Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harxylen kinanti Purnomo
"ABSTRACT
Lamun memiliki banyak senyawa aktif dan potensial di bidang kesehatan dan pengobatan. Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii dikoleksi dari Pulau Pramuka TNKpS dan Karang Sewu TNBB. Sampel kemudian dipisahkan berdasarkan daun, rimpang dan akar. Setiap bagian dibuat menjadi simplisia dan diesktraksi menggunakan metanol (1:3; b/v). Semua ekstrak dikarakterisasi menggunakan HPLC dan diuji aktivitas larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti. Sebanyak 25 larva instar III Aedes aegypti dipindahkan ke 250 mL botol sampel yang berisi 100 mL ekstrak 1%. Terdapat dua kontrol yaitu akuades dan abate 1%. Mortalitas larva dicatat pada 12, 24 dan 48 jam. Ekstrak daun T. hemprichii memiliki persentase mortalitas tertinggi yaitu 100% pada 12 jam. Konsentrasi LC50 ekstrak daun T. hemprichii yaitu 0,56%. Hasil kromatogram organ spesies C. rotundata dan T. hemprichii menunjukkan tidak ada perbedaan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak daun T. hemprichii memiliki aktivitas yang paling potensial sebagai larvasida Ae. aegypti.

ABSTRACT
Seagrass contains bioactive compounds that are potential to be developed in health and medicinal application. Cymodocea rotundata and Thalassia hemprichii was collected from Pramuka Island TNKpS and Karang Sewu TNBB. Samples were cut into different parts i.e. leaf, rhizome, and root. Each part was dried as a powdered simplicia and extracted using methanol (1:3; w/v). All the extracts were characterized using HPLC and tested as larvicide against the larvae of Aedes aegypti. Batches of 25 early 3rd instar larvae of Ae. aegypti were transferred into 250 mL sample bottles containing 100 mL 1% extract. There are two control groups: abate (1%) and aquadest. The mortality of larvae was observed after 12, 24, and 48 hours. The leaves extract of T. hemprichii showed the highest mortality 100% after 12 h with LC50 concentration 0.56%. Chromatogram results from different species of C. rotundata and T. hemprichii showed a similar pattern of peaks. The results suggested that leaves extract of Thalassia hemprichii have the highest potential to be used as a larvicide against Ae. aegypti larvae."
2017
S70061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Yusniawati
"ABSTRAK
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue DBD . Salah satu upaya pencegahan penyakit DBD adalah pemutusan siklus penularan dengan cara pengendalian vektor menggunakan larvasida kimia. Penelitian ini mencoba menggali potensi ekstrak lamun sebagai larvasida dan mengkarakterisasi ekstrak organ dan asal sampel lamun. Lamun Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii dari Taman Nasional Bali Barat dipisahkan berdasarkan organ dan tempat asalnya. Simplisia diekstraksi menggunakan metanol dengan perbandingan 1: 3 b/v . Ekstrak yang telah dipisahkan dengan rotary evaporator digunakan untuk uji larvasida dan uji High Performance Liquid Chromatography HPLC . Sebanyak 25 larva instar III Ae. aegypti dilakukan uji penapisan larvasida dengan konsentrasi masing-masing 1 dari total 5 ekstrak dan 2 kontrol. Jumlah larva yang mati dalam waktu 12, 24, dan 48 jam dihitung. Dari hasil pengujian, seluruh sampel memiliki nilai persentase mortalitas hingga 100 selama 48 jam. Namun demikian daun Thalassia hemprichii dari Pulau Menjangan memiliki keefektifan tertinggi karena 25 larva mati dalam waktu 12 jam. Lethal Concentration 50 LC50 ekstrak daun Thalassia hemprichii dari Pulau Menjangan dengan serial konsentrasi 0,01 , 0,1 , dan 1 menghasilkan nilai 0,082 atau 820 ppm. Kromatogram HPLC menunjukkan seluruh ekstrak memiliki pola yang sama, namun ada penambahan peak pada ekstrak daun Thalassia hemprichii.

ABSTRACT
Aedes aegypti mosquito is a vector of Dengue Hemorrhagic Fever DHD . To prevent of dengue disease is through the transmission cycle termination by vector control using chemical larvicide. This research tried to explore the potential of seagrass extracts as larvicide and to characterize the extract yield from different origin of sample. The seagrass Halophila ovalis and Thalassia hemprichii that obtained from the West Bali National Park were cut by organ and place of origin. Simplicia extracted using methanol with a ratio of 1 3 w v . Extracts that have been separated by rotary evaporator are used for the larvicidal test and the High Performance Liquid Chromatography HPLC test. Batches of 25 early 3rd instar larvae of Ae. aegypti for larvicidal screening test with 1 concentrations of each from total 5 extracts and 2 controls. The number of larvae died within 12, 24, and 48 hours was calculated. From the test results, all samples had percentage mortality values up to 100 for 48 hours. However, leaves extract of Thalassia hemprichii from Menjangan Island have the highest effectiveness because 25 larvae died within 12 hours. Lethal Concentration 50 LC50 the leaves extract of Thalassia hemprichii from Menjangan Island with serial concentrations of 0,01 , 0,1 , and 1 i.e. 0,082 or 820 ppm. HPLC chromatogram showed the whole extract has the same pattern, but there is an addition of peak on leaves extract of Thalassia hemprichii."
2017
S69286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yismairai
"Aedes aegypti merupakan salah satu nyamuk yang berperan sebagai vektor bagi virus Dengue dalam mentransmisikan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satu strategi yang dapat memutus rantai penyakit DBD yaitu dengan penggunaan larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas larvasida pada batang dan daun D. pentandra terhadap larva instar IV Ae. aegypti. Pengujian larvasida dilakukan menggunakan konsentrasi 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; dan 10.000 ppm, serta menggunakan 3 ulangan pada masing-masing larutan perlakuan ekstrak batang dan daun D. pentandra. Mortalitas pada pengamatan 48 jam dilakukan analisis probit menggunakan aplikasi Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 untuk mengetahui nilai LC₅₀ pada kedua ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak batang dan daun D. pentandra memiliki aktivitas larvasida dengan nilai LC₅₀ yang berbeda. Ekstrak batang memiliki nilai LC₅₀ = 1.183,23 ppm dan ekstrak daun memiliki nilai LC₅₀ = 6.013,63 ppm. Analisis HPLC juga dilakukan untuk mengetahui profil kromatogram pada kedua ekstrak. Hasil HPLC menunjukkan bahwa terdapat tiga senyawa pada puncak dengan retensi waktu 7,7; 8,6; dan 13,8 menit, yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra. Namun demikian, perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra.

Aedes aegypti is a mosquito that acts as vector of Dengue virus in transmitting dengue haemorrhagic fever (DHF) disease. Strategy that can break the chain of dengue fever is using larvicide. This study aims to know the potential of larvicidal activity in the stem and leaves of D. pentandra against fourth instar larvae of Ae. aegypti. Larvicidal testing was carried out using concentration series at 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; and 10.000 ppm with 3 replications for each extract of D. pentandra. Data of mortality at the 48 hours observation was analyzed using probit in Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 application to determine the LC₅₀ value in both extracts. The test results showed that both extracts have a different LC₅₀ value, where stem extract has LC₅₀ = 1,183.23 ppm and leaves extract has LC₅₀ = 6,013.63 ppm. HPLC analysis was carried out to determine the chromatogram profile in each extract of D. pentandra. HPLC results showed three peaks at 7,7; 8,6; and 13,8 minutes indicated have a role in larvicidal activity in stem and leaves extracts. Further, it is needed to isolate and identification three compounds that indicated to have a role in larvicidal activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sobari
"[ABSTRAKbr
Penelitian mengenai struktur komunitas diatom epifit pada daun lamun di padang lamun perairan Muara Binuangeun, Banten telah dilakukan pada tanggal 30 April -- 3 Mei 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Diatom epifitik pada daun lamun Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. antara lain, komposisi genus, kepadatan, dominansi, keanekaragaman, dan kemerataan pada setiap stasiun di Muara Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa komposisi Diatom epifitik yang diperoleh di lokasi penelitian sebanyak 12 genus dari 4 kelas. Kepadatan Diatom epifitik tiap stasiun berkisar antara 91800 – 420560 sel/ dm2. Nilai indeks dominansi berkisar antara 0,617—0,917 dan tergolong tinggi di setiap stasiun, hal tersebut disebabkan karena terdapat genus Navicula yang mendominasi disetiap stasiun. Nilai indeks keanekaragaman di setiap stasiun penelitian tergolong rendah (berkisar antara 0,25—0,86). Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0,1—0,36 dengan stasiun 1 dan 4 tergolong tidak merata, sedangkan pada stasiun 2 dan 3 tergolong kurang merata. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan disebabkan karena adanya tekanan ekologis pada lokasi penelitian. Secara umum, struktur komunitas Diatom epifitik pada lokasi penelitian tergolong tidak stabil karena tingkat dominansi yang tinggi, keanekaragaman yang rendah, dan kemerataan yang tidak merata dan kurang merata.
;Research on community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves at seagrass beds Muara Binuangeun Coastal, Kabupaten Lebak, Banten was conducted on 30 April -- 3 May 2015. The aim of this study was to determine community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves include genus composition, abundance, dominance, diversity, and evenness each stations at Muara Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Sampling location was determineted by purposive sampling method. Result shows that 4 classis 12 genera Diatom epiphytic composition was obtained . Diatom epiphytic abundance range in each station was 91800 – 420560 sel/ dm2. Dominance index score range was 0,617—0,917 and was classified as high at each stations because genus Navicula dominant in each stations. Diversity index score was classified as low (0,25—0,86) at each stations. Evenness index score range was 0,1—0,36 with station 1 and 4 classifed as highly unevenn and station 2 and 3 was classified as unevenly. Diversity and evenness index score was low because there were ecological pressures. In general, community structure of epiphyte Diatom in research location was unstable because dominance index was high, diversity index was low, and evenness index was highly uneven and unevenly.
, Research on community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves at seagrass beds Muara Binuangeun Coastal, Kabupaten Lebak, Banten was conducted on 30 April -- 3 May 2015. The aim of this study was to determine community structure of epiphyte Diatom on Thalassia hemprichii (Ehrenb. ex Solms) Asch. leaves include genus composition, abundance, dominance, diversity, and evenness each stations at Muara Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Sampling location was determineted by purposive sampling method. Result shows that 4 classis 12 genera Diatom epiphytic composition was obtained . Diatom epiphytic abundance range in each station was 91800 – 420560 sel/ dm2. Dominance index score range was 0,617—0,917 and was classified as high at each stations because genus Navicula dominant in each stations. Diversity index score was classified as low (0,25—0,86) at each stations. Evenness index score range was 0,1—0,36 with station 1 and 4 classifed as highly unevenn and station 2 and 3 was classified as unevenly. Diversity and evenness index score was low because there were ecological pressures. In general, community structure of epiphyte Diatom in research location was unstable because dominance index was high, diversity index was low, and evenness index was highly uneven and unevenly.
]"
Universitas Indonesia, 2015
S60110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auriga Rafsandjanie
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang terletak pada iklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Paparan sinar yang terdiri dari sinar UVA dan UVB ini dapat memicu pembentukan radikal bebas yang berdampak buruk bagi kulit manusia, seperti sunburn atau kulit terbakar, penuaan dini, kulit kemerahan, hingga kanker kulit. Selain itu radikal bebas juga dapat memicu pembentukan melanin dengan mengaktivasi enzim tirosinase, sehingga dapat menyebabkan kulit tampak lebih gelap dan kusam. Oleh karena itu, dibutuhkan sediaan kosmetik tabir surya sekaligus pencerah kulit. Salah satu bahan alam yang berpotensi untuk digunakan sebagai zat aktif adalah tumbuhan lamun. Thalassia hemprichii merupakan salah satu lamun yang banyak tersebar di pantai-pantai Indonesia. Dari penelitian sebelumnya, diketahui T.hemprichii mengandung senyawa polifenolik dan senyawa flavonoid yang berpotensi untuk dijadikan sumber antioksidan yang dapat mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar UVA dan UVB. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh kadar fenolik total dari ekstrak T.hemprichii, serta memperoleh sediaan krim fitosom ekstrak lamun dengan stabilitas fisik yang lebih baik dibandingkan dengan krim ekstrak lamun tanpa fitosom. Dalam penelitian ini, fitosom dibuat dalam dua formula berdasarkan perbandingan massa antara ekstrak dan fosfatidilkolin, yaitu 1:1 dan 1:2 menggunakan metode hidrasi lapis tipis. fitosom kemudian dikarakterisasi distribusi ukuran partikel, potensial zeta, dan efisiensi penjerapannya. Lalu, formula terpilih diformulasikan ke dalam sediaan krim, kemudian dievaluasi. Uji stabilitas fisik dilakukan pada sediaan krim fitosom dan krim tanpa fitosom. Fitosom dengan perbandingan 1:1 adalah formulasi yang lebih baik dibandingkan formulasi 1:2 dengan karakteristik Dv90 sebesar 522 nm, indeks polidispersitas 0,530, potensial zeta -25,7 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 54,80 ± 0,91%. Evaluasi sediaan yang dilakukan menunjukkan sediaan krim memiliki karakteristik yang baik. Dapat disimpulkan bahwa sediaan krim tanpa fitosom ekstrak lamun memiliki stabilitas fisik yang lebih baik dibandingkan sediaan krim fitosom.

ABSTRACT
Indonesia is a country located in a tropical climate with sun exposure throughout the season. This light exposure consist of UVA and UVB rays that can trigger the formation of free radicals which has a negative impact on human skin, such as sunburn, premature aging, redness, and skin cancer. Besides, free radicals can also trigger the formation of melanin by activating the tyrosinase enzyme, so that it can cause the skin to look darker and duller. Therefore, cosmetics sunscreen and skin lightening are needed. One of the natural ingredients that has the potential to be used as an active substance is seagrass. Thalassia hemprichii is one of the seagrasses that are widely spread on the beaches of Indonesia. From previous studies, it was found that T.hemprichii contains polyphenolic compounds and flavonoid compounds that has a potential to be used as a source of antioxidants that can overcome skin damage due to exposure to UVA and UVB rays. The aim of this study was to obtain total phenolic levels of T.hemprichii extract, and obtain phytosome cream preparations of seagrass extract with better physical stability compared to seagrass extract cream without phytosome. In this study, phytosome was prepared in two formulation based on mass ratio between the extract and phosphatidylcholine, which is 1:1 and 1:2 using thin layer hydration method. Then, the phytosome was characterized by its particle size distribution, zeta potential, and absorption efficiency. Selected formulation are formulated into topical preparation of phytosome cream, then evaluated. Physical stability test was performed on topical preparation of phytosome cream and cream without phytosome. Phytosome with ratio 1:1 is preferable than the 1:2 ratio formulation with characteristics of Dv90 is 522 nm, polydispersity index 0.53, zeta potential -25.7 mV, and absorption distribution 54.80 ± 0.91%. The topical preparation of cream phytosome evaluation shows good characteristics. The conclusion is the topical preparation of cream."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisiana Chrysanthi Sandralintang
"ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk memformulasikan cat anti nyamuk berbasis ekstrak daun tembakau bebas zat pyrethroids sehingga lebih aman untuk pengguna. Hasil formulasi cat Anti-nyamuk sesuai dengan SNI. Hasil uji efektivitas cat anti-nyamuk Aedes Aegypti menunjukan dengan konsentrasi ekstrak tembakau antara 3-5 yang dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 2 jam, konsentrasi ekstrak tembakau antara 3-5 yang dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 4 jam, konsentrasi ekstrak tembakau 1-3 yang dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 6 jam, sedangkan konsentrasi ekstrak tembakau 0-1 dapat membunuh setengah populasi nyamuk LC50 selama 24 jam.

ABSTRAK
This study intends to formulate mosquito repellent paints based tobacco leaf extracts,free pyrethroid substance, that are safe for the user. The active substance is added to the paint asa mosquito repellent is an extract of tobacco leaves. The result of Anti mosquito paint formulation in accordance with SNI. The results of anti Aedes Aegypti mosquito paint effectiveness test show that with 3 5 concentration of tobacco extract that can kill half the mosquito population LC50 for 2 hours, the concentration of tobacco extract between 3 5 can kill half the mosquito population LC50 during 4 hours, 1 3 tobacco extract concentration can kill half the mosquito population LC50 for 6 hours, while the concentration of 0 1 tobacco extract can kill half the mosquito population LC50 for 24 hours."
2017
S69657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Zakiah
"ABSTRAK
Sediaan krim merupakan salah satu produk kosmetik yang banyak diminati. Bahan aktif kosmetik harus dapat menembus kulit untuk menjadi efektif. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan untuk kosmetika tidak hanya mencakup sumber, struktur dan mekanisme interaktif bahan kulit, tetapi juga efektivitasnya pada komponen kulit yang ditargetkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aktivitas anti-kolagenase dan anti-elastase dari ekstrak kering Thalassia hemprichii, dan mengaplikasikan ekstrak kering tersebut ke dalam formula krim yang stabil dan memiliki aktivitas penghambat elastase dan kolagenase, serta dapat terpenetrasi secara in vitro. Ekstrak kering Thalassia hemprichii diperoleh dari hasil maserasi 50 etanol selama 24 jam dan dievaporasi. Aktivitas penghambatan kolagenase diukur dengan menggunakan enzim kolagenase dari Clostridium hystolyticum ChC tipe IA dan N- 3-[2-Furil]-asriloil -Leu-Gly-Pro-Ala FALGPA sebagai substrat, sedangkan aktivitas penghambatan elastase diukur melalui hasil reaksi enzimatis Human leucocyte elastase HLE tipe I dengan menggunakan N-succinyl- Ala 3-p-nitroanilide SANA sebagai substrat. Ekstrak etanol Thalassia hemprichii memiliki IC50 penghambatan kolagenase 21,877 g/mL dan IC50 penghambatan elastase 469,919 g/mL. Sediaan krim yang mengandung 1,5 ekstrak kering Thalassia hemprichii memiliki IC50 penghambatan kolagenase 20,799 g/mL dan IC50 penghambatan elastase 466,844 g/mL. Krim tersebut menunjukkan stabilitas fisik yang baik selama 12 minggu dan uji mekanik yang baik, dan dapat terpenetrasi secara in vitro. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa krim yang mengandung ekstrak kering Thalassia hemprichii stabil secara fisik dan memiliki aktivitas anti-kolagenase, serta mampu berpenetrasi secara in vitro.

ABSTRACT
Creams are one of the most popular cosmetic products. Cosmetic active ingredients must be able to penetrate the skin to be effective. Therefore research and development for cosmetics includes not only the skin 39 s interactive source, structure and mechanism, but also its effectiveness on targeted skin components. The aim of this research is to get anti collagenase and anti elastase activity from dry extract of Thalassia hemprichii, and apply the dried extract into stable cream, has anti collagenase and anti elastase activity, and can be penetrated. Thalassia hemprichii dry extract was obtained from 50 ethanol maceration for 24 hours and evaporated. Collagenase inhibitory activity was measured by enzymatic reaction results using collagenase from Clostridium hystolyticum ChC type IA dan N 3 2 Furil asriloil Leu Gly Pro Ala FALGPA as the substrate, while the elastase inhibitory activity was measured by enzymatic reaction results using Human leucocyte elastase HLE type I and N succinyl Ala 3 p nitroanilide SANA as the substrate. The IC50 of collagenase inhibition from the dry extract was 21,877 g mL and IC50 of elastase inhibition was 469,919 g mL. The IC50 of collagenase inhibition and The IC50 of elastase inhibition of 1.5 Thalassia hemprichii dry extract cream was 20.799 g mL and 466,844 g mL respectively. The cream showed good physical stability for 12 weeks, good mechanical tests and can be penetrated. Thus, it can be reported that Thalassia hemprichii extract has anti collagenase activity and the cream is a stable cream and also has anti collagenase activity and can be penetrated. "
2018
T50172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvyn Yeremia Pribadi
"Tumbuhan kemangi Ocimum sanctum diketahui memiliki senyawa-senyawa yang berpotensi menjadi larvasida seperti steroid dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dari ekstrak daun O. sanctum dengan fraksi etil asetat sebagai larvasida untuk larva Aedes aegypti instar III-IV agar dapat digunakan sebagai bentuk alternatif pengendalian nyamuk. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan dua kelompok: kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm. Efektivitas ekstrak tampak pada jam pengamatan ke-1 sampai ke-6. Pada jam pengamatan ke-24 dan ke-48, ditemukan perbedaan bermakna p = 0,002 dan p = 0,000; p < 0,05 antara konsentrasi ekstrak dengan mortalitas larva. Selain itu, ditemukan juga korelasi positif yang kuat antara konsentrasi ekstrak dengan mortalitas larva R = 0,907 jam ke-24; R = 0,901 jam ke-48. LC50 dan LC90 yang diperoleh pada jam pengamatan ke-24 dan ke-48 pada penelitian ini adalah 171,3 ppm, 545,5 ppm dan 94,6 ppm, 178,6 ppm. Pada pengamatan morfologi larva ditemukan perubahan bentuk menjadi melengkung dan perubahan warna menjadi lebih pucat. Sebagai kesimpulan, ekstrak daun O. sanctum dengan fraksi etil asetat memiliki efektivitas sedang dengan pola dose-dependent.

Tulsi Ocimum sanctum is known to possess chemical constituents that are potentially able to be used as larvicide such as steroids and terpenoids. The aim of this study is to evaluate the effectivity of leaf O. sanctum extract with ethyl acetate solvent as a larvicide for instar III IV Aedes aegypti larvae so that an alternative to mosquito control can be used. This study uses an experimental design with two groups control and treatment. The treatment group consists of concentrations 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, and 400 ppm. The effectivity of the extract is observed from hour 1 to 6. In hour 24 and 48, there is significant difference p 0,002 and p 0,000 p 0,05 between the concentration of the extract and the larvae mortality. Furthermore, there is a strong positive correlation between the concentration of the extract and the larvae mortality R 0,907 hour 24 R 0,901 hour 48. The LC50 and LC90 from hour 24 and 48 that is observed from the study is 171,3 ppm, 545,5 ppm and 94,6 ppm, 178,6 ppm. Morphological observation reveals a distorted and pale body. As a conclusion, leaf O. sanctum extract with ethyl acetate solvent has medium effectivity with a dose dependent pattern."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Apriliyana Virgine
"ABSTRAK
Tesis ini dilatarbelakangi peningkatan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue DBD di Provinsi DKI Jakarta yang mengalami peningkatan signifikan walaupun telah dilakukan upaya pengendalian penyebaran DBD, salah satunya dengan pemberian larvasida sintetik yang berbahan kimia. Larvasida sintetik ini memiliki bau yang menyengat, dapat menimbulkan resistensi dan memberikan efek samping terhadap tubuh. Beberapa penelitian larvasida berbahan baku alam telah dikembangkan sebagai alternatif, diantaranya adalah penggunaan ekstrak daun tembakau yang mempunyai khasiat sebagai insektisida larvasida nabati. Perubahan warna yang tidak stabil dan perubahan bentuk filtrat yang mengental akan menyulitkan penggunaan ekstrak tersebut secara langsung sebagai larvasida. Penelitian ini akan mengembangkan formulasi larvasida berbasis ekstrak daun tembakau yang akan terkapsulasi menggunakan polimer Polietilen glikol 6000 dengan bentuk sediaan akhir berupa padatan yang mudah dalam penggunaannya dan adanya peningkatan sifat karakteristik. Dari hasil penelitian diperoleh uji hayati bioassay larvasida enkapsulasi dengan LC50 sebesar 370,91 ppm 0,04 , lebih rendah dibandingkan ekstrak daun tembakau tanpa enkapsulasi sebesar 1022,97 ppm 0,10 dan penggunaan larvasida berbasis ekstrak daun tembakau terkapsulasi tidak memberikan perbedaan yang signifikan jika diujikan di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat.

ABSTRACT
This thesis is motivated by the increasing number of Dengue Hemorrhagic Fever DHF patients in DKI Jakarta which experienced a significant increase despite efforts to control the spread of dengue fever, one of them with the provision of synthetic chemical larvicide. This synthetic larvicide has a strong odor, can cause resistance and give side effects to the body. Some larvicide studies of natural raw materials have been developed as an alternative, such as the use of tobacco leaf extract that has the property as an insecticide larvicide vegetable. Unstable color changes and thickening of the filtrate form will make it difficult to use the extract directly as a larvicide. This research will develop larvacide formulations based on tobacco leaf extracts that will be encapsulated using polymer Polyethylene glycol 6000 with final dosage form in the form of solids that are easy to use and an increase in characteristic properties. From the result of the research, the bioassay of larvicide encapsulation with LC50 was 370,91 ppm 0,04 , lower than tobacco leaf extract without encapsulation 1022,97 ppm 0,10 and the use of encapsulation larvicide based on tobacco leaf extract did not give significant difference if tested in Kapuk area, West Jakarta"
2017
T49738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medisya Yasmine
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue ditransmisikan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti yang sudah resisten terhadap insektisida sintetik. Tujuan penelitian ini mengevaluasi aktivitas insektisida (larvasida dan adultisida) ekstrak rimpang (Zingiber officinale) yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 terhadap A. aegypti.
Metode: Penelitian eksperimen terbagi dua kelompok. Pertama, larva A. aegypti dipaparkan dengan ekstrak jahe (konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 (konsentrasi 1, 3, 6, 9, dan 12 ppm), dan campuran ekstrak jahe dan nanokomposit (12 ppm) dengan lima pengulangan. Kedua, nyamuk dewasa betina A. aegypti dipaparkan dengan ekstrak jahe (konsentrasi 2500, 5000, 10 000, dan 20 000 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 (konsentrasi 5, 10, 20, dan 30 ppm), dan ekstrak jahe yang mengandung nanokomposit (30 ppm) dengan tiga pengulangan.
Hasil: Mortalitas 100% larva ditemukan pada ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (LC50 = 704,1 ppm, LC90 = 1868,5 ppm) dan ekstrak jahe (LC50 = 765,7 ppm, LC90 = 1945,1 ppm). Terdapat perbedaan persentase mortalitas larva (p < 0,05) dengan korelasi positif bermakna dengan konsentrasi ekstrak jahe (r = 0,6), Ag-TiO2 (r = 0,8), dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (r= 0,7). Sebesar 100% mortalitas nyamuk ditemukan pada Ag-TiO2 (LC50 = 15,5 ppm, LC90 = 99,0 ppm) dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (LC50 = 744,4 ppm, LC90 = 5078,9 ppm). Terdapat perbedaan persentase mortalitas nyamuk (p < 0,05) diikuti korelasi positif kuat antara konsentrasi Ag-TiO2 (r = 0,9) dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (r = 0,9 p).
Kesimpulan: Ekstrak rimpang Z. officinale yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 merupakan insektisida yang efektif untuk mengontrol populasi A. aegypti.

Background: Dengue hemorrhagic fever is transmitted by mosquito vector Aedes aegypti which has been reported resistant to synthetic insecticides. The aim of this study was to evaluate insecticide activities (larvacidal and adulticidal) of Zingiber officinale rhizome extract and Ag-TiO2 nanocomposite against A. aegypti.
Method: This experimental study consists of two groups. First, the larvae of A. aegypti exposed to ginger extract (concentrations 500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), Ag-TiO2 nanocomposite (concentrations 1, 3, 6, 9, and 12 ppm), and mixture of Z. officinale rhizome extract and Ag-TiO2 (12 ppm) in 5 replicates. Second, adult female A. aegypti mosquitoes exposed with ginger extract (consentrations 2500, 5000, 10000, and 20000 ppm), Ag-TiO2 nanocomposite (consentrations 5, 10, 20, 30 ppm), and ginger extract containing nanocomposite (30 ppm) in 3 replicates.
Result: A. aegypti larvae 100% mortality was found on the ginger extract containing Ag-TiO2 (LC50 = 704,1 ppm, LC90 = 1868,5 ppm) and ginger extract (LC50 = 765,7 ppm, LC90 = 1945,1 ppm). There was a significant difference (p < 0,05) and a significant positive correlation between larvae mortality and the concentration of ginger extract (r = 0,6), Ag-TiO2 (r = 0,8), and ginger extract containing Ag-TiO2 (r= 0,7). Mosquitoes 100% mortality was found on the Ag-TiO2 (LC50 = 15,5 ppm, LC90 = 99,0 ppm) and ginger extract containing Ag-TiO2 (LC50 = 744,4 ppm, LC90 = 5078,9 ppm). Percentage difference (p < 0,05) and strong positive correlation was found between the mortality of mosquitoes and the Ag-TiO2 (r = 0,9) and ginger extract containing Ag-TiO2 (r = 0,9) concentrations.
Conclusion: Zingiber officinale rhizome extract containing Ag-TiO2 nanocomposite is an effective insecticide to control A. aegypti population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>