Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Irsyad
"Tanah longsor merupakan bencana alam yang banyak terjadi di Kabupaten Bogor. Selain faktor alam yang sangat mendukung, aktivitas manusia yang intensif pun menambah kemungkinan terjadinya tanah longsor. Maka perlu diadakan banyak penelitian mengenai wilayah yang rawan terjadi tanah longsor agar meminimalisir dampak yang diakibatkan. Salah satu metode yang digunakan untuk memetakan wilayah potensi longsor adalah dengan menggunakan pemodelan Stability Index Mapping SINMAP , dan data yang digunakan adalah Digital Elevation Model DEM , jenis tanah, serta curah hujan. Hasil dari pemodelan SINMAP berupa Indeks Stabilitas digunakan sebagai acuan menentukan wilayah potensi tanah longsor. Kemudian wilayah potensi tanah longsor ditumpang-susunkan dengan penggunaan tanah berupa permukiman dengan memperhatikan arah hadapan lereng, sehingga didapatkan wilayah rawan tanah longsor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lokasi wilayah potensi dan wilayah rawan tanah longsor di Kecamatan Jonggol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 11,12 1.496,52 Ha dari luas wilayah Kecamatan Jonggol berpotensi longsor. Wilayah yang memiliki potensi longsor terdapat di bagian Selatan dan bagian Timur wilayah Kecamatan Jonggol yang merupakan wilayah dengan kemiringan lereng di atas 10 , sedangkan wilayah rawan tanah longsor di Kecamatan Jonggol adalah seluas 84,45 Ha atau 3,11 dari luas wilayah permukiman di Kecamatan Jonggol.

Landslide is a natural disaster occurs frequently in Bogor District. In addition to natural factors that are very supportive, intensive human activity also increases the likelihood of landslides. Therefore, there should be a lot of researches on areas hazard to landslides to minimize the impacts. One of the methods used to map the landslide potential areas is by using Stability Index Mapping SINMAP modeling, and the data used is Digital Elevation Model DEM , soil type, and rainfall. The result of SINMAP modeling in the form of Stability Index is used as reference to determine the potential landslide areas. Then the landslide potential areas stacked up with the use of land in the form of settlements by paying attention to the direction of the slopes, so that the landslide hazard areas are found. The purpose of this research is to know the distribution of potential and landslide hazard areas in Jonggol sub district. The result of this research indicates that 11,12 1,496,52 Ha from Jonggol sub district has landslide potential. Areas that have landslide potential are in the South and East part of Jonggol Sub district, areas with the slope of above 10 . Meanwhile, the landslide hazard areas in Jonggol sub district are 84.45 Ha or 3.11 of the total settlement area in Jonggol sub district.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Rahmat Adil Yusuf
"Formasi jatiluhur merupakan salah satu formasi yang terletak di utara cekungan Bogor dengan persebaran lateral yang cukup luas dan diperkirakan diendapkan pada Miosen tengah hingga Miosen akhir. Formasi Jatiluhur merupakan formasi yang disusun oleh litologi campuran sedimen klastik berupa batupasir, batulanau, batulempung dan batugamping. Daerah penelitian berada di sepanjang Sungai Cipamingkis yang terletak di Desa Sukamakmur, Kecamatan Jonggol - Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik litologi yang ada pada daerah penelitian yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok mikrofasies yang ada pada daerah penelitian. Terdapat tiga metodologi digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi. Panjang lintasan yang didapatkan pada pengukuran penampang stratigrafi adalah sekitar 280 meter dengan total data sampel yang didapatkan adalah sebanyak 27 sampel. Dari 27 sampel yang didapatkan dipilih sebanyak 14 sampel untuk dilakukan analisis petrografi dan 5 sampel untuk dilakukan analisis mikropaleontologi. Secara umum ukuran butir penyusun batuan pada daerah penelitian didominasi oleh pasir halus hingga silt dan keseluruhan sampel memiliki kandungan karbonat dengan struktur bioturbasi yang cukup dominan. Dari hasil analisis sayatan tipis, dihasilkan tiga Standard Microfacies (SMF) pada daerah penelitian yaitu SMF-18, SMF-23, dan SMF-24. Ketiga mikrofasies tersebut, penulis namakan SMF-18 sebagai Fasies C, SMF-23 sebagai Fasies B, dan SMF-24 sebagai Fasies A. Berdasarkan semua data yang telah terkumpul, dihasilkan tiga event atau kejadian geologi yang terjadi pada daerah penelitian dengan lingkungan pengendapan berada pada brackish-clastic dominated, brackish-marine dominated dan platform interior restricted.

Jatiluhur Formation is one of the unique formations found in the North of Bogor Basin which spread widely and deposited in the Middle Miocene to Upper Miocene. Jatiluhur Formation consists of mixed siliciclastics with carbonate such as sandstone, siltstone, claystone, and limestone. The research area is along the Cipamingkis River which is located in Sukamakmur Village, Jonggol District - Bogor. This study aims to determine the lithological characteristics present in the study area which will later be used in determining the microfacies groups present in the study area. There are three methodologies used by the authors in this study, namely stratigraphic cross-sectional measurements, petrographic analysis and micropaleontological analysis. The path length obtained from the stratigraphic cross-section measurement is about 280 meters with a total sample data obtained of 27 samples. Of the 27 samples obtained, 14 samples were selected for petrographic analysis and 5 samples for micropaleontological analysis. In general, the grain size of the rock constituents in the study area was dominated by fine sand to silt and all samples contained carbonate with a fairly dominant bioturbation structure. From the results of thin section analysis, three Standard Microfacies (SMF) were produced in the study area, namely SMF-18, SMF-23, and SMF-24. The authors call the three microfacies SMF-18 as Facies C, SMF-23 as Facies B, and SMF-24 as Facies A. Based on all the data that has been collected, three geological events have occurred in the study area with depositional environments on brackish-clastic dominated, brackish-marine dominated and restricted interior platforms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Nur Aisyah
"

Tanah longsor tercatat memiliki dampak paling mematikan di Indonesia selama tahun 2015 - 2017. Tanah longsor dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yang memperburuk kondisi lingkungan seperti dengan merekonstruksi lanskap yang dapat mengurangi fungsi ekologis. Oleh karena itu, pemetaan wilayah rawan tanah longsor diperlukan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Lanskap dengan FRAGSTATS 4.2 dan Index Storie. Indeks lanskap digunakan untuk memetakan pola lanskap sementara Index Storie dapat digunakan untuk memetakan daerah rawan longsor, kedua indeks tersebut kemudian digunakan untuk analisis lebih lanjut yang menunjukkan hubungan antara pola lanskap dan daerah rawan longsor di wilayah studi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa peningkatan nilai Patch Density (PD), Landscape Shape Index (LSI) dan Interspersion and Juxtaposition Index (IJI), menggambarkan pola lanskap yang tersebar, sedangkan peningkatan nilai Largest Patch Index (LPI) pada lanskap menunjukkan pola yang semakin mengelompok. Index Storie menunjukkan bahwa wilayah rawan longsor dengan tingkat sedang mendominasi area studi dan cenderung terkonsentrasi di utara, karakteristik fisik yang mempengaruhi tingkat kerentanan longsor di area studi adalah curah hujan, lapisan batuan dasar dan jenis tanah. Kombinasi Indeks Lanskap dan Index Storie menunjukkan bahwa hubungan antara pola lanskap dan daerah rawan longsor dapat menjadi salah satu alat penentu prioritas yang digunakan untuk memantau dan merencanakan penutupan lahan sebagai upaya mitigasi bencana tanah longsor.


Landslides were recorded as having the deadliest impact in Indonesia during 2015 - 2017. Landslides can be caused by human activities which deteriorate the environment condition such as by reconstructing landscapes that may reduce ecological functions. Therefore, mapping of landslide-prone areas is necessary as one of the efforts to mitigate the disaster that could be following. The methods used in this research are the landscape metrics with FRAGSTATS 4.2 and Index Storie. Landscape metrics are useful to map the landscape patterns while the Index Storie can be used to map landslide-prone areas, both indexes then being used for further analysis to determine the relationship between landscape patterns and landslide-prone areas in the study area. The results showed that increasing value of Patch Density (PD), Landscape Shape Index (LSI) and Interspersion and Juxtaposition Index (IJI), illustrates the pattern of scattered landscapes, whereas an increase in the value of the Largest Patch Index (LPI) in a landscape indicates an increasingly clustered pattern. The Index Storie shows that areas of moderate landslide-prone areas dominate the study area and tend to be concentrated in the north, physical characteristics that affect the level of landslide vulnerability in the study area are rainfall, bedrock layer, and soil type. The combination of the Landscape metrics and the Index Storie shows that the relationship between landscape patterns and landslide-prone areas can be one of the priorities determining tools used for monitoring and planning land cover as an effort to mitigate landslides.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Imanda
"Penelitian ini dilakukan pada Formasi Jatiluhur, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan data fosil jejak, fasies batuan, dan data pengukuran penampang stratigrafi. Sebanyak tujuh spesies fosil jejak dan satu trackway pada daerah penelitian berupa Thalassinoides, Scolicia, Opiomorpha, Planolites, Circulichnis, Rhizocorallium, dan Taenidium yang kemudian akan menjadi 5 asosiasi fosil jejak yaitu, asosiasi fosil jejak Scolicia-Thalassinoides, asosiasi fosil jejak Thalassinoides-Circulichnis,asosiasi fosil jejak Rhizocorallium-Thalassinoides, asosiasi fosil jejak Planolites, dan asosiasi fosil jejak Taenidium. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk menentukan kondisi paleokologi saat pengendapan terjadi terkait kandungan oksigen, energi, dan suplai makanan. Sebanyak sembilan fasies batuan pada daerah penelitian yaitu, fasies batuan perselingan batulempung dan batupasir (CS), fasies batupasir bioturbasi (BB), fasies batulempung (MC), fasies batulanau (MT), fasies batupasir laminasi (LS), fasies batupasir gampingan (AS), fasies batupasir endapan slump (SS), fasies batupasir hummocky (HS), dan fasies batupasir wave-ripple (WS). Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai data pendukung untuk menentukan lingkungan pengendapan. Nilai indeks bioturbasi pada daerah penelitian menunjukkan nilai yang didominasi nilai yang hampir nol. Hal tersebut menunjukkan kecepatan sedimentasi yang rendah. Lingkungan pengendapan pada Formasi Jatiluhur bagian tengah khususnya di Sungai Cipamingkis berdasarkan fosil jejak, fasies batuan, dan nilai indeks bioturbasi dapat disimpulkan bahwa Formasi Jatiluhur bagian tengah memiliki lingkungan pengendapan berupa laut dalam sampai bagian slope-marine dengan kondisi oksigen yang rendah, suplai makanan yang sedikit, dan energi yang mengontrol semakin muda semakin meningkat.

This research was conducted in the Jatiluhur Formation, Jonggol District, Bogor Regency, West Java Province. The purpose of this study was to determine the depositional environment based on trace fossil data, lithofacies, and stratigraphy logs data. A total of seven species of trace fossils and one trackway in the research area are Thalassinoides, Scolicia, Opiomorpha, Planolites, Circulichnis, Rhizocorallium, and Taenidium which will then become 5 trace fossil associations, such as, Scolicia-Thalassinoides association Thalassinoides-Circulichnis association, Rhizocorallium-Thalassinoides association, Planolites association, and Taenidium association. The results of this analysis can be used to determine paleoecological conditions when deposition occurred in terms of oxygen content, energy, and food supply. There are nine lithofacies in the study area, such as, alternating claystone and sandstone facies (CS), bioturbated sandstone facies (BB), massive claystone facies (MC), massive siltstone facies (MT), laminated sandstone facies (LS), allochemic sandstone (AS), slump sandstone facies (SS), hummocky sandstone facies (HS), and wave-ripple sandstone facies (WS). The results of this analysis can be used as supporting data to determine the depositional environment. The bioturbation index value in the study area shows a value dominated by a value that is almost zero. This indicates a low sedimentation rate. The depositional environment in the middle of Jatiluhur Formation, especially in Cipamingkis River based on trace fossils, lithofacies, and bioturbation index values can be concluded that the middle of Jatiluhur Formation has a depositional environment in the form of the deep sea to slope-marine parts with low oxygen conditions, less food supply, and energy that controls the younger it gets increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Gusti Cahyaningrum
"Sungai Cipamingkis termasuk ke dalam Formasi Jatiluhur yang memiliki umur Miosen Tengah-Miosen Akhir, serta memiliki litologi batuan sedimen campuran silisiklastik dan karbonat dengan kandungan foraminifera besar. Pemahaman mengenai distribusi dan karakteristik foraminifera besar pada batuan sedimen campuran silisiklastik dan karbonat dapat membantu menginterpretasikan lingkungan pengendapan dan sedimentasi pada suatu daerah. Pada studi ini, dilakukan metode stratigrafi terukur dan analisis petrografi dari menghasilkan empat fasies batuan sedimen karbonat yaitu Foraminiferal Packestone, Foraminiferal Rudstone, Foraminiferal Bivalvia Rudstone, dan Coral Foraminiferal Bindstone dan fasies batuan sedimen campuran silisiklastik dan karbonat, yaitu Foraminiferal Algae Sandy Allochem Limestone, Quartz Muddy Sandstone, Foraminiferal Algae Allochem Sandstone, Foraminiferal Bivalvia Sandy Allochem Limestone. Berdasarkan kandungannya, terdapat lima genus foraminifera besar, yaitu Heterostegina (Ht), Operculina (Op), Lepidocyclina (Le), Amphistegina (Amp), dan Cycloclypeus (Cy) yang menunjukan lingkungan laut dangkal dengan salinitas normal. Pengendapan pada daerah penelitian dibagi menjadi empat fase yang berhubungan dengan naik dan turunnya muka air laut, sehingga terjadinya pencampuran berupa punctuated mixing dan facies mixing. Lingkungan pengendapan daerah penelitian masuk ke dalam lingkungan laut zona foreslope hingga open shelf.

The Cipamingkis River is included in the Jatiluhur Formation which has a Middle Miocene-Late Miocene age, and has a sedimentary rock lithology of mixed of siliciclastic and carbonate with large foraminifera content. An understanding of the distribution and the characteristics of large foraminifera in a mixed siliciclastic and carbonate sedimentary rocks can help interpreting the depositional and sedimentary environment of an area. In this study, measured stratigraphic methods and petrographic analysis were carried out to produce four carbonate sedimentary rock facies, namely Packestone Foraminiferal, Rudstone Foraminiferal, Bivalvia Rudstone Foraminiferal, and Bindstone Coral Foraminiferal and a mixed siliciclastic and carbonate sedimentary rock facies, namely Algae Sandy Quartz Foraminiferal, Foraminiferal Muddy Sandstone, Foraminiferal Algae Allochem Sandstone, Foraminiferal Bivalvia Sandy Allochem Limestone. Based on the content, there are five larger foraminifera genera, namely Heterostegina (Ht), Operculina (Op), Lepidocyclina (Le), Amphistegina (Amp), and Cycloclypeus (Cy) which show a shallow marine environment with normal salinity. Sedimentation in the study area is divided into four phases associated with the rising and the falling of sea levels, resulting in a mixing in the form of punctuated mixing and facies mixing. The depositional environment of the study area falls into the marine environment, from the foreslope zone to the open shelf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahira Melania
"Tanah longsor merupakan dikategorikan menjadi bencana hidrometeorologi paling mematikan yang dapat mengakibatkan korban luka-luka, meninggal dunia, dan kerusakan rumah serta infrastruktur. Faktor penyebab longsor dapat dipengaruhi oleh kemiringan lereng, saturasi air, permeabilitas dan porositas. Parameter ini dianalisis untuk mengidentifikasi sebaran bidang gelincir dan potensi longsor menggunakan metode geolistrik. Peneliatian ini dilakukan di sekitar Dry Dam Ciawi dengan total tiga lintasan geolistrik. Pengukuran menggunakan konfigurasi Dipole-Dipole dan didapatkan hasil sebaran nilai resistivitas yaitu 3 – 23 Ωm pada kedalaman 0 – 5 meter yang diduga sebagai endapan kolluvial atau tuff lapilli terlapukkan sempuran, resistvitas 23 – 43 Ωm pada kedalaman 10 – 40 meter diduga sebagai tuff lapili, dan resistivitas > 60 Ωm diduga sebagai breksi tuff. Pada hasil penampang ketiga lintasan terlihat adanya dugaan bidang
gelincir atntara breksi tuff dengan endapan alluvial atau tuff lapilli terlapukkan sempurna.
Berdasarkan analisis kemiringan lereng, lokasi penelitian berada pada lereng yang curam dengan kemiringan 25 – 45 derajat dan tidak stabil. Adapun litologi yang diduga akan tergelincir yaitu endapan kolluvial atau endapa tuff lapilli terlapukkan sempurna. Sehingga, melalui penelitian ini area penelitian memiliki potensi terjadi tanah longsor

Landslides are categorized as the deadliest hydro-meteorological disaster which can result
in injuries, deaths, and damage to houses and infrastructure. Factors causing landslides
can be influenced by slope, water saturation, permeability, and porosity. This parameter
is analyzed to identify the distribution of slip planes and the potential for landslides using
the geoelectric method. This research was carried out around the Ciawi Dry Dam with a
total of three geoelectric trajectories. Measurements used the Dipole-Dipole configuration
and the results obtained were the distribution of resistivity values, namely 3 – 23 Ωm at
a depth of 0 – 5 meters which is suspected to be a colluvial deposit or perfectly weathered
lapilli tuff, resistivity of 23 – 43 Ωm at a depth of 10 – 40 meters is suspected to be a
lapilli tuff. and resistivity > 60 Ωm is suspected as tuff breccia. In the results of the third
section of the track, there is an alleged slip plane between breccia tuff and alluvial deposits
or perfectly weathered lapilli tuff. Based on the slope analysis, the research location is on
a steep slope with a slope of 25-45 degrees and is unstable. The lithology suspected of
slipping is colluvial deposits or perfectly weathered lapilli tuff deposits. So, through this
research the research area has the potential for landslides to occur.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Fathaya Syahar
"

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten dengan bahaya tanah longsor yang tinggi di Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar dipengaruhi curah hujan lebat atau hujan berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan kejadian tanah longsor pada tahun 2018-2019 berdasarkan faktor fisik yang terdiri dari lereng, jenis tanah, litologi, penggunaan lahan, dan kerapatan vegetasi dengan menggunakan metode analisis K-Means Clustering. Untuk menganalisis karakteristik curah hujan yang memicu kejadian longsor pada tahun 2018-2019 dengan metode poligon Thiessen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelompokan kejadian tanah longsor pada tahun 2018-2019 di Kabupaten Majalengka terbentuk lima klaster dengan memiliki rata–rata curah hujan saat terjadinya kejadian tanah longsor (CH H) tertinggi berada pada klaster 5 yaitu sebesar 49 mm/hari, rata-rata curah hujan kumulatif tiga hari sebelum tanah longsor (CH H-3) tertinggi berada pada klaster 4 yaitu sebesar 80 mm/hari, rata-rata curah hujan kumulatif lima hari sebelum tanah longsor (CH H-5) tertinggi berada pada klaster 3 yaitu sebesar 112 mm/hari, serta rata-rata curah hujan kumulatif sepuluh hari sebelum tanah longsor (CH H-10) tertinggi berada pada klaster 1 yaitu sebesar 174 mm/hari.


Majalengka Regency is one of the districts with a high landslide hazard in West Java Province. They are mostly affected by heavy rainfall or prolonged rain. This study aims to classify landslide events in 2018-2019 based on physical factors consisting of slopes, soil types, lithology, land use, and vegetation density using the K-Means Clustering analysis method. To analyze the characteristics of rainfall that triggered landslides in 2018-2019 using the Thiessen polygon method. The results showed that the clustering of landslide events in 2018-2019 in Majalengka Regency was formed five clusters with the highest rainfall on the D-Day average in cluster  5, which is 49 mm/day. The highest average cumulative rainfall 3 days before the landslide events was in cluster 4, which is 80 mm/day. The highest average cumulative rainfall 5 days before the landslide events was in cluster 3 is 112 mm/day. The highest average cumulative rainfall 10 days before the landslide events was in cluster 1, which is 174 mm/day.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masita Jasmin
"Kabupaten Majalengka memiliki karakteristik fisik dengan potensi yang besar untuk terjadinya tanah longsor. Menghasilkan peta daerah rawan longsor di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dengan menggunakan modifikasi metode Indeks Storie adalah tujuan dari penelitian ini. Modifikasi metode indeks storie memperhitungkan variabel-variabel yang mempengaruhi terjadinya longsor yaitu penggunaan lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Dari peta rawan longsor yang dihasilkan, secara umum Kabupaten Majalengka didominasi oleh tingkat kerawanan terhadap longsor dengan intensitas sedang hingga sangat tinggi yang tersebar dari bagian tengah hingga selatan wilayah penelitian sedangkan bagian utara Kabupaten Majalengka hanya ditemui tingkat kerawanan sangat rendah hingga sedang. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Majalengka didominasi oleh tingkat kerawanan longsor sedang yaitu sebesar 43,43%. Peta Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Majalengka memiliki tingkat akurasi sebesar 55,26% dengan menghitung jumlah kejadian longsor tahun 2018 yang terjadi di daerah rawan longsor tinggi dan sangat tinggi. Hasil tersebut melebihi separuh dari data kejadian longsor yang terjadi di Kabupaten Majalengka sehingga peta yang dihasilkan adalah peta dengan tingkat akurasi yang baik.

The Majalengka Regency has a lot of physical characteristic with great potential for landslides to happen. To produce the map of susceptibility of landslide area in The Majalengka Regency, West Java using the modification of the Storie index method is the aim of this study. The modification of the Storie index method is taking into account the variables that influence the occurrence of landslides such as land use, slope, type of soil, and precipitation. From the map that is resulted, in general Majalengka Regency is dominated by moderate level to high level of susceptibility which are sca scattered from the middle part to the southern part of the region meanwhile in the northern part of Majalengka Regency could only be found very low level to moderate level of susceptibility. Overall, The Majalengka Regency Region is dominated by moderate level of susceptibility as big as 43.43%. The Susceptibility of Landslide Area Map in Majalengka Regency has accuracy rate of 55.26% by calculating the number of landslides happened in 2019 in high level and very high level of susceptibility area. The result exceeded half of the number of landslides happened in Majalengka Regency so the map produced is a map with good accuracy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahadi Yoga Affandani
"Gerakan tanah merupakan bencana yang sering terjadi di Kabupaten Cianjur, terutama di Desa Cibanteng yang terjadi delapan kejadian pada periode 2009-2016. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan wilayah rawan gerakan tanah dengan metode SINMAP Stability Index Mapping . Metode SINMAP dibagi menjadi dua yaitu SINMAP berbasis data laboratorium dan SINMAP berbasis peta jenis tanah. Metode SINMAP berbasis data laboratorium menggunakan 10 sampel tanah untuk memperoleh nilai karakteristik fisik tanah yaitu nilai kohesi, angle friction, dan indeks kelembaban. SINMAP berbasis peta jenis tanah menggunakan nilai karakteristik fisik tanah dari literatur. Pengolahan SINMAP menggunakan software Arcview dengan mengolah data Digital Elevation Number DEM dengan nilai kohesi, angle friction, dan indeks kelembaban.
Berdasarkan analisis SINMAP berbasis jenis tanah hasilnya di dominasi oleh wilayah yang tidak berpotensi sebesar 59,57 terhadap luas desa, sementara luas tingkat tinggi 9,7, tingkat sedang 16,51, dan tingkat rendah 14,22. SINMAP berbasis data laboratorium di dominasi oleh wilayah rawan longsor tingkat sedang sebesar 39,35 terhadap luas desa, sementara tingkat tinggi 17,59, tingkat rendah 29,18, dan tidak berpotensi 13,88. Berdasarkan analisis dengan wilayah rawan tingkat tinggi dan validasi dari lokasi kejadian longsor, metode SINMAP berbasis data laboratorium memberikan nilai akurasi validasi 62,5, sedangkan metode SINMAP berbasis peta jenis tanah memberikan nilai 37,5.

Landslide is a disaster that commonly occurs in Cianjur Regency, especially in Cibanteng Village. This study aims to map landslide prone areas using the SINMAP Stability Index Mapping method. The SINMAP method divides into two SINMAP based laboratory data and SINMAP based on soil type map. SINMAP method based on laboratory data using 10 soil samples to obtain soil physical characteristics namely the value of cohesion, angle friction, and humidity index. SINMAP based soil type map uses the soil physical characteristic value of the literature. SINMAP processing using ArcView software to process data Digital Elevation Number DEM with a value of cohesion, friction angle, and the humidity index.
The result of SINMAP analysis based on soil type map dominated by region with no potential area equal to 59,57 of village area, while wide of high level 9.7, medium level 16,51, and low level 14,22. SINMAP based laboratory data is dominated by moderate prone areas at 39.35 of village area, while 17.59 high, 29.18 low, and no potential 13.88. SINMAP method based on laboratory data provides validation accuracy value of 62.5, while the SINMAP method based of soil type maps provide validation value of 37.5.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S69862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrin Nur Azizah
"ABSTRAK
Penyakit berbasis menular vektor menjadi salah satu masalah di Kecamatan Jonggol. Kecamatan Jonggol merupakan kecamatan bersatatus endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bogor dan satu-satunya dari 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak yaitu 197 orang sepanjang 3 tahun (2013 ?2015) terakhir yang wilayahnya berkarakteristik pedesaan. Kasus DBD mengindikasikan adanya keberadaaan jentik Aedes Aegypti yang dipengaruhi oleh perilaku masyarakat serta kondisi kontainer. Angka bebas jentik Kecamatan Jonggol sebesar 68,45% masih dibawah target nasional sebesar 95%.
Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan populasi adalah semua rumah tangga yang memiliki kontainer dan sampel berjumlah 180 orang dengan tehnik multistage random sampling.
Hasil uji statistic menunjukkan terdapat keberadaan jentik berhubungan dengan tindakan menutup (p= 0041) dan menguras ( p=0,032) kontainer. Adapun variabel yang tidak berhubungan adalah pengetahuan, tindakan menggunakan abate, memelihara ikan pemakan jentik, mengubur barang bekas, letak kontainer, keberadaan penutup kontainer, jumlah kontainer, dan sumber air (p>0,05).. Faktor yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik adalah tindakan menguras kontainer dengan koef B=0,889 OR = 2,457 (95% CI 1,212 ? 4,981).
Berdasarkan hasil tersebut masyarakat disarankan untuk menguras kontainer minimal seminggu sekali dan menutup dengan rapat kontainer setelah digunakan. Pemerintah hendaknya meningkatkan Program Jumantik dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

ABSTRACT
Vector Borne Desease Based is one of the problems in the Jonggol Subdistrict . Jonggol is a Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) endemic district in bogor and the only one of the 10 districts with the highest cases is 197 people throughout the three years (2013 -2015) and rural characteristics. Dengue cases indicate the existence of aedes agypti larvae which is affected by people's behavior and condition of the container. Free larvae number of Jonggol subdistrict 63 % still under national target of 95 %
This study to determine factors that affect the existence of larva . The study used a cross-sectional design with the whole population is all households owning a container and a sample of 180 people with multistage random sampling technique. Statistical results showed the presence of mosquito larvae are associated with the cover (p=0,041) and drain (p=0,032) containers. The unrelated variables is human knowledge, the act of using abate, keep the fish-eating larvae, bury the junk, layout containers, where the container lid, the number of containers, and water resources (p>0,05). The most influence factor the existence of larva is the act of draining container with koef B = 0,889 OR = 2.457 (95% CI 1,212 to 4,981).
Based on the results of the public are advised to drain the container of at least once a week and close the container tightly after used .The government should improve the Larvae monitoring Interpreter Program and mosquito nest eradication.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>