Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Septiastri Wulandari
"Perubahan lingkungan persaingan perbankan tersebut menyebabkan bank yang sejak awal bergerak di sektor korporasi, tidak dapat hanya mengandalkan pendapatan yang berasal dari interest income. Era perdagangan bebas merupakan suatu peluang yang dapat dipergunakan perbankan dalam memasarkan produk I jasa untuk meningkatkan fee based income / non-interest income. Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui peranan Bank Mega dalam perdagangan intemasional, kemungkinan peluang pengembangan produk / jasa yang dapat meningkatkan fee-based income international banking transaction.
Ada beberapa faktor yang menjadi motivasi Bank Mega untuk menggiatkan pendapatan non bunga-nya, antara lain :
- Pendapatan non bunga merupakan cara untuk meningkatkan daya saing di industry
- Meningkatkan diversifikasi pendapatan bank
- Memberi jalan untuk menciptakan pendapatan yang lebih stabil
Pada prinsipnya, pendapatan non bunga atau fee based income merupakan sumber pendapatan bank selain kredit dan sekuritas, yang umumnya berupa fee / komisi atau harges yang diperoleh dari pemberian komitmen dan jasa-jasa. Ada berbagai jenis transaksi yang dapat dijadikan sumber fee based income, yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategori: processing, principal transaction dan advisory. Sedangkan dari sisi lingkup layanannya bisa berupa transaksi domestik dan transaksi intemasional (lintas negara dan valuta).
Dari transaksi internasional, dapat diperoleh Jerns pendapatan yang lebih bervariasi dibanding transaksi domestik, antara lain :
- Pendapatan provisi / komisi dan charges
- Pendapatan selisih kurs
- Pendapatan in lieu of exchange
Berdasarkan basil analisis terbaru pada bulan Desember 2004 dibandingkan dengan perolehan pada bulan Desember 2003 menunjukkan peningkatan fee-based income berupa pendapatan dan komisi di luar kredit yang diperoleh Bank Mega sebesar 22.19% berasal dari kegiatan transaksi luar negeri meliputi produk-produk: transaksi ekspor-impor (meliputi L/C, SKBDN, Documentary Collections, Import and Export Financing, Bank Guarantee, Trade CC!nsulting Services) dan jasa-jasa valas remittance services (meliputi Telegraphic Transfer, Bank Draft, Collections).
Penelitian dilakukan dengan melakukan telaah pustaka dan studi lapangan, yaitu melalui pengurnpulan bahan-bahan berupa buku, makalah, data historis, bahan publikasi maupun referensi yang berkaitan dengan bisnis jasa, perbankan, manajemen strategis dan bisnis international payment services and fee-based income Adapun studi kasus melalui penelusuran dokumentasi internal serta wawancara yang berhubungan dengan bisnis international payment services and fee-based income, Bank Mega dan bank-bank kompetitor lainnya termasuk beberapa bank swasta asing yang telah beroperasi di Indonesia. Penulis juga mengadakan forum diskusi kelompok selama dua bulan dari bulan Desember 2004 sampai bulan Januari 2005 dengan divisi yang menangani transaksi yang berkaitan dengan pendapatan non bunga, khususnya untuk pendapatan non bunga yang didapat dari transaksi internasional.
Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank Mega dalam meningkatkan fee based income dari transaksi intemasional. Pembahasan difokuskan pada fee based income dari international payment services dan international trade services, diluar pendapatan selisih kurs. Analisis dilakukan atas setiap aspek pada lingkungan umum, lingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan. Pendekatan terutama difokuskan pada kondisi faktor-faktor internal dan ekstemal Bank Mega, serta strategi Bank Mega dalam menghasilkan fee based dari transaksi trade services dan remittances, termasuk perbandingan tarif/pricing yang ditawarkan Bank Mega dibanding beberapa bank pesaing.
Pemilihan bank koresponden khususnya. depository bank juga penting untuk dianalisis mengingat fungsi bank koresponden sebagai supplier, distributor dan kasir bagi Bank Mega merupakan penunjang utama keberhasilan bisnis intemasional. Disamping itu juga terdapat data mengenai rebate sharing dan charges yang diterapkan masing-masing depository correspondent yang bersangkutan.
Dengan menggunakan alat analisis TOWS dan Matriks GE, maka penulis berusaha untuk menganalisis menggunakan faktor-faktor internal dan ekstemal Bank Mega untuk dapat meningkatkan fee based income international banking Bank Mega. Strategi pengembangan produk dan jasa international banking, produk remittance, media transaksi serta pengelolaan transaksi intemasional maupun operasional merupakan tujuan yang berkesinambungan yang didapat berdasarkan hasil analisis tersebut diatas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbelly Noor
"ABSTRAK
Perkembangan bank di Indonesia diwamai dengan persaingan yang ketat, baik dalam bidang
produk maupun jasa pelayanan. Bank terus mengalami transformasi untuk menjadi batik yang
dinamis serta siap bersaing secara global dengan meningkatkan mutu pelayanan perbankan
melalui pencapaian kinerja yang baik dan memuaskan.
Suatu bentuk perencanaan strategis dalam menjalankan suatu usaha sangatlah penting.
Strategi memberikan pedoman umum mengenai Iangkah inisiatif strategis yang harus
dilakukan untuk bertahan, tumbuh dan berkembang selaras dengan visi, misi dan tujuan.
Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah memberikan stabilitas arah dan fokus pengelolaan
atau pengembangan usaha yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan lingkungan dan
tingkat persaingan usaha. Dalam penerapannya, perencanaan strategis ini dapat bersifat
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Dalam perkembangan situasi perekonomian Indonesia pada saat ini masih belum membaik,
sebagai implikasi dari meningkatnya dampak krisis moneter yang berawal pada tahun 1997.
Gejolak mata uang Rupiah dan kebijakan suku bunga yang tinggi menyulitkan hampir semua
perusahaan yang dalarn kaitan ¡ni semakin banyak perusahaan yang menghentikan
kegiatannya untuk sementara waktu. Sedangkan perusahaan yang mampu bertahan
dihadapkan pada Iingkungan usaha yang sangat sulit.
industri perbankan nasonal merupakan salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari
krisis tersebut. Marjin bunga negarif. kemerosotan modal, likuiditas ketat. biaya usaha yang
tinggi dan kredit bermasalah yang terus meningkat telah menghambat kegiatan operasional
dan pertumbuhan laba perbankan nasonal. Sebagai salah satu bagian industri perbankan
nasional. Bila juga tìdak terlepas dari lingkungan permasalahan tersebut.
OIeh karena itu. BU tidak dapat tinggal diam untuk menunggu dan menerima apa saja yang
akan terjadi apabila usaha perbankan yang dijalankan ingin terus ada dan bertahan. BU harus
mengambil langkah-langkah strategis untuk mengimbangi keadaan yang tidak pasti itu.
Dengan melakukan perencanaan strategis yang fieksibel dan adaptif dapat membantu bank
dalam meÌewati masa-masa sulit seperti ini sehingga pada akhìmya bank dapat terus eksis di
dalam bidang usahanya.
Diperlukan langkah-langkah strategis sebagai antìsipasi untuk mengatasi krisìs likuiditas.
Adapun iangkah-langkah strategis ini dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, antara lain.
peningkatan pelayanan terhadap nasabah meningkatkan ragam produk dan layanan yang
diberikan. melakukan inovasi produk yang pada intinya ditujukan untuk mempertahankan
nasabah yang sudah ada dan sekaligus menambah nasabah baru. Pada akhirnya diharapkan
langkah-langkah strategis tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap BU
sehingga dapat memperbaiki kinerjanya.
Berdasarkan pandangan terebut menarik untuk mengkaji Langkah strategIs yang diambil BII
dalam menciptakan suatu fasilitas Iayanan baru, yaitu, Layanan Internet Banking yang
diharapkan dapat menadi alternatif solusi untuk meningkatkan pelayanan
"
2002
T4980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Odang, Mudita Chitta
"ABSTRAK
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya tidak akan terlepas dari suatu
aksi korporasi. Aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut kerapkali
berupa suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Metode penelitian
yang akan digunakan dalam penulisan tesis ini adalah bersifat yuridis kepustakaan
dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang
digunakan berupa studi dokumen, wawancara dan metose analisis data digunakan
secara kualitatif. Transaksi benturan kepentingan adalah transaksi yang mengandung
perbedaan antara kepentingan ekonomis Perusahaan dengan kepentingan ekonomis
pribadi direktur, komisaris, pemegang saham utama perusahaan atau pihak terafi liasi
dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama. Pada prakteknya, ternyata tidak
seluruh transaksi benturan kepentingan merupakan suatu transaksi yang tergolong
kedalam transaksi benturan kepentingan. Sepanjang transaksi benturan kepentingan
tersebut telah dilakukan secara wajar, dengan harga yang wajar dan dengan
keterbukaan, maka transaksi yang mengandung benturan kepentingan tersebut
seakan-akan bukan merupakan transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
memiliki benturan kepentingan. Agar memberikan gambaran yang jelas, maka dalam
penulisan ini diambil contoh kasus mengenai transaksi benturan kepentingan yang
dilakukan oleh PT Bank Mega, Tbk berupa transaksi penyewaan ruangan kantor oleh
PT Bank Mega, Tbk kepada perusahaan-perusahaan afiliasinya. Untuk melindungi
kepentingan para pemegang saham, terutama pemegang saham independen terhadap
suatu transaksi benturan kepentingan yang dilakukan oleh perusahaan maka Badan
Pengawas Pasar Modal melalui Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
IX.E.l, mensyaratkan agar perusahaan yang akan melakukan transaksi yang
mengandung benturan kepentingan terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan
dari pemegang saham independen. Persyaratan tersebut apabila diaplikasikan
kedalam contoh kasus ternyata dari segi bisnis tidak membawa keuntungan apapun
bagi perusahaan, oleh karenanya perlu dipertimbangkan lagi bagi Badan Pengawas
Pasar Modal untuk menciptakan suatu peraturan mengenai transaksi benturan
kepentingan yang sifatnya lebih fleksibel dengan memperhatikan nilai ekonomis,
tanpa mengurangi tujuan peraturan yaitu perlindungan hukum bagi para pemegang
saham independen.

ABSTRACT
Every company in doing its business activities shall once in a while be confronted
with a corporate action. Those corporate actions often include transactions that
contain conflict o f interest. The research method that is used to complete this thesis is
done jurisdictionally bibliographical and the type of data that is utilized is secondary
data. Qualitative document studies, interview and data analysis are used to compile
this thesis. A conflict o f interest transaction is a transaction where the economic
interest o f the company differs from the personal economic interest o f its directors,
commissioners and/or majority shareholders. In practice, not all transactions which
contain conflict o f interest can be classified into a conflict o f interest transaction. As
long as the transaction containing conflict o f interest is done with fairness, fair price
and disclosure, the transaction which contains a conflict o f interest will not look like
a transaction done by parties having a conflict o f interest. To give a clearer picture,
this thesis takes the case example o f the conflict of interest transaction involving PT
Bank Mega, Tbk in the form o f an office space lease transaction between PT Bank
Mega, Tbk and its affiliated companies. To protect the interest o f the shareholders,
especially the independent shareholders against such acts o f conflict o f interest
transactions done by companies, the Capital Market Supervisory Agency through
Regulation o f the Capital Market Supervisory Agency Number IX.E.l, requires
companies wishing to engage in a transaction containing a conflict o f interest, to get
a prior approval from its independent shareholders. This requirement, brought to
application in the case example obviously does not bring any profit for the company
from business point o f view. Hence, the Capital Market Supervisory Agency should
reconsider to create a more flexible regulation on conflict of interest transactions
with due regard to the economic value and without disregarding its aim to provide
legal protection to the independent shareholders of the company."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T24716
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Odang, Mudita Chitta
"ABSTRAK
Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya tidak akan terlepas dari suatu
aksi korporasi. Aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut kerapkali
berupa suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Metode penelitian
yang akan digunakan dalam penulisan tesis ini adalah bersifat yuridis kepustakaan
dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang
digunakan berupa studi dokumen, wawancara dan metose analisis data digunakan
secara kualitatif. Transaksi benturan kepentingan adalah transaksi yang mengandung
perbedaan antara kepentingan ekonomis Perusahaan dengan kepentingan ekonomis
pribadi direktur, komisaris, pemegang saham utama perusahaan atau pihak terafi liasi
dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama. Pada prakteknya, ternyata tidak
seluruh transaksi benturan kepentingan merupakan suatu transaksi yang tergolong
kedalam transaksi benturan kepentingan. Sepanjang transaksi benturan kepentingan
tersebut telah dilakukan secara wajar, dengan harga yang wajar dan dengan
keterbukaan, maka transaksi yang mengandung benturan kepentingan tersebut
seakan-akan bukan merupakan transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
memiliki benturan kepentingan. Agar memberikan gambaran yang jelas, maka dalam
penulisan ini diambil contoh kasus mengenai transaksi benturan kepentingan yang
dilakukan oleh PT Bank Mega, Tbk berupa transaksi penyewaan ruangan kantor oleh
PT Bank Mega, Tbk kepada perusahaan-perusahaan afiliasinya. Untuk melindungi
kepentingan para pemegang saham, terutama pemegang saham independen terhadap
suatu transaksi benturan kepentingan yang dilakukan oleh perusahaan maka Badan
Pengawas Pasar Modal melalui Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor
IX.E.l, mensyaratkan agar perusahaan yang akan melakukan transaksi yang
mengandung benturan kepentingan terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan
dari pemegang saham independen. Persyaratan tersebut apabila diaplikasikan
kedalam contoh kasus ternyata dari segi bisnis tidak membawa keuntungan apapun
bagi perusahaan, oleh karenanya perlu dipertimbangkan lagi bagi Badan Pengawas
Pasar Modal untuk menciptakan suatu peraturan mengenai transaksi benturan
kepentingan yang sifatnya lebih fleksibel dengan memperhatikan nilai ekonomis,
tanpa mengurangi tujuan peraturan yaitu perlindungan hukum bagi para pemegang
saham independen.

ABSTRACT
Every company in doing its business activities shall once in a while be confronted
with a corporate action. Those corporate actions often include transactions that
contain conflict o f interest. The research method that is used to complete this thesis is
done jurisdictionally bibliographical and the type of data that is utilized is secondary
data. Qualitative document studies, interview and data analysis are used to compile
this thesis. A conflict o f interest transaction is a transaction where the economic
interest o f the company differs from the personal economic interest o f its directors,
commissioners and/or majority shareholders. In practice, not all transactions which
contain conflict o f interest can be classified into a conflict o f interest transaction. As
long as the transaction containing conflict o f interest is done with fairness, fair price
and disclosure, the transaction which contains a conflict o f interest will not look like
a transaction done by parties having a conflict o f interest. To give a clearer picture,
this thesis takes the case example o f the conflict of interest transaction involving PT
Bank Mega, Tbk in the form o f an office space lease transaction between PT Bank
Mega, Tbk and its affiliated companies. To protect the interest o f the shareholders,
especially the independent shareholders against such acts o f conflict o f interest
transactions done by companies, the Capital Market Supervisory Agency through
Regulation o f the Capital Market Supervisory Agency Number IX.E.l, requires
companies wishing to engage in a transaction containing a conflict o f interest, to get
a prior approval from its independent shareholders. This requirement, brought to
application in the case example obviously does not bring any profit for the company
from business point o f view. Hence, the Capital Market Supervisory Agency should
reconsider to create a more flexible regulation on conflict of interest transactions
with due regard to the economic value and without disregarding its aim to provide
legal protection to the independent shareholders of the company."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T36987
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Gidion Suranta
"ABSTRAK
Istilah sistem pembayaran diperkenalkan oleh Visa dan MasterCard untuk menggambarkan jasanya. Produk-produk yang dihasilkan oleh kedua perusahaan ini antara lain adalah transaksi pembelian barang/jasa dan transaksi penarikan uang tunai di mesin ATM dengan menggunakan kartu kredit atau kartu debet.
Di Indonesia saat ini terdapat 7 (tujuh) perusahaan sebagai penyedia sistem pembayaran. Diantaranya terdapat Visa dan MasterCard yang merupakan perusahaan multinasional. Selain itu terdapat 2 (dua) bank yang melakukan hackH'ard integration dengan menyewakan ATM-nya untuk digunakan oleh bank lain. Pelanggan utama jasa sistem pembayaran adalah bank, namun tidak kalah penting adalah faktor jumlah cardholder yang berpotensi memberikan pendapatan dari setiap transaksi yang dilakukan.
Sejak masa krisis, PT. XYZ mengalami peningkatan pendapatan yang disebabkan an tara lain:
a. penentuan standar kualitas layanan sistem pembayaran,
b. pengembangan fitur bill payment (pembayaran tagihan),
c. bank-bank besar mulai bergabung dengan tujuan memperoleh pendapatanfee based, dan
d. perubahan struktur organisasi dimana pada tahun 2001 layanan sistem pembayaran di PT. XYZ dikelola oleh suatu bisnis unit.
Agar dapat memenangkan persaingan di industri sistem pembayaran yang sedang tumbuh (growth), PT. XYZ perlu menerapkan strategi prospector melalui pengembangan produk seperti dibawah ini:
a. Berusaha untuk mendapatkan hak paten dari setiap format message yang telah didefinisikan. Hal seperti ini telah dilakukan oleh Visa dan MasterCard untuk menciptakan entry barrier bagi eaton pendatang baru dan switching cost bagi pelanggan eksisting.
b. Mendefinisikan platform produk sehingga proses pengembangan produk menjadi lebih cepat dan efisien.
c. Secara kreatif menciptakan lini produk baru dari platform produk yang sudah didefinisikan.
d. Melakukan inovasi produk baru melalui pengembangan secara internal sesuai kompetensi yang dimiliki perusahaan ataupun secara kemitraan dengan cara outsourcing atau sistem bagi hasil. Inovasi produk yang direkomendasikan adalah perluasan kanal distribusi seperti POS, mobile banking, dan teller bersama.
e. Menerapkan strategi kemitraan dengan cara melakukan kerjasama interkoneksi dengan PT. POS Indonesia, kerjasama interkoneksi dengan penyedia sistem pembayaran di luar negeri, dan kerjasama interkoneksi dengan penyedia call center untuk layanan phone banking.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Peransius
"ABSTRAK
Dalam dunîa perbankan, persaingan bisnis antar bank sangat dipengaruhi bagaimana
kemampuan bank dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Asset bank merupakan
sumber pendapatan bunga bagi bank sedangkan kewajiban memberikan beban/biaya bunga
bagi bank. Asset dan kewajiban bank dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga pasar
sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Ketika suku bunga pasar meningkat maka
asset-asset yang jatuh tempo akan mengalami kerugian sedangkan kewajiban bank yang jatuh
tempo akan mengalami keuntungan demikian sebaliknya jika suku bunga pasar mengalami
penurunan. Karena sebagian besar dari asset dan kewajiban bank mark to market maka bank
perlu melakukan asset liability management (ALMA). ALMA pada bank bertugas untuk
meningkatkan profitability perbankan dan manajemen risiko. Dalam manajemen nsiko
dilakukan beberapa tahap dimana salah satu tahapnya adalah pengukuran risiko. Salah satu
tools pengukuran risiko adalah dengan penentuan VAR. VAR merupakan estimasi kerugian di
masa yang akan datang berdasarkan volatilitas faktor pasar pada masa Iampau (data historis)
dengan derajat kepercayaan dan holding period tertentu.
Pada penelitian ini dilakukan penentuan VAR sebagai akibat tereksposurenya asset dan
kewajiban Bank Mega terhadap suku bunga pasar dengan menggunakan metode varian
kovarian dengan estimator volatilitas standar deviasi Equally Weighted dan Exponential
Weighting Moving Average (EWMA). Penentuan VAR berdasarkan posisi asset dan
kewajiban bank pada tanggal 31 Desember 2001. Dalam penentuan VAR ini. asset dan
kewajiban bank dikelomkan kedalam beberapa vertex herdasarkan jangka waktu jatuh
temponya. Future cashflow dan masing-masing vertex ini yang tereksposure terhadap suku
bunga pasar (data historis) yang kemudian diukur volatilitasnya menggunakan estimator
volatilitas standar deviasi, EW dan EWMA.
Untuk menentukan metode estimator yang memberikan validitas yang tinggi maka
dibentuk beberapa model dengan menghitung VAR secara harian, dimana periode observasi
penentuan VAR adalah antara 2 Januari 2001 hingga 31 Desember 2001. VAR yang diperoleh
secara harian dibandingan dengan aktual profit dan loss yang terjadi.
Model terbaik yang digunakan untuk estiniasi VAR 31 Desember 2001 dan berbagai
alternatif variasi yang dilakukan adalah model estimator EWMA 520,5 untuk 0,94
dengan derajat kepercayaan 99 % karena model inilah yang masuk dalam daerah batasan dan
dengan periode updating 5 han memberikan kemampuan yang lebih besar dalam
mengantisipasi kerugian sebagai akibat fluktuasï suku bunga pasar yang terbaru. Pemilihan
derajat kepercayaan 99 % disebabkan karena bank menerapkan prudential banking dalam
melakukan strateginya. Estimasi VAR 31 Desember 2001 yang diperoleh sebesar Rp.
(23.163.223.809). Nilai ini berarti bahwa pada kondisi market yang normal, estimasi kerugian
maksimum yang akan dialami bank pada satu hari yang akan datang adalah sebesar Rp
23.163.223.809 dengan derajat kepercayaan 99 %.
Modal yang diperlukan oleh bank untuk mengantisipasi kerugian yang dihasilkan dan
estimasi VAR dengan model EWMA 520,5, ) = 0,94, untuk holding period 1 hari adalah 3,65
% dan Networthnya. Sebagai akibat eksposure suku bunga pasar terhadap asset dan kewajiban
Bank Mega, maka CAR bank setelah memperhitungkan market risk rnenjadi 8,42 %.
Perbedaan holding period yang digunakan mempengaruhi jumlah modal yang harus
disediakan. Untuk VAR dengan holding period 1 hari, jumlah modal yang harus disediakan
lebih kecil dibandingkan dengan holding period 5, 10, dan 20 hari.
"
2002
T2121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubby Harijono
"Sejak krisis melanda Indonesia, sektor perbankan tak lagi terlampau mengandalkan income yang berasal dari interest spread karena negative spread yang pemah dialami, juga penyaluran kredit yang sudah tidak agresif akibat trauma kredit macet. Untuk itu bank harus mencari surnber pendapatan alternatif, dan sektor fee based saat ini mulai menjadi primadona pendongkrak income perbankan.
Ada beberapa alasan yang akan memotivasi bank untuk menggiatkan pendapatan fee basednya, antara lain:
Fee income merupakan cara untuk rneningkatkan daya saing
Meningkatkan diversifikasi peridapatan bank
Memberl jaIan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil
Relatif tidak memerlukan modal/penghimpunan dana yang besar.
Selain krisis dalam negerl, perlu diperhatikan juga pengaruh liberalisasi pasar gobaI, dengan berlakunya AFTA, APEC dan WTO yang akan membawa dampak pada perkembangan industri perbankan di Indonesia. Dl satu sisi, perbankan nasional makin memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya ke mancanegara, namun sebaliknya juga menghadapl ancaman masuknya bank-bank asing yang memiliki modal besar, memiliki reputasi internasional dan lebih berpengalaman dalam berbagal kegiatan yang menghasilkan fee based income maka perbankan nasional harus meningkatkan kinerja dan layanan agar bisa menguasai pasar domestik.
Pada prinsipnya fee based income merupakan sumber pendapatan bank selain pendapatan kredit dan sekuritas, yang umumnya berupa fee/komisi atau charges yang diperoleh dari pemberian komitmen dan Jasa-jasa. Ada berbagal jenis transaksl yang dapat dljadlkan sumber fee based income, yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategorl, yaltu : processIng, principal transactin dan advisory. Sedangkan dari sisi llngkup layanannya bisa berupa transaksl domestik dan transaksl internaslonal (lintas negara atau valuta).
Dari transaksi internasional, dapat dlperoleh Jenis Pendapatan yang Iebih bervariasi dibanding transaksi domestik, antara lain:
Pendapatan provisi/komisi dan charges
Pendapatan selisih kurs
Pendapatan in lieu of exchange
Tidak semua bank memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai di sektor jasa layanan transaksi internasional, selain harus berupa bank devisa, juga diperlukan international network yang luas, teknologi komunikasi, kelengkapan produk dan jasa yang tersedia serta reputasi internasional sebagai faktor penting dalam transaksi yang berhubungan dengan Letter of Credit (L/C), karena L/C merupakan jaminan bank yang erat terkait dengan faktor trust dan risk.
Di Indonesia Bank X termasuk bank papan atas yang memiliki aset dan customer base yang besar. Keunggulan Bank X terutama pada jumlah cabang dan ATM yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Sejalan dengan misinya sebagai the biggest payment settlement agency, dengan jaringan cabang yang on-line dan features layanan ATM yang Iengkap, Bank X cukup mendominasi transaksi domestic paymen.t Sedangkan untuk transaksi intemasonal, Bank X telah banyak mempunyai pengalaman, jaringan bank koresponden dan reputasi internaslonal cukup luas selain juga memiliki produk dan jasa yang cukup variatif. Namun demikian performance Bank X untuk transaksi internasional khususnya trade finance tidakiah sebagus market share domestiknya.
Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank X dalam meningkatkan fee based income dan transaksi international. Pembahasan difokuskan pada fee based lncomee dari International payment services dan international trade services diluar pendapatan selisih kurs. Analisis dilakukan atas setiap aspek pada lingkungan umum, Iingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan. Pendekatan terutama difokuskan pada kondisi dan Strategi Bank X dalam menghasllkan fee based dan transaksl trade servlces dan remittances, termasuk perbandingan tarlf/pricing yang ditawarkan Bank X dibanding beberapa bank pesaing dalam 3 kategori, yaitu bank pemenlntah, bank swasta naslonal dan bank asing.
Pemilihan bank koresponden khususnya depository bank juga penting untuk dianalisa mengingat fungsi bank koresponden sebagal supplier, distributor dan kasir bagi Bank X merupakan penunjang utama keberhasilan bisnis internasional. Disamping itu dari transaksl dengan bank koresponden juga menghasilkan pendapatan yang disebut rebate sharing.
Dari hasil arialisis dapat ditarik kesimpulan yang akan menjadi acuan atas pengembangan intemational business Bank X dengan tetap bersandar pada core competencnya. Beberapa rekomendasi yang diberikan meliputi:
Perluasan segnien market ke layanan transaksl antar bank, mengingat kebijakan kredit masih tersendat dan potensi Bank X cukup memadai untuk pengembangan jasa outsourcing remittances dan trade services melalui pengembangan produk L/C reissuance atau pnvate labelling.
Perlu adanya tailored service/customizadon berdasarkan prinsip eighty twenty rule atas nasabah korporasi melalul paket produk terpadu, layanan dan tarif khusus, serta bentuk-bentuk layanan lain yang Iebih speslal.
Pengembangan produk TKI remIttance dengan fokus ke negara-negara tujuan TKI. Perlu dllakukan pemasaran langsung oleh cabang-cabang Bank X di daerah kantong-kantong TKI, disamping usaha kerjasama dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja IndonesIa (PJTKI).
Pengembangan interrnationaI network melalui bank-bank koresponden yang dapat menghasilkan bisnis dan memberikan rebate yang menguntungkan.
Pengernbangan teknologl dan media transaksl terutama untuk meningkatkan bisnis layanan antar bank dengan pengembangan sistern aplikasl on-line pada client bank serta peningkatan features layanan Internet banking untuk memenuhi kebutuhan nasabah pada segmen korporasi.
Efisiensi blaya melalul sentralisasi aktlvltas back office yang low customization, sangat diperiukan untuk menlngkatkan efislerisi dan utliltas agar mencapai cost leaderhip bagi layanan outsourcing transaksl antar bank.
Dengan telah selesalnya proses divestasi saham Bank X dan kini ada Investor baru dari luar negerl sebagal mitra strategls pemerlntah, maka dlharapkan akan ada beberapa perbaikan kebijakan terutama credit policy dan perubahan orientasi untuk go international sehlngga dapat makin meningkatkan kinerja Bank X."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Bosmen H.
"Kondisi kebangkrutan (insolventy) perbankan nasional akibat krisis moneter yang berkepanjangan sejak tahun 1997 bermuara pada 2 (dua) hal yaitu kerugian besar akibat negative spread dari jumlah kredit bermasalah yang membengkak dan kekurangan modal bank (undercapitalized). Kerugian besar yang dialami terjadi karena perbankan Indonesia selama ini hanya mengandalkan pendapatan dari sisi kredit dan mengabaikan potensi pendapatan dari jasa perbankan lainnya (fee based income), seperti pendapatan dari jasa - jasa perbankan internasional (international banking).
Pengalaman tersebut mendorong perbankan dalam hal ini Bank BNI merevitalisasi bisnisnya antara lain dalam layanan transaksi international banking untuk mencapai tujuan strategis sebagai bank sehat dan untung (profitable). Bank BNI sebagai parenting memerlukan penetapan strategi bisnis atas SBU Internasional dalam industri sejenisnya yang menjadi tujuan penelitian pada tesis ini.
Untuk pencapaian strategi yang diperlukan, pembahasan akan dilakukan dalam hal Strategi Generik/Utama, yang umumnya berorientasi terhadap pertumbuhan, Corporate Parenting yaitu membangun sinergi perusahaan melalui pembagian dan pengembangan sumberdaya, dan Portofolio Analysis yaitu kordinasi cash flow diantara unit - unit.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan memetakan posisi bersaing dalam analisis J-E Matrix, dan pengolahan data sekunder untuk mendapatkan posisi market share dan pertumbuhan dalam BCG Matrix. Berdasarkan penelitian tersebut maka alternatif strategi generik yagn sesuai adalah Strategi Intensive.
Dengan memperhatikan tingkat persaingan SBU Internasional dalam industri sejenis, disimpulkan Bank BNI berada dalam posisi kuat sehingga disarankan untuk menerapkan Strategi Intensive, yaitu upaya peningkatan market share melalui usaha - usaha pemasaran, pengembangan pangsa pasar melalui jaringan distribusi dan meningkatkan produk/jasa yang ada melalui sentuhan modifikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markiz Yudiawan
"Kepuasan pelanggan adalah tujuan akhir dari pekerjaan proyek selain tercapainya keuntungan (Profit) dan ketepatan waktu. Kepuasaan pelanggan akan menjadi sarana promosi yang sangat efektif yang akan berpengaruh positif bagi kinerja marketing suatu perusahaan jasa konstruksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan revenue dari perusahaan.
PT. Mega Persada Indonesia sebagai kontraktor mekanikal dan elektrikal menerapkan Standard Operation Procedure (SOP) yang penerapannya mendapatkan akuntabilitas dari direksi perusahaan dan wajib dijalankan oleh seluruh karyawan. Semua proses pekerjaan melalui tahapan gugus kendali mutu sehingga mengurangi pekerjaan bongkar pasang yang dapat berakibat ketidakpuasan pelanggan.
Penulisan Tesis ini menggunakan analisis kualitatif berdasarkan kuisoner dari pengguna jasa konstruksi sehubungan dengan kepuasan pelanggan dikaitkan dengan penerapan Total quality management dan analisis kuantitatif peningkatan jumlah dan besarnya proyek sejak sebelum ditetapkannya SOP dan sesudah diterapkannya SOP.
Pengujian data kuisoiner menggunakan metodologi sistem Balance scorecard dan analisis kuantitatif mengenai data revenue perusahaan dan kinerja financial sebelum penerapan dan setelah penerapan SOPmenggunakan data intern PT. Mega Persada Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh antara Kepuasan Pelanggan dan Total Quality Manajemen dalam meningkatkan pendapatan perusahaan, karena dari 4 perspektif scorecard melampaui target scorecard perusahaan, maka kesimpulannya adalah adanya kesinambungan dari seluruh perspektif tersebut.

Client satisfaction is a goal of the project final completion beside profitability and on time schedule. Client satisfaction become an efective promotion which is improving marketing performance of the company.
PT Mega Persada indonesia is mechanical and electrical contractor which has been implemented their own standard operation procedure (SOP), SOP has an accountability from board of director and it should be done by all of employees. All working process must follow the total quality management procedure to reduce repeating works and to preventing client unsatisfaction.
Metodologys are using qualitative analisys by questionaire from the client due to to clien satisfaction related to implementation of the Total Quality Management and quantitative analysis to analyze increasing. Company’s revenue when SOP has not been implemented and after it has been implemented.
Analysis of questionaire data using balance scorecard method, and analysis of quantitative of the company’s revenue and financial performance by using internal data of PT. Mega Persada Indonesia before SOP has been implemented and after SOP has been implemented.
The result of this research there is affect of client satisfaction and Total Quality Management to increasing the revenue of PT. Mega Persada Indonesia, because of all of 4 perspective scorecard are above the target scorecard. So the conclusion is all perspective are balance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40745
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dodot Tri Widodo
"Bank Mega sebagai salah satu bank swasta nasional yang berdiri sejak 15 April 1959 mempunyai kinerja yang cukup mengesankan selama krisis berlangsung. Kinerja perusahaan sejak diambil alih oleh grup Para pada 28 Maret 1996 senantiasa mengalami peningkatan sampai dengan sekarang. Untuk keperluan ekspansi dan meningkatkan jumlah penyaluran kredit, maka Bank Mega melakukan penawaran umum saham pada tanggal 27-30 Maret 2000 dan pcncatatan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dilakukan tanggal 17 April 2000. Momentum ini dimanfaatkan perusahaan ditengah beberapa penghargaan yang telah diterima dari berbagai pihak atas prestasi yang diraih selama ini.
Penilaian atas harga saham perdana pada saat IPO dilakukan dengan menggunakan metode Top Down, Three Step Approach, dimana dikatakan bahwa kondisi perekonomian secara umum, dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak akan mempengaruhi kondisi perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Langkah-langkah dalam menggunakan metode tersebut adalah 1). Analisa ekonomi makro 2). Analisa industri dimana perusahaan bergerak. dan 3).
Perkembangan perekonomian makro secara simultan mempengaruhi industri perbankan nasional. Saat terjadi puncak krisis ekonomi antara tahun 1997 sampai 1999 industri perbankan tidak mengalami pertumbuhan, bahkan turun drastis kinerjanya. Hal ini bisa dilihat dari angka perolehan laba,jumlah kredit bermasalah, dan pertumbuhan asetnya. Kinerja industri keuangan dan perbankan yang sedang turun ini berpengaruh juga terhadap kinerja saham bank-bank yang sudah go publik, dimana harga saham turun cukup tajam. Hanya sedikit perusahaan perbankan yang berhasil membukukan kinerja dengan baik, dan salah satunya adalah Bank Mega. Hal ini bisa dilihat pada peningkatan jumlah aset, dana pihak ketiga, penyaluran kredit, rasio kecukupan modal, kualitas aktiva produktif likuiditas dan kcemampuan menghasilkan laba, dimana angka-angka tersebut menunjukkan kondisi yang baik.
Penilaian harga saham dilakukan dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity. Besarnya K atau diskonto yang digunakan adalah sebesar 36,89%. Sedangkan tingkat pertumbuhan perusahaan terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap ekspansi pada tahun 2000 sebesar 19% dan 2001 tumbuh sebesar 17% dimana terjadi pertumbuhan yang cukup pesat, dan tahap maturity yang terjadi mulai tahun 2002 dimana tingkat pertumbuhan perusahaan cenderung konstan pada angka pertumbuhan 16%. Nilai saham perusahaan per Desember 1999 adalah Rp1.423,00 per Iembar. Penawaran harga saham perdana pada saal IPO adalah Rp.1.200,00 per lembar dengan nilai nominal Rp.500,00. Dengan demikian dapal dikatakan bahwa harga penawaran saham tersebut tergolong undervalued dan masih memungkinkan untuk naik di masa yang akan datang.
Dari hasil proyeksi laporan keuangan per Desember 1999 diperoleh nilai pendapatan per lembar saham (Earnings per Sahre/EPS) sebesar Rp158,59. Dengan harga penawaran sebesar Rp1 .200,00 maka diperoleh Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price Earnings Rario/PER) perusahan sebesar 8,95. Pada periodc yang sama PER induslri pcrbanknn adalah 9.06. Dengan PER yang lebih rcndah dari industri keuangan, maka harga penawaran saham perdana tersebut termasuk rendah, sehingga masih ada kemungkinan harga saham akan naik pada saat perdagangan di pasar sekunder.
Bila ditinjau berdasarkan Rasio Harga Terhadap Nilai Buku (Price to Book Value Rufio/PBV), perusahaaan memiliki nilai PBV pada Desembcr 1999 sebesar 1.76. sementara PBV industri perbankan pada periode yang sama adalah sebesar 6,78. Dengan demikian harga saham perdana tersebut cukup rendah dan masih ada kemungkinan harga saham untuk mengalami kenaikan pada perdagangan di pasar sekunder.
Berbagai asumsi yang telah ditetapkan dalam menghasilkan nilai saham di atas bisa berubah sesuai dengan perkembangan eksternal dan internal perusahaan, untuk itu dilakukan analisa sensitivitas yang mengakomodasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadidi masa datang. yakni kondisi terburuk (worse case), kondisi normal (normal case). kondisi terbaik (best case). Dari analisa tersebut dihasilkan bahwa harga saham terendah berdasarkan kondisi fundamental terburuk yang kemungkinan bisa dialami perusahaan adalah sebesar Rp765,44. Sedangkan harga saham tertinggi berdasarkan kondisi fundamental terbaik yang mungkin bisa dialami perusahaan adalah sebesar Rp.1.553,85. Dalam range itulah kemungkinan terjadinya pergerakan saham perusahaan di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>