Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indiarta Solihin
"Salah satu risiko keselamatan dan kesehatan perawat di Rumah sakit adalah needle stick and sharp injuries (NSSI) yang dapat menimbulkan cedera, penyakit bahkan kematian akibat infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya. Kejadian dan pelaporan NSSI di RSKO pada perawat belum terdata dengan baik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross sectional, meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan NSSI.
Pada penelitian kuantitatif, pengambilan data dilakukan pada 76 responden di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap Bidadari/HCU, Instalasi Rawat Jalan dan Rehabilitasi/Detok. Hasil penelitian menunjukan dalam 1 tahun terakhir, sebanyak 40 orang (52,6 persen) mengalami NSSI, penyebab tersering NSSI adalah pecahan vial/ampul 32,5 persen dan 32,5 persen mengalami NSSI saat mematahkan ampul/vial.
Tidak ada hubungan bermakna antara faktor predisposisi dan faktor pemungkin dengan NSSI. Ada hubungan bermakna antara faktor penguat yaitu faktor punishment dengan NSSI dengan nilai p 0.042. Pada penelitian kualitatif diketahui Pelatihan merupakan faktor predisposisi/individu yang paling penting terkait NSSI, Ketersediaan APD adalah faktor pemungkin/sarana paling penting yang harus disediakan RS untuk mencegah NSSI. Adanya SOP merupakan faktor penguat yang penting untuk pencegahan NSSI. Untuk mencegah NSSI perlu pelatihan berkala, ketersediaan APD dan sosialisasi SOP.

One of the risks to the nurses' safety and health in the hospital is the needle stick and sharp injuries (NSSI) that can cause injury, disease and even death from blood-borne infections or other body fluids. The incident and reporting of NSSI in RSKO on the nurse has not been properly recorded. This research is quantitative and qualitative research with cross sectional design, researching factors related to NSSI.
In quantitative research, data collection was done on 76 respondents in Emergency Installation, Installation Bidadari / HCU, Outpatient Installation and Rehabilitation / Detok. The results showed in the last 1 year, as many as 40 people (52.6 percent) experienced NSSI, the most common cause NSSI fraction vial / ampoule 32.5 percent and 32.5 percent experienced NSSI when break ampoules / vials.
There was no significant association between predisposing factors and enabling factors with NSSI. There is significant relation between amplifier factor that is punishment factor with NSSI with p value 0.042. In qualitative research, it is known that Training is the most important predisposing factor / individual related to NSSI. The availability of PPE is the most important factor to be provided by RS to prevent NSSI. The existence of SOP is an important reinforcing factor for NSSI prevention. To prevent NSSI need to regular training and availability of PPE and socialization of SOP.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evana Clarentina Kadi
"Semua aktivitas yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan menempatkan tenaga kesehatan pada risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), termasuk perawat. Salah satu kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera, penyakit bahkan kematian akibat infeksi yang ditularkan melalui darah adalah kejadian Needle-stick and Sharp Injuries (NSSI). Kejadian NSSI dan faktor-faktor yang berhubungan di RS PMI Bogor pada perawat belum terdata dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan kuesioner sebagai instrumen dalam mengumpulkan data. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah RS PMI Bogor dengan jumlah responden 216 Orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian NSSI dalam 1 tahun terakhir adalah 49,5% dengan penyebab tersering adalah terkena pecahan ampul (49,5%) dan pada saat mematahkan tutup ampul kaca (48,6%). Tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja, pelatihan, unsafe acts, dan unsafe conditions dengan kejadian NSSI. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian NSSI. Untuk mencegah terjadinya NSSI maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan perawat, pemerataan promosi pencegahan dan penatalaksanaan kejadian NSSI serta sistem pelaporan kecelakaan kerja yang terintegrasi dan diikuti dengan surveilans.

All activities undertaken in providing health care put health workers at Occupational Health and Safety risk, including nurses. One of the accidents that can cause injury, illness and even death from blood-borne infections is Needle Stick and Sharp Injuries (NSSI). NSSI incidence and factor associated with NSSI at Indonesian Red Cross Hospital nurses have not been recorded properly. A cross-sectional study was conducted, using questionnaire as an instrument to collect data. The sampling technique in this study used total sampling method, which was all nurses working in Inpatient, Emergency and Surgical Installation. A total of 216 nurses were accepted for inclusion.
Results showed that the incidence of NSSI in the last 1 year was 49.5%, with the most common cause was glass ampoule cap (49.5%) and the most frequently reported circumstances of NSSI was breaking the glass ampule cap (48.6%). There was no statistically significant association between experience, training, unsafe acts and unsafe conditions with NSSI. There was statistically significant association between knowledge with NSSI. To prevent the occurrence of NSSI it is necessary to increase the knowledge of nurses, promotion and integrated reporting of occupational accident, followed by surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosia Efa
"

Latar Belakang: Needle Stick Injury (NSI) masih menjadi masalah keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih aman.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil program Needle Safety Contest (NSC) dalam menurunkan angka NSI. Metode: Penelitian ini adalah evaluasi program yang menggunakan mixed methods. Kuantitatif berupa jumlah NSI yang dibandingkan empat bulan sebelum, dan sesudah kontes. Kualitatif berupa pendalaman penyebab masalah dalam Focus Group Discussion (FGD). Hasil: Terjadi penurunan 50% prevalensi NSI pada periode sesudah kontes. Dari FGD didapatkan penyebab NSI adalah recapping jarum insulin; tindakan yang kurang berhati-hati saat menjahit luka, pengambilan darah, memasang infus, dan menyuntikkan obat ke pasien; jarum yang ditemukan tidak pada tempatnya atau dalam keadaan terbuka; melakukan modifikasi jarum yang tidak sesuai kegunaannya; kurangnya SOP tindakan menjahit luka, melakukan tindakan yang tidak sesuai kewenangan klinis; kurangnya supervisi staf baru, terutama saat melakukan tindakan invasif; kurangnya pengecekan inden consumables. Kesimpulan: NSC berhasil menurunkan prevalensi NSI pada periode sesudah kontes. Faktor penyebab NSI adalah recapping jarum insulin yang banyak terjadi pada pekerja shift dan staf baru; tindakan kurang berhati-hati saat tindakan invasif; penggunaan jarum yang tidak sesuai prosedur; kurangnya SOP tindakan penjahitan luka, kurangnya pengawasan dari senior.

 


Background: Needle Stick Injury (NSI) is still a safety issue for all health workers. Our shared responsibility to be able to work in a safer environment. This study aims to evaluate the Needle Safety Contest (NSC) program in reducing NSI. Methods: This study is an evaluation program that used mixed methods. Quantitative data is the number of NSI compared to four months before and after the contest. Qualitative will deepen the causative problem, using Focus Group Discussion (FGD). Results: There was a 50% decrease in NSI prevalence after the contest period. From the FGD, the cause of NSI are recapping insulin needles; careless actions when suturing wounds, preparing blood sample, infusing patients, and injecting drugs into patients; misplaced needle or put needle not properly; modifying needles not suitable for the use; lack of suture care SOP; perform actions not according to clinical authority; less senior supervision, especially when doing an invasive procedure; and lack of consumables indent checking. Conclusion: NSC succeeded in reducing the NSI prevalence in the post-contest period. NSI causative factors are recapping insulin needles, usually among shift workers and new staff; careless actions when doing invasive procedures; needles that are not suitable for the use; lack of suture care SOP; needles used not ideal with the process; less senior supervision.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farina Chairunnisa
"Needlestick and Sharps Injury (NSSI) atau Cedera Tertusuk dan Tersayat adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam secara tidak sengaja menusuk atau menyayat kulit seseorang yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prevalensi dan faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian NSSI pada perawat di RSUD Cibinong. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner kepada sampel penelitian, yaitu perawat RSUD Cibinong. Analisis data kemudian dilakukan dengan analisis deskriptif dan inferensial menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 16,2% perawat mengalami NSSI dan terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan tidak aman, persepsi pelatihan, dan kelelahan dengan kejadian NSSI pada perawat RSUD Cibinong. Untuk mencegah terjadinya NSSI diperlukan peningkatan pengetahuan serta kesadaran mengenai tindakan yang aman, pelaporan kejadian NSSI, dan promosi pencegahan NSSI.

Needlestick and Sharps Injury (NSSI) is a wound caused by a sharp object accidentally piercing or slicing the skin of a worker. This study aims to analyze the prevalence and what factors are associated with the incidence of NSSI in nurses at Cibinong Hospital. This research was conducted using analytic methods with a cross-sectional study design. Data collection was carried out by filling out questionnaires to the research sample, namely nurses at Cibinong Hospital. Data analysis was then performed with descriptive and inferential analysis using the chi square test. The results showed that as many as 16,2% of nurses experienced NSSI and there was a significant relationship between unsafe acts, perceptions of training, and fatigue with the incidence of NSSI in nurses at Cibinong Hospital. To prevent the occurrence of NSSI, it is necessary to increase knowledge and awareness regarding safe actions, reporting of NSSI events, and promotion of NSSI prevention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"People are capable of ingesting , inserting, or injecting themselves or others with all manner of foreign objects. Ingested or inserted foreign bodies may cause bowel obstruction or perforation: which lead to severe hemorrhage, obscess formation or septicemia ; or distant embolization...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Oktafiyani
"Latar Belakang: Needle Stick Injury merupakan luka yang dialami oleh tenaga kesehatan dan diakibatkan karena tusukan atau robekan dari jarum atau benda tajam lainnya. Tenaga kesehatan yang sangat rentan terhadap kejadian tertusuk jarum adalah perawat. Saat ini, angka kejadian tertusuk jarum dikalangan perawat yang bekerja di rumah sakit menunjukkan angka yang masih tinggi. Di RSUP Fatmawati, tahun 2015 dan 2016 dari bulan Januari-Desember tercatat sebanyak 40 kasus tertusuk jarum pada perawat dan pada bulan Januari-Agustus 2017 tercatat sebanyak 4 kasus tertusuk jarum pada perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum pada perawat di Instalasi Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati tahun 2018.
Desain dan Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan pengumpulan data primer melalui penyebaran kuisioner kepada 170 responden yaitu perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati yang telah bekerja minimal 1 tahun. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik 97,1, sikap yang cukup baik 88,8, dan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum yang cukup baik 66,5. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square = 0,05 ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan sikap perawat pvalue = 0,451 dan OR=0,490 tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum pvalue = 0,665 dan OR = 2,055 dan ada hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum pvalue = 0,033 dan OR = 3,139.
Kesimpulan dan Saran: Hubungan yang tidak bermakna adalah pengetahuan dengan sikap, serta pengetahuan dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum. Sedangkan, hubungan yang bermakna adalah sikap dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum. Diharapkan pihak rumah sakit memberikan pelatihan rutin dan berkala terkait needle stick injury khususnya dalam hal teknik recapping minimal setiap 6 bulan sekali; menyediakan poster K3 terkait prosedur melakukan tindakan penyuntikan yang benar di setiap ruangan kerja perawat; dan pemberian penghargaan setiap bulan bagi perawat yang telah melakukan praktik kerja yang aman.

Background: A Needle Stick Injury is a wound suffered by healthcare workers that caused by needles or other sharps objects that accidentally puncture the skin. Nurses are most likely to have needle stick injuries among healthcare workers. Currently, the incidence of needle stick injuries among nurses working in hospitals shows a high rate. At RSUP Fatmawati, from January to December in 2015 and 2016, there were 40 cases of needle stick injuries among nurses and from January to August 2017, there were 4 cases of needle stick injuries among nurses. The purpose of this research was to find out the correlation between knowledge, attitude, and needle stick injury prevention effort among nurses at Teratai Inpatient Installation RSUP Fatmawati in 2018.
Design and Method: This research was conducted with cross sectional study with primary data collection through questionnaires distribution to 170 executor nurses who have worked at Teratai Inpateint Installation RSUP Fatmawati at least 1 year. Data were analyzed using is univariate and bivariate analysis using Chi Square test.
Results: The result of univariate analysis showed that the majority of respondents have good knowledge 97.1, good attitude 88.8, and good at needle stick injury prevention effort 66.5. The result of bivariate analysis using Chi Square test 0,05 showed that there is no significant relationship between nurses 39 knowledge and nurses 39 attitude pvalue 0,451 and OR 0,490 there is no significant relationship between nurses 39 knowledge and the prevention effort of needle stick injury pvalue 0.665 and OR 2.055 and there is a significant relationship between nurses 39 attitude and the prevention effort of needle stick injury pvalue 0.033 and OR 3.139.
Conclusions and Recommendations There is no significant relationship between knowledge and attitude, as well as knowledge and the prevention effort of needle stick injury. Meanwhile, there is a significant relationship between attitude and the prevention effort of needle stick injury. It is expected that the hospital should provide routine and periodic training related to needle stick injury especially in terms of recapping technique at least every 6 months provide K3 posters regarding the procedures of injecting actions in each nurses 39 workroom and give the monthly rewards for nurses who have implemented safety work practices.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihlus Fardan
"Insiden cedera jarum suntik CJS dan paparan percikannya pada perawat masih tinggi di antara negara-negara di dunia. Efikasi diri mempunyai peranan penting dalam kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik pada perawat. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik pada perawat. Sampel penelitian ini adalah perawat yang terpapar dengan jarum suntik berjumlah 323 klien, yang dilakukan dengan metode consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan instrumen kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik yang telah dimodifikasi dan instrumen efikasi buatan peneliti. Analisis yang digunakan yaitu Spearman Correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik dengan kekuatan korelasi lemah.

The incidence of needle injury CJS and exposure to nurses remains major problem across the globe. Self efficacy has an important role in compliance with injection of needle injury. This study aims to determine the relationship between self efficacy with compliance prevention of syringe injury to nurses. This study used a cross sectional approach to identify the relationship between self efficacy and compliance with prevention of needle stick injury on nurse. The sample of this research was nurse exposed with needle syring amounted to 323 respondents selected through consecutive sampling method. The study instrument used in this study was a modified injection prevention tool for injection needle syringes and author made efficacy instrument. The analysis used was Spearman Correlation. The results showed a significant correlation between self efficacy and compliance with prevention of needle stick injury with a weak correlation strength.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Liqditta Bies
"Latar belakang: Kasus baru kanker paru semakin bertambah dan mulai banyak dialami usia muda. Pendekatan skrining dalam upaya deteksi dini dilanjutkan tindakan diagnostik yang cepat dan akurat memberikan penderita memeroleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya. Biopsi paru transtorakal menggunakan jarum halus dan core menghasilkan akurasi berkisar 85%-90% dengan keunggulan tindakan minimal invasif. Variasi akurasi diagnostik dan belum terdapat data proporsi hasil biopsi transtorakal di RS Persahabatan, membuat kami melakukan penelitian ini. Metode: Kami melakukan pencatatan data sampel periode Januari 2021-September 2023 pada bulan Januari-Februari 2024. Data yang dicatat yaitu karakteristik pasien keganasan rongga toraks belum tegak jenis yang dilakukan tindakan biopsi jarum halus dan core transtorakal dengan panduan CT scan. Sebanyak 765 pasien dalam periode tindakan didapatkan 563 pasien yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Data kemudian dianalisis untuk menilai kepositifan biopsi jarum halus dan core transtorakal serta faktor yang memengaruhinya. Hasil: Sejumlah 563 subjek terdiri atas laki-laki 67,9% dan perempuan 32,1%. Usia paling muda 18 tahun dan paling tua 88 tahun dengan median usia 56 tahun. Subjek dengan keluhan respirasi 83,7% dan nonrespirasi 16,3%. Perokok merupakan mayoritas subjek sebesar 58,4%. Lokasi target biopsi paling banyak di paru 75,3% sedangkan mediastinum 24,7%. Nilai HU kami kelompokkan menjadi ≥ 30 sebanyak 91,3% dan < 30 sebanyak 8,7%. Panjang minimal kedalaman tusuk 0,7 cm dan maksimal 11,21 cm dengan median 4,2 cm. Posisi saat tindakan biopsi yaitu terlentang 67,5%, tengkurap 24,5% dan lateral dekubitus 8%. Proporsi kepositifan biopsi jarum halus 80,8% sementara biopsi core 77,6%. Selanjutnya karakteristik tersebut kami lakukan analisis bivariat didapatkan nilai HU memengaruhi kepositifan biopsi jarum halus (p < 0,05). Kesimpulan: Proporsi biopsi jarum halus dan core transtorakal di RS Persahabatan sangat baik. Nilai HU memengaruhi kepositifan biopsi TTNA namun, tidak pada biopsi core. Kedalaman tusuk dan posisi bukan faktor yang memengaruhi kepositifan biopsi TTNA dan core.

Background: New cases of lung cancer are increasing and are starting to occur at a young age. A screening approach in an effort for early detection followed by rapid and accurate diagnosis provides patients with a better quality of life throughout their disease. Transthoracic lung biopsy using a fine needle and core produces an accuracy of around 85%-90% with the advantage of being minimally invasive. Variations in diagnostic accuracy and no database availability yet on the proportion of transthoracic biopsy results at Persahabatan Hospital prompted us to conduct this research. Methods: We recorded data from January 2021-September 2023 in January-February 2024. The data recorded were the characteristics of patients with unconfirmed type thoracic cavity malignancies who underwent fine needle and transthoracic core biopsies CT scan guided. A total of 765 patients during the action period 563 patients met the inclusion and exclusion criteria. The data is then processed to assess the positivity of transthoracic fine needle and core biopsies and the factors that influence it. Result: A total of 563 subjects consisted of 67.9% men and 32.1% women. The youngest age is 18 years and the oldest is 88 years with a median age of 56 years. Subjects with respiratory complaints were 83.7% and non-respiratory 16.3%. Smokers constituted the majority of our subjects at 58.4%. The most common biopsy target locations were the lungs, 75.3%, while the mediastinum was 24.7%. Hounsfield units are divided into ≥ 30 as many as 91.3% and < 30 as many as 8.7%. The minimum length of the puncture depth is 0.7 cm and the maximum is 11.21 cm with 4.2 cm as the median. The position during the biopsy was supination 67.5%, prone 24.5%, and lateral decubitus 8%. The positive proportion of fine needle biopsy was 80.8% while core biopsy was 77.6%. We conducted a bivariate analysis of these characteristics and found that the HU value influenced the positivity of fine needle biopsy (p < 0.05). Conclusion: The proportion of fine needle and core transthoracic lung biopsies at Persahabatan Hospital is decent. The HU value influences the positivity of TTNA biopsy but not core biopsy. Puncture depth and position were not a factor influencing the positivity of TTNA and core biopsies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Galih Pradesa
"Dokter gigi berisiko tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang berpotensi tertular penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor-faktor risiko terjadinya luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan pendekatan semi kuantitatif. Sampel penelitian adalah seluruh populasi dokter gigi (39 orang) di puskesmas Tangerang Selatan. Hasil telitian mendapatkan kebanyakan (87,2%) responden berpengetahuan baik, sebagian besar (89,7%) mempunyai sikap yang baik, namun masih ada hampir setengahnya (41,0%) tidak mempunyai keterampilan yang baik. Sedangkan fasilitas poliklinik gigi lebih dari setengahnya (68,0%) tidak baik, dan hampir semuanya (96,0%) tidak mempunyai SOP tindakan gigi, sedangkan menurut persepsi responden kebanyakan (82,1%) tidak ada pengawasan. Disarankan harus dilatih dan dibina tentang teknik pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam, serta mempertimbangkan rasio dokter gigi dan jumlah pasien agar mengurangi tekanan waktu kerja bagi dokter gigi. Faktor penunjang berupa fasilitas, SOP dan pengawasan masih perlu ditingkatkan.

Dentists are at risk of needle stick injury or other sharps object that potentially get infectious diseases. This study aimed to determine the risk factors of needle stick injury or other sharps. The study design was cross sectional study with semiquantitative approach. The sample was the entire population of dentists at Public Health Centers in South Tangerang. Results found most of the respondents (87.2%) were knowledgeable, most (89.7%) had a good attitude, but there were still nearly half (41.0%) with no good skills. While the dental clinic facility more than half (68.0%) was not good, and almost all (96.0%) had no Standard Operating of dental procedure, while according to the perception of most respondents (82.1%) there was no supervision. It was suggested to traine and to nurture about needle stick injury or sharps prevention techniques, as well as considering the ratio of dentists and the number of patients in order to reduce the pressure of the working time for dentists. Contributing factors such as facilities, SOP and supervision still needed to be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Hari Setiawati
"ABSTRAK
Hasil Prestack time migration (PSTM) kurang akurat untuk digunakan dalam menginterpretasi zona target hidrokarbon. Kekurangan PSTM terletak pada hal positioning dan image quality. Tidak hanya itu, PSTM juga tidak mampu mengatasi adanya variasi kecepatan lateral dikarenakan PSTM menggunakan kecepatan RMS yang tidak mampu mengatasi pembelokan sinar ketika menemui batas lapisan. Prestack depth migration (PSDM) mampu mengatasi keterbatasan dari PSTM.
PSDM menggunakan kecepatan interval dalam pencitraan bawah permukaan yang mengikuti prinsip Snellius yang membelokkan sinar ketika menemui 2 lapisan yang berbeda sehingga memberikan informasi yang lebih detail mengenai struktur bawah permukaan dibandingkan kecepatan RMS yang digunakan dalam PSTM. PSDM dengan asumsi isotropi kurang menghasilkan pencitraan dan posisi
yang akurat dikarenakan PSDM asumsi isotropi tidak mampu menyelesaikan nonhyperbolic moveout yang dikenal dengan efek hockey stick yang muncul pada far offset. Nonhyperbolic moveout tersebut bisa diselesaikan dengan asumsi anisotropi dengan memperhitungkan parameter anisotropi Thomsen yaitu delta
dan epsilon. Dalam penelitian ini menggunakan asumsi jenis anisotropi Vertical Transverse Isotropy (VTI). Dalam penelitian ini mengasumsikan parameter anisotropi delta sama dengan epsilon dikarenakan tidak menggunakan data sumur. Nilai merupakan pendekatan elliptical anisotropy yang jarang ditemukan di alam. Parameter delta
(mendeskripsikan penjalaran gelombang P pada sudut sekitar arah vertikal. Parameter epsilon (mendeskripsikan perbedaan fraksi kecepatan gelombang P pada arah vertikal dan horizontal. Dengan melakukan perbaikan pada parameter epsilon maka menghasilkan pencitraan bawah permukaan yang lebih jelas. Nilai
parameter epsilon yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0-0,28, kisaran nilai tersebut termasuk dalam parameter weak elastic anisotropy Thomsen.

ABSTRACT
Result of Prestack time migration (PSTM) less accurate to use in interpretation of
target zone. Limitation of PSTM are in positioning, image quality and can not
solve lateral velocity variations because PSTM uses RMS velocity which can not
solve ray deflection when meets boundary layer. Prestack depth migration
(PSDM) can solves the limitation of PSTM.
PSDM uses interval velocity in subsurface imaging obeys Snellius’s principle
which deflection the ray when meets boundary layer so that give detail
information about subsurface structure than RMS velocity. Isotropy assumption in
PSDM less acurrate in imaging and positioning because isotropy PSDM can not
solve nonhyperbolic moveout known as hockey stick effect appears in far offset.
Nonhyperbolic moveout can be solved uses anisotropy assumption which
calculates Thomsen’s anisotropy parameters, delta and epsilon. In this research
uses type of anisotropy VTI (Vertical Transverse Isotropy).
In this research , assumed that anisotropy parameter of delta is equal with epsilon
because well data is absence. Value of is elliptical anisotropy approach
which rare found in nature. Delta parameter describes propagation of P-wave in
angle around vertical direction. Epsilon parameter describes fractional difference
between vertical and horizontal P velocities. To get the accurate result, epsilon
refinement is the way to get image of subsurface clearly. In this reseach, writer get
value of epsilon between 0-0.28, which it refers to Thomsen’s weak elastic
anisotropy."
2015
S60438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>