Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94905 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candrika Putri
"ABSTRAK
Balbek adalah sebuah kota kuno yang terletak di lembah Beqaa di sebelah utara kota Beirut di Lebanon, yang terkenal dengan peninggalan-peninggalan bangunan kuno berupa kuil-kuil yang dahulu antara sekitar 1200 SM hingga 1500 SM digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Baal atau dewa Matahari oleh bangsa Fenisia. Di bawah pemerintahan bangsa Fenisia pada waktu itu, Balbek pernah diperebutkan dan bahkan dikuasai oleh imperium besar dunia yaitu Romawi dan Arab secara bergantian. Adanya ekspansi tersebut menyebabkan Balbek menjadi pusat tumbuh dan berkembangnya berbagai budaya akulturatif. Skripsi ini akan membahas peninggalan bangsa Fenisia khususnya kota Balbek di Lebanon yang mencerminkan terjadinya akulturasi antara budaya Romawi dan budaya Arab. Tujuannya untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses akulturasi dan wujud kebudayaan baru hasil dari proses tersebut. Metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah metode kualitatif dengan menerapkan teori unsur-unsur kebudayaan dan wujud kebudayaan sebagai sistem nilai, sistem sosial dan sistem material menurut Koentjaraningrat.

ABSTRACT
Balbek is an old city that located at Beqaa valley in the north of Beyrout, that known of ancients as temples about 1220 BC 1500 BC used to idolatry place of Baal or known as The Sun God by Phoenician. Under reign of Phoenician, Balbek was conquered and expand by the great dynasty in the world that is Romans and Arabs as periodically. Because of its expansion made Balbek as a center of grew and increase of various acculturative cultures. This script will explain ancient of Phoenician specifically Balbek city in Lebanon that proved acculturation process between cultures of Romans and Arabs. The purposes is to know more about acculturation process and new culture rsquo s changes as a result of those process.The methods of this script is qualitative based on unsures culture theory and result of the cultures as value system, social system, and material system by Koentjaraningrat."
2017
S69079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Agustin
"Minoritas Druze Lebanon telah menempati Pegunungan Lebanon sejak abad 11 M. Meskipun dari segi jumlah Druze merupakan minoritas, mereka mampu mempertahankan eksistensinya sejak kedatangannya hingga saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi dan kebertahanan minoritas Druze Lebanon. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan data sekunder dari studi pustaka. Teori yang digunakan adalah teori kebertahanan dari Gunnestad (2006). Penelitian ini menemukan bahwa Druze datang ke Pegunungan Lebanon pada abad 11 M untuk melindungi diri dan kemudian membentuk komunitas di sana. Pada masa Ottoman, Druze memiliki kekuasaan sebagai emirat di Pegunungan Lebanon di bawah wali Ottoman. Pada masa Mandat Perancis, kedudukan Druze sebagai pemimpin berubah menjadi minoritas karena pembentukan Lebanon Raya. Pasca kemerdekaan, Druze hanya memiliki partisipasi terbatas dalam politik dan pemerintahan karena sistem konfesional Lebanon. Temuan selanjutnya, kebertahanan minoritas Druze Lebanon didukung oleh tiga faktor: internal, eksternal, dan eksistensial. Faktor internal dengan memilih tempat bermukim di wilayah pegunungan dan menyatukan komunitas mereka di bawah kepemimpinan zaim. Faktor eksternal yakni konstitusi Lebanon mengakui Druze sebagai salah satu agama resmi dan aliansi politik yang mereka bangun dengan komunitas lain. Faktor eksistensial adalah adanya konsep taqiyya, reinkarnasi, dan kepercayaan akan datangnya Mahdi yang terdapat dalam ajaran mereka.

Lebanese Druze minority has resided in Mount Lebanon since the 11th century. Besides being numerically a minority, they manage to preserve their existence from their first arrival until the present. This research aimed to describe the condition and resilience of the Lebanese Druze minority. By using a descriptive qualitative method, this research relied on secondary data acquired from library research and implemented the resilience theory approach by Gunnestad (2006). The research found that the Druzes came to Mount Lebanon in the 11th century to protect themselves and build a community in that area. During the Ottoman period, the Druze ruled as an emirate in Mount Lebanon under the Ottoman wali. During the France Mandate, the position of the Druze as a ruling class changed into a minority due to the establishment of Grand Lebanon. After Lebanon’s independence, the Druze had only limited political and governmental participation because of Lebanon’s confessional system. The next finding is that the resilience of the Lebanese Druze minority is supported by three factors: internal, external, and existential. First, the internal factor is their decision to reside in the mountainous area and organize their community under the leadership of zaim. Second, the external factor is besides Lebanon’s constitution recognizing Druze as one of the official religions, they establish political alliances with other communities. Third, the existential factor that supports the resilience of the Druzes is the principle of taqiyya (concealment), reincarnation, and belief in the arrival of a Savior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Sava
"ABSTRAK
Dewasa ini, muncul kebiasaan baru dalam kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berburu kuliner. Hal ini menciptakan suatu fenomena yang kemudian disebut sebagai wisata kuliner dimana para wisatawan tidak segan untuk membayar mahal agar dapat mencicipi hidangan khas dari suatu wilayah. Kota Yogyakarta pada umumnya yang mengalami perubahan struktural sektor agrikultur menuju manufaktur (tenaga mesin) hingga akhirnya mencapai sektor jasa, wilayah kota Yogyakarta mengalami loncatan dari sektor agrikultur ke sektor jasa dimana industri pariwisata berada di dalamnya, termasuk pariwisata kuliner dengan makanan-makanan khas Yogyakarta seperti gudek, bakpia, yangko, dan lain sebagainya. Disamping makanan tradisional, terdapat juga makanan-makanan khas Yogyakarta yang merupakan hasil dari akulturasi budaya. Sebagai contoh, terdapat bakmi yogya, bakmi pentil, dan mie des yang merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Akulturasi budaya kuliner tersebut dapat dilihat antara lain dari bahan utama, cara penyajian, serta cara pengemasan makanan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, survey lapang akan dilakukan unuk meletakan posisi (plotting) berbagai rumah makan atau restoran di Kota Yogyakarta yang hasilnya kemudian akan diolah untuk menghasilkan sebuah peta pola spasial akulturasi kuliner asing di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu antara tahun 2005-2018.

ABSTRACT
New habits among tourists, both from domestic and abroad, in culinary hunt are emerging today. It creates a phenomenon later called culinary tourism where the tourists do not hesitate to pay in a heavy price in order to taste the local dishes of the region. Unlike the Regions of Daerah Istimewa Yogyakarta in general that is undergoing a structural change to agricultural sector towards manufacturing (power machines), the City of Yogyakarta experienced a leap from the agricultural sector to the services sector this is includes the tourism industry which also carries with the culinary tourism with local foods of Yogyakarta as gudek, bakpia, yangko, and so forth. Besides the traditional food, there are also food from Yogyakarta that emerges as the result of acculturation. For example, Bakmie Yogya, Bakmie Pentil and Mie Des. These culinary are the outcome of the combination between Chinese culture with local culture. The culinary culture acculturation can be seen among others from the main material, manner of presentation, as well as a way of packaging food. By paying attention to these aspects, field survey will be conducted by plotting a variety of restaurants in Yogyakarta then processed to produce a map of the spatial pattern of acculturation foreign cuisine in the city of Yogyakarta since 2005-2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifianti Garini
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengungsi Palestina di Lebanon sejak 1948 hingga 1969.
Landasan teori yang digunakan sebagai alat analisis ialah teori perpindahan
penduduk secara umum serta teori pengungsi. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang berdasar pada metode sejarah dengan jenis penelitian deskriptif.
Dekatnya jarak tempuh antara wilayah Palestina bagian utara dengan wilayah
Lebanon bagian selatan, menyebabkan sejumlah penduduk Palestina bermigrasi
dan menjadi pengungsi di sana. Hadir sebagai kelompok minoritas, pengungsi
Palestina mengalami pembatasan hak-hak sipil dari pemerintah Lebanon. Sebagai
hasilnya, perwakilan Palestina dan Lebanon menandatangani Perjanjian Kairo
pada 1969 di Kairo, Mesir, untuk menanggapi dampak yang ditimbulkan oleh
pengungsi Palestina

ABSTRACT
The focus of this study is Palestinian refugees in Lebanon from 1948 until 1969.
This study uses the theory of population movement in general and the theory of
refugee. This is a qualitative research with descriptive design and is based on a
historical method. Nearness of distance between the northern Palestinian
territories to the southern Lebanon region, causing a number of Palestinian
population migrated and became refugees there. Having been a minority group in
Lebanon, Palestinian refugees experienced civil rights restriction which was
conducted by the government of Lebanon. As a result, Palestinian and Lebanese
delegations signed the Cairo Agreement in 1969 in Cairo, Egypt, as a respond of
the impact which was caused by the Palestinian refugees."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42513
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Wiley, 1996
320.995 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Chintya
"Pertunjukkan Pawai Tatung dalam perayaan Cap Go Meh berasal dari Kalimantan
Barat, tepatnya Kota Singkawang. Tradisi Tatung di Kalimantan Barat merupakan tradisi yang dibawa langsung oleh suku Hakka yang berasal dari Cina Selatan. Hal yang menarik dari Pawai Tatung di Kota Singkawang adalah tradisi ini merupakan perpaduan antara tiga budaya yakni budaya Dayak, Melayu serta Cina. Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk implementasi akulturasi etnis Cina dengan kebudayaan lokal dalam Pawai Tatung di Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer berupa video dokumentasi penuh Perayaan Cap Go Meh Singkawang 2020 dari halaman Youtube “Pojok Inspirasi”. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk implementasi akulturasi dalam Pawai Tatung tidak hanya terletak dari keikutsertaan masyarakat dari masing-masing ketiga budaya tersebut serta kostum khas dari masing-masing budaya, melainkan keterlibatan dewa-dewi Cina dengan roh lokal setempat ( Datuk & Latuk ). Akulturasi yang terjadi dalam Pawai Tatung menunjukkan tumbuhnya kesetiaan orang Cina terhadap penunggu / roh nenek moyang setempat serta rasa persaudaraan yang terjalin diantara ketiga budaya ini dan berhasil berpengaruh terhadap eksistensi Pawai Tatung yang masih ada hingga saat ini di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

The Tatung Parade in the Cap Go Meh celebration originally from Singkawang City,
West Kalimantan. The Tatung tradition in West Kalimantan was brought by the Hakka people from South China. The interesting thing about the Tatung Parade in Singkawang City is that this tradition is a collaboration between three cultures ; The Dayak, Malay, and Chinese. The main problem in this research is how the implementation of the acculturation between the Dayak, Chinese and Malay in the Tatung Parade is. The research method is qualitative method. The primary source in this research is a full documentation video of the 2020 Cap Go Meh Singkawang Celebration from Youtube account "Pojok Inspirasi". The result of this research indicates that the form implementation of acculturation in the Tatung Parade did not only lie in the participation of the Dayak, Malay, and Chinese, but it is the involvement of Chinese gods / goddesses with local spirits (Datuk & Latuk). The acculturation that occurs in the Tatung Parade shows the loyalty of the Chinese to the local ancestors of West Kalimantan and the brotherhood between these three cultures. This acculturation has proven influent on the existence of Tatung Parade in Singkawang City until right now.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nunu Ahmad An-Nahidl
"Tesis ini membahas Revolusi Cedar di Lebanon dan implikasinya pada politik Suriah di Lebanon tahun 2005-2010, dan merupakan penelitian kualitatif non-interaktif (non interactive inquiry) atau penelitian analitis. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Revolusi Cedar di Lebanon tahun 2005 telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap politik Lebanon pada saatnya dan perkembangan sesudahnya. Revolusi Cedar dibentuk oleh situasi sosial dan politik Lebanon yang berakar sejak tahun 1980-an, yaitu ketika mulai tumbuh kesadaran dari sebagian besar rakyat Lebanon terhadap pentingnya perubahan di dalam iklim politik Lebanon. Kesadaran ini semakin meluas di berbagai lapisan masyarakat ke arah penolakan terhadap intervensi Suriah dalam politik Lebanon.
Penolakan semakin mengemuka sejak awal tahun 2000-an ketika terjadi beberapa peristiwa penting, yaitu Israel menarik mundur kekuatan militernya dari Lebanon Selatan, suksesi kepemimpinan Suriah dari Hafez al-Asad kepada Basyar al-Asad, diterbikannya Resolusi 1559 oleh Dewan Keamanan PBB, dan yang terakhir adalah peristiwa pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri pada 14 Februari 2005. Peristiwa terakhir inilah yang memantik kemarahan rakyat Lebanon dan mendorong demonstrasi di seluruh kawasan dengan tuntutan utama agar Suriah secepat mungkin meninggalkan Lebanon. Aksi-aksi rakyat Lebanon inilah yang diidentifikasi sebagai Revolusi Cedar.
Revolusi Cedar memperoleh dukungan luas dari dunia internasional dan telah berhasil memaksa Suriah menarik mundur kekuataan militer dan intelijennya dari Lebanon pada akhir April 2005, selain melahirkan Koalisi 14 Maret pada Pemilu Parlemen 2005 dan 2010. Namun demikian, Revolusi Cedar tidak mampu mendorong sebuah sistem politik yang stabil dengan ciri-ciri pemerintahan yang kuat. Persoalan politik domestik yang tidak kunjung reda menyebabkan pemerintahan rapuh dan tidak ligitimate, karena pemerintahan tidak berpijak di atas masyarakat sipil yang terpadu dan kuat. Orientasi politik, sikap dan tujuan warga Lebanon dari berbagai latar yang berbeda, telah menjadi faktor dominan yang menyebabkan negara dan pemerintahan tidak memperoleh legitimasi yang kuat. Padahal suatu sistem dibutuhkan untuk terlihat absah di depan warganya. Legitimasi akan sulit diperoleh manakala budaya politik Lebanon tidak mampu mendasari suatu sistem pemerintahan. Budaya politik Lebanon belum menjadi penghubung antara perilaku individu dan perilaku sistem.

This thesis discusses the Cedar Revolution in Lebanon and its impacts on Syria's politics in Lebanon at 2005-2010, and it is a non-interactive inquiry, or an analytical research. The outcome of the research explains that the 2005 Cedar Revolution has been a significant effect on politics in Lebanon during the time it was happening and in its development afterwards. The Cedar Revolution was shaped by social and political situation in Lebanon that had rooted since the 1980s, with the growing awareness of the majority of the Lebanese people on the importance of change in their country's political climate. The awareness grew more widespread within various spectrum of the society, narrowing to rejection of Syria's intervention in politics in Lebanon.
The rejection have increasingly surfaced since the early 2000s with the occurrence of several important events, such as Israel?s withdrawal of its military force from South Lebanon, the succession of leadership in Syria from Hafez al-Asad to Basyar al-Asad, the issuance of UN Resolution 1559, and the assassination of former Prime Minister of Lebanon, Rafik Hariri, on 14 February 2005. The latter event triggered the Lebanese people's anger and led people from all over the region to rally, demanding that Syria leave their country at once. Such action by the people of Lebanon is identified as the Cedar Revolution.
The Cedar Revolution gained such large international that Syria was finally forced to withdraw its military and intelligence power from Lebanon at the end of April 2005, which led to the establishment of the March 14 Coalition in the Parliamentary Election in 2005 and 2010. However, the Cedar Revolution failed to lead to a stable political system with the characteristics of a strong government. Continuous domestic political problems have made the government vulnerable and illegitimate because it is not based on the foundation of a strong and unified civilian society. The political attitude, orientation, and goals of the people of Lebanon who come from various different backgrounds has become a dominant factor that has caused the government's lack of strong legtimacy. Whereas it is necessary for the system to be legitimate in its people's eyes. Legitimacy will be difficult to reach when Lebanon's political culture fails to base its government system. The Lebanese political culture has yet to become a link between the behavior of the individuals and that of the system.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29893
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kosmas Edi Susatyo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S5511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Niswah Tsabita
"Jurnal ini membahas tentang Festival Internasional Baalbeck di Lebanon (Sebuah Kajian Sosio-Kultural). Metode penulisan yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif. Penulisan jurnal ini secara ringkas membahas mengenai sejarah, lokasi, rangkaian acara dan program Festival Internasional Baalbeck 2015. Jurnal ini mengkaji perkembangan Festival Internasional Baalbeck dari sejarah hingga saat ini dan menyangkut sosial dan kultural. Festival Internasional Baalbeck diselenggarakan di Lebanon saat musim panas pada bulan Juli sampai Agustus di wilayah Lembah Bekaa. Lebanon merupakan negara kecil yang mempunyai beragam budaya. Budaya di Lebanon disajikan melalui berbagai pertunjukan seni, teater, pameran dan konser yang dikemas dalam bentuk festival yang sangat hidup. Festival di Lebanon mempunyai daya tarik tersendiri, salah satunya adalah Festival Internasional Baalbeck yang merupakan festival yang cukup terkenal. Festival Internasional Baalbeck merupakan festival internasional yang dihadiri oleh berbagai pengunjung dari segala penjuru dunia. Festival Internasional Baalbeck menjadi festival tahunan yang memadukan kebudayaan Timur Tengah sebagai kebudayaan lokal dengan kebudayaan asing.

This journal discusses about Baalbek International Festival in Lebanon (A Socio-Cultural Study). Writing method which used in this journal is qualitative. This journal briefly discusses about history, location, events and programs of Baalbeck International Festival 2015. This journal presented development of Baalbeck International Festival of history until festival in 2015 and relates to the socio-cultural. Baalbeck International Festival held in Lebanon during summer on July until August in Bekaa Valley area. Lebanon is a small country which has various cultures. Lebanon’s culture presented with arts performances, theater, exhibition and concert which covered by a marvelous festival. Festival in Lebanon has its own way to attract tourists, one of that is a famous Baalbeck International Festival. Baalbeck International Festival is an international festival which attended by tourists around the world. Baalbeck International Festival became an annual festival that blends Middle Eastern cultures as a local culture with foreign cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zahirah Karamatullah
"Penelitian ini akan membahas sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh Nadine Labaki, yang berjudul Capernaum. Film ini mendapatkan standing ovation selama lima belas menit, karena berhasil menyentuh emosional para penontonnya di Cannes Festival Film pada bulan Mei 2018 di Prancis. Film Capernaum merupakan salah satu film yang menarik perhatian penulis karena di dalamnya menggambarkan realita kehidupan para pengungsi di Lebanon yang dikemas dalam sudut pandang anak-anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pendekatan objektif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori pengkajian fiksi Burhan Nurgiyantoro. Dimulai dari memaparkan unsur intrinsik meliputi tema, latar, alur/plot, tokoh, dan moral. Unsur-unsur intrinsik akan diaplikasikan dalam menganalisis kritik sosial yang terdapat pada film Capernaum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui unsur-unsur intrinsik dan menganalisis tentang kritik sosial yang terkandung dalam film Capernaum. Hasilnya, terdapat kritik sosial yang ingin disampaikan terkait pemerintah, keluarga, dan masyarakat pada film Capernaum.

This research will discuss a film written and directed by Nadine Labaki, entitled Capernaum. This film received a standing ovation for fifteen minutes, because it managed to touch the emotions of the audience at the Cannes Film Festival in May 2018 in France. The film Capernaum is one of the films that has caught the attention of the author because it depicts the reality of the lives of refugees in Lebanon, packaged from the perspective of children. This study uses a descriptive-analysis method with an objective approach. In this research, the writer used Burhan Nurgiyantoro's fiction assessment theory. The first is from the presentation of intrinsic elements including themes, settings, plots, characters, and morals. Intrinsic elements will be applied in the analysis of social criticism contained in the film Capernaum. The purpose of this research is to know the intrinsic elements and to analyze the social criticism contained in Capernaum's film. As a result, there is social criticism to be conveyed regarding the government, family and society in the film Capernaum."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>