Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Dwi Natalia
"ABSTRAK
Dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat merupakan senyawa yang termasuk ke dalam kelompok nukleotida yang umumnya dapat digunakan dengan monosodium glutamat, untuk memperkuat rasa pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang selektif untuk penetapan kadar dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam sampel penguat rasa menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT dengan detektor photodiode array pada panjang gelombang 255 nm dan menggunakan kolom Sunfire C18 panjang kolom 250 mm, ukuran diameter dalam 4,6 mm, ukuran partikel 5 ?m . Fase gerak yang digunakan adalah campuran dapar kalium fosfat dan reagen pasangan ion natrium heksan sulfonat dengan laju alir 1,2 mL/menit. Pasangan ion digunakan sebagai reagen agar terbentuk kesetimbangan yang bersifat netral sehingga terjadi peningkatan retensi analit. Kondisi analisis yang telah dioptimasi kemudian divalidasi mencakup akurasi, presisi, linieritas, selektivitas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. Hasil menunjukkan kadar rata-rata dinatrium 5 rsquo;-inosinat pada keenam sampel penguat rasa masing-masing sebesar 0,24 1,46; 0,21 2,69; 0,58 3,26; 0,21 0,84; 0,22 3,59; 0,47 2,21. Sedangkan untuk kadar rata-rata dinatrium 5 rsquo;-guanilat pada keenam sampel penguat rasa masing-masing sebesar 0.15 2,85; 0,15 0,12; 0,41 3,80; 0,16 1,72; 0,27 1,18; 0,34 1,83.

ABSTRACT
Disodium 5 39 guanylate and disodium 5 39 inosinate are compounds belong to the group of nucleotides which are commonly used with monosodium glutamate, in order to strengthen the food taste. This research was aimed to obtain a selective analytical method for the assay of disodium 5 39 guanylate and disodium 5 39 inosinate in flavor enhancer sample using high performance liquid chromatography HPLC with photodiode array detector at the wavelength of 255 nm and using Sunfire C18 Column length 250 mm, inner diameter 4.6 mm, 5 m particle size . The mobile phase was a mixture of potassium phosphate buffer and ion pair reagents, hexane 1 sulfonic acid sodium salt, with a flow rate of 1.2 mL minute. The ion pair was used to form a neutral equilibrium resulting in an increased retention of the analyte. The optimized analysis conditions then validated with parameters of accuracy, precision, linearity, selectivity, limit of detection, and limit of quantifiction. The results showed the average level of the disodium 5 rsquo inosinate in the six flavored samples of each 0.24 1.46 0.21 2.69 0.58 3.26 0.21 0.84 0.22 3.59 0.47 2.21. As for the average level of the disodium 5 rsquo guanylate in the six samples of the flavor enhancers were respectively 0.15 2.85 0.15 0.12 0.41 3.80 0.16 1.72 0.27 1.18 0.34 1.83."
2017
S69841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Prima Dyta
"Penguat rasa yang marak digunakan dalam bumbu makanan saat ini adalah dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat. Mereka biasa digunakan bersama dengan monosodium glutamat MSG untuk meningkatkan rasa gurih pada makanan. Batas penggunaan dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat menurut Fenaroli rsquo;s Handbook of Flavor Ingredients berturut-turut 0,07768mg/kg/hari dan 0,09053mg/kg/hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan valid untuk mengetahui kadar dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam enam sampel bumbu makanan. Metode optimum yang didapatkan yaitu menggunakan silika gel 60 F254 sebagai fase diam, isopropanol-air-amonia 25 6:3:1 sebagai fase gerak, dan spot dianalisis pada panjang gelombang maksimum 260nm pada TLC-scanner. Metode yang digunakan valid secara KLT-densitometri berdasarkan kriteria akurasi guanilat 99,11 -99,96 dan inosinat 98,56 -101,05 , presisi guanilat 1,09 dan inosinat 0,49 , dan linearitas guanilat, r =0,9909 dan inosinat, r =0,9976 . Kadar yang dihasilkan menunjukkan kandungan dinatrium 5 rsquo;-guanilat dalam sampel A,B,C,D,E,dan F berturut-turut 0,70 ; 0,79 ; 0,78 ; 0,99 ; 1,08 ; dan 1,08 sedangkan kadar dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam sampel A,B,C,D,E, dan F sebesar 0,66 ; 0,74 ; 0,71 ; 0,66 ; 0,54 ; dan 0,67.

The flavor enhancers used in cooking spices today are disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate. They are commonly used with monosodium glutamate MSG to enhance taste in foods. The limitation use of disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate according to Fenaroli rsquo s Handbook of Flavor Ingredients are 0.07768mg kg day and 0.09053mg kg day. The objective of this study was to obtain optimum and valid method of analysis to determine the level of disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate in six samples of spices. The optimum method was obtained using silica gel 60 F254 as stationary phase, isopropanol water ammonia 25 in the ratio of 6 3 1 v v as mobile phase, and the developed spots were scanned using a densitometer in absorbance mode at 260nm. The methods are valid based on the accuracy criteria guanylate 99.11 99.96 and inosinate 98.56 101.05 , precision guanylate 1.09 and inosinate 0.49 , and linearity guanylate, r 0.9909 and inosinate, r 0.9976 . The results showed that the level of disodium 5 rsquo guanylate in sample A,B,C,D,E, and F are 0.70 0.79 0.78 0.99 1.08 and 1.08 and the level of disodium 5 rsquo inosinate in sample A,BC,D,E, and F are 0.66 0.74 0.71 0.66 0.54 and 0.67."
2017
S68699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Handini
"Monosodium glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari glutamat yang merupakan asam amino nonesensial yang dapat bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat berpotensi menyebabkan kerusakan di ginjal dengan mekanisme yang sama dengan eksitotoksisitas karena reseptor glutamat juga ditemukan di ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologis dan fungsi ginjal pada tikus jantan dewasa setelah pemberian MSG dan setelah penghentiannya. Sebanyak 27 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok kontrol (diberi akuades), kelompok MSG 4 g/kg dan kelompok MSG 6 g/kg.
Perlakuan diberikan melalui sonde selama 30 hari. Setiap kelompok kemudian dibagi lagi menjadi 3 berdasarkan waktu mematikannya (hari ke-31, hari ke-45, dan hari ke-59). Sampel darah diambil untuk pemeriksaan kadar urea dan kreatinin, serta ginjal untuk pemeriksaan histologis. Kelompok MSG 6 g/kg yang dimatikan pada hari ke-31 dan hari ke-45 menunjukkan kerusakan berupa edema glomerulus dan edema tubulus, dimana luas kerusakan pada kelompok yang dimatikan pada hari ke-45 lebih kecil daripada yang dimatikan pada hari ke-31 (p=0,046). Kadar urea dan kreatinin darah tidak berbeda antara kelompok kontrol dan perlakuan yang dimatikan pada hari yang sama. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian MSG pada dosis 6 g/kg menyebabkan kerusakan ginjal dengan adanya pemulihan setelah penghentian pemberian MSG selama 2-4 minggu, tetapi tidak menyebabkan perubahan fungsi ginjal.

Monosodium glutamate (MSG) is the sodium salt of glutamate which is a nonessential amino acid, that may cause excitotoxicity. Since glutamate receptors were also found in the kidney, it is suggested that glutamate can cause kidney damage by a mechanism similar to excitotoxicity. The aim of this study was to determine the renal histological and functional changes in adult male rats after exposure of MSG and after termination of exposure. A total of 27 adult male albino rats (Rattus norvegicus) were divided into 3 groups: 1 control group (given distilled water), 2 treatment groups (given 4 g/kg MSG or 6 g/kg MSG).
Treatment was given for 30 days by oral gavage. Each group was then devided into 3 smaller groups based on the day of sacrifice (31st, 45th, and 59th day). Urea and creatinine levels, as well as the kidney histological changes were examined in all groups. Rats in the group treated with 6 g/kg MSG sacrificed on day-31 and day-45 showed glomerular and tubular edema, with less extensive damage observed in the group that was sacrificed on day-45 (p=0.046). Blood urea and creatinine levels did not differ between groups sacrificed on the same day. Our results revealed that administration of 6 g/kg MSG caused kidney damage which recovered after 2-4 weeks of cessation, but did not cause any alteration in renal function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Brilliantina
"ABSTRAK
Dasar (Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2010 melaporkan bahwa 17,9 persen (17,9%) dari anak-anak di Indonesia dengan usia di bawah 5 tahun memiliki masalah gizi buruk dan 14 persen ( 14%) di antara mereka memiliki masalah obesitas. Makanan sehari-hari diduga menjadi penyebab masalah gizi ini terutama penggunaan Monosodium L-glutamat (MSG) yang banyak digunakan sebagai aditif makanan dan zat untuk merangsang nafsu makan. Muncul beberapa pertanyaan tentang hubungan antara konsumsi MSG dan kenaikan berat badan dan hubungan antara efek neurotoksisitas MSG dengan kerusakan sel-sel saraf di otak. Dan apakah kerusakan sel-sel saraf di otak ini mengalami regenerasi atau menjadi persisten?Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dampak dari MSG dalam berat badan dan perkembangan otak pada anak tikus dengan usia 7 dan 14 hari di mana ibu mereka diberi MSG selama hamil. Semua anak tikus juga diamati untuk perilaku mereka.
Metode: Rancangan eksperimental in vivo dengan random sampling. Subyek adalah 25 tikus betina (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok (kelompok kontrol, grup pelarut dan 3 kelompok perlakuan MSG selama kehamilan dengan dosis 1200mg, 2400mg dan 4800mg/kg/day). Ketika tikus hamil melahirkan anaknya diamati sampai usia 7 dan 14 hari. Dua ekor anak tikus diambil secara acak dari tiap induk tikus lalu ditimbang berat badannya. Otak dari anak tikus diisolasi, ditimbang dan diwarnai dengan hematoxylin-eosin (HE) pewarnaan. Photomicrographs dari slide histologis diamati oleh optilab dan dianalisis dengan program Optic Raster. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini adalah penurunan berat badan, kerusakan sel-sel saraf dalam nukleus arkuata dan daerah paraventrikular dari hipotalamus dan perilaku anak tikus pada usia 7 dan 14 hari.
Hasil: MSG dapat menembus blood plansental barrier dan blood brain barrier anak tikus pada usia 7 dan 14 hari ketika ibu mereka diberikan MSG selama hamil. Berat badan anak tikus usia 7 hari lebih rendah pada kelompok MSG dengan dosis 4800mg jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok pelarut 1200 mg dan 2400 mg. Namun peningkatan berat badan dengan pemberian MSG 4800 mg lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok MSG dosis 1200mg dan 2400mg. Pada anak tikus usia 14 hari, ditemukan kenaikan berat badan lebih tinggi secara signifikan pada kelompok MSG dengan dosis 4800mg dibandingkan dengan 1200mg dan 2400mg. Berat otak sedikit lebih rendah pada usia 7 dan 14 hari pada kelompok MSG 4800mg . Kerusakan sel saraf dalam nukleus arkuata dan di daerah paraventrikular dari hipotalamus secara signifikan lebih tinggi pada kelompok MSG 4800mg . Perubahan perilaku yang diamati pada anak tikus dengan kelompok MSG 4800mg pada usia 7 dan 14 hari terlihat jelas dibandingkan kelompok kontrol dan MSG 1200 mg dan 2400 mg.
Kesimpulan: Asupan MSG selama kehamilan menyebabkan perubahan berat badan, berat otak dan kerusakan sel-sel saraf di daerah arkuata dan hipotalamus paraventrikular pada anak tikus dengan usia 7 dan 14.

ABSTRACT
Background: Good Nutrition intake is the most important factor that determines the health status of our next generation. However the Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas) conducted by the Indonesian Ministry of Health in 2010 reported that 17.9 percent (17.9%) of the children in Indonesia with the age under 5 years old had the problem of malnutrition and 14 percent (14%) among them had the problem of obesity. Daily food was suggested to become a cause of malnutrition problem especially the use of Monosodium L-glutamate (MSG) which is widely used as food additive and a substance to stimulate the appetite. There are some questions about the correlation of MSG consumption and weight gain and the correlation of neurotoxicity effect of MSG with the damage of neuronal cells in the brain. Another question is whether the damage of neuronal cells in the brain is persistent or not. This study was conducted to determine the effects of MSG in the weight gain and in the development of the brain in the rat pups with age of 7 and 14 days in which their mother were given the MSG during pregnancy. The rat pups were also observed for their behavior.
Methods: The experimental design was in vivo studies with randomized sampling. Subjects were 25 female rats (Rattus novergicus)of Sprague-Dawley strain which are divided into 5 groups (control group, solvent group and 3 MSG treatment groups during gestation given MSG in the dose of 1200mg/kgbw/day, 2400mg/kgbw/day and 4800mg/kgbw/day). Upon giving birth the pups were observed until the ages of 7 and 14 days. Two pups from each mother rat were taken randomly. The brain of the rat pups were isolated and stained with hematoxylin-eosin (HE) staining. Photomicrographs of the histological slides were taken by optilab and were analyzed with Image Raster program. The parameters that were analyzed in this experiment were weight body loss, the damage of neuronal cells in the arcuate nucleus and paraventricular area of hypothalamus and the behavior of the pups at age of 7 and 14 days.
Results: High dose MSG penetrate the placental blood barrier and the blood brain barrier in the brain of rat pups with the age of 7 14 days when their mothers were administered with MSG during their pregnant. The body weights of pups with age of 7 days were lower in the MSG treated group with the dose of 4800mg than that in the control and solvent groups. However body weigh were higher in the MSG treated groups of 1200mg/kgbw/day and 2400mg/kgbw/day than those in the control and solvent groups. In the 14 days pups, the body weight were higher significantly in the MSG treated groups with the dose of 4800mg/kgbw/day compared to the 1200mg/kgbw/day and 2400mg/kgbw/day. The weight of the brain was slightly lower at the age of 7 and 14 days in the 4800mg MSG treated group. The neuronal cell damage in the arcuate nucleus and in the paraventricular area of hypothalamus was significantly higher in the 4800mg MSG treated group. The behavior changes were observed in the pups with the 4800mg MSG treated group at the age of 7 and 14 days.
Conclusion: Intake of MSG during gestation causes changes in body weight, brain weight and damage of neuronal cells in the arcuate and paraventricular area of hypothalamus in rat pups of the age of 7 and 14.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezania Razali
"Monosodium glutamat (MSG) merupakan penyedap rasa makanan yang sangat sering digunakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MSG dalam dosis tinggi dapat bersifat neurotoksik/eksitotoksik bagi sel saraf di sistem saraf pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh MSG terhadap pembentukan memori khususnya memori spasial dan pengaruh MSG terhadap selsel saraf di hipokampus mengingat area ini sangat berperan dalam proses pembentukan memori. Subjek penelitian adalah 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley (berusia 8-10 minggu, berat 150-200 gr) yang dibagi menjadi 5 kelompok (dua kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan masing-masing mendapat MSG sebanyak 2 mg/gr, 4 mg/gr dan 6 mg/gr yang diberikan secara oral selama 30 hari). Uji memori spasial dilakukan dengan menggunakan water-E maze, sebelum pemberian MSG dimulai dan setiap minggu hingga minggu ke-4 (dilakukan 5x pengujian). Setelah hari terakhir pemberian MSG, seluruh hewan coba dikorbankan. Jaringan otak diambil dengan hati-hati, segera difiksasi dalam cairan formalin untuk selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan HE. Data hasil penelitian dianalisis dengan one way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Hasil uji memori dengan perangkat water-E maze menunjukkan adanya peningkatan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh kelompok perlakuan dosis 4 mg/gr dan 6 mg/gr serta peningkatan durasi waktu yang dibutuhkan oleh semua kelompok perlakuan untuk menyelesaikan uji memori yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah pemakaian MSG selama 30 hari. Gambaran histologi hipokampus menunjukkan peningkatan persentase kerusakan sel saraf di hipokampus pada seluruh kelompok perlakuan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penggunaan MSG dalam dosis tinggi seperti yang digunakan pada penelitian ini menyebabkan terjadinya kerusakan sel saraf di hipokampus tikus dan menurunkan fungsi pembentukan memori spasial.

Monosodium glutamate (MSG) is commonly used as a flavor enhancer in modern nutrition. Recent studies have shown that high dose of MSG was neurotoxic/excitotoxic to neuronal cells in Central Nervous System. The present study aimed to investigate the effect of MSG on spatial memory formation and neuronal cells in hippocampus which play the role in forming memory. Twenty five male albino Sprague Dawley rats (age: 8-10 weeks, weight: 150-200 gr) were divided into five groups (two control groups and three treated groups with varying doses of MSG: 2mg/gr, 4 mg/gr and 6 mg/gr respectively received MSG dissolved in normal saline by oral gavage for a period of 30 days). To measure the spatial memory, the animals were exposed to the water-E maze before treatment and every week until the 4th week (5 times measurement). The rats were sacrified after the last day of MSG treatment. The brain was carefully dissected out and quickly fixed in 10% buffered formaldehyde and then stained with HE staining. Result were analyzed by one way ANOVA followed by a Post Hoc test. Water-E maze performance showed a significant increase in the number of errors in the 4 mg/gr and 6 mg/gr MSG treated groups and increase duration time to finish the spatial memory task in all treated groups compared to control groups after 30 days of MSG treatment. Histological structure of hippocampal showed significant increase in the percentage of neuronal cells damage. The study conclude that high dose of MSG at the doses administered was damaged neuronal cells in the rat's hippocampus and impaired the spatial memory formation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Erhan Hermawan
"Natrium glukonat (NaG) adalah garam organik yang umum ditemukan pada produk anti karat. Produksi NaG yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan memanfaatkan biomassa yang kaya holoselulosa, seperti pelepah kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan sebagai studi awal pada proses netralisasi terpisah dan pemekatan menggunakan nanofiltrasi. Eksperimen netralisasi dilakukan dengan variasi suhu reaksi dan rasio molar GA:NaOH. Sedangkan eksperimen nanofiltrasi meninjau dampak variabel bebas terhadap kinerja nanofiltrasi dalam pemekatan NaG. Pengaruh variabel tekanan dan jenis membran ditinjau pada umpan kaldu fermentasi medium sintetik, pengaruh variabel waktu filtrasi ditinjau pada kaldu fermentasi dari hidrolisat pelepah kelapa sawit, sedangkan pengaruh pH umpan ditinjau pada keduanya. Hasil eksperimen netralisasi menunjukkan bahwa suhu reaksi dan penambahan NaOH secara berlebih tidak berpengaruh signifikan pada massa kumulatif NaG. Studi variasi suhu pada rasio molar GA:NaOH 1:1 menghasilkan 237,15 mg NaG. Untuk semua rasio GA:NaOH, diproduksi NaG terbesar sebanyak 281,270 mg. Studi nanofiltrasi pada kaldu fermentasi medium sintetik menunjukkan bahwa membran NF270 pada tekanan 9 bar memberikan hasil pemekatan NaG terbaik. Pemekatan kaldu fermentasi hidrolisat pelepah kelapa sawit menggunakan membran NF270 dengan tekanan 9 bar menghasilkan fluks 18,15 L/jam-m2, rejeksi NaG 72,10%, pemulihan NaG 99,29%, dan kenaikan konsentrasi NaG sebesar 30% dari konsentrasi awal pada waktu operasional filtrasi 1,5 jam.

Sodium gluconate (SG) is a common organic salt found in anti-rust products. Utilizing holocellulose-rich biomass, such as oil palm fronds, allows for sustainable SG production. This research was undertaken as a preliminary investigation on independent neutralization and concentration procedures utilizing nanofiltration. The reaction temperature and the GA:NaOH molar ratio were varied during the neutralization experiment. During the nanofiltration experiment, the influence of independent factors on nanofiltration performance in SG concentration was investigated. The neutralization studies revealed that the reaction temperature and excess NaOH had no influence on the accumulated mass of SG. The temperature fluctuation investigation on the molar ratio of GA:NaOH 1:1 obtained 237.15 mg SG. For all GA:NaOH ratios, the maximum SG was generated as much as 281.270 mg. The NF270 membrane at a pressure of 9 bar produced the best SG concentration values in nanofiltration investigations on synthetic medium fermentation broth. Concentration of oil palm frond hydrolyzate fermented broth using NF270 membrane at 9 bar pressure resulted in a flux of 18.15 L/h-m2, 72.10% NaG rejection, 99.29% SG recovery, and a 30% increase in SG concentration from the initial concentration in 1.5 hours of filtration operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Pramudita
"Organoclay Jambi merupakan hasil modifikasi montmorillonite (MMT) dengan interkalasi kation organik agar dapat menjadi organofilik. Sebelum digunakan untuk preparasi, proses yang pertama adalah fraksinasi terhadap bentonit Jambi untuk memurnikan montmorillonite (MMT) yang ada pada bentonit. Hasil MMT kemudian diseragamkan kation penyeimbangnya dengan Na+ menjadi Na-MMT. Selanjutnya menggunakan [Cu(en)2]2+, dihitung nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK). Preparasi organoclay menggunakan Na-MMT dengan Monosodium Glutamat (MSG) sebagai agen penginterkalasi dan konsentrasi MSG yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK.
Hasil karakterisasi organoclay menunjukkan MSG telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Produk organoclay tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap kadmium dan timbal dengan variasi waktu, variasi konsentrasi dan variasi pH. Kemudian membandingkannya dengan kemampuan adsorpsi dari bentonit alam dengan konsentrasi kadmium dan timbal yang sama. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa organoclay lebih efektif dari bentonit alam dalam menyerap kadmium dan timbal.

Jambi Organoclay is a modified organoclay montmorillonite (MMT) with intercalation of organic cations in order to be organofilik. Before being used for the preparation, the first is the fractionation process to Jambi bentonite for purifying montmorillonite (MMT) which is in bentonite. Results MMT then homogenized with Na+ cations counterbalancing into Na-MMT. Furthermore, using [Cu(en)2]2+, calculated value Cation Exchange Capacity (CEC). Preparation of organoclay using Na-MMT with Monosodium Glutamate (MSG) as intercalate agent and concentration of MSG is added in accordance with the values 1 CEC and 2 CEC.
Organoclay characterization results indicate MSG has successfully intercalated into MMT. Organoclay products were then tested for their adsorption on cadmium and lead with time variation, concentration variation and pH variation. Then compare it with the adsorption capacity of natural bentonite with the same concentrations of cadmium and lead. From the data obtained show that the organoclay is more effective than the natural bentonite to absorb cadmium and lead.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allifia Fitriani Citra
"Penelitian ini dilakukan untuk proses modifikasi bentonit alam Tapanuli menjadi organobentonit dengan cara menginterkalasi bentonit menggunakan monosodium glutamat yang berasal dari penyedap masakan. Peningkatan kandungan montmorillonit dilakukan dengan proses fraksinasi-sedimentasi pada suspensi bentonit. Monmorillonit yang diperoleh, diseragamkan kation penyeimbangnya dengan ion Na+ menjadi Na-Bentonit. Selanjutnya penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dilakukan dengan menggunakan metode memakai senyawa kompleks [Cu(en)22+], dan diperoleh nilai KTK sebesar 46,74 mek/100g bentonit.
Sintesis organobentonit dilakukan dengan menambahkan larutan monosodium glutamat pada pH 3,22 yaitu pH pada titik isoelektrik asam glutamat agar terbentuk muatan positif pada gugus amina monosodium glutamat (-NH3+), yang dapat berinteraksi dengan muatan negatif pada permukaan antarlapis bentonit.
Hasil proses interkalasi diuji dengan menggunakan XRD dan FTIR. Organobentonit yang diperoleh diaplikasikan untuk adsorpsi logam berat ion kadmium dan timbal. Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun tidak terjadi perbedaan yang signifikan, organobentonit 2 KTK memiliki daya adsorpsi lebih baik dibandingkan dengan 1 KTK dan bentonit alam. Adsorpsi terhadap ion Pb relatif lebih baik daripada ion Cd.

This study is to intercalate a Natural clay of Tapanuli using monosodium glutamate sourced from food flavoring. Prior to intercalation of bentonit, the clay was purified through a sedimentation process in order to obtain clay with high content of montmorilonite. The cation on the monmorillonite fraction then was converted into Na-Monmorillonite by adding NaCl solution. Furthermore, the Cation Exchange Capacity (CEC) of Na-Monmorillonite was determined using [Cu(en)22+] complex, and was obtained to be 46.74 meq/100g.
Organoclay synthesis was prepared by adding equivalent amount of monosodium glutamate solution at the isoelectric point of glutamate acid at pH 3.22. The isoeletric point was choosen in order to form a positive charge on monosodium glutamate (-NH3+) that can interact with negative charge on the surface of the clay interlayer. The presence of intercalated glutamate in the bentonite interlayer was performed using XRD and FTIR spectrometry. The intercalated bentonite (organoclay) was applied to absorb cadmium and lead ions.
The result showed that the organoclay 2 CEC has the better adsorption capacity compared to the 1 CEC and natural clay eventhough not different significantly. Clay absorption capacity of cadmium and lead ions are not much different, but the organobentonite the absorption capacity of lead is higher than the absorption capacity of cadmium.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Misbakhul Munir
"Monosodium Glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari glutamate yang merupakan asam amino nonessensial yang dapat bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat yang berlebihan berpotensi menyebabkan kerusakan dihati dengan mekanisme eksitotoksik karena reseptor glutamate juga ditemukan di hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolisme hati yang berkaitan dengan Fungsi hati (enzim GPT) dan glukoneogenesis pada tikus jantan dewasa setelah pemberian MSG dan penghentiannya. Sebanyak 45 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dibagi menjadi 3 kelompok : Kelompok kontrol(diberi akuades), kelompok pemberian MSG 4 gr/KgBB/hari dan kelompok pemberian MSG 6 gr/KgBB/hari. Perlakuan diberikan melalui sonde selama 30 hari. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan waktu pengambilan jaringan hati (30+1, 30+14 dan 30+28), jaringan hati diambil untuk pengiukuran kadar protein, glukosa dan aktivitas spesifik enzim GPT. Pemberian MSG 4 gr/KgBB/hari tidak menyebabkan perubahan kadar glukosa (P=0,132), tetapi terjadi peningkatan bermakna aktifitas spesifik enzim GPT (p=0,038) pada jaringan hati tikus. Pemberian MSG 6 gr/KgBB/hari menyebabkan penurunan bermakna kadar glukosa ( p=0,065 ) paska penghentian 28 hari, tetapi terjadi penekanan tidak bermakna pada aktifitas spesifik enzim GPT ( 0, 651) pada jaringan hati.

Monosodium Glutamate (MSG) is the sodium salt of glutamate which is an amino acid nonessensial. Wich tend to be exitotoxic. There are allegations that excessive glutamate could potentially caused damage to the liver, because glutamate receptors are also found in the liver. This study aim was to determine the liver metabolism related to the specific activity of the glutamate pyruvate transaminase and gluconeogenesis in adult male rats after administration of MSG and its termination. A total of 45 rats (Rattus norvegicus) males were divided into 3 groups: control group (distilled water), the group MSG 4 g / Kg BB / day and MSG 6 g / KgBB / day administration. The treatment is given by sonde for 30 days. Each group was subdivided into three groups based on the time period after MSG discontinued (30 + 1, 30 + 14 and 30 + 28), the liver tissue is taken for measuring: protein, glucose concentration, and GPT specific activity. Administration of MSG 4 g / kgBB / day did not lead to changes in glucose levels (P = 0.132), but there was a significant increase in GPT specific activity (p = 0.038) in the rat liver tissue. Administration of MSG 6 g / kg BB/ day caused a significant decrease in glucose levels (p = 0.065) after discontinuation of 28 days, but there was not significant different in the specific activity of the GPT enzyme (p=0, 651) in the liver tissue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Fajar Trianto
"Latar Belakang : Monosodium glutamat (MSG) mengandung glutamat yang apabila terakumulasi akan mengakibatkan kerusakan berbagai sel dan organ, salah satunya adalah sel Leydig. Sel Leydig memiliki kemampuan regenerasi setelah
mengalami kerusakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan regenerasi sel Leydig tikus dewasa yang rusak akibat pajanan MSG.
Metode : Penelitian ini menggunakan 27 ekor tikus putih jantan strain Sprague Dawley usia 10-12 minggu yang dibagi menjadi 9 kelompok. Kelompok kontrol (K) diberikan aquadest 1,5 ml, kelompok PI diberikan MSG 4g/kgBB, dan kelompok PII diberikan MSG 6g/kgBB. Perlakuan diberikan secara oral selama 30 hari. Dari masing-masing perlakuan akan dibagi menjadi kelompok yang
dimatikan 1 hari, 14 hari, dan 28 hari pasca perlakuan terakhir dihentikan. Testis kanan dan hipofisis dibuat sajian histologi menggunakan pewarnaan HE dan PAS. Parameter yang diamati adalah jumlah sel Leydig, sel berinti lonjong intersisial tubulus seminiferus, dan sel basofil adenohipofisis.
Hasil : Peningkatan dosis MSG menyebabkan penurunan jumlah sel Leydig, serta peningkatan jumlah sel berinti lonjong intersisial tubulus seminiferus yang diduga merupakan sel progenitor Leydig. Pajanan MSG juga menyebabkan
penurunan jumlah sel basofil adenohipofisis. Setelah pajanan MSG dihentikan selama 14 hari dan 28 hari, tejadi peningkatan jumlah sel Leydig, penurunan jumlah sel berinti lonjong, dan peningkatan jumlah sel basofil.
Kesimpulan : Sel leydig memiliki kemampuan regenerasi yang berlangsung antara 14 hingga 28 hari setelah penghentian pajanan MSG.

Background : Monosodium glutamate (MSG) contains glutamate which if accumulated will result in damage to various cells and organs, one of which in the Leydig cells. Leydig cells had the ability to regenerate after damage. This study aims to investigate the Leydig cells regeneration of adult male rats after cessation
of MSG exposure. Methods: This study was performed on twenty-seven Sprague Dawley male rats (10-12 weeks old). They were divided into 9 groups. Control group (K) was given aquadest 1,5ml/day and two treated groups (PI and PII ) were given MSG 4g/kgBB and 6 g/kgBB. Treatment was given orally during 30 days. Each group
was then divided into three groups that were sacrificed 1 day, 14 days and 28 days after the last treatment. Histological preparations of the right testes and pituitary was studied using HE and PAS staining, respectively. The number of Leydig and oval nucleated cells of the seminiferous tubules interstitial as well as basophil cells of adenohypophysis were observed.
Result : Monosodium glutamate exposure caused a dose-dependent decrease in the number of Leydig cells and an increase in the number of oval nucleated cells. It was suggested that the oval nucleated cells were leydig progenitor cells.
Monosodium glutamate exposure also caused a decrease in the number of basophil cells of adenohypophysis. After cessation of MSG for 14 and 28 day, there was an increase in the number of Leydig cells, a decrease in the number of
oval nucleated cells and an increase the number of basophil cells.
Conclusion : Leydig cells had the ability to regenerate and the regeneration took place between 14 and 28 days after cessation of MSG exposure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>