Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfa Sultoni
"ABSTRAK
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aliran modal dinilai berkontribusi pada pertumbuhan kredit yang tidak wajar dan memiliki risiko seperti penghentian arus modal yang masuk secara tiba-tiba di mana hal tersebut mampu memicu terjadinya krisis keuangan. Di sisi lain, Asia masih menjadi tempat menarik untuk aliran modal. Dengan meningkatnya integrasi Asia dengan luar dan antar kawasan Asia, aliran modal di Asia mungkin akan terus berkembang, dan menimbulkan berbagai efek positif serta juga efek negatif. Dengan mengggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kepustakaan, penelitian ini berusaha untuk melihat peran capital inflow pada krisis keuangan Asia 1997. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa capital inflow berperan sebagai bahan bakar pada lending boom yang diiringi dengan perilaku pengambilan risiko berlebihan, sehingga memicu krisis keuangan.

ABSTRACT
Many studies showed that capital inflow is believed to contribute in the excessive growth of credit and to have risk of sudden stop and capital reversal which can trigger financial crisis. Asia is still an attractive destination of capital inflow from abroad. With the development of Asian integration within and outside the region, capital inflow to Asia might be persistently happening. Using qualitative approach and literature study method, this study aims to understand the role of capital inflow to the Asian financial crisis in 1997. This study found that capital inflow acted as a fuel to lending boom which induce excessive risk taking that trigger financial crisis. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benedict Johannes Yappy
"Krisis ekonomi menjadi kejadian yang sering terjadi dalam ekonomi banyak negara, termasuk negara-negara maju, dengan akibat yang semakin parah. Membatasi keparahan dari krisis finansial dengan berbagai cara yang ada menjadi salah satu hal yang vital untuk dilakukan dalam rangka mencegah keterpurukan ekonomi sebagai akibat krisis. Dengan mengetahui indikator yang dapat menjelaskan keparahan krisis, maka pengawasan dan pengambilan kebijakan dapat dilakukan dengan lebih dini dan lebih baik untuk menghindari krisis yang berakibat parah pada perekonomian.
Dalam studi ini, digunakan sumber data baru dari Dana Keuangan Internasional (International Monetary Fund IMF), yaitu Indikator Kestabilan Keuangan (Financial Stability Indicators FSIs). Ditemukan bahwa tiga variabel berpengaruh terhadap keparahan krisis keuangan, yaitu perbandingan piutang tak tertagih terhadap bunga, piutang tak tertagih terhadap total piutang, dan posisi terbuka netto dalam pasar valuta asing terhadap modal.

Economic crises has become a frequent event in a lot of economies, including those of developed countries with increasingly severe effect. Limiting the severity of financial crises with various techniques are one of the vital task in order to prevent economic damage caused by financial crises. By using indicators that can predict severity of financial crises, supervising and policy-making can be enhanced and in time to prevent large crisis with damaging effects on the economy.
In this study, a new database from the International Monetary Fund (IMF) is deployed, which is the Financial Stability Indicators (FSIs). Three variables are found to affect the severity of financial crises: Nonperforming loans net of provisions to capital, nonperforming loans to total gross loans, and net open position in foreign exchange to capital.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deborah Christine Immanuel
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis volatility spillover antara Indonesia dengan Jepang, China, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Secara spesifik, penelitian ini ingin membandingkan volatility spillover pada 5 pasang indeks saham negara antara periode non-krisis dengan periode Krisis Keuangan Global 2008 dan Pandemi COVID-19. Maka dari itu, periode penelitian ini mencakup tahun 2003 – 2023 dan dibagi menjadi 5 fase: full period (Januari 2003 – Maret 2023), fase 1 (Pra Krisis Keuangan Global 2008), fase 2 (Krisis Keuangan Global 2008), fase 3 (Pasca Krisis Keuangan Global 2008 dan Pra Pandemi COVID-19), dan fase 4 (Pandemi COVID-19). Digunakan metode GARCH-BEKK untuk mendapatkan hasil volatility spillover. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan dan tingkat spillover antara JCI dengan kelima indeks saham lainnya berbeda-beda. Meski begitu, terdapat pola yang sama dimana tingkat volatility spillover (dilihat dari koefisien GARCH-BEKK) mencapai titik tertinggi pada periode krisis (Krisis Keuangan Global 2008 atau Pandemi COVID-19).

This study aims to analyze the volatility spillover between Indonesia with Japan, China, Singapore, South Korea, and the United States. Specifically, this study wants to compare the volatility spillover on 5 pairs of national stock indices between the non-crisis period and the 2008 Global Financial Crisis and the COVID-19 Pandemic. Therefore, the period of this study covers 2003 – 2023 and is divided into 5 phases: full period (January 2003 – March 2023), phase 1 (Pre-2008 Global Financial Crisis), phase 2 (2008 Global Financial Crisis), phase 3 (Post 2008 Global Financial Crisis and Pre Pandemic COVID-19), and phase 4 (Pandemic COVID-19). The GARCH-BEKK method is used to obtain volatility spillover results. The results of this study show that the relationship and level of spillover between JCI and the other five stock indices are different. Even so, there is the same pattern where the level of volatility spillover (viewed from the GARCH-BEKK coefficient) reaches its highest point during the crisis period (2008 Global Financial Crisis or the COVID-19 Pandemic)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Sukma Larasati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang korelasi antara twin deficits, yang terdiri dari defisit neraca berjalan dan defisit anggaran pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi di 49 negara berkembang dan negara maju yang menggunakan analisis cross-sectional untuk periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia dan sebelum dan sesudah krisis finansial global. Terdapat perubahan dalam hasil analisis pada periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia. Defisit anggaran pemerintah memiliki korelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara defisit neraca berjalan tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada periode krisis finansial global, defisit neraca berjalan memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi, dan tidak terdapat korelasi antara defisit anggaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi.

ABSTRACT
This paper investigates the correlation between the twin deficits, namely current account and government budget deficits, and economic growth in 49 developing and developed countries using cross sectional analysis for the period before and after Asian financial crisis and before and after global financial crisis. There is a change in the results on before and after the Asian financial crisis. Government budget deficit is associated negatively with economic growth, while current account deficit does not significantly correlate with economic growth. For the global financial crisis period, the current account deficit correlates positively with economic growth, while government budget deficit does not correlate with economic growth."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Kresdianto
"Tesis ini membahas tentang analisis faktor-faktor determinan dari Net Stable Funding Ratio pasca krisis keuangan tahun 2008 pada bank devisa di Indonesia. Rasio modal, laju pertumbuhan dari kredit bersih, rasio pendapatan non bunga, rasio beban operasional per total aset, ukuran bank, dan kepemilikan bank digunakan sebagai faktor-faktor determinan dari NSFR. Penelitian ini menggunakan analisis regresi terhadap data panel model Fixed Effect. Hasil dari penelitian ini adalah faktor determinan laju pertumbuhan dari kredit bersih, rasio pendapatan non bunga, rasio beban operasional per total aset, kepemilikan pemerintah dan ukuran bank memiliki pengaruh terhadap nilai NSFR.

The focus of this study is the analysis of the determinant factors of the Net Stable Funding Ratio post financial crisis year 2008 on foreign exchange banks in Indonesia. Capital Ratio, Growth rate of net loans, Non Interest Share, Overhead per Total Asset, Size of bank, and ownership of bank are used as determinant factors of the NSFR. This study uses regression analysis on Fixed Effect panel data models. The result from this study is Growth rate of net loan, Non Interest Share, Overhead per Total Asset, State Owned and size of bank have an effect on the value of NSFR.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Perry, Guillermo E.
Washington DC: The International Bank for Reconstruction and Development, 1998
338.542 PER f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizki Yulianti
"Krisis nilai tukar memiliki dampak yang buruk bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem peringatan dini atau early warning system untuk memprediksi terjadinya krisis tersebut. Dengan menggunakan perangkat Early Warning System pengambil kebijakan dapat melakukan antisipasi terjadi krisis. Sehingga kerugian atau risiko yang ditimbulkan oleh krisis dapat dihindari ataupun diminimalisir. Penelitian ini mencoba untuk mengembangkan early warning system model dengan menggunakan pendekatan multinomial logit. Pendekatan model multinomial logit digunakan untuk mengatasi permasalah yang muncul pada penelitian-penelitian early warning system sebelumnya yaitu permasalahan post crisis bias.
Penelitian ini melakukan analisis yang early warning system model dengan menggunakan variabel dependen: rasio trade balance terhadap PDB, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa, overvaluation of exchange rate yang dicerminkan dengan menggunakan real effective exchange rate (REER), pertumbuhan PDB riil, sektor finansial yang lemah yang dicerminkan dengan varibel indeks pertumbuhan kredit domestik terhadap sektor swasta, dan contagion variable yang diukur dengan menggunakan jumlah interdependensi keuangan dikalikan dengan exchange market pressure. Hasil penelitian dengan menggunakan data Indonesia periode 1990-2005 menujukan bahwa penggunaan model multinomial logit sebagai model Early Warning System cukup bagus dalam memberikan sinyal terjadinya krisis."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silfelia Rizky Shabilla
"Krisis finansial global memengaruhi sektor-sektor secara menyeluruh, dimana hal itu dapat mengurangi stabilitas perekonomian. Diyakini bahwa kawasan juga berusaha memperkuat anggota negara dalam menghadapi serangkaian krisis di masa lalu dan mendatang, termasuk ASEAN. Karena perbankan dinilai penting untuk mencapai integrasi ekonomi, penelitian ini mengestimasi efisiensi bank secara dua tahap pada sampel 46 bank di ASEAN-5 tahun 2005 hingga 2014. Analisis tahap pertama mengestimasi efisiensi bank menggunakan analisis stokastik frontier (SFA). Mengingat berbagai karakteristik sektor perbankan di negara berkembang dan negara maju, penelitian ini juga menentukan adanya efek regulasi dan pengawasan terhadap efisiensi dengan menggunakan system GMM. Regulasi yang dipertimbangkan adalah pembatasan aktivitas, persyaratan modal, pengawasan, dan disiplin pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketatnya pembatasan kegiatan dapat melemahkan efisiensi bank. Terakhir, berkenaan dengan periode sebelum dan sesudah krisis, lebih banyak pembatasan kegiatan bank secara terus-menerus dapat berdampak negatif pada efisiensi bank.

The outbreak of Global Financial Crisis (GFC) affects sectors globally, which lessened the economic stability. It is believed that regions have tried to strengthen the country members in facing series of past and upcoming crises, including ASEAN. Due to the importance of banking in order to reach financial integration, this paper measures bank efficiency using two-stage estimations for sample of 46 banks in ASEAN-5 over 2005-2014. The first stage of analysis is to measure bank efficiency by employing Stochastic Frontier Analysis (SFA). Given the various characteristics of banking sector in developing and developed countries, this paper also determines the effects of regulation and supervision on the efficiency by using system GMM. The regulations considered are activity restrictions, capital requirements, supervision, and market discipline. The research finds that only stringency on activity restriction weakening bank efficiency in these countries. Finally, with regards before and after crisis, more restrictions on bank activities constantly have negative impact on bank efficiency."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Ditya Wianti
"Korea Selatan menjadi salah satu dari tiga negara yang merasakan dampak signifikan selama Krisis Finansial Asia yang dimulai pada Juli 1997. Pemerintahan Korea Selatan pada masa itu yang baru saja beralih dari kepemimpinan Presiden Kim Young-Sam ke Presiden Kim Daejung mendukung sebuah gerakan bagi masyarakat yang dikenal sebagai Geum Moeugi Undong. Gerakan yang dimulai dari kelompok sipil merupakan salah satu cara Korea Selatan untuk memulihkan perekonomian. Melalui media massa, pemberitaan mengenai pergerakan tersebut dapat didengar dan diikuti oleh masyarakat secara sukarela dari seluruh pelosok negeri. Berdasarkan data yang ada, pemerintah berhasil mengumpulkan sekitar 227 ton emas yang senilai sekitar 2,13 miliar dolar Amerika untuk membayar hutang negara. Hal ini membuat Korea bebas dari hutang IMF pada Agustus 2001. Dengan menggunakan analisis framing dari William A. Gamson, penelitian ini membahas framing yang dilakukan oleh Chosun Ilbo dan KBS dalam pemberitaan mengenai Geum Moeugi Undong. Berdasarkan hasil analisis, terbukti bahwa kedua media massa memiliki peran yang berstruktur sebagai pemantik wacana (Chosun Ilbo) dan penyelenggara wacana (KBS) dengan tujuan akhir yang sama walaupun keduanya melakukan framing dengan cara yang berbeda.

South Korea became one of three countries that felt significant impact during the Asian Financial Crisis which began in July 1997. The South Korean government at that time, which had just transitioned from the leadership of President Kim Young-Sam to President Kim Daejung supported a movement for people known as Geum Moeugi Undong. The movement that started from civic groups is one of South Korea's ways to restore the economy. Through the mass media, news about the movement can be heard and followed by the community voluntarily from all corners of the country. Based on available data, the government managed to collect about 227 tons of gold, which is worth around US$2.13 billion to pay off the country's debt. This made Korea free from IMF debt in August 2001. Using William A. Gamson's framing analysis, this study discusses the framing carried out by Chosun Ilbo and KBS in the news about Geum Moeugi Undong. Based on the results of the analysis, it is evident that the two media have a structured role as a discourse trigger (Chosun Ilbo) and an organizer (KBS) with the same ultimate goal even though both of them do framing in different ways."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>