Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairun Nadiya
"Anemia merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi meningkat di Indonesia dan berisiko tinggi pada kelompok remaja putri salah satunya karena penurunan asupan makanan. Kualitas diet merupakan salah satu alat yang dapat menilai kecukupan asupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet dengan kejadian anemia pada remaja putri. Studi cross-sectional dilakukan pada 335 remaja putri di Provinsi Jawa Barat. Data asupan makanan didapatkan dari 24-hour recall dua hari berbeda kemudian dinilai menggunakan Diet Quality Index for Adolescents DQI-A. Status anemia ditentukan dari data konsenterasi Hb kapiler diukur menggunakan HemoCue. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk menentukan hubungan kualitas diet dan anemia. Rerata skor DQI-A adalah 43,8 dari maksimal 100 dengan prevalensi kualitas diet berisiko buruk sebanyak 61,8. Median kadar Hb adalah 12,2 g/dL dengan prevalensi anemia sebesar 45,4. Tidak terdapat hubungan antara kualitas diet dengan anemia berdasarkan hasil analisis bivariat p=0,487 dan multivariat p=0,229 setelah disesuaikan dengan faktor perancu, yaitu usia, tingkat pendidikan, suku, frekuensi membaca koran, akses internet, dan penggunaan media sosial. Tidak adanya hubungan antara kualitas diet dan anemia mungkin terjadi karena kualitas diet hanya menggambarkan asupan makanan jangka pendek sedangkan kejadian anemia terjadi akibat kurangnya asupan makanan jangka panjang.

Anemia, a global health problem, have an increasing prevalence in Indonesia and a higher risk among adolescent girls, causes including lack of nutritional intake. Diet quality can be used to assess the adequacy of nutritional intake. The aim of this study is to know the association between diet quality and anemia among adolescent girls. A cross sectional survey was conducted involving 335 adolescent girls living in West Java Province. Dietary intake data was collected using 2 day nonconsecutive 24 hour recall and scored for Diet Quality Index for Adolescents DQI A. Anemia status was determined by capillary hemoglobin concentration measured using HemoCue device. Bivariate and multivariate logistic regression were applied to determine the association between diet quality and anemia. The mean score for DQI A is 43.8 of 100 with 61.8 subjects are at risk of poor diet quality. The median Hb level is 12.2 g dL with 45.4 were anemic. The main results showed no significant association between diet quality and anemia based on bivariate p 0.487 and multivariate analysis p 0.229 after adjusting for confounders, such as age, level of education, ethnicity, frequency of reading newspaper, access to internet, and use of social media. It is possible that no association were found because diet quality only reflects short term nutritional intake while anemia happened due to long term nutritional deficiency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Anggraeni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi. Prevalensi anemia anak usia 5 – 14 tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 yaitu sebesar 26,8% dan pada perempuan usia 15 – 24 tahun sebesar 32,0%. Proporsi anemia remaja putri di Provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kejadian anemia pada remaja putri usia 12 – 18 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 595 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah Riskesdas 2018. Variabel independen meliputi karakteristik remaja, sosial ekonomi dan lingkungan, status gizi, status KEK dan asupan makanan dan minuman. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Prevalensi anemia remaja putri usia 12 – 18 tahun di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebesar 26,9%. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan anemia remaja putri adalah pendidikan remaja (p value 0,025). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan remaja menjadi faktor dominan pada kejadian anemia remaja putri di Provinsi Jawa Barat tahun 2018. Remaja putri dengan pendidikan ≤SMP/ Sederajat memiliki peluang 1,63 kali lebih rendah untuk mengalami anemia dibandingkan remaja putri dengan pendidikan > SMP/ Sederajat.

Anemia is one of the global public health problems that has a major impact on health, social and economic. The prevalence of anemia among children aged 5–14 years in Indonesia based on Riskesdas data in 2018 was 26.8% and among women aged 15–24 years was 32.0%. The proportion of anemia among adolescent girls in West Java Province is still quite high. The study aims to determine the determinants of the incidence of anemia in adolescent girls aged 12–18 years in West Java Province. This study used a cross-sectional design with 595 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The data used was Riskesdas 2018. Independent variables included adolescent characteristics, socioeconomic and environmental, nutritional status, SEZ status, and food and beverage intake. Bivariate analysis used the chi-square test, and multivariate analysis used the multiple logistic regression determinant model. The prevalence of anemia among adolescent girls aged 12-18 years in West Java Province in 2018 was 26.9%. The results of bivariate analysis showed that the variable associated with anemia in adolescent girls was adolescent education (p value 0.025). Multivariate analysis showed that adolescent education was the dominant factor in the incidence of anemia among adolescent girls in West Java Province in 2018. Adolescent girls with education ≤ junior high school / equivalent have a 1.63 times lower chance of experiencing anemia than adolescent girls with education > junior high school / equivalent.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
El Alsha Andini
"Anemia merupakan masalah kesehatan besar, termasuk di Indonesia. Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Karakteristik meal patterning menggambarkan konsumsi makanan yang dilakukan, sehingga dapat berhubungan dengan asupan nutrisi dan masalah kesehatan, termasuk anemia. Penelitian merupakan studi cross-sectional pada 335 remaja putri berumur 12-18 tahun yang bersekolah di Jawa Barat. Karakteristik meal patterning didapatkan dari hasil 24-hour recall yang diambil pada dua hari berbeda, yaitu hari kerja dan akhir pekan. Meal patterning terdiri dari frekuensi makan, jarak antar makan dan melewati waktu tiga makanan utama dengan satu kejadian makan didefinisikan sebagai konsumsi makanan ge;50 kcal dan terpisah ge; 15 menit diantaranya. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin 4 kali p=0,043, AOR 2,4, 95 CI:1,03-5,84 pada hari kerja masing-masing memiliki kecenderungan mengalami anemia 2,7 dan 2,4 kali dibandingkan dengan remaja dengan frekuensi makan kurang dari itu.

Anemia is a major health problem, including in Indonesia. Adolescent girls have higher risk for being anemic. Meal patterning characteristics shows how meal consumed, thereby may associated with nutrition intake and health problem, including anemia. This was a cross sectional study among 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java. Meal patterning characteristics is measured from 24 hour recall which taken repeated on two different days, weekday and weekend. Meal patterning consisted of meal frequency, meal spacing, and meal skipping in three main meal which one eating occasion defined by consumption of ge 50 kcaland sepearted ge 15 menit each. Anemia is condition of hemoglobin level 4 times on weekday have risk 2.7 and 2.4 times each rather than which ate less frequent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainanur Aurora Setianingsih
"Masalah malnutrisi pada remaja merupakan salah satu kesehatan global utama yang dapat menyebabkan mortalitas, morbiditas, dan gangguan perkembangan. Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak-anak di Indonesia dengan prevalensi 11,1 anak berusia 13-15 tahun dan 9,4 anak berusia 15-18 tahun. Kebutuhan energi remaja perempuan berbeda dengan laki-laki sebagai persiapan kehamilan. Salah satu cara untuk mencapai kebutuhan gizi optimal dengan menerapkan prinsip keragaman makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross-sectional menggunakan data sekunder 24-h recall pada 335 remaja perempuan berusia 12-18 tahun di provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi status gizi pada remaja perempuan adalah 17 gizi lebih dan 3,6 gizi kurang. Prevalensi keragaman makanan rendah atau 5 kelompok makanan adalah 42,7. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi p=0.825.
Hasil analisis multivariat dengan penyesuaian variabel perancu mendapatkan tidak ada hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi dengan OR1.112 95 IK 0.619-1.997. Tidak didapatkannya hubungan antara keragaman makanan dengan status gizi remaja perempuan.

Malnutrition in adolescent is one of the global health problem that could cause mortality, morbidity, and development problem. Thinness is one of the childhood health problem in Indonesia. Prevalence of thinness in Indonesia among 13 15 years old was 11,1 , while 15 18 years old was 9,4. Demand of nutritional requirement and energy for adolescent girls are more higher as preparation for pregnancy. Balance nutrition could be optimize through implement dietary diversity.
Aim of this study to seek association between dietary diversity and nutritional status among adolescent girls in West Java Province. A cross sectional study using secondary data from 24 h recall was performed on 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java Province.
The result showed prevalence of nutritional status among adolescent girls in West Java were 17 overweight, 3,6 thinness. Prevalence of low dietary diversity or 5 food category was 42,7. Through bivariate analysis, no association between dietary diversity and nutritional status p 0.825.
Multivariate analysis with adjustment for confounding variable showed no association beteween dietary diversity and nutritional status with AOR 1.112 95 CI 0.619 1.997. It is concluded that there is no association between dietary diversity and nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Fitrianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja puteri di SMAN 1 Telukjambe Kabupaten Karawang. Desain penelitian menggunakan Cross Sectional dengan menggunakan data primer melalui pemeriksaan hemoglobin, wawancara konsumsi makanan, pemeriksaan fisik, dan mengisi kuesioner. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja puteri di SMAN 1 Telukjambe dan sampelnya adalah remaja puteri yang terpilih melalui random yaitu sebesar 92 orang. Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi remaja puteri di SMAN 1 Telukjambe yang mengalami anemia sebesar 44,6%. Hasil uji statistik menunjukan hubungan yang bermakna antara konsumsi protein dengan anemia (P=0,000), konsumsi buah dengan anemia (P=0,001), dan pengetahuan dengan anemia pada remaja puteri (P=0,000). Hasil uji statistik menunjukan hubungan yang tidak bermakna antara konsumsi karbohidrat dengan anemia (P=0,326), konsumsi sayur dengan anemia (P=0,675), konsumsi teh dengan anemia (P=0,175), kecacingan dengan anemia (riwayat kecacingan (P=0,304), pernah minum obat cacing dengan anemia (P=0,436), memakai alas kaki dengan anemia (P=1,000)), pola menstruasi (lamanya menstruasi dengan anemia (P=0,730), banyaknya menstruasi dengan anemia (P=1,000), dan siklus mensruasi dengan anemia (P=1,000)).

This study aims to determine the factors related anemia among adolescence girls at SMAN 1 Telukjambe Kabupaten Karawang in 2015. Design of this study was conducted as a cross sectional study use primary data through examination of hemoglobin, food intake, physical examination, and filled out questionnaires. The study in december 2015. The population in this study is all of adolescent girls in SMAN 1 Telukjambe and selected using simple random sampling method as many as 92 girls. The result with chi-square analysis found prevalens of anemia in SMAN 1 Telukjambe is 44,6%. Correlations analysis between protein consumption (p=0,000) with anemia, fruit consumption (p=0,001) with anemia, and knowledge of anemia (p=0,000) with anemia. No correlations between carbohidrat consumption (P=0,326) with anemia, vegetables consumptions (P=0,675) with anemia, daily tea consumptions (P=0,175) with anemia, worm infestation (history (P=0,304), wearing footwear (P=1,000), anthelmintic (P=0,436)) with anemia, and menstrual factor (duration (P=0,730), volume (P=1,000), and cycles (P=1,000) with anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhisa Zalfa
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia remaja pada siswi SMA Negeri 3 Depok tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional menggunakan data primer yang diselenggarakan di SMA Negeri 3 Depok pada bulan Oktober dan November 2023 dengan sampel berjumlah 110 responden. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan anemia dengan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, keterlaksanaan program pencegahan anemia di sekolah, ketersediaan sarana kesehatan sekolah, dan dukungan teman sebaya. Data berupa hasil pengisian kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden dan dianlisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa sebanyak 69 responden (62,7%) sudah menunjukkan perilaku pencegahan anemia yang baik. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan anemia (p-value = 0,006). Hasil penelitian menyarankan untuk sekolah agar meningkatkan pemantauan terhadap konsumsi TTD oleh siswi, bekerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat untuk mengadakan skrining atau deteksi dini anemia yang menyeluruh, serta meningkatkan lagi edukasi melalui anemia dan pencegahannya melalui media informasi dan pelatihan peer education.


The purpose of this study is to explore and confirm the factors related to behaviors in anemia prevention by female students at SMA Negeri 3 Depok in 2023. This is a quantitative study with a cross-sectional method with the usage of primary data, held at SMA Negeri 3 Depok in October and November of 2023 with a sampel size of 110 respondents. The dependent variable is the behaviors in anemia prevention, with knowledge, attitude, implementation of the school’s anemia prevention programs, availability of the school’s health infrastructure and resources, and peer social support as the independent variables. The data includes results from questionnares the respondents answered themselves and analyzed with the chi-square test. Analysis shows that 69 respondents (62,7%) has shown good behaviors in anemia prevention. Statistically, there’s a significant relation between attitude and good behaviors in anemia prevention (p-value = 0,006). Study results suggest that the school escalates their monitoring on the students’ monthly consumption of iron supplements, work together with local health facilities to organize an exhaustive screening for anemia in students, and improve education of anemia and its prevention methods through informative media and peer education training.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan uniuk mengidetifikasi faktor-faktor yang menjadi alasan remaja putri
untuk melakukan diet di SMUN 28 Jakarta dan SMPN 104 Jakarta, pada tanggal 24 Desember
2003. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelinan ini adalah deskriptif
eksploratif dengan total sampel yaizu 200 orang dan responden yang melakukan diet sebanyak
63 orang Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan dan tujuan peneliti sesuai dengan /criteria yang relah
ditetapkan. Dara yang relah terkumpul dianalisa secara deskriptif statistik dengan mencari nilai
rata-rata( mean) dan Siandar Deviasi (SD). Instrumen penelitian menggunakan kuisioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan studi Icepuslakaan yang lelah dilakukan. Kuisioner telah
diuji coba untuk menilai apakah kalimar yang digunakan dapat dimengerti atau tidak oleh
responden. Berdasarkan hasil analisa dengan cara perhitungan mean diperoleh faktor internal
remaja putri untuk melakukan diet dengan nilai mean rerbesar adalah faktor perkembangan
kognitif (4, 19) dan SD 0, 33 dengan persentase 16. 61%. Sedangkanfakior eksternal remaja putri
unrulc melakukan diet dengan nilai mean rerbesar adalah peer group (3,83) dan SD 0.54 dengan
persentase 15, 19%. Urutan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri unruk melakukan diet
dari nilai mean yang terbesar sampai yang terkecil yaitu: Perkembangan kognitif peer group,
perkembangan psikososial, perkembangan biologis, Iingkungan, konsep diri, sosial budaya, dan
motivasi. Untuk penelitian mendarang diharapkan dapa! menggunakan memde analisa data
dengan desain yang Iain, uji validitas dan reliabilitas dari masinganasingpertanyaan dan perlu
menyusun instrumen untuk setiap faktor yang akan diteliti secara spesifik dengan proporsi
jumlah pertanyaan untuk setiap faktor sama sehingga dapat memberikan hasil yang
representatif"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5315
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rindu Rachmiaty
"Hipertensi pada anak dan remaja adalah tekanan darah sistolik atau diastolik ≥ 95 persentil berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi badan. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya, meningkatnya hipertensi pada anak dan remaja maka akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada saat dewasa dan penyakit kardiovaskular lainnya. Data NHANES tahun 1998-2006 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tekanan darah pada anak-anak dan remaja usia 8-17 tahun di Amerika Serikat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada remaja dengan desain studi cross sectional. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari Riskesdas tahun 2013 dan SDT tahun 2014. Populasi penelitian adalah remaja usia 15 ? 17 tahun di Provinsi Jawa Barat yang menjadi responden pada Riskesdas 2013 dan SDT 2014.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 22% dan prevalensi overweight sebesar 7,3%. Prevalensi rasio remaja overweight 1,43 kali lebih tinggi dibandingkan remaja tidak overweight terhadap kejadian hipertensi (95% CI 0,768-2,674) tanpa dikontrol variabel kovariat. Overweight merupakan variabel independen terhadap kejadian hipertensi pada remaja usia 15-17 tahun di Provinsi Jawa Barat. Prevalensi hipertensi remaja yang cukup tinggi harus segera ditindaklanjuti dengan program pencegahan obesitas dan hipertensi melalui deteksi dini PTM di sekolah.

Hypertension in children and adolescents is systolic or diastolic blood pressure ≥ 95 persentile based on sex, age and height. Hypertension known as the major cause of coronary heart disease, stroke ans other cardiovascular disease. Increased hypertension in children and adolescents will increase the risk of hypertension in adulthood and other cardiovascular disease. NHANES data in 1998 - 2006 shows an increase in blood pressure in children and adolescents aged 8-17 years in the United States.
The purpose of this study is to determine the relationship of overwegiht with hypertension in adolescents with cross-sectional study design. Source of data using secondary data from Riskesdas in 2013 and SDT in 2014. The study population are adolescents aged 15-17 years in West Java province who participate on Riskesdas 2013 and SDT 2014.
The prevalence of hypertension by 22% and the prevalence of overweight by 7.3%. The ratio prevalence of overweight adolescent has a 1.43 times higher than non-overweight adolescents for hypertension (95% CI 0.768 to 2.674) without being controlled any variable covariates. Overweight is an independent variable on the incidence of hypertension in adolescents aged 15-17 years in the province of West Java. The prevalence of adolescent hypertension is high enough to be immediately followed up with a program of prevention of obesity and hypertension through early detection of non-communicable disease in the school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anselma Prasti Keishani
"Latar Belakang Masa remaja perempuan krusial untuk persiapan kehamilan di kemudian hari, namun isu gizi tetap persisten, terutama keterbatasan variasi dan keberagaman. Kualitas diet yang buruk, yang terkait dengan kebiasaan makan yang tidak sehat, dapat memengaruhi kesehatan mental, termasuk harga diri remaja putri Meskipun demikian, hubungan antara kualitas diet dan harga diri masih belum terungkap. Metode Penelitian ini melibatkan 340 remaja putri bersekolah dari tiga kabupaten terpilih di Provinsi Jawa Barat di Indonesia. Peserta melengkapi pengumpulan data tentang asupan makanan menggunakan 2-days repeated 24-hour recall. Data mengenai asupan makanan dimasukkan kedalam NutriSurvey versi 2007, program yang menyediakan analisis nutrisi terperinci. Hasil analisis digunakan untuk menghitung skor Healthy Eating Index-2015 (HEI-2015), sebuah penilaian yang mengukur sejauh mana asupan makanan peserta mengikuti pedoman diet. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), merupakan instrument pengukur harga diri yang terdiri dari sepuluh item. Hasil Analisis regresi berganda dilakukan untuk menilai hubungan antara skor HEI-2015 dan skor RSES, dengan menyesuaikan faktor perancu. Skor median HEI-2015 adalah 26.9(26.2-25.6)yang jauh dibawah skor yang direkomendasikan ≥ 80, sementara skor rata-rata RSES adalah 16.72 ± 2.88. Uji linear berganda menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara skor HEI-2015 dan RSES pada remaja putri (β = -0.03; 95%CI = -0.07 – 0.03; p = 0.54). Kesimpulan Penelitian ini menampilkan tidak adanya hubungan antara kualitas diet dan harga diri pada remaja putri yang bersekolah di Jawa Barat, tahun 2018. Temuan ini menegaskan pentingnya mengatasi kualitas diet yang buruk dan menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut.

Introduction The adolescence period for girls is crucial for maternal preparation, yet nutritional issues persist in the limited variety and diversity of dietary intake. Poor dietary quality, associated with unhealthy eating habits, may impact mental health, including self-esteem of adolescent girls. Though the relationship between dietary quality and self-esteem remains unclear. Methods A total of 340 school going adolescent girls from 3 chosen district sin West Java province in Indonesia, in the year 2018 was analysed in this study. Participants completed a 2-days repeated 24-hour dietary recall, and the results were entered into Nutrisurvey2007, before used to calculate dietary quality score using HEI-2015, to measure how well dietary intake follow dietary guidelines. Measure of self-esteem was conducted using the Rosenberg Self-Esteem Scale, consisting of 10 items. Results A multiple regression analysis was performed to assess the association between the HEI- 2015 score and RSES score, adjusting for potential confounders. The median HEI-2015 score was 26.9(26.2-25.6), which was far below the recommended score of ≥ 80, while the mean RSES score was 16.72±2.88. Multiple linear regression testing showed no statistically significant association between HEI-2015 and RSES in adolescent girls (β = -0.03; 95%CI = -0.07 – 0.03; p = 0.54). Conclusion The study features no association between dietary quality and self-esteem among adolescent girls in West Java, in 2018 These findings underscore the importance of addressing poor dietary quality and highlight the need for further research to elucidate the underlying factors and potential interventions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harist Syahirul A'en
"Latar belakang: Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia mencapai 32%. Jawa Barat memiliki prevalensi anemia yang tinggi mencapai 41.93%. Prevalensi anemia di Purwakarta bahkan mencapai 51%. Hal ini menunjukkan anemia masih menjadi permasalahan gizi, khususnya pada remaja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pesan gizi berbasis game Nutrition Impact terhadap perubahan perilaku terkait anemia pada remaja sekolah menengah pertama di Purwakarta tahun 2023. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan metode kuantitatif menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 130 responden. Hasil: Terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata pada kedua kelompok penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Artinya tidak ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok penelitian. Terjadi perubahan pola makan ditinjau dari jumlah responden yang mengonsumsi bahan makanan tertentu dan asupan zat gizi, seperti protein, zat besi, dan vitamin C. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi untuk bahan makanan inhibitor zat besi. Artinya ada sedikit perbedaan perubahan pola makan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Pada kelompok kontrol, terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Selain itu, pada kelompok kontrol juga didapatkan hubungan antara dukungan guru dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test. Kesimpulan: Intervensi menggunakan game digital memberikan pengaruh positif dalam mengubah perilaku terkait anemia pada remaja (peningkatan pengetahuan dan perubahan pola makan).

Background: Anemia is still a public health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in adolescents in Indonesia reaches 32%. West Java has a high prevalence of anemia reaching 41.93%. The prevalence of anemia in Purwakarta even reaches 51%. This shows anemia is still a nutritional problem, especially in adolescents. Objective: This study aims to determine the effect of providing nutritional messages based on the Nutrition Impact game on behavior changes related to anemia in junior high school adolescents in Purwakarta in 2023. Methods: The method used in this research is quasiexperimental with quantitative methods using primary data collected from 130 respondents. Results: There was an increase in the average value of knowledge which is higher in the intervention group than in the control group. The average increase in the two study groups showed a statistically significant difference. This means there is no difference in knowledge between the two research groups. There was a change in eating patterns regarding the number of respondents who consumed certain food ingredients and their intake of nutrients, such as protein, iron, and vitamin C. There was a significant difference in the intervention group for iron inhibitor foods. This means there is little difference in changes in eating patterns between the intervention group and the control group. In the intervention group, there was a relationship between gender and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In the control group, there is a relationship between the father's occupation and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In addition, the control group also found a relationship between teacher support and knowledge scores during the pre-test. Conclusion: Interventions using digital games have a positive effect on changing anemia-related behavior in adolescents (increasing knowledge and changing eating patterns)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>