Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153548 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riana Dian Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berkas lapangan kecil yang dihasilkan dengan menggunakan wedge dan pembentukan lapangan dengan jaw dan MLC. Penentuan profil berkas dilakukan pada lapangan 1 1 cm2, 2 2 cm2, 3 3 cm2 dan 4 4 cm2 pada kedalaman 1,5 cm, 5 cm dan 10 cm, detektor film gafchromic dan PTW 2D Array, penggunaan wedge 15o, 30o, 45o, dan 60o dan pembentukan lapangan dengan jaw dan MLC. Pada pengaruh pembentukan lapangan terhadap profil berkas diperoleh deviasi nilai FWHM terbesar dengan menggunakan film gafchromic EBT 3 dan PTW 2D Array adalah 59.05 dan 36.25 dengan MLC sebagai pembentukan lapangan pada saat menggunakan wedge 60o dan 30o. Deviasi nilai FWHM terkecil dengan menggunakan film gafchromic EBT 3 dan PTW 2D Array adalah 0.61 dan 0.01 dengan MLC edge sebagai pembentukan lapangan pada saat menggunakan wedge 30o dan 60o. Hasil studi ini menunjukkan pembentukan lapangan dengan menggunakan MLC edge merupakan pembentukan lapangan secara optimal, sedangkan penggunaan wedge dapat mempengaruhi nilai FWHM yang dihasilkan.

This study aims to determine small field profiles using physical wedge and field conformation with jaw and MLC. Determination of the profile is done in field size 1 1 cm2, 2 2 cm2, 3 3 cm2 and 4 4 cm2 fields at of 1.5 cm, 5 cm and 10 cm depths, by using gafchromic film and PTW 2D Array as detector, physical wedge 15o, 30o, 45o, and 60o and field conformation with jaw and MLC. The result of influence of field conformation to beam profile given the largest deviation of FWHM value obtained by using gafchromic film and PTW 2D Array is 59.05 and 36.25 with MLC as field conformation for the use of wedges 60o and 30o. The smallest FWHM deviation using gafchromic film and PTW 2D Array is 0.61 and 0.01 with MLC edge as field conformation for the use of wedge 30o and 60o. This results of study indicated that the formation of field using MLC edge is optimal one, while the use of wedge could affect the FWHM generated.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Angelina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berkas foton lapangan kecil setengah lapangan half beam dengan menggunakan wedge. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dosimeter Matriks PTW 2D-Array 729 dan Film Gafchromic EBT3 yang dilakukan pada kedalaman 1.5 cm, 5 cm dan 10 cm untuk setiap lapangan penyinaran 0.8 0.8 cm2, 1.6 1.6 cm2, 2.4 2.4 cm2, 3.2 3.2 cm2 dan 4 4 cm2 dengan menggunakan physical wedge dengan besar sudut 15 , 30 , 45 dan 60 serta dilakukan variasi penyinaran yaitu daerah penyinaran wedge tipis dan tebal. Hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai FWHM cenderung lebih besar 1.59 saat daerah penyinaran wedge tipis. Deviasi FWHM dan penumbra terkecil masing-masing 0.92 dan 0.33 cm pada lapangan 0.8 0.8 cm2 wedge 60 menggunakan Film Gafchromic EBT3. Penumbra memiliki rentang nilai 0.15 ndash; 0.36 cm dengan anomali sebesar 80 n=135 jika definisi penumbra merupakan jarak level isodosis 80 - 20 dan 0.24 n=135 jika definisi penumbra merupakan jarak level isodosis 50 - 20.

This study was aimed to find the profile dose of small field for photon beams on half beam irradiation technique using wedge. The beam profile measurements are using Matrix PTW 2D Array 729 and Film Gafchromic EBT3 at depth 1.5 cm, 5 cm and 10 cm for each irradiation field 0.8 0.8 cm2, 1.6 1.6 cm2, 2.4 2.4 cm2, 3.2 3.2 cm2 dan 4 4 cm2 using physical wedge angles of 15 , 30 , 45 dan 60 and conducted variation of irradiation, thin and thick wedge irradiation. Results shown that FWHM values tend to be greater than 1.59 when thin wedge irradiation area. Smallest FWHM deviation and penumbra respectively 0.92 and 0.33 cm in the field 0.8 0.8 cm2 wedge 60 using Film Gafchromic EBT3. Penumbra has a range from 0.15 to 0.36 cm with an anomaly of 80 n 135 if defined as the distance 80 20 dose points and 0.24 n 135 if defined as the distance 50 20 dose points.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Luvaridian
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik berkas foton 6 MV pada lapangan non standar pesawat Linier Accelerator Varian iX dan TomoTherapy HiArt melalui parameter-parameter pengukuran seperti PDD, , profil berkas, dan faktor keluaran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 3 dosimeter, yaitu film gafchromic EBT 3, bilik ionisasi CC01 dan bilik ionisasi CC13. Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dan menghitung nilai Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM, penumbra, flatness, dan symmetry. Nilai faktor keluaran lapangan msr dibandingkan dengan hasil faktor keluaran pada lapangan referensi 10 10 cm2. Hasil pengukuran FWHM berkas profil menunjukkan bahwa nilai FWHM semakin besar seiring dengan semakin lebarnya ukuran lapangan dan semakin bertambah kedalamannya. Hasil pengukuran semakin bertambah seiring semakin besarnya luas lapangan berkas yang digunakan. Nilai faktor keluaran semakin besar seiring dengan pertambahan luas lapangan berkas. Perhitungan nilai menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya luas lapangan. Penggunaan detektor bilik ionisasi CC01 dinilai paling baik dalam pengukuran pada lapangan non standar 5 10 cm2, 10 5 cm2, dan 6.6 6.6 cm2 karena efek volume yang terjadi pada bilik ionisasi CC01 tidak terlalu mempengaruhi hasil pengukuran.

The purpose of this study was to determine PDD, dose profile, and output factor measurement on non standard field generated by 6 MV linear accelerator and TomoTherapy HiArt. The detectors used in this research are Gafchromic Film EBT 3, ionization chamber CC01, and ionization chamber CC13. This research was aimed to determine the characteristic of 6 MV photon beam in Linac Varian iX nonstandard field and TomoTherapy HiArt machine spesific reference msr field. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of and calculate the value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM, penumbra, flatness, and symmetry. The output factor value in the msr field are compared to the output factor value in the reference field 10 10 cm2. The FWHM measurement of the profile shows that the FWHM increases with the width and depth of field size. The result of measurement shows that the increases with the width of field size. The ouput factor measurement shows that it values increases with the field size, and also increases with depth when measured using TomoTherapy machine using Gafchromic EBT 3 Film. The calculation of shows that the increases with field size. For the 5 10 cm2, 10 5 cm2, and 6.6 6.6 cm2 msr field, the use of CC01 ionization chamber is very recommended because it does not too affected by the volume averaging so that, the measurement values are not underestimated.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Dede Handika
"Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan faktor keluaran dari berkas foton lapangan kecil pada medium homogen dan inhomogen dengan berbagai variasi pengukuran. Variasi pengukuran faktor keluaran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu variasi medium (homogen dan inhomogen), detektor, kedalaman ekuivalen (5 g/cm2 dan 10 g/cm2), energi (6 MV dan 10 MV), teknik (SSD dan SAD), dan bentuk lapangan (square dan circular). Pengukuran faktor keluaran dilakukan dengan menggunakan detektor bilik ionisasi Exradin A16, bilik ionisasi Semiflex, dan Film Gafchromic EBT3 pada ukuran lapangan ekuivalen 0.8 cm. 2.4 cm, 4 cm, dan 10 cm. Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh medium homogen menghasilkan deviasi kurang dari 6% ketika menggunakan detektor Exradin A16 dan kurang dari 4% ketika menggunakan Film Gafchromic EBT3. Pada medium inhomogen deviasi >10% ketika ukuran lapangan 0.8 cm dan 2.4 cm. Perbedaan kedalaman menghasilkan deviasi kurang dari 3% untuk medium homogen kurang dari 10% untuk medium inhomogen. Pengaruh teknik penyinaran terhadap faktor keluaran menghasilkan perbedaan deviasi kurang dari 4%. Pengaruh bentuk lapangan terhadap faktor keluaran menghasilkan deviasi sebesar -22.24% ketika menggunakan detektor bilik ionisasi Semiflex dengan ukuran lapangan ekuivalen 0.8 cm dan bentuk lapangan circular.

This study was aimed to determine output factors of small field for photon beams in homogeneous and inhomogeneous medium. The variations are consist of a variation of medium (homogeneous and inhomogeneous), detector, equivalent of depth (5 g/cm2 and 10 g/cm2), energy (6 MV and 10 MV), technique (SSD and SAD), and shape of field (square and circular). The output factor measurements are using Exradin A16 and Semiflex ionization chamber beside Gafchromic EBT3 Film and various equivalent field sizes of 0.8 cm, 2.4 cm, 4 cm, and 10 cm. Result shown that deviations of output factor for homogeneous medium being less than 6% when using Exradin A16 ionization chamber and less than 4% when using Gafchromic EBT3 Film. Deviation for inhomogeneous medium >10% in the field size of 0.8 cm and 2.4 cm. Difference of depth produce a deviation less than 3% for homogeneous medium and less than 10% for inhomogeneous medium. The influence of technique to output factor shown difference of deviation less than 4%. The influence of the shape of field to output factor shown that deviation -22.24% when using Semiflex ionization chamber with equivalent field size 0.8 cm and the shape of field is circular.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Prasinda Putri
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dosis perifer pada berkas foton FFF dan WFF. Pada penelitian ini, berkas foton WFF dan FFF 6 MV dari pesawat LINAC Varian Trilogy® diukur menggunakan detektor bilik ionisasi IBA CC13 dan film radiokromik GAFChromicTM EBT3 pada fantom air. Pengukuran dilakukan pada variasi lapangan 0.8 0.8 cm2 hingga 10 10 cm2 variasi kedalaman dmax, 5 gr/cm2, dan 10 gr/cm2dan pada jarak 0.6 cm hingga 5 cm dari tepi lapangan radiasi. Dengan kondisi pengukuran yang identik pada geometri fantom yang sama, pengukuran dosis radiasi perifer juga dilakukan menggunakan pemodelan pada ECLIPSETM TPS dengan kalkulasi Analytic Anisotropic Algorithm (AAA). Dosis perifer ditentukan sebagai normalisasi dosis terhadap CAX. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis perifer meningkat terhadap kedalaman dan luas lapangan, namun menurun hampir eksponensial terhadap jarak dari tepi lapangan. Dosis radiasi perifer dari berkas WFF lebih tinggi dari berkas FFF dengan diskrepansi terbesar bernilai 4.63% dari hasil pengukuran menggunakan detektor CC13, 12.09% dari hasil GAFChromicTM EBT3, dan 2.35% dari hasil kalkulasi TPS. Berkas foton FFF menghasilkan dosis radiasi perifer yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan berkas WFF pada setiap kedalaman dan lapangan, terutama pada titik yang relatif dekat dengan tepi lapangan. Namun, penggunaan berkas FFF pada lapangan kecil tidak mereduksi dosis radiasi perifer secara signifikan.

Research has been performed to evaluate the peripheral dose from the FFF and WFF photon beam. In this study, 6 MV WFF and FFF photon beams from Varian Trilogy® LINAC were measured by IBA CC13 ionization chamber detector and GAFChromicTM EBT3 film in the water phantom. Measurements were performed at varying field sizes (0.8x0.8 cm2 10x10 cm2), depths (dmax, 5 gr/cm2, and 10 gr/cm2), and distances from the field edge (0.6 cm-5 cm). With identical conditions on the same phantom geometry, peripheral dose measurements were also modeled in ECLIPSETM TPS by using Analytic Anisotropic Algorithm (AAA) dose calculation models. PD was determined as a normalized dose to the CAX dose. The PDs were found to tend to increase with increasing depth and field size, but decrease exponentially with increasing distance from the radiation field edge. The PD of WFF photon beams were found to be greater than FFF with the largest discrepancy valued at 4.63% from the measurement results using CC13, 12.089% using GAFChromicTM EBT3, and 2.35% using TPS calculation. FFF photon beams produce PDs that tend to be lower than WFF at each depth and field size, especially in areas relatively close to the field edge. However, the FFF photon beams did not significantly reduce PDs in the small field sizes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risayanti
"Telah dilakukan pengukuran PDD, faktor keluaran dan profil dosis pada lapangan kecil dengan teknik penyinaran setengah lapangan menggunakan Film Gafchromic EBT3, bilik ionisasi Exradin A16, dan detektor matriks PTW 2D-Array 729. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik berkas foton lapangan kecil menggunakan teknik penyinaran setengah lapangan, dan membandingkan hasil pengukuran dengan data referensi yang menggunakan teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dmax dan menghitung nilai TPR20,10. Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM dan penumbra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, dan faktor keluaran menghasilkan pola yang sama dengan hasil pengukuran teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Deviasi FWHM terbesar menggunakana Film Gafchromic EBT3 dan Exradin A16 adalah -10.99 dan -33.14 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 1.5 cm, sedangkan deviasi FWHM terbesar menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 adalah -46.25 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 1.6 1.6 cm2 dan kedalaman 1.5 cm. Persentase deviasi faktor keluaran terbesar adalah -54.22 yaitu saat pengukuran menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 pada kondisi pengukuran luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 10 cm.

PDD measurements, output factor, and dose profile have been conducted in small field with half beam irradiation technique using Gafchromic EBT3 Film, Exradin A16 ionization chamber, and PTW 2D Array 729 matrix detector. This study was aimed to determine the characteristic of small field photon beam using half beam irradiation technique and compare the measurement results with reference data that performed full beam irradiation technique. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of dmax and calculate the TPR20,10 value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM and penumbra. The measurement results showed that the value of dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, and output factor have similar pattern with the measurement results of full beam irradiation technique. The highest FWHM deviation value that can be obtained using Gafchromic EBT3 Film and Exradin A16 are 10.99 and 33.14 occurred when measurements were conducted in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 1.5 cm. The highest deviation percentage of output factor that can be obtained using PTW 2D Array 729 matrix detector is 54.22 occured in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 10 cm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A Sayyidina Habibina
"Dalam studi ini, penulis mencoba memecahkan masalah absennya orbit foton yang stabil pada lubang hitam bermuatan dengan dua metode. Rute pertama adalah dengan menggabungkan dua model elektrodinamika nonlinier (NLED): eksponensial (ENE) dan logaritmik (LNE), sebagai sumber muatan pada lubang hitam bermuatan. Penulis menganalisis geodesik null dan timelike yang memberikan orbit terikat dan hamburan. Dengan menggunakan metode geometri efektif, penulis menemukan bahwa foton dapat memiliki orbit terikat stabil nontrivial. Dalam kasus ekstremal dan kasus tiga-horizon, penulis menemukan kondisi di mana foton melintasi horizon luar tetapi memantul kembali tanpa menyentuh horizon yang sebenarnya, menghasilkan lintasan episikloid dan epitrochoid. Validitas orbit yang melintasi horizon tersebut telah dievaluasi menggunakan transformasi Eddington-Finkelstein, yang menunjukkan bahwa fenomena tersebut adalah benar fisis. Rute kedua adalah dengan memanjangkan ruangwaktu statis bersimetri bola 4 dimensi dengan suatu dimensi spasial kompak, menghasilkan apa yang disebut sebagai dawai hitam. Lebih tepatnya, penulis mempertimbangkan dua solusi klasik yang diperluas: dawai hitam Gregory-Laflamme bermuatan, dan dawai hitam Bardeen reguler. Dalam model yang relatif sederhana ini, penulis menemukan bahwa, dilihat dari pengamat 4d, terdapat orbit terikat yang stabil untuk foton, berbeda dari pasangannya yang berdimensi lebih rendah.

In this study, we attempt to crack the problem of the non-existence of stable photon orbit in charged black holes with two methods. The first route is by incorporating two models of nonlinear electrodynamics (NLED): exponential (ENE) and logarithmic (LNE), as the source of charge in charged black holes. We analyze the null and timelike geodesics which contain both the bound and the scattering orbits. Using the effective geometry method, we found that photon can have nontrivial stable bound orbits. In the case of extremal and three-horizon cases, we find conditions where the photon crosses the outer horizon but bounces back without hitting the true horizon, producing the epicycloid and epitrochoid paths. The validity of such horizon-crossing orbits has been evaluated using the Eddington-Finkelstein transformation, and it shows that there are indeed possible. The second route is by extending the 4-dimensional static spherically spacetime with an additional compact spatial dimension, resulting in what is called as black string. To be precise, we consider two extended solutions: the charged Gregory-Laflamme black string, and the regular Bardeen black string. Within these relatively simple models we found that, perceived from by a 4d obeserver there exists stable bound orbits for photon, distinct from its lower-dimensional counterpart."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayah
"ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran percentage depth dose (PDD),berkas tissue phantom ratio ( ), profil dosis, faktor keluaran dan volume averaging pada radioterapi lapangan kecil menggunakan Film Gafchromic EBT3, ionisasi chamber CC01 dan CC13. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik keluaran berkas foton 6 MV lapangan kecil. Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dan nilai . Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai full width half maximum (FWHM) dan penumbra.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai pengukuran dan dengan Film Gafchromic EBT3 memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada Varian Clinac iX. Analisa pengukuran FWHM berkas profil, menunjukkan bahwa selisih nilai FWHM di setiap lapangan cenderung konstan yaitu ± 0.4 cm. Nilai deviasi terkecil dan terbesar faktor keluaran pada lapangan square terjadi ketika menggunakan ionisasi chamber CC13 yaitu 0.00% pada lapangan 1.6 × 1.6 cm² dan -23.05% pada lapangan 0.8 × 0.8 cm². Sementara pada lapangan circular, nilai deviasi terbesar terjadi ketika menggunakan ionisasi chamber CC13 yaitu 13.79% pada lapangan 0.8 × 0.8 cm². Nilai faktor koreksi volume averaging semakin meningkat seiring dengan semakin kecil ukuran luas lapangan. Hasil kalkulasi faktor koreksi volume averaging dapat memberikan kesimpulan bahwa Film Gafchromic EBT3 memiliki nilai faktor koreksi volume averaging yang lebih kecil dibandingkan dengan ionisasi chamber.

ABSTRACT
Percentage depth dose (PDD) measurements, tissue phantom ratio ( ), dose profile, output factor and volume averaging on small field radiotherapy using Gafchromic EBT3 Film, ionization chamber CC01 and CC13. The objective of this study was to determine the characteristic of 6 MV of depth and which were evaluated by PDD measurement. Dose profile was analyzed based on the value of full width half maximum (FWHM) and penumbra.
The measurement showed that the value of and which analyzed by Gafchromic EBT3 Film indicated significant value to Varian Clinac iX. FWHM measurement demonstrated of the beam profile showed that difference FWHM value in each field tends to be constan is ± 0.4 cm. The lowest and highest deviation of the output factor in the square field occured when used ionization chamber CC01 around of 1.14% in the field of 0.8 × 0.8 cm² and -23.05% in the field 0.8 × 0.8 cm². On the other had, the higher deviation at circular field occurs when using ionization chamber CC13 at about 13.79% in the field 0.8 × 0.8 cm². In addition, the correction factor of the volume averaging increased with inversely proportional to size of the field. The result of calculation of volume averagingcorrection factor can be concluded that Gafchromic EBT3 Film has a smaller volume averaging correction factor compared to ionization chamber.
"
2017
T49226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdy Yuana
"Telah dilakukan pengukuran faktor keluaran (OF) pada berkas sinar-X 6 MV dan 10 MV untuk lapangan terbuka dan dengan menggunakan filter wedge. Lapangan radiasi dibentuk dengan menggunakan MLC. Hasil pengukuran menunjukkan hasil keduanya berbeda. Selain itu dilakukan pula pengukuran pengaruh bentuk lapangan radiasi terhadap intensitas. Dipilih 3 bentuk lapangan yang disesuaikan dengan keperluan klinis dengan luas lapangan dasar 15 x 15 cm2. Pengaruh lapangan pada intensitas yang diakibatkan oleh faktor hamburan dinyatakan sebagai rasio bacaan elektrometer. Untuk lapangan 1 dan 2 berbentuk khusus dengan luas lapangan bervariasi hingga luas 220 cm2. Sedangkan untuk lapangan 3 berbentuk persegi empat panjang yang ditutup blok MLC pada pertengahan lapangan. Luas lapangan juga dibuat bervariasi mulai 75 cm2 hingga 225 cm2. Tidak diperoleh korelasi tertentu antara perubahan lapangan dengan intensitas. Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan kalkulasi hamburan Clarkson dan hasilnya tidak jauh berbeda terutama untuk lapangan kecil. Dilakukan pula pengukuran tambahan untuk mengetahui perbedaan intensitas pada tepi lapangan yang dibentuk dengan MLC dan blok. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.

A measurement has been performed to know the output factors of 6 MV and 10 MV X-ray beam in regular field with and without wedge filters. Radiation field were shaped by using MLC. Both measurement shows different result. The relation between intensity and form of radiation field has also been done. 3 irregular shapes which 15x15 cm2 field was used as a base field size for clinical application were chosen. The influence of field size to intensity that caused by the scatter factor were stated as electrometer reading ratio.The first and second field has a special shape with a vary field size up to 220 cm2. While the third field formed rectangular covered by the MLC block in the center field. And the field size also vary from 75 cm2 to 225 cm2. The result shows no certainty corellation between field size and the intensity. Beyond calculation were made between the measurement result and Clarkson’s scatter factors, and it shows no different result especially in small field. An extra measurement has also been done to find out the difference between intensity in the edge of field using the MLC and regular block. No significant difference were shows in result."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langga Calvareno Andaru
"Orbit foton dengan jari-jari konstan, atau orbit foton sferis, telah dipelajari dapat terjadi pada lubang hitam Kerr. Kami melakukan studi untuk mempelajari mengenai kemungkinan terjadinya orbit foton sferis pada lubang hitam berotasi reguler, dimana memiliki variabel yang berbeda dengan lubang hitam Kerr. Hal ini menyebabkan mungkinnya terjadi kondisi naked. Dengan demikian orbit foton sferis dipelajari disini dibagi dalam tiga kondisi, yaitu ekstrem, dua horizon, dan naked. Dalam masing-masing kondisi ini akan ditampilkan plot orbit foton dengan nilai variabel-variabel yang telah dipilih untuk melihat properti dan hal-hal menarik yang dapat dikaji dan dianalisis lebih lanjut.

Constant-radius photon orbits, or spherical photon orbits, have been studied to occur in Kerr black holes. We conducted a research to study the possibility of spherical photon orbits in regular rotating black holes, which have different variables from Kerr black holes. This makes it possible for the ”naked” condition occur. Thus the spherical photon otbits studied here is divided into three conditions, namely extreme, two horizons, and ”naked”. In each of these conditions, a photon orbital plot will be displayed with the values of the variables that have been selected to see properties and interesting things that can be studied and analyzed further."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>