Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stroud, Jonathan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
813 STR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Gumira Ajidarma, 1958-
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2011
741.595 98 SEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2000
899.221 DUA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rachmayani
"Penelitian ini adalah sebuah analisis diskursus kritis terhadap penggambaran gender di dalam sebuah film Indonesia yang disutradarai dan diproduseri oleh perempuan. Kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah Pasir Berbisik. Film adalah sebuah industri yang melibatkan modal besar, karena itu para pekerja film umumnya enggan mengambil resiko dalam pemilihan tema. Mereka cenderung memilih tema yang tunduk pada selera pasar. Namun, Pasir Berbisik telah membuktikan bahwa dalam membuat sebuah film, pasar bukanlah segalanya, idealisme tetap merupakan faktor penting. Karena itulah, penggambaran gender dalam film ini berbeda dari film lain. Dalam banyak film, wajah perempuan dan laki-laki yang ditampilkan merupakan bentuk yang memakai sudut pandang laki-laki. Perempuan cenderung digambarkan sebagai sosok yang pasif, lemah, cengeng dan tertindas, tergantung pada laki-laki, didominasi dan menerima keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang kuat, tegar, mempunyai kekuasaan, mandiri dan melindunti Penggambaran seperti ini lahir disebabkan dominasi lelaki dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam film. Cara pandang lelaki dalam menokohkan perempuan dan laki-laki dalam film, telah mempertahankan susunan masyarakat yang berpihak kepada salah satu gender. Untuk mengetahui penggambaran gender dalam Pasir Berbisik, analisis yang dilakukan adalah critical discourse analysis melalui tahap analisis teks dengan metode framing, tahap discourse practice, serta sosiocultural practice. Berdasarkan analisis teks, diperoleh gambaran bahwa film ini membentuk perempuan sebagai sosok yang mandiri, tegar, dominan. Sementara itu laki-laki digambarkan sebagai sosok yang pasif, lemah dan tergantung pada perempuan. Berdasarkan pembentukan karakter ini, Pasir Berbisik telah merombak stereotipe perempuan dan laki-laki yang selama ini dibentuk dan dikekalkan media. Pembentukan karakter perempuan dalam film ini sarat dengan nilai-nilai ideologi feminisme. Namun dalam penggambaran posisi sosial, nampak masih berlakunya stereotipe. Dimana pekerjaan sebagai pedagang sukses dan tentara masih dipegang oleh laki-laki, dan pekerjaan sebagai penjual jamu dan bidan masih dipegang oleh perempuan. Teks dalam Pasir Berbisik terlahir dari proses produksi yang dijelaskan dalam analisis discourse practice. Dominannya perempuan dalam jajaran decision makers, dan orientasi gender yang mereka miliki, memungkinkan lahimya sebuah teks yang mengandung nilai-nilai feminisme. Sementara itu, analisis pada tingkatan sosiocultural practice menunjukkan bahwa dalam sebuah industri yang melibatkan modal besar, idealisme tidak selalu ditundukkan oleh kepentingan pasar. Kepentingan komersial dan kepentingan idealis dapat sating mendukung. Pasir Berbisik muncul sebagai budaya tandingan bagi film-film yang mensubordinatkan perempuan. Fenomena budaya tandingan ini dapat dimanfaatkan untuk merubah penggambaran gender di media massa yang semula dipengaruhi ideologi patriarki menjadi nilai-nilai yang egaliter, dan tidak bersifat eksploitatif terhadap perempuan maupun laki-laki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Mardhiyah
"Penelitian ini membahas konflik Aceh dalam cerpen “Jaring-Jaring Merah”, “Dua Tengkorak Kepala”, dan “Safrida Askariyah”. Penelitian ini bertujuan menjelaskan situasi konflik Aceh semasa pemberontakan GAM yang digambarkan dalam ketiga cerpen tersebut, serta mengungkapkan perbedaan yang menegaskan sikap dan ideologi para pengarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif komparatif, sedangkan sumber data penelitian yang digunakan adalah teks cerpen “Jaring-Jaring Merah” karya Helvy Tiana Rosa, cerpen “Dua Tengkorak Kepala” karya Motinggo Busye, dan cerpen “Safrida Askariyah” karya Alimuddin. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini sosiologi sastra. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa meskipun mengangkat tema yang sama, yaitu konflik Aceh, ketiga cerpen tersebut memiliki fokus bahasan yang berbeda. Cerpen “Jaring-jaring Merah” dan “Safrida Askariyah” memfokuskan ceritanya pada kondisi psikologis perempuan korban perkosaan tentara, sedangkan cerpen “Dua Tengkorak Kepala” memfokuskan cerita pada korban-korban yang ditembak mati oleh tentara pada masa konflik Aceh. Dalam cerpen-cerpen mereka, Rosa, Busye, dan Alimuddin mengkritik cara kekerasan yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam memberantas GAM dan menuntut adanya penindakan terhadap masalah tersebut

This research discusses Aceh conflict inside the short story titled “Jaring-Jaring Merah” (Red Net), “Dua Tengkorak Kepala” (Two Head Skull), and “Safrida Askariyah”. The purpose of the research is to explain the situation in Aceh during the rebellion of Free Aceh Movement. Another purpose is to reveal the different attitudes and ideologies of the authors. The research uses descriptive analysis and comparative method using the data source from the short story of “Jaring-Jaring Merah” by Helvy Tiana Rosa, “Dua Tengkorak Kepala” by Motinggo Busye, and “Safrida Askariyah” by Alimuddin. As for the theory, the author uses the sociology of literature. Based on the result, the research concludes that even if the three short stories have the same theme, Aceh conflict, but all the authors have different focus of discussion. “Jaring-Jaring Merah” and “Safrida Askariyah” are focusing their story on the psychological condition of the victim that raped by the soldier. Meanwhile, “Dua Tengkorak Kepala” is focusing its story on the victim that shot by the police during Aceh. The author of the short stories, Rosa, Busye, and Alimuddin, also criticize the violence done by the Indonesian Government in combating the Free Aceh Movement and insist to follow up the problems"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S7011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Eka Asdiana Warti
"Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang sering dilanda bencana alam, kecelakaan dan kejahatan menyebabkan korban jiwa sehingga tidak jarang ditemukan jenazah yang hanya menyisakan tulang belulangnya. Observasi sifat anatomis dan morfologis adalah metode paling popular untuk menghubungkan ras terhadap tulang belulang. Tengkorak adalah bagian tubuh yang dipelajari secara luas dan bagian tengkorak hidung serta mulut adalah bagian terbaik untuk identifikasi ras. Tujuan: Mengetahui parameter morfologi dan morfometri pada orokraniofasial untuk menentukan ras. Metode: Sampel terdiri dari 20 tengkorak yang berasal dari pemakaman Sema Wayah di Desa Trunyan, Bali dan 7 tengkorak yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pengukuran pada setiap tengkorak berdasarkan parameter morfologi dan morfometri. Analisis data untuk membandingkan antara kelompok Trunyan dan Bukan Trunyan menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Kemampuan parameter morfologi yakni Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth dalam menjelaskan ras sebesar 56,8%. Nilai rata-rata morfometri untuk total probability sebesar 2,0778 dan pada kategori sebesar 8,6296 sebagai ambang batas penentuan identifikasi ras. Apabila hasil perhitungan tersebut bernilai <0,5 artinya Trunyan >0,5 artinya Bukan Trunyan. Secara keseluruhan, model ini mampu mengidentifikasi ras Trunyan dan Bukan Trunyan sebesar 81,48%.

Background: Indonesia is a country that is often hit by natural disasters, accidents and crimes that cause fatalities, so it is not uncommon to find bodies that only leave their bones. Observation of anatomical and morphological properties is the most popular method for relating race to bones. The skull is the most widely studied body part and the nose and mouth parts of the skull are the best parts for racial identification. Objective: To know the morphological and morphometric parameters on orocraniofacial to determine race. Methods: The sample consisted of 20 skulls from the Sema Wayah cemetery in Trunyan Village, Bali and 7 skulls from the Faculty of Dentistry, University of Indonesia. In this study, measurements were made on each skull based on morphological and morphometric parameters. Data analysis to compare between the Trunyan and Non Trunyan groups used univariate, bivariate and multivariate tests. Results: The ability of morphological parameters namely Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth in explaining race is 56.8%. The morphometric average value for the total probability is 2.0778 and in the category is 8.6296 as the threshold for determining racial identification. If the result of the calculation is <0.5, it means Trunyan > 0.5, it means Not Trunyan. Overall, this model is able to identify the Trunyan and Non-Trunyan races by 81.48%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maria Anitasari Angwarmase
"ABSTRAK
Patah dasar tulang tengkorak terjadi sekitar 3,5 ndash; 24 dari cedera kepala. Patah tulang dasar tengkorak menyebabkan robekan duramater sehingga berisiko terjadinya meningitis sekitar 9,2 . Pelayanan pasien patah tulang dasar tengkorak pada perawatan Neurologi RSCM menyarankan pemberian antibiotik profilaksis dalam upaya pencegahan meningitis bakterialis, dimana menggunakan ceftriaxon. Hal ini masih kontroversial. Penggunaan antibiotik tanpa indikasi yang tepat akan mengakibatkan resistensi antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian antibiotik profilaksis selama 7 hari pada pasien patah tulang dasar tengkorak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan disain Randomized Clinical Trial, untuk mengetahui perbandingan profil cairan otak pada penderita patah tulang dasar tengkorak dengan atau tanpa pemberian antibiotik profilaksis. Analisis data menggunakan SPSS for Windows versi 20.0. Diperoleh 14 sampel, 7 pasien perlakuan yakni diberikan Ceftriaxon, sisanya kontrol. Sebanyak 57,1 pasien perlakuan, memiliki profil cairan otak yang normal, 42.9 lainnya memiliki profil cairan otak abnormal, bukan meningitis. Pada kelompok kontrol, 57,1 pasien memiliki profil cairan otak yang normal, 42.9 memiliki memiliki profil cairan otak abnormal, bukan meningitis. Dengan uji Chi ndash; Square diperoleh perbedaan yang tidak signifikan p=1,000 . Sebagai kesimpulan, terdapat kesamaan profil cairan otak pada pasien patah tulang dasar tengkorak dengan atau tanpa pemberian antibiotik profilaksis.

ABSTRACT
Skull base fracture is commonly happened in head injury, with 3,5 ndash 4,0 prevalence.The skull base fracture frequently caused meninges tear and risk of meningeal infection. Ceftriaxone is antibiotic of choice in prevention of meningeal infection. Department of Neurology, Cipto Mangunkusumo Hospital had accepted prophylactic Ceftriaxone in skull base fracture. Its use is still a controversy though. Antibiotic rsquo s use without proper indication may cause resistancy. The aim of this study is to find out the benefit of 7 days rsquo prophylactic antibiotic in skull base fracture. It is an experimental study with Randomized Clinical Trial design, to observe the difference of cerebrospinal fluid analysis between two groups, with or without prophylactic antibiotic use. Data analysis using SPSS for Windows Version 20.0. Fourteen patients was included in this study. Seven patients were in antibiotic group, the rest in control group. In antibiotic group, 57,1 of patients had normal cerebrospinal fluid analysis, while 42,9 had abnormal results, but not meningitis. In control group, 57,1 of patients had normal results, while 42,9 had abnormal results, but not meningitis. Chi ndash Square test found no significance difference between two groups p 1,000 . We found similarity of cerebrospinal fluid analysis in skull base fracture patients from both group."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library