Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sherly Iriana Welmita
"ABSTRAK
Diabetes mellitus pada remaja terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Fenoma berbeda terjadi pada peningkatan status remaja berat badan berlebih dan obesitas serta kebiasaan makan yang semakin buruk diikuti dengan pentingnya mengetahui resiliensi diri mempengaruhi psikologis dan koping. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara resiliensi diri dan pengetahuan tentang diabetes mellitus dengan kebiasaan makan remaja berat badan berlebih dan obesitas. Penelitian menggunakan desain cross sectional yang melibatkan 107 remaja dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian diperoleh nilai p-value > 0,05 pada semua hubungan. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara resiliensi diri dengan kebiasaan makan dan tidak ada hubungan pula antara pengetahuan DM dengan kebiasaan makan kecuali pada aspek jenis jajan p = 0,001 . Disarankan agar semakin sering diadakan promosi kesehatan khususnya tentang DM dan kebiasaan makan disesuaikan dengan karakteristik remaja agar semakin efektif.

ABSTRACT
Diabetes mellitus in adolescents continues to increase over the past few years. But, the increase status of overweight and obesity adolescents and eating habits are getting worse followed by the importance of knowing self resilience because affects psychological and coping. The purpose of this study is to know the correlation between self resilience and knowledge of diabetes mellitus with overweight and obesity adolescents eating habits. The study used cross sectional design involving 107 adolescents with consecutive sampling technique. The results obtained p value 0.05 for all correlation. The conclusion of this research is there is no correlation between self resilience with eating habits and there is no relation also between knowledge of diabetes with eating habit except at aspect of snack type p 0,001 It is suggested to do more health promotion especially about diabetes and eating habits adjusted with characteristic of adolescents so that more effective. "
2017
S69564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirunnisa Damayanti
"Kejadian berat badan berlebih dan obesitas merupakan masalah serius yang terus meningkat dan ditimbulkan karena multifaktorial. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan orangtua, status gizi orangtua, pendapatan orangtua, kebiasaan makan yaitu sarapan; fastfood; jajan; sayur; buah; susu dan olahannya; frekuensi makan; total energi harian; aktivitas fisik, pengaruh teman sebaya, jumlah uang saku dengan kejadian berat badan berlebih dan obesitas. Desain penelitian ini adalah analisis observasional dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan instrumen kuesioner serta formulir food recall 24 hours. Penelitian ini melibatkan 111 responden siswa SMA di Depok yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian berat badan berlebih dan obesitas p=0,04; p>0,05 . Namun pada faktor lain tidak ditemukan hubungan bermakna. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam menanggulangi kejadian berat badan berlebih dan obesitas pada siswa SMA dengan mempertimbangkan jenis kelamin siswa.

Overweight and obesity is a serious problem that continues to rise and caused by multifactorial. This study aims to determine the relationship between sex, knowledge, education status of parents, nutritional status of parents, family income, eating habits ie breakfast fast food snack vegetable fruit milk and dairy products the frequency of eating total daily energy physical activity, peer influence, amount of allowance with overweight and obesity. Research design in this study with observational with cross sectional approach and using questionnaires and food recall instruments 24 hours. This study involved 111 respondents High School Students in Depok selected by consecutive sampling technique. The results showed the relationship between sex with the overweight and obesity p 0.04 p 0.05 . But on other factors not found relationship. This study is expected to be useful for health workers in overcoming excessive weight and obesity in high school students with the term gender of students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Widayanti
"Pengetahuan dan sikap merupakan faktor kunci yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada pelaksanaan manajemen diri diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik manajemen diri pada masyarakat dengan diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan responden sebanyak 107 penderita DM tipe 2 di wilayah Kota Depok yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Diabetes Knowledge Test (DKT), modifikasi Diabetes Attitude Scale (DAS), dan Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Hasil analisis statistik menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan (r = 0,549; p < 0,01) dan sikap (r = 0,465; p < 0,01) dengan manajemen diri DM. Temuan ini menekankan pentingnya pengembangan program edukasi kesehatan dan konseling mengenai manajemen diri diabetes dengan melakukan evaluasi awal terhadap karakterisitk diabetesi agar program yang akan dirancang dapat lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan diabetesi.

Knowledge and attitudes are key factors that have a direct or indirect impact on the implementation of diabetes self-management. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes toward self-management practices in communities with type 2 diabetes mellitus. The research design used in this study was cross-sectional with 107 respondents with type 2 diabetes in Depok who were selected using a cluster sampling technique. The research instruments used included the Diabetes Knowledge Test (DKT), modified Diabetes Attitude Scale (DAS), and Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). The results of statistical analysis show that there is a significant positive correlation between knowledge (r = 0.549; p < 0.01) and attitude (r = 0.465; p < 0.01) toward diabetes mellitus self-management. These findings emphasize the importance of developing health education and counseling programs regarding diabetes self-management by conducting an initial evaluation of the characteristics of diabetics so that the program that will be designed can be more effective and appropriate to the level of understanding and needs of diabetics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara rasio retinol/RBP4 dan resistin dengan inflamasi (diwakili oleh hsCRP) pada pria obese non-diabetes di Indonesia. Metode Penelitian dilakukan secara potong lintang pada 125 subjek. Parameter yang diukur adalah retinol, RBP4, resistin, dan hsCRP. Uji korelasi dilakukan antara retinol, RBP4, resistin, hsCRP dan rasio Retinol/RBP4. Rasio retinol/RBP4 dibagi menjadi dua kelompok yaitu rasio tinggi (>0,9) dan rasio rendah (≤0,9). Cut off hsCRP ditentukan: <1 mg/l menandakan risiko inflamasi rendah, 1-3 mg/l risiko inflamasi sedang, dan 3-10 mg/l risiko inflamasi tinggi (terkait dengan risiko PJK). Kemudian dilakukan uji tabulasi silang untuk melihat kecenderungan tingkat inflamasi pada subjek yang dapat digambarkan oleh rasio retinol/RBP4 dan resistin. Hasil Retinol ditemukan berkorelasi kuat dengan RBP4 (r=0,53; p<0,01) dan resistin. Ditemukan korelasi positif tidak bermakna antara resistin dan rasio retinol/RBP4 terhadap hsCRP, Pada kelompok rasio tinggi, ditemukan 17,6% subjek dengan risiko inflamasi rendah, 26,4% risiko inflamasi sedang dan 20,8% risiko inflamasi tinggi. Pada kelompok dengan rasio rendah ditemukan 8% subjek dengan risiko inflamasi rendah, 20% risiko inflamasi sedang dan 7,2% risiko inflamasi tinggi. Kombinasi antara rasio retinol/RBP4 dan resistin menunjukkan 12% dari jumlah subjek kelompok ?rasio tinggi dan resistin rendah? memiliki risiko inflamasi rendah, dan 8% memiliki risiko inflamasi tinggi, sementara pada kelompok ?rasio rendah resistin tinggi? ditemukan 3,2% subjek memiliki risiko inflamasi rendah dan 13,6% subjek memiliki risiko inflamasi tinggi. Kesimpulan Kombinasi parameter rasio retinol/RBP4 dengan resistin memberikan gambaran yang lebih baik mengenai risiko inflamasi pada subjek obese non-diabetes dibandingkan dengan parameter rasio saja.

Abstract
Aim To verify the correlation between Retinol/RBP4 Ratio, and resistin with inflammation (represented by hsCRP) in non-diabetic obese Indonesian men Methods This was a cross sectional study using 125 subjects. Measured parameters were retinol, RBP4, resistin, and hsCRP. Correlation between retinol, RBP4, resistin, hsCRP and Retinol/RBP4 Ratio was calculated. Cut off point of hsCRP were classiied as follows: <1 mg/l for low risk of inflammation, 1-3 mg/l for moderate risk, and 3-10 mg/l for high risk (according to CVD risk). The Retinol/RBP4 ratio was dichotomized into high (>0.9) and low ratio (≤0.9). The cross tabulation test was performed to predict the inflammation trends described by Retinol/RBP4 Ratio and resistin. Results Retinol was found strongly correlated with RBP4 and resistin (r=0.53; p<0.01). A positive but not significant correlation was found between resistin and Retinol/RBP4 Ratio with hsCRP. In high ratio group, 17.6% subjects were found with low risk inflammation, 26.4% with moderate risk, and 20.8% with high risk, in low ratio group, 8% subjects were low risk inflammation, 20% moderate risk, and 7.2% high risk. Combination between ratio and resistin showed that in ?high ratio and low resistin? group, 12% subjects have low risk of inflammation and 8% have high risk. Meanwhile in ?low ratio and high resistin? group, 3.2% subjects were found having low risk and 13.6% high risk of inflammation. Conclusions Combination between Retinol/RBP4 Ratio and resistin showed better description about the inflammation risk in non-diabetic obese subjects compare to the ratio itself."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin. Fakultas Kedokteran], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Retia Rismawati
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia karena prevalensinya yang terus meningkat. Hipertensi yang juga merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 memiliki prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, prevalensi kedua penyakit tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, dimulai dari usia ≥40 tahun. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan berasal dari hasil Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 15.026 partisipan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil: Prevalensi diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia masing-masing sebesar 21,3% dan 51,8%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). Efek gabungan antara hipertensi dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar 2,07 kali lebih besar terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan obesitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi berusia ≥40 tahun di Indonesia. Risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan obesitas sentral. Saran: Perlu dilakukan deteksi dini diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sedini mungkin, terutama bagi penduduk yang berusia ≥40 tahun dan mengalami obesitas sentral.

Background: Type 2 diabetes mellitus is a disease that is still a public health problem not only in Indonesia, but also in the world because of its increasing prevalence. Hypertension, which is also a risk factor for type 2 diabetes mellitus, has a very high prevalence in Indonesia. Not only that, the prevalence of both diseases also increases with age, starting from 40 years of age. Objective: To determine the relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in a population aged ≥40 years in Indonesia. Methods: This study used a quantitative method with a cross sectional study design. The source of the data used comes from the results of Riskesdas 2018. There are 15.026 participants based on the inclusion and exclusion criteria of the study. Results: The prevalence of type 2 diabetes mellitus and hypertension in the population aged ≥40 years in Indonesia are 21,3% and 51,8%, respectively. There is a statistically significant relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia (PR = 1,64; 95%CI: 1,526 – 1,763). The combined effect of hypertension and central obesity has a risk of 2,07 times greater for the type 2 diabetes mellitus after being controlled by gender and obesity. Conclusion: There is a relationship between hypertension and type 2 diabetes mellitus in the population aged ≥40 years in Indonesia. The risk of type 2 diabetes mellitus is higher in people with hypertension and central obesity. Suggestion: It is necessary to detect type 2 diabetes mellitus and hypertension as early as possible, especially for people aged ≥40 years and experiencing central obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudin
"Diabetes Melitus Tipe 2 DMT2 disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Karyawan PT.X menderita DMT2 dengan prevalensi 6;5 . Tujuan penelitian ini menganalisis polamakan dan aktivitas fisik penderita DMT 2; dengan metode penelitian kualitatif analisisdeskriptif pada 12 responden. Pola makan diukur menggunakan kuesioner FoodFrequency Quesionnair FFQ dan aktivitas fisik dengan International Physical ActivityQuesionnair IPAQ ; serta dilakukan observasi dan wawancara mendalam. Hasilpenelitian menunujukkan bahwa; karakteristik dari 12 orang responden berumur ge; 40tahun 75 ; laki-laki 91;7 ; dan responden yang memiliki riwayat keluarga DM 58;3 . Pola makan respnden tidak teratur; konsumsi karbohidrat berlebih atau tinggiIndeks Glikemiknya IG ; aktivitas responden kategori ringan dan jarang berolahraga.Rata-rata Metabolic Equivalent MET responden secara total dari aktivitas kerja;aktivitas transportasi; kegiatan di rumah dan berkebun; olahraga yaitu di bawah 600MET-menit/minggu; responden beralasan tidak ada waktu dan malas berolahraga.Disarankan program promosi kesehatan tentang makanan sehat atau rendah IG untukkaryawan dan istrinya; bila memungkinan perusahaan menyediakan makanan sehat bagikaryawan; promosi pentingnya olahraga dan membuat program olahraga untukmengimbangi aktivitas kerja yang ringan.

Diabetes is a non-infectious disease to 4 causes of death in Indonesia; prevalence of 6.9%; occurs at ≥ 15 years old (Kemenkes; 2014); Nearly 90% are Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) caused by unhealthy lifestyles. PT.X employees suffer from T2DM with a prevalence of 6.5%. The purpose of this study to analyze patterns of eating and physical activity of the patient DMT 2; with qualitative research methods of descriptive analysis on 12 respondents. The diet was measured by Food Frequency Quesionnair questionnaire and physical activity with International Physical Activity Quesionnair; and observation and in-depth interviews were conducted. The results showed that the characteristics of 12 respondents were ≥ 40 years old (75%); male (91.7%); and respondents who had a family history of DM (58.3%). Irregular eating patterns; excessive carbohydrate consumption or high Glycemic Index (GI). The activity of respondents in the category of mild and rarely exercise. Mean Total Metabolic Equivalent (MET) respondents from total work activities; transportation; domestic; exercise is below 600 MET-minutes/week; Respondents reasoned no time and lazy to exercise. Suggested health promotion programs on healthy or low GI foods for employees and their wives; if possible company provides healthy foods and create sports programs. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmayanti
"Angka prevalensi diabetes melitus dari tahun ke tahun cendenmg meningkat. Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah pasien dan kematian diabetes melitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dad selumh penyakit endokrin. Tahun 2004 pasien rawat inap diabetes melitus 42.000 kasus CFR 7,9%; dan tahun 2006 meningkat menjadi 49.364 kasms CFR 8,42%. Dari 4 (cmpat) tipc diabetes melitus, maka diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak. Prevalensi diabetes melitus tipc 2, tahun 1992 sebesar 5,69%, tahun 1993 meningkat menjadi 5,'7% dan tahun 2005 mcnjadi l4,7%. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, dimana komplikasinya menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi, dan beban biaya kesehatan yang cukup mahal. Untuk itu diperlukan usaha untuk mencegahnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol variabel kovariat. Beberapa faktor kovariat yang diduga meningkatkan jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 antara Iain umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat menderita DM, aktivitas fisik, konsumsi serat, konsumsi lemak, pola makan, konsumsi alkohol, dan merokok. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan jumlah responden 300 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 150 responden. Analisis dilakukan secara bertahap mulai dan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi Iogistik ganda.
Hasil pcnclitian menunjukkan hubungan yang signiiikan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana obesitas sentral memiliki resiko untuk tcrkcna diabetes melitus tipe 2 sebesar 3,16 kali dibanding tanpa obesitas sentral, setelah dikcndalikan faktor riwayat DM dalam keluarga, aktiiitas fisik, dan kcbiasaan mcrokok.
Disarankan perlunya informasi mengenai faktor resiko diabetes melitus tipc 2 secara luas kepada masyarakat. Jika risiko DM dapat diketahui sedini mungkin, maka upaya pencegahan akan segera dapat dilakukan schingga prevalcnsi DM dapat ditekan.

Diabetes mellitus prevalence number of year goes to tend to increase. Health Depanmen data describes that the total of patient and diabetes melitus death, inpatient care and also outpatient care at hospital stays in the first range of all endocrine’s disease. On 2004 the diabetes melitus patient of inpatient care are 42,000 cases with CFR 7.9% and on 2006 become increase to 49,364 cases with CFR 8.42%. From 4 (four) diabetes melitus type, therefore diabetes melitus type 2 becomes most transmitted on patients. Diabetes melitus type 2 prevalence on 1992 as 5.69%, on 1993 increase becomes 5.7% and on 2005 becomes l4.7%. That disease was really serious health problem, where its complication caused high mortality and health charge which adequately expensive. For those reason required all effort to prevent it.
The purposed of this research to describes relationship among central obesity with diabetes melitus type 2 after controlled by covariate variable. Several preconceived covariate factor increases diabetes melitus type 2 patient for example age, gender, occupation, diabetes mellitus history, physical activity, Ebcr consumption, fat consumption, food habit, alcohol and smoking. This observational design utilize case control design with 300 person respondent where every cases and controls as 150 respondents. Analysis is performing in several phased from univariate analysis, bivariate, and multivariate analysis. Multivariate analysis using a multiple logistics regression.
The observational result indicated the significant relationship among central obesity and occurrence of diabetes melitus type 2 where central obesity has a risk and tend to strikes by diabetes mellitus type 2 as 3.16 times compared without central obesity, after controlled by diabetes mellitus history in family, physical activity and Smoking habitual.
Sugggested to publicized the sufficient and properly infomation conceming diabetes melitus type 2 to community. If diabetes melitus type 2 risk can be detected and known early, therefore prevention effort will be performed so diabetes melitus type 2 prevalence can be controlled.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34407
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Syarifatul Anwar
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit penyebab 1,6 juta kematian di dunia, prevalensi diabetes melitus meningkat signifikan diseluruh dunia dan di Indonesia. Obesitas sentral memiliki peranan penting dalam patofisiologi diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi diabetes melitus tipe 2, obesitas sentral dan hubungan antara obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada kelompok umur ge; 45 tahun. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang dengan regresi logistik untuk analisis multivariat. Sumber data yang dianalisis merupakan data surveilans faktor risiko penyakit tidak menular tahun 2015. Ada 2127 responden yang memenuhi kriteria yang dapat dianalisis. Hasil analisis menunjukan bahwa prevalensi DM tipe 2 sebesar 12,5% dan prevalensi obesitas sentral sebesar 39,6 . Hubungan obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 dengan POR 2,14 (95% CI 1,62-2,81) artinya responden dengan obesitas sentral berisiko 2,14 kali lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibanding responden yang tidak obesitas sentral. Upaya untuk mencegah peningkatan kasus diabetes melitus tipe 2 yaitu penyuluhan secara terus menerus kepada masyarakat terhadap faktor risiko obesitas sentral dengan cara konseling pada individu yang berisiko maupun pada kelompok obesitas sentral.

Relationship of Central Obesity to Type 2 Diabetes Mellitus In Ages Group ge 45 years Analysis of Non Communicable Disease Surveillance Data of Jakarta Capital City Special Region 2015 . Diabetes mellitus type 2 is the leading cause of 1.6 million deaths worldwide, the prevalence of diabetes mellitus is increasing significantly throughout the world and in Indonesia. Central obesity has an important role in the pathophysiology of type 2 diabetes mellitus. This study aims to determine the prevalence of type 2 diabetes mellitus, central obesity and the relationship between central obesity to type 2 diabetes mellitus in the age group ge 45 years. The study design used was cross section with logistic regression for multivariate analysis. The data sources analyzed are non communicable disease risk factor surveillance data in 2015. There are 2127 respondents who meet the criteria that can be analyzed. The results showed that the prevalence of type 2 diabetes was 12.5% and the prevalence of central obesity was 39.6 . The relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus with POR 2.14 (95% CI 1.62 2.81) that means respondents with central obesity are 2.14 times more likely to develop type 2 DM than non obese central respondents. Efforts to prevent the increase in cases of type 2 diabetes mellitus is continuous education to the public against risk factor central obesity by counseling individuals at risk and in the central obesity group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Milla Ifariza
"Prevalensi overweight dan obesitas pada remaja setiap tahun meningkat pesat di seluruh dunia. Kejadian overweight dan obesitas pada remaja akan bermanifestasi menjadi penyakit kronis di masa dewasa. Menurut data Riskesdas tahun 2010 prevalensi penduduk usia 13-15 tahun di Indonesia yang mengalami status gizi overweight dan obesitas sebesar 2,5 yang kemudian meningkat menjadi 10,8 pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi serat dan faktor-faktor lainnya dengan overweight dan obesitas pada siswa SMPN 98 Jakarta Tahun 2017. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan 208 siswa dari kelas 7 dan 8 dengan metode total sampling dari 6 kelas selama April-Mei 2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 29,8 responden memiliki status gizi overweight dan obesitas. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square menunjukkan hubungan antara kebiasaan konsumsi serat, kebiasaan sarapan dan durasi tidur dengan overweight dan obesitas. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu melakukan upaya pemantauan satus gizi remaja, progam penyuluhan gizi serta memasang media poster berkaitan dengan anjuran sayur dan buah.

The prevalence overweight and obesity in adolescents increasing rapidly around the world every year. The incidence of overweight and obesity in adolescents will manifest as a chronic disease in adulthood. According to Riskesdas data in 2010 the prevalence of overweight and obesity in adolescent 13 15 years old of 2,5 which then increased to 10,8 in 2013.The aim of this study to determine the relationship between fiber consumption habits and other factors with overweight and obesity in Junior High School Student of 98 Junior High School South Jakarta 2017. The design study used cross sectional with 208 student from grades 7th and 8th with a total sampling method from 6 classes during Aptil May 2017. This study used univariate and bivariate analysis.
Based from the result 29,8 of respondents had overweight and obesity and from analysis data by chi square test, there were significantly relationship between fiber consumption habits, breakfast habits and duration of sleep with overweight and obesity. Therefore, the school should make efforts to monitor the nutritional status of adolescents, nutrition counseling program and putting up poster media related to vegetable and fruit recommendations.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>