Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161545 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Nabhaan Zacka Hutama
"ABSTRAK
Penelitian ini akan menganalisis tentang defeatism di masa Perang Dunia II melalui Film Seri ldquo;Unsere M tter, unsere V ter rdquo; yang disiarkan di stasiun televisi Jerman, ZDF, pada tahun 2013 silam. Defeatism sendiri memiliki arti pemikiran orang-orang yang secara eksesif siap menerima kegagalan. Defeatism dianggap sebagai pelanggaran hukum serius di masa Perang Dunia II dengan ancaman hukuman mati. Film ini menunjukkan aksi-aksi yang dianggap sebagai defeatism, yakni Komentar Def tist dan disersi. Dalam penelitian ini juga akan dianalisis defeatism sebagai constructed crime.

ABSTRACT
This research would analyse defeatism during the second World War through ldquo Unsere M tter, unsere V ter rdquo serial movie broadcasted by German Television, ZDF, in 2013. Defeatism itself means a person who expects or is excessively ready to accept failure. Defeatism were considered as a heavy law breach that worth death penalty. This serial movie depicted defeatist acts, such as defeatist comments and desertion. In this research, defeatism as constructed crime would also be analysed."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Parasti Fatima Azahra
"Dalam serial drama Berlin, berlin, saya meneliti jenis-jenis implikatur percakapan dan perwujudan ragam bahasa pria dan ragam bahasa wanita berdasarkan 4 episode. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan apa saja jenis implikatur percakapan dalam serial drama Berlin, berlin dan juga untuk mendeskripsikan ragam bahasa yang ada pada hubungan antar tokoh pria dan wanita dalam serial drama Berlin,berlin. Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode kualitatif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis implikatur percakapan dalam serial drama Berlin, berlin berdasarkan teori dari Grice dan juga teori ragam bahasa pria dan wanita menurut Opperman & Weber dan Robin Lakoff. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa terdapat jenis implikatur non-konvensional berdasarkan masing-masing episode dan wujud ragam bahasa pria berdasarkan tokoh pria yang terdapat dalam masing-masing episode yaitu tegas, jelas, mengandung nasehat dan mengandung pola intonasi pertanyaan. Berbeda dengan tokoh wanita, ragam bahasa yang digunakan lebih ekspresif, penuh semangat dan menggunakan ragam bahasa tersirat. Dengan demikian, perbedaan ragam bahasa antara wanita dan pria terjadi dalam kehidupan sehari-hari karena terdapat banyak faktor seperti perbedaan jenis kelamin, sikap, kehidupan sosial dan juga dapat dipengaruhi oleh maksud pembicara.
Berlin,berlin drama series, I researched the types of implicature and a variety languages between male and female based on 4 episodes. The purpose of this study is to describe what Berlin, berlin drama series and also to describe a variety male and female languages that existed in the relationship between men and women in Berlin, berlin drama series. This study used a qualitative method. It aims to determine the types of conversational implicature and variety languages between male and female based on the theory of Grice and the theory of languages according to Opperman & Weber and Robin Lakoff. As a result, this study found that there is a non-conventional type of Implicature based on each episode and the appearance of the variety male language is firmly, clearly and contain the intonation patterns of questions. On the other hand, the variety of female languages used more expressive, zestful, and implied. In general the differences of language between male and female occur because of many factors such as gender, attitudes, social life and also the meaning of speaker."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Tamala
""White Snake Legend (白蛇传)" television series is a story based on novel that firstly published in Song Dynasty. This television series told us about love story between a husband and wife named Xu Xian and Bai Shu Zhen that was prohibited by a monk named Fa Hai,because Bai Shu Zhen is a ghost. The purpose of this research is to express various myths in this television series and to discuss its development in Chinese society?s life. The method of this research is qualitative method. This research told that myth and Chinese society?s life are inseparable, so less or more Chinese society?s life is influenced by them.

Serial televisi "Legenda Ular Putih (白蛇传)" adalah cerita yang diangkat berdasarkan novel yang muncul pertama kali pada masa dinasti Song. Serial televisi ini bercerita tentang kisah cinta sepasang suami istri yang bernama Xu Xian dan Bai Shu Zhen yang ditentang oleh seorang biksu yang bernama Fa Hai dikerenakan sang istri adalah seorang siluman. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan mitos-mitos yang ada dalam serial televisi "Legenda Ular Putih (白蛇传)" dan membahas perkembangan mitos-mitos tersebut dalam kehidupan masyarakat Cina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa mitos sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Cina, sehingga mempengaruhi kehidupan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maritta Cinintya Rastuti
"Tipe program berita morning show di Indonesia mengalami kenaikan popularitas beberapa tahun belakangan ini, bahkan ada yang menamakannya 'televisi primetime baru'. Berbeda dari program berita konvensional, morning show memiliki keunikan. Makalah ini meneliti isi dari tiga morning show yang tayang di stasiun televisi nasional - Apa Kabar Indonesia Pagi (tvOne), 8-11 Show (Metro TV), dan Indonesia Morning Show (NET.) - dengan tujuan memaparkan usaha-usaha para produser dalam membedakan program mereka dengan program saingannya.
Dengan analisis kualitatif terhadap morning show, makalah ini berargumen mengenai kompleksitas dan inovasi dalam industri televisi, yang kemudian memunculkan disagregasi dalam program berita. Meskipun fenomena morning show di stasiun televisi komersial menunjukkan adanya homgenisasi, ditemukan bahwa demi menjangkau segmentasi yang berbeda, ketiga program yang diteliti mencoba membedakan muatan dan menunjukkan adanya inovasi serta arah baru.

As a type if news programme, Indonesian morning shows are experiencing an increase in popularity in the past few years. Some have even labeled them as 'new prime time television'. Morning shows differ itself from conventional news programmes, and posses several unique traits. This article examines three morning shows currently being aired on national television stations - Apa Kabar Indonesia Pagi (tvOne), 8-11 Show (Metro TV, and Indonesia Morning Shows (NET.) - to describe the attempts made by their producers to differentiate their programme from their competitors.
By using qualitative analysis on morning shows, this paper argues on the complexities and innovations within the television industry, which further leads to disaggreagtion in news programmes. Although the phenomenon of morning shows in commercial television stations show homogenisation, it is found that in order to reach different segments, these three studied programmes attempt to produce distinctive content that shows innovation and new directions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Proposal sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” ini merupakan tugas akhir semester mata kuliah Penulisan Naskah dan Desain Program, Departemen Ilmu Komunikasi, peminatan Industri Kreatif Penyiaran.
“Denting Denting Cinta” adalah sinetron/drama seri yang berkisah tentang persaingan kehidupan seorang penyanyi dangdut remaja bernama “Ayu” yang ingin menjadi penyanyi dangdut profesional dan meraih predikat penyanyi terbaik di Indonesia dalam sebuah ajang penghargaan bergengsi. Perjalanan menuju sukses tokoh “Ayu” tentu saja tidak berjalan mulus tetapi terhalang oleh masalah idealisme perusahaan rekaman, saingan penyanyi lain, masa lalu keluarga, sekolah dan masalah percintaan. Selain itu, dalam perjalanan mencapai tujuannya sebagai penyanyi dangdut terbaik Indonesia, tokoh “Ayu” juga harus dapat membuktikan pada dunia bahwa aliran musik yang diusungnya tidak kalah dengan aliran pop yang sudah dapat diterima banyak orang. “Ayu” juga harus dapat melawan segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam dirinya serta bertahan dalam kondisi keluarga yang terbilang miskin.
Sinetron/drama seri ini ber-genre musikal karena banyak adegan, emosi dan kejadian dalam setiap episodenya yang digambarkan dengan lagu-lagu dangdut. Dalam setiap episodenya, sinetron/drama seri ini akan mengambil setting kehidupan sehari-hari tokoh “Ayu” dan kehidupan profesionalnya antara lain di sekolah, perkampungan tempat tinggalnya, serta di label rekaman tempatnya bernaung.
Referensi kelompok kami dalam membentuk semua plot dan karakter dalam sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” ini adalah beberapa drama serial yang sudah terkenal diantaranya dua drama serial asal Amerika Serikat yaitu Glee dan Hannah Montana, serta satu drama serial/sinetron asal Indonesia yaitu Mimpi Manis. Semua drama yang menjadi referensi ini adalah drama-drama dengan perolehan rating dan share tinggi serta jumlah penggemar fanatik yang jumlahnya cukup signifikan.
Tujuan dibuatnya proposal sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” ini adalah untuk memberikan sebuah alternatif acara yang belum pernah ada di stasiun Media Nusantara Citra Televisi. Kami juga melakukan riset internet mengenai jenis dan genre acara yang pernah ditayangkan di TPI/MNC TV di tahun-tahun sebelumnya dan berkeyakinan bahwa jika sinetron/drama seri “Denting Denting Cinta” diproduksi dan ditayangkan di MNC TV akan dapat menjadi salah satu acara yang disukai oleh penonton MNC TV secara umum.

The drama series proposal of “Denting Denting Cinta” concludes as the end-of-semester final assignment of Script Writing and Program Design course, Department of Communication Science, Creative Broadcasting Industry major.
“Denting Denting Cinta” is a drama series which revolves around the rivalry life of a teen dangdut singer named “Ayu” who yearns to become a professional dangdut singer and achieves the award of best singer in a prestigious award show in Indonesia. “Ayu”s road to success, of course, does not run smoothly but are stunted by problems such as the idealism of record company, competition with other singers, family’s past, school, and love life. Additionally, in her journey of achieving the goal to become the best Indonesian dangdut singer, “Ayu” should also be able to prove to the world that dangdut music is not inferior to pop music, which has already been accepted before all else. Moreover, “Ayu” has to fight all of the flaws and weaknesses that lie beneath her and survive in a relatively poor family condition.
This drama series take musical as its genre since most of the scenes, emotions, and events are portrayed by using dangdut songs in each episode. For each episode, this series will take on the settings of “Ayu”’s everyday life as well as her professional life, such as at school, in the township where she lives, and at the record label.
Our group references in forming all of the plots and characters for “Denting Denting Cinta” actually came from some of the well-known drama series which are Glee and Hannah Montana from the United States. Another reference is from a local Indonesian drama series called Mimpi Manis. All of these reference dramas are the ones with the high acquisition in television viewership ratings as well as the number of fans that is quite significant.
The purpose of the “Denting Denting Cinta” drama series proposal is to provide an alternative program that has never existed in Media Nusantara Citra Television station. We also did some internet research on the types and genre shows ever aired on TPI/MNC TV in the previous years and from this research, we believe that if the drama series “Denting Denting Cinta” was produced and aired on MNC TV, it would become one of the preferred TV shows by MNC TV viewers in general.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bawuk Respati
"Asadora (drama pagi) merupakan produksi tahunan stasiun televisi publik Jepang, NHK. Asadora memiliki beberapa karakteristik, yaitu cerita bersudut pandang perempuan dan penggunaan daerah lokal tertentu sebagai latar. Hal ini tercermin dalam pola naratif jōkyō yang menceritakan perjalanan tokoh asadora heroine dari lingkungan rural kampung halamannya ke kota urban, Tokyo. Strategi bercerita ini dianggap sebagai sebuah usaha untuk memaknai kembali ideologi furusato yang ada dalam masyarakat Jepang.
Untuk memahami fenomena ini secara komprehensif, analisis tekstual dan analisis wacana akan dilakukan terhadap dua judul asadora, yaitu Hiyokko (2017) dan Ama-chan (2013), dengan merujuk kepada konsep hubungan rural-urban, konsep furusato, dan konsep ideologi sebagai sistem makna.
Temuan dari analisis terhadap kedua asadora tersebut menunjukkan bahwa NHK memanfaatkan asadora dan karakteristik khususnya untuk membangun ideologi furusato, sehingga makna furusato dalam masyarakat Jepang masa kini telah berkembang dan menjadi lebih kompleks.

Asadora (morning drama) is an annual production from Japan's public broadcaster, NHK. Asadora has several characteristics: female-centered stories and the use of local areas as the story background. This is reflected on the narrative pattern jōkyō, which shows the journey of the asadora heroine moving from her rural hometown to the urban capital city of Tokyo. This storytelling strategy can be considered as an attempt to reconstruct meanings of the furusato ideology that can be found within Japanese society.
To understand this phenomenon comprehensively, textual analysis and discourse analysis are employed to analyze two asadora: Hiyokko (2017) and Ama-chan (2013), by referencing several concepts, such as rural-urban relationship, furusato, and ideology as a meaning system.
The findings from the analysis show that NHK utilizes asadora and its special characteristics to reconstruct the furusato ideology, so that the meaning of furusato in Japanese society today has developed and become more complex."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luky Hermawan
"Makalah ini mengkaji hubungan antara tesis Adorno dan Horkheimer (1972) tentang Industri Budaya dengan fenomena “sinetron islami” di pertelevisian Indonesia. Analisa pada makalah ini berfokus pada kasus sinetron 'Tukang Bubur Naik Haji The Series'. Tayangan sinetron yang diangkat dari sebuah Film Televisi (FTV) dengan judul yang sama, yang pernah sukses pada tahun 2006 ini, ialah satu dari banyak sinetron yang mengusung unsur religi (Islam) dan cukup tenar di kalangan audiens pertelevisian Indonesia. Kepopulerannya ditunjukkan dari angka share dan rating 'Tukang Bubur Naik Haji The Series' yang kerap tinggi setiap minggunya. Akan tetapi, di balik ketenarannya, 'Tukang Bubur Naik Haji The Series' dikritik mempertontonkan realita yang keliru, misalnya tokoh agama yang berprilaku buruk. Selain itu, ada anggapan bahwa nilai-nilai religi yang diangkat sinetron islami digunakan industri sebagai kedok untuk mengeruk keuntungan. Pada dasarnya, makalah ini berargumen bahwa fenomena “sinetron islami” merupakan salah satu bentuk manifestasi industri budaya dalam pertelevisian Indonesia, ditunjukkan dengan berlangsungnya proses komodifikasi, standardisasi, serta masifikasi.

This paper examines the relationship between Adorno and Horkheimer’s (1972) thesis on Cultural Industries and the phenomenon of “islamic sinetron (Indonesian soap opera)” happening within Indonesian TV scene. The paper's analysis focuses on the case of 'Tukang Bubur Naik Haji The Series'. The sinetron, which is adapted from a Film Televisi (lit. Television-Movie, a specific genre of Indonesian TV program) of the same title which was famous in 2006, is one of many sinetrons that carry religious elements (which in this case is Islam) and is popular among the audience of the Indonesian TV scene. Its popularity is shown by the high rating and share that 'Tukang Bubur Naik Haji The Series' receives constantly every week. However, behind its fame, 'Tukang Bubur Naik Haji The Series' is criticised to show false reality. A religious leader with bad attitude, for instance. Moreover, some also think that the religious values carried by islamic sinetron are used by the industry as ways to gain profits. Essentially, this paper argues that the phenomenon of “islamic sinetron” is a manifestation of cultural industry within the Indonesian TV scene, specifically proved by the existence of commodification, standardization, and massification processes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Bonara
"Twitter menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan berbagai hal, mulai dari opini, kritik hingga gosip. Perbincangan mengenai program acara televisi kini marak dilakukan oleh pengguna Twitter karena 40% orang juga mengunjungi situs jejaring sosial ketika sedang menonton televisi (news.yahoo.com, 2011). Twitter kerap menjadi media yang ramai saat ada topik hangat tengah berlangsung.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan Twitter yang dilakukan oleh program acara televisi terhadap peningkatan Rating dan Share. Penelitian ini mengambil studi kasus pada salah satu industri televisi nasional yang berkantor pusat di DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dengan analisis statistik inferensial dan teknik analisis regresi linier. Variabel penelitian didapat dari studi literatur mengenai metrik media sosial dan Rating Share setiap program acara televisi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan Twitter pada program acara di televisi memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap peningkatan Rating dan Share dengan nilai koefisien korelasi 0,760 dan 0.769, dimana Follower, Mention, Rasio Followers To Following dan Hashtag(#) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Rating dan Share. Namun hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa akun Twitter program acara televisi gagal membangun engagement yang seharusnya dilakukan di media sosial Twitter.
Terbatasnya cakupan penelitian, kurangnya beberapa data serta tidak adanya hubungan sebab-akibat antara pengaruh penggunaan Twitter terhadap peningkatan Rating dan Share pada program acara televisi menjadi saran bagi penelitian selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini.

Twitter has become a massive platform to deliver variety of things such as opinion, criticism and gossip. The discourse about television program are now commonplace by Twitter’s user as 40% people also visiting social media networking while watching television (news.yahoo.com, 2011). Twitter is often became a crowded media when there is a hot topic discussed in real world.
This research aimed to see whether the usage of Twitter applied by television program affect the enhanced Rating and Share. This research took a case study on one of the national television industry headquartered in Jakarta.
This research use quantitative methodology with inferential statistical analysis and regression linier analysis technic. Variables are obtained from study literature of Social Media Metrics and television program Rating and Share.
The results prove that Twitter have a strong correlation to the enhanced Rating and Share television program with coefficient correlation 0,760 and 0.769, where Follower, Mention, Rasio Followers To Following and Hashtag(#) have significant effect. However, these results also indicate that the Twitter account of television programs failed to build engagement that supposed to do in social media.
Although Twitter prove to have an impact to the enhanced Rating and Share television program, but the limited scope of study, the lack of some data and the absence of causal relationship between Twitter and Rating and Share television program are become the next suggestion for further research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Pramono Aji
"Perubahan budaya dan sosial dalam masyarakat yang semakin toleran dan progresif di Jerman memberikan ruang bagi keluarga minoritas untuk muncul di lingkungan bermasyarakat. Isu keragaman keluarga yang masih baru digunakan oleh perusahaan untuk membuat iklan bertemakan isu ini untuk membuat iklan yang orisinal. Selain itu, perusahaan juga ingin membuat pernyataan bahwa mereka menjunjung tinggi nilai keragaman dengan menampilkan iklan inklusif tentang keragaman konsep keluarga. Ada tiga iklan televisi Jerman yang mengangkat tema keragaman keluarga, yaitu Bärenmarke: Nichts geht über Familie (2019), Telekom: Für alle die Familie sind (2017) dan McDonald's wünscht allen Familien einen frohen Family Day (2019). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dan empat variabel konsep keluarga berdasarkan Family Report (2017) untuk mengetahui strategi setiap iklan dalam menyediakan ruang bagi berbagai konsep keluarga untuk mengemas iklan inklusif. Hasilnya adalah bahwa ada persamaan dan perbedaan dalam strategi dalam setiap iklan yang sebenarnya mengurangi nilai inklusivitas dari tiga iklan.
Cultural and social changes in an increasingly tolerant and progressive society in Germany provide space for minority families to emerge in the community. The issue of family diversity that is still new is used by companies to create advertisements with this theme with the intention of creating an original advertisement. In addition, the company also wants to make  a statement that they uphold the value of diversity by showing inclusive advertisement on the diversity of family concepts. There are three German commercials that raise the theme of family diversity, namely Bärenmarke: Nichts geht über Familie (2019), Telekom: Für alle die Familie sind (2017) and McDonalds wünscht allen Familien einen frohen Family Day (2019). In this study, the author used a descriptive method and four variables of family concepts based on Family Report (2017) to find out the strategies of each ad in providing space for various family concepts to package an inclusive ad. The result is that there are similarities and differences in strategies in each advertisement which in fact reduce the inclusiveness value of the three commercials.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>