and not in exclusion criteria, and has joined last year research executed by Department of Nutrition of Medical Faculty, University of Indonesia with title ? The Effect of Phytosterol and Fibre toward Lipid Profile and [3 Karoten at the age of 20 years old or upper ?. Data taken include demographic characteristic, nutrition intake, physical activity, BMI, and LDL cholesterol scrum level. Number of subject is 38 people within average of 43,26 i 8,08 years old, 68,42% are women and 44,74% are graduated.
The average intake pattern : calory intake l388,ll i 274,08 kkal; carbohydrate intake 166,13 i 41,39 g, fat intake 61,76 i 17,76 g; cholesterol intake 169,31 i 71,83 mg and fibre intake 7,5 1 2,22 g. Intake average 1 calory intake 1413,ov e 422,71 mal or 77,30 1 28,00% KKT; carbohydrate intake 182,01 :te 67,87 g or 34,93 :iz l0,34% KKT; fat intake 51,58 i 26,36 g or 17,15 :t 8,64% KKT; cholesterol intake l45,86 i 120,44 mg and fibre intake 16,82 i 11,38 g. Average of the physical activity index 8,05 i 1,12 and l00%. Research subject have middle and high activities. Average BMI 26,84 i 4,84 kg/m2 with 89,5% in obese. The average of LDL cholesterol serum 160,24 i 27,06 mg/dL with 47,37% have high and highest LDL cholesterol level. There is no correlation between BMI and LDL cholesterol serum."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32855
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>