Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Kholil
Malang: UIN-Maliki Press, 2014
297.4 AHM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heroe Sunarko
Malang: Kalimetro Intelegensia, 2015
297.27 SUN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membicarakan secara umum perkembangan sejarah tasawuf dengan sebuah overview yang membahas dua"aliran' tasawuf yaitu sunni dan tasawuf falsafi (syi'i). Juga dikemukakan melalui permasalahan-permasalahan tematis atau pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh dari kedua aliran tasawuf tersebut. Ada perbedaan bendasar antara kedua tasawuf tersebut dari latar belakang sejarah dan karateristiknya. Tokoh utama tasawuf sunni adalah Al-Ghazali dan tokoh utama falsafi adalah Ibn'Arabi'. Kendati kedua macam"aliran" tasawuf ini memilikiperbedaan yang kadang-kadang prinsipal, namun keduanya masih tetap berada dalam Islam, karena sama-sama berlandasakan pada soal penafsiran antara yang literer(lafdzi) dan metafora(majazi).
"
[Arab, ], 2005
UI-ARABIA 7(14-15)2004/2005
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Meison Amir
Magelang: Tamboer Press, 2000
297.5 SIR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Meison Amir
"Cinta dan Tasawuf Rumi. (Di bawah bimbingan Zainuddin Mansyur S.S.) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1988. Puisi adalah salah satu sarana yang biasa diguna_kan oleh para sufi untuk mengungkapkan keadaan batin mereka. Para sufi yang biasa melakukan hal tersebut adalah Rabiah al Adawiyah, Yahya ibn Mu'adzal, Razi al Halaj, Umar ibn al Farid dan Jalaluddin Rumi. Jalaluddin Rumi dan Umar ibn al Farid berpendapat bahwa puisi adalah sarana paling tepat untuk mengung_kapkan realitas secara sentimentil. Skripsi penulis ini mengungkapkan tasawuf cinta Jalaluddin Rumi, sufi besar dari Persia. Untuk menge_tahui hal ini, kita perlu mengetahui sumber-sumber dan konsepsi tasawuf yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Rasul. Tinjauan analitis terhadap tasawuf, menunjuk_kan kehidupan para sufi dengan berbagai aliran yang dianutnya, yang memiliki konsepsi jalan menuju Allah SWT. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniah, lalu secara bertahap menempuh berbagai fase, yang dikenal dengan tingkatan dan keadaan, yang be_rakhir pada makrifat. Untuk sampai pada makrifat, seorang sufi harus melalui fase-fase tertentu. Fase- fase ini dikatakan juga sebagai ilmu, yaitu syarifat, tarikat, hakekat dan makrifat. Dalam etika sufi, cinta adalah prinsip tertinggi yang merupakan tujuan utama dalam hidup sufi. Cinta adalah satu-satunya cara dalam mendekatkan diri ke_pada Tuhan. Dalam hal ini, Allah telah menandakan dalam Al-Qur'an surat 2: 165, Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah._ Menurut Jalaluddin Rumi, cinta mempunyai tiga tahap perkembangan. Pertama, memuja segala hal, yaitu orang, wanita, anak, uang, pangkat dan tanah. Kedua, memuja Allah. Ketiga, cinta mistis, yaitu seseorang tidak mengatakan is mencintai. Allah atau tidak. Lebih lanjut Rumi menyatakan cinta ibarat air butuh peran_tara agar panas, yaitu priuk dan api. Cinta yang dimaksud disini termasuk lenyapnya kedirian. Tiada diri, yang menjadi hakikat dari cinta kesufian adalah terjemahan mistis dan kreatif dari sabda Rasul yang berbunyi : Hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan wafat_kanlah aku dalam kemiskinan pula. Cinta yang diagungkan Rumi memiliki tiga tahapan yang harus dilalui seorang sufi. Cinta ini akan lebih jelas kita melihatnya dari konsepsi tasawuf. Dalam konsepsi Rumi tidak dibedakan antara hakikat dan makri_fat, karena keduanya bersumber pada cinta sang kekasih. Seorang sufi yang telah sampai pada tingkat hakikat atau makrifat, akan mengalami cinta mistis yang membawanya kepada keadaan fana, yaitu seseorang telah kehilangan kesadaran akan dirinya sendiri dan yang ada hanyalah Allah SWT. Rumi kini telah tiada, namun kebesarannya masih diperbincangkan. Ini adalah sebuah bukti bahwa karya--karyanya masih dibaca orang. Beberapa karya Rumi yang masih tertinggal dan menjadi telaah para ahli sastra kebudayaan Timur adalah Maqolat'i Syams-i Tabriz, Divan-i Syams-i Tabriz, Masnawi, Rubaiyat dan Fihi ma Fihi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadji Abdul Malik Karim Amrullah, 1908-1981
Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1951
297.4 HAM t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika kekuasaan islam mengalami perluasan politik dan kemajuan material, tasawuf timbul sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bertasawuf tidak berarti miskin dan lusuh. Sangat keliru menyamakan kesalehan dengan kemiskinan. Tasawuf sejati bukan tidak memiliki dunia, tetapi tidak dimiliki dunia. Maka ketika dilanda kemiskinan, tasawuf bisa menjadi penawar. Penghayatan atas sebab-sebab kemunculan dan ajaran tasawuf, dapat menimbulkan nilai-nilai positif, misalnya untuk membentuk etika kerja, menjaga diri dari khianat (KKN), meredam sifat individualis, materialis dan hedonis. Tasawuf juga dapat mendorong kesadaran untuk "berbagi" terlebih saat jurang antara yang kaya dan miskin semakin mencolok akibat dominasi sistem kapitalis. Dalam pengentasan kemiskinan, melalui bukunya, Rakaiz al-iman baina al-Aqal wa al-Qulub, al-Ghazali mengajak umat Islam untuk mengamalkan nilai-nilai tasawuf, a.l. zuhud, yakni memenuhi segala yang haram, tidak berlebihan dalam perkara yang halal, dan meninggalkan apa saja yang dapat memalingkan diri dari mengingat Allah. Dan atsar,yakni tulus untuk mendahulukan yang memerlukan"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika kekuasaan Islam mengalami perluasan politik dan kemajuan material, tasawuf timbul sebagai upaya untuk mnedekatkan diri kepada Allah. Bertasawuf tidak berarti miskin dan lusuh. Sangat keliru menyamakan kesalehan dengan kemiskinan. Tasawuf sejati bukan tidak memiliki dunia, tetapi tidak dimiliki dunia. Maka ketika dilanda kemiskinan tasawuf bisa menjadi penawar. Penghayatan atas sebab-sebab kemunculan dan ajaran tasawuf dapat menimbukan nilai-nilai positif misalnya untuk membentuk etika kerja, menjaga diri dari khianat, meredam sifat individualis, materialis dan hedonis. Tasawuf juga dapat mendorong kesadaran untuk berbagi terlebih saat jurang antara yang kaya dan miskin semakin mencolok akibat dominasi sistem kapitalis. Dalam pengentasan kemiskinan melalui bukunya Rakaiz al-imam baina al-'Aqal wa al-Qulub, al Ghazali mengajak umat islam untuk mengamalkan nilai-nilai tasawuf, a.l. Zuhud, yakni menjauhi segala yang haram, tidak berlebihan dalam perkara yang halal dan meninggalkan apa saja yang dapat memalingkan diri dari mengingat Allah. Dan atsar yakni tulus untuk mendahulukan mereka yang memerlukan. "
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam perkembangan zaman yang semakin mengglobal dewsa ini, dinamika kehidupan berjalan secara antagonistik, keunggulan dunia modern yang serba materialis, hedonis dan sekularis serta keterpurukan dunia tradisional yang serba spritiyual. Sebagai akibat, maka hilanglah nilai-nilai spiritual, yang pada gilirannya membuat manusia hidup dalam kebingunan, hidup penuh dengan kepura-puraan. Kekeringan batin yang diderita manusia modern tentu memerlukan upaya penyembuhan, demi kemaslahatan hidup manusia di sini saat ini dan di sana kelak. Sehubungan dengan itu, tepatlah kalau dimensi batiniah Islam (Tasawuf) ditawarkan sebagai solusi. Dalam bertasawuf, yang terpenting adalah membuat dimensi spiritualitas manusia menjiwai ; menerangi seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali dibidang sosial-politik. Untuk keperluan itu, dalam studi ini digunakan pendekatan historis-kultural. Dengan pendekatan itu, kita dapat memahami sejarah Nabi Muhammad Saw, secara proporsional. Sufisme adalah bagian dari Islam dan bukan tradisi yang berdiri sendiri. Sufisme tetap menjadi sumber kehidupan batin manusia, yang menjiwai seluruh ornisme keagamaan dalam islam."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam perkembangan zaman yang semakin mengglobal ini, dinamika kehidupan berjalan secara antagonistik; keunggulan dunia modern yang semakin materialistik, hedonis, sekularis serta keterpurukan dunia tradisional yang serba spiritual. Sebagai akibat, maka hilanglah nilai-nilai spiritual yang pada gilirannya membuat manusia hidup pada kebingungan, hidup dengan kepura-puraan. Kekeringan batin yang diderita manusia modern tentu memerlukan upaya penyembuhan, demi kemaslahatan hidup manusia di sini saat ini dan di sana kelak. Sehubungan dengan itu, tepatlah kalau dimensi batiniah Islam (Tasawuf) ditawarkan sebagai solusi. Dalam bertasawuf yang terpenting adalah membuat dimensi spiritualitas manusia menjiwai, menerangi seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali bidang sosial politik. Untuk keperluan itu, dalam dalam studi ini digunakan pendekatan historis kultural. Dengan pendekatan itu kita dapat memahami sejarah Nabi Muhammad SAW secara proporsional. Sufisme adalah bagian dari Islam bukan tradisi yang berdiri sendiri. Sufisme tetap menjadi sumber kehidupan batin manusia, yang menjiwai seluruh organisme keagamaan dalam Islam."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>