Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afiyah
"ABSTRAK
Latar Belakang. Lansia merupakan kelompok yang berisiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi. Selain merupakan akibat dari penyakit yang diderita, malnutrisi pada lansia juga menjadi penyebab tingginya angka kesakitan pada lansia. Mengingat hal tersebut diperlukan suatu instrumen yang sahih dan dapat diandalkan untuk menilai status gizi lansia yang tinggal di komunitas.Tujuan. Mendapatkan kuesioner MNA-SF berbahasa Indonesia yang sahih dan andal untuk digunakan oleh kader posbindu untuk menapis status gizi lansia di komunitas.Metodologi. Responden berusia ge;60 tahun yang datang ke posbindu menjalani wawancara oleh ahli gizi dan kader posbindu. Wawancara ulang oleh kader posbindu dilakukan satu sampai dua minggu kemudian. Selanjutnya dihitung korelasi antara skor total MNA dengan MNA-SF, skor total MNA-SF pemeriksaan pertama dan kedua, ICC intraclass correlation coefficient MNA-SF hasil penilaian ahli gizi dan penilaian kader serta cronbach rsquo;? MNA-SF.Hasil. Penelitian diikuti oleh 92 responden dengan median usia 67 tahun. Korelasi sedang didapatkan antara skor total MNA-SF IMT indeks massa tubuh penilaian kader dengan skor total MNA r=0,491;p

ABSTRACT
Background. Eldery is highly succeptible group to suffer from malnutrition. Malnutrition in elderly can be the result of disease that they suffered from. It also become the cause of high morbidity. Along with that matter, we need a valid and reliable instrument to assess nutritional status among community dwelling elderly.Objective. To a get valid and reliable Indonesian MNA SF to be used by social workers to screen nutritional status in community dwelling elderly.Methodology. Respondents aged ge 60 years old who came to ldquo posbindu rdquo were interviewed by nutritionist by using MNA. The interview then continued by social workers by using Indonesian MNA SF. Re interview by social workers was held 1 2 weeks later. After data were collected we calculate corellation between MNA and MNA SF total score, MNA SF total score in the first and second examination and cronbach rsquo s .Result. Ninety two respondents were included in this study. Median age was 67 years old. Moderate corellation was observed between BMI Body Mass Index MNA SF total score assessed by social workers and MNA total score r 0.491 p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Prima Dewi Putri
"Latar Belakang: Perubahan kondisi rongga mulut akibat penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi pada lansia. Penurunan kemampuan mastikasi dapat menyebabkan kesulitan menggigit, mengunyah, dan menelan makanan sehingga memengaruhi pemilihan jenis makanan. Hal ini diyakini dapat memengaruhi kecukupan asupan nutrisi sehingga pada akhirnya dapat juga berpengaruh terhadap kelainan status nutrisi.
Tujuan: Menganalisis hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia yang dievaluasi menggunakan Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) dan hubungan keduanya berdasarkan kehilangan gigi (indeks Eichner), pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi).
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potong lintang pada 100 pasien berusia ≥ 60 tahun di Puskesmas Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada subjek dilakukan pengambilan data diri, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran tinggi dan berat badan, serta wawancara untuk mengisi kuesioner Alat Ukur Kemampuan Mastikasi dan MNA-SF.
Hasil: Uji Kruskal Wallis menunjukkan kemampuan mastikasi memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi (p = 0,009). Hubungan yang bermakna juga terdapat antara kedua variabel tersebut yaitu berdasarkan jenis kelamin perempuan (p = 0,040) dan pada kelompok yang tidak memakai gigi tiruan (p = 0,014).
Kesimpulan: Terdapat hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia.

Background: Changes in the condition of the oral cavity due to aging can cause a decrease in the function of mastication in the elderly. Decreased ability of mastication can cause difficulty biting, chewing, and swallowing food, which affects the choice of food. This is believed to affect the adequacy of nutrient intake so that in the end it can also affect abnormalities in nutritional status.
Objective: To analyze the relationship between mastication ability and nutritional status of the elderly evaluated using the Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) and their relationship based on tooth loss (Eichner index), denture use, and sociodemographic factors (sex, education level, and economic status).
Methods: This study was conducted using a cross-sectional method for 100 patients aged ≥ 60 years at the Kramat Jati Health Center, East Jakarta. Subjects were collected for self data, oral cavity examination, height and weight measurements, and interviews to fill in the Mastery Ability Measurement and MNA-SF questionnaire.
Results: The Kruskal Wallis test showed the ability of mastication to have a significant relationship with nutritional status (p = 0.009). A significant relationship also exists between the two variables based on the female sex (p = 0.040) and in the group that does not use dentures (p = 0.014).
Conclusion: There is a relationship between the ability of mastication with the nutritional status of the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mubtadi Falah
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Artritis Reumatoid AR merupakan penyakit kronik yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kuesioner Short Form 12 merupakan kuesioner kualitas hidup generik yang dapat digunakan untuk pasien AR dan telah diuji kesahihan dan keandalannya di Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner Short Form 12 Berbahasa IndonesiaMETODE: Enam puluh lima orang pasien yang telah didiagnosis AR secara klinis sebelumnya berdasarkan kriteria American College of Rheumatology/ European League Against Rheumatism, diwawancarai dengan menggunakan kuesioner Short Form 36 dan Short Form 12 versi Indonesia. Kesahihan dinilai menggunakan kesahihan konstruksi dan kesahihan eksternal dan keandalan dinilai melalui metode konsistensi internal dan tes ulang.HASIL: SF-12 berbahasa Indonesian tidak terbukti memiliki kesahihan yang baik dengan korelasi setiap pertanyaan dengan SF-36 terbukti rendah pada domain Role Emotional dan Mental Health P

ABSTRACT
BACKGROUND Rheumatoid Arthritis RA is a chronic disease requiring a long term medication affecting quality of life. Short Form 12 is a generic questionnaire to asses patients quality of life and has been validated in England. This study designed to test reliability and validity of Indonesian version of . Short Form 12 questionnaire. METHODS Sixty five patients diagnosed Rheumatoid Arthritis clinically using American College of Rheumatology European League Against Rheumatism criterion, interviewed using Short Form 36 and Short Form 12 questionnaire. Validity assesed with construct validity and external validity, while reliability tested with internal consistency and test retest method.RESULT Short Form 12 Indonesian Version did not proved having a good validity, as it have a poor correlation between Role Emotional and Mental Health domain in SF 36 and SF 12. Indonesian version of Short Form 12 have a poor internal consistency reliability Alpha Cronbach 0,561 0,754 with a good test and retest reliability intra class correlation coefficient 0,844 0,980, P"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Makagiansar, Shanti Pricillia Tatina
"ABSTRAK
Latar belakang. Sampai saat ini belum ada instrumen yang teruji yang dapat digunakan untuk menilai status kerentaan usia lanjut di komunitas di Indonesia.Tujuan. Mengetahui kesahihan dan keandalan sistem skor The Study of Osteoporotic Fracture SOF berbahasa Indonesia untuk digunakan oleh kader posbindu dalam menilai status kerentaan pada usia lanjut. Metode. Penelitian terdiri dari dua tahap : 1 . adaptasi bahasa dan budaya; dan 2 . uji kesahihan dan keandalan. Penelitian ini berlangsung di posbindu lansia di Kelurahan Pisangan Timur, Jakarta Timur, dengan melibatkan 8 kader dan 85 responden berusia ge; 60 tahun. Sebagai uji referensi digunakan skor The Cardiovascular Health Study CHS untuk menilai kesahihan eksternal. Keandalan dinilai dengan mencari intraclass coeffisient correlation ICC pada uji ulang dan konsistensi internal dengan menghitung nilai Cronbach-?. Hasil. Skor total SOF memiliki korelasi positif kuat yang bermakna dengan butir penilaian terkait status nutrisi r = 0,815, p

ABSTRACT<>br>
Background There is no proven instrument that can be used to assess frailty among the elderly in community in Indonesia. Objective to construct and validate Indonesian version of SOF used by posbindu cadres. Methods This research was consisting of two stages 1 . Culture and language adaptation 2 . validity and reliability test, conducted in posbindu in Kelurahan Pisangan Timur, by involving 8 cadres and 85 respondents 60 years or older. We used the Cardiovascular Health Study CHS frailty index as a reference test to assess the external validity. Reliability was tested by internal consistency and the test retest reliability at a 2 week interval. Results The total score of SOF score had a strong positive correlation with the nutritional status r 0.815, p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulina Togina
"ABSTRAK
Kehilangan berat badan yang tidak diinginkan merupakan salah satu masalah gizi pada usia lanjut. Untuk itu dibutuhkan alat skrining untuk mendeteksi risiko penurunan berat badan pada usia lanjut. Simplified Nutritional Appettite Questionnaire SNAQ merupakan salah satu alat skrining yang cepat dan mudah. Tujuan dan penelitian ini adalah mengetahui kesahihan dan keandalan SNAQ versi Indonesia. Studi potong lintang dilakukan terhadap 105 subyek berusia 60 tahun keatas dipilih secara konsekutif. Semua subyek menjalani pengukuran antropometri, pemeriksaan hemoglobin, serta skrinning SNAQ dan CNAQ. Analisis Statistik menggunakan uji Cronbach ?, uji korelasi spearman. Hasil Kuesioner SNAQ versi Indonesia mempunyai keandalan Cronbach ? 0.779 dan kesahihan r = 0.709 dan p < 0.001 . Hal ini menunjukan keandalan dan kesahihan SNAQ versi Indonesia dalam menilai risiko penurunan berat badan pada usia lanjut.

ABSTRACT
The purpose of this study is to find out the validity and reliability of the Simplified Nutritional Appetite Questionnaire SNAQ in its Indonesian questionnaire version, to screen the risks of weight loss among subjects of advanced age, so that malnutrition can quickly be recognized, and nutrition supplements be prescribed at an early stage. This research was comprised of a cross section of subjects above the age of 60, who were chosen consecutively. Statistical analysis was conducted using the test Cronbach , and correlated using Spearman. The results of the Indonesian version of the SNAQ questionnaire possessed reliability Cronbach 0.779 and validity r 0.709 dan p 0.001 . These values indicate that the Indonesian version of the SNAQ questionnaire is adequately valid and reliable for gauging the risks of weight loss among the elderly. "
2017
T50310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatrian Dwicahya
"Peningkatan jumlah lansia dan usia harapan hidup di Indonesia menyebabkan meningkatnya penyakit degeneratif pada lansia, salah satunya adalah peningkatan kasus demensia dan gangguan kognitif, obesitas sentral dianggap sebagai salah satu faktor risiko penyakit degeneratif pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi pada lansia dan hubungannya dengan status kognitif. Sebanyak 61 pasien usia lanjut dari data sekunder penelitian yang berjudul status hidrasi dan hubungannya dengan asupan cairan dan aktivitas fisik pada usia lanjut di Rumah Binaan Atmabrata Cilincing Jakarta Utara. Variabel dalam penelitian ini meliputi status kognitif sebagai variabel dependen, status gizi variabel independen. Desain penelitian cross-sectional menggunakan analisis bivariat uji Fisher untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap status kognitif. Proporsi lansia dengan status gizi kurang 21,3. status gizi baik 31,1. dan status gizi lebih 47,5 sedangkan status kognitif buruk 96,7. kognitif baik sebesar 3,3. Hasil uji analisis bivariat, mendapatkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan status kognitif p=0,222; 95 Cl, 0,973-1,186.

The increasing number of the elderly population and the life expectancy in Indonesia lead to the increasing of degenerative diseases on the elderly, which one of them is the increasing of dementia case and cognitive impairment. Central obesity is considered to be the risk factor of degenerative disease in the elderly. The aim of this study is to determine nutritional status in the elderly and its relationship with cognitive status using cross sectional study. total of 61 elderly patients from secondary data study, entitled the hydration status and its relationship with the fluid intake and physical activities in the Elderly Nursing Home Atmabrata Cilincing, North Jakarta were selected. The variables in this study are cognitive status as dependent variable and nutritional status as independent variable. Bivariate analysis using Fisher. Exact test was done to determined the relationship between nutritional status toward cognitive status. The proportion of the elderly with underweight 21.1. normoweight 31.1. and overweight 47,5 while worse cognitive condition were 96.7 and good cognitive were 3.3. The result of bivariate analysis concluded there was no significant relationship between nutritionl status and cognitive status. 0.222 95 Cl 0.973 1.186.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisancho, A. Roberto
Ann Arbor: University of Michigan Press, 1990
R 612.6 FRI a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rahayu Setyaningsih
"ABSTRAK
Populasi lansia semakin tahun akan semakin mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia sendiri sudah mencapai angka diatas tujuh persen yaitu 7,58%, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang berstruktur tua. Semakin bertambahnya umur lansia, maka lansia akan membutuhkan bantuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya adalah lansia membutuhkan bantuan caregiver dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Asupan nutrisi sangat mempengaruhi proses penuaan pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 107 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia (p value = 0,144) di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi gizi lansia seperti perubahan pada sistem pencernaan, pengobatan, aktivitas fisik, kondisi mental, adanya penyakit, serta perubahan psikologis.

ABSTRACT
The population of elderly in Indonesia has increased each year, reaching a precentage of 7,58% of the total population. The elderly will need support form someone to meet their needs. One of the needs is meeting nutritional needs. Nutritional intake affects the aging process in the elderly. The aimed of this research was to determine the correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This research used a method quantitative research with descriptive correlative research design. The sampling technique used in this research was proportional random sampling, with a total sample of 107 respondents. The results showed that there is no correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly (p value = 0.144) in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This caused by other factors that affect the elderly nutrition such as changes in the digestive system, medication, physical activity, mental condition, diseases and psychological changes."
2016
S63305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabet Augustina
"Penelitian mengenai penggunaan instrumen penapis kognitif berbasis informan pada pasien usia lanjut masih jarang hingga saat ini. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui korelasi Montreal Cogntive Assessment Indonesia (MoCA-Ina) yang sudah lazim digunakan sebagai instrumen penapis langsung dengan Short Form of Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE-S) Indonesia dari pasien usia lanjut, baik di rawat jalan maupun inap. Penelitian ini merupakan studi potong-lintang dengan teknik pengambilan sampel secara konsekutif. Kriteria inklusi pasien usia lanjut di antaranya subyek berusia di atas 60 tahun dan mengerti Bahasa Indonesia dengan baik. Kriteria inklusi informan yaitu subyek berusia 25-60 tahun, mengenal pasien usia lanjut minimal selama 10 tahun terakhir, mengerti Bahasa Indonesia dengan baik dan memiliki fungsi kognitif baik. Subyek pasien usia lanjut dengan gangguan kesadaran, depresi, masalah audtorik dan visual serta buta huruf dieksklusi. Subyek penelitian meliputi 32 pasang pasien usia lanjut dan informan. Hasil studi ini mendapatkan nilai tengah usia pasien usia lanjut yaitu 66 (61-80) tahun, skor MoCA-Ina 25 (7-29), skor rerata IQCODE-S 3.13 (2.69-4.38) dan skor total IQCODE-S 50 (43-70). Dari analisis bivariat, didapatkan korelasi kuat antara skor kedua instrumen penapisan kogntif tersebut (r= –0.738, p<0.001). Uji regresi linear menunjukkan skor MoCA-Ina dan IQCODE-S tetap menunjukkan hubungan bermakna tanpa dipengaruhi faktor demografik pasien usia lanjut.

Studies on the use of informant-based cognitive screening instrument for elderly patients are still rare until now. This study aims to investigate correlation of Montreal Cognitive Assessment Indonesia (MoCA-Ina), which has been used commonly as a direct cognitive screening instrument with Short Form of Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE-S) Indonesia of elderly patients, both inpatient and outpatient settings. This research is a cross-sectional study with consecutive sampling method. Inclusion criteria of elderly patients are subjects aged above 60 years old who understand Indonesian well. Inclusion criteria of informants are subjects aged 25-60 years old who the elderly patients at least the past 10 years, understand Indonesian well and have good cognitive. Subject elderly patients with impaired consciousness, depression, auditory and visual problems, as well as illiteracy are excluded. The study subjects include 32 pairs of elderly patients with their informants. Results of this study obtain median of age of elderly patients is 66 (61-80) years old, MoCA-Ina score 25 (7-29), IQCODE-S average score 3.13 (2.69-4.38) and IQCODE-S total score 50 (43-70). Bivariate analysis shows strong correlation between both cognitive screening instruments (r= –0.738, p<0.001). Linear regression test reveals that MoCA-Ina and IQCODE-S scores still show significant relationship with no influence of demographic factors of elderly patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sudarso
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian status gizi pada lanjut usia saat ini menggunakan Mini Nutritional Assessment MNA , namun memakan waktu yang cukup lama, dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan tidak praktis bila digunakan di komunitas. Pemeriksaan kekuatan genggam tangan dapat dijadikan instrumen penapisan status gizi pada lanjut usia. Keuntungan dari pemeriksaan kekuatan genggam tangan antara lain sederhana, alatnya mudah dibawa, tidak membutuhkan waktu yang lama, praktis dan mudah digunakan oleh bukan tenaga kesehatan, tetapi belum ada data titik potong dan akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan pada lanjut usia di komunitas.Tujuan: Mendapatkan titik potong dan akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan sebagai penapis status gizi pada lanjut usia di komunitas.Metode: Penelitian potong lintang pada subjek berusia ge; 60 tahun di Posbindu di kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur selama Januari-Februari 2017. Titik potong kekuatan genggam tangan dianalisis menggunakan kurva Receiver Operating Characteristics ROC . Akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan dibandingkan dengan Mini Nutritional Assessment, dinilai dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif NDP , nilai duga negatif NDN , rasio kemungkinan positif RKP , dan rasio kemungkinan negatif RKN .Hasil: Nilai Area Under the Curve AUC pada lanjut usia laki-laki dan perempuan adalah 90,5 IK95 82,0 ndash;99,0 dan 79,6 IK95 71,7 ndash;87,6 . Titik potong kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan untuk mendeteksi kondisi malnutrisi berturut-turut adalah le; 25 kg dan le; 18 kg dengan sensitivitas 87,5 dan 77,8 , spesifisitas 80,0 dan 65,0 , NDP 66,7 dan 55,6 , NDN 93,3 dan 83,9 , RKP 4,4 dan 2,2, RKN 0,1 dan 0,3.Simpulan: Titik potong kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan untuk mendeteksi malnutrisi berturut-turut adalah le; 25 kg dan le; 18 kg. Akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan dalam mendeteksi malnutrisi berturut-turut dinilai baik dan sedang.Kata Kunci: malnutrisi, lanjut usia, kekuatan genggam tangan, MNA
ABSTRACT
Backgound Assessment of elderly nutritional status using Mini Nutritional Assessment MNA may take longer time, should be performed by healthcare professional and not simple when using in community. Handgrip strength assessment could be a nutritional screening method for elderly. The benefits of using handgrip strength are simple, reliable, and easy performance method, but there is no sufficient information regarding its cutoffpoint and diagnostic accuracy for community living elderly.Objective To verify the cutoff point and accuracy of handgrip strength for nutritional assessment of community living elderly.Method A crossectional study was conducted at Posbindu in Pulogadung, Jakarta Timur in January February 2017. Subjects were men and women ge 60 years old. Cutoff point of malnutrition was analyzed by the ROC curve. Diagnostic accuracy of handgrip strength was calculated.Results The area under the curve AUC value of hand grip strength in elderly men and women were 90.5 CI 95 82.0 99.0 and 79.6 CI95 71.7 87.6 . Cutoff point of handgrip strength for diagnosis of malnutrition according to the reference standard were le 25 kg for men and le 18 kg for women, with the sensitivity, specificity, PPV, NPV, LR , and LR were 87.5 and 77.8 , 80.0 and 65.0 , 66.7 and 55.6 , 93.3 and 83.9 , 4,4 and 2,2, 0,1 and 0,3 for men and women, respectively.Conclusions Cutoff point of handgrip strength for diagnosis of malnutrition were le 25 kg for men and le 18 kg for women. Diagnostic accuracy of handgrip strength for diagnosis malnutrition in elderly men and women were good and moderate."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>