Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ainum Jhariah Hidayah
"Penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Progresivitas penyakit pada pasien HIV/AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor usia, genetik, penyakit infeksi lain seperti tuberkulosis dan hepatitis, faktor gizi, status imunologi dan lain-lain. Adanya pengobatan ARV belum mampu menyembuhkan penyakit namun mampu mengontrol progresivitas penyakit HIV dan AIDS dengan menekan replikasi virus, mengurangi timbulnya infeksi oportunistik. Walaupun program ini telah dilaksanakan, namun kematian akibat HIV tetap saja terjadi terutama pada tahun pertama pengobatan ARV.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien HIV-AIDS yang mendapatkan terapi ARV di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2008-2012. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data register ART dan Rekam Medik. Sampel berjumlah 396 pasien HIV yang menggunakan ARV. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Regresi Cox.
Hasil analisis multivariat menunjukkan prediktor kematian pasien HIV-AIDS yang mendapatkan ARV adalah status fungsional baring (RR=2,34, 95% CI:1,32-4,11), kategori IO berat (RR=2,11, 95% CI:1,26-3,54), dan status anemia (RR=2,56, 95% CI:1,74-3,77). Diperlukan perhatian khusus dan pemantauan bagi pasien HIV-AIDS yang menggunakan ARV dengan status fungsional baring, anemia, dan memiliki infeksi oportunistik yang berat.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is still an issue in health sector in the world, particularly in Indonesia. Progression of disease is influenced by various factors including age, genetic, and other infectious diseases such as tuberculosis and hepatitis, nutritional factors, and immunological status. ARV therapy has not been able to cure the disease yet is able to control the progression of HIV/AIDS by suppressing viral replication which reduce the incidence of opportunistic infections. Although the program has been implemented, the deaths from HIV continue to occur, especially in the first year of ARV treatment.
This study aims to investigate the predictors related to death in HIV-AIDS patients with ARV therapy in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor in 2008-2012. The study design was retrospective cohort using ART registration data and Medical Record. Number of samples were 396 HIV patients with ARV therapy. Data analysis was performed using Cox Regression.
The multivariate analysis showed that the predictors of deaths in HIV-AIDS patients with ARV therapy were functional baring status (RR = 2.34, 95% CI: 1.32-4.11), heavy IO category (RR = 2.11, 95% CI : 1.26-3.54), and anemia status (RR = 2.56, 95% CI: 1.74-3.77). Special attention and monitoring are required for HIV/AIDS patients taking antiretroviral medications with functional status of baring, anemia, and having severe opportunistic infections.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Qoulan Karima
"TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). TB dapat meningkatkan progresivitas HIV dan meningkatkan risiko kematian bagi penderita HIV. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediktor yang berhubungan dengan kejadian TB pada ODHA di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2014-2016. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data register ART dan Rekam Medis.Sampel berjumlah 817 pasien HIV. Analisis data dilakukan dengan mengguunakan multiple cox regression.
Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya peningkatan risiko TB pada kelompok dengan anemia (PR=1,60, 95% CI: 1,18-2,29) dibandingkan kelompok tanpa anemia, adanya status IO (PR=4,83, 95% CI: 2,30-10,61) dibandingkan kelompok tanpa IO, stadium HIV 3-4 (PR=6,38, 95% CI: 3,22-12,65) dibandingkan stadium HIV 1-2 dan kadar CD4 dengan nilai PR masing masing kategori: kadar 350-499 Vs ≥500 (PR=2,52, 95% CI: 0,33-19,34), kadar 200-349 Vs ≥500 (PR=2,71, 95% CI: 0,36-20,23), kadar <200 Vs ≥500 (PR=3,31, 95% CI: 0,45-24,37).Selain itu ditemukan adanya interaksi antara variabel stadium HIV dan status IO.

TB is a challenge for the control of Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) because it is the most common opportunistic infection in people living with with HIV (PLWH). TB increase HIV progressivity and increase the risk of death for PLWH. The purpose of this study is to determine the predictors are associated with TB among PLWH in RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, 2014-2016. Study design was cross sectional using ART register data and Medical Record. Total sample of 817 HIV patients were collected. Multiple cox regression analysis were applied in this research.
The results of multivariate analysis showed an increased risk of TB in the group with anemia (PR = 1.60, 95% CI: 1.18-2.29) compared to the group without anemia, group with IO (PR = 4,83, 95% CI: 2,30-10,61) than those without IO, HIV stage 3-4 (PR = 6,38, 95% CI: 3,22-12,65) than HIV stage 1-2, and CD4 levels with PR for each category: levels of 350-499 vs ≥500 (PR = 2.52, 95% CI: 0.33-19.34), levels of 200-349 vs ≥500 (PR = 2.71, 95% CI: 0.36-20.23), levels <200 vs ≥500 (PR = 3.31, 95% CI: 0.45-24.37). In addition, there was an interaction between HIV stage and IO.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardosi, Herlina
"Peningkatan kejadian HIV/AIDS pada pengguna NAPZA disebabkan masih banyak pengguna NAPZA belum memahami HIV/AIDS, dihubungkan dengan karakteristiknya seperti: tingkat pendidikan, usia, media informasi, dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan karakteristik dengan tingkat pengetahuan pengguna NAPZA tentang HIV/AIDS. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan alat ukur kuesioner, terdiri dari pertanyaan tentang data demografi dan pertanyaan tentang tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS. Analisa data yang digunakan adalah metode distribusi frekuensi dengan ukuran presentase. Teknik analisis menggunalcan Chi-Square dan T-Independent. Hasil penelitian menunjuldcan adanya hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan pengguna NAPZA tentang HIV/AIDS (p:0,000, α : 0,05). Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan pengguna NAPZA tentang HIV/AIDS. Peneliti menyarankan agar meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
Kata kunci: HIV/AIDS, karakteristik, NAPZA, pengetahuan.

The evens increation of HIV/AIDS on the user NAPZA it cause still many user did not understand about HIV/AIDS, associated with the characteristics for example; level of education, age, media information, and sex, this research for identify relationship characteristics with level of knowledge on the user NAPZA about HIV/AIDS. Design of Research is descriptive correlation with questionnaire measuring tool consists of questions about demographic data and question about level of knowledge about HIV/AIDS. Analysis of the data used is frequency distribution method with presentace size. Technical analysis by using Chi-Square and T-Independent. Results of research indicate the existence of the relationship between the age of the user's knowledge level NAPZA on HIV/AIDS (P:0,000, α:0,005). There is no relationship between level of education with knowledge about the user NAPZA HIV/AIDS. Researchers suggest that in order to increase knowledge about HIV/AIDS to prevent the spread of HIV/AIDS.
Key word: HIV/AIDS, characteristics, NAPZA, knowledge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5856
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chahya Kharin Herbawani
"Laporan HIV/AIDS Triwulan 1 Tahun 2017 menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga, dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 12.302 kasus sampai bulan Maret 2017. Selain jumlah kasus yang terus meningkat, jumlah kumulatif AIDS menurut pekerjaan/status, ibu rumah tangga menempati urutan kedua terbesar yang menderita AIDS setelah kelompok lain-lain (Kemenkes RI, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Bagor. Desain penelitian adalah cross-sectional. Jumlah responden yang diperoleh adalah 150 ibu rumah tangga. Data dianalisis dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah riwayat tes HIV (p=0,028) dan keterpaparan informasi tentang HIV/AIDS (p=0,014). Pada analisis regresi logistik multivariat diketahui bahwa riwayat tes HIV merupakan faktor yang paling mempengaruhi upaya pencegahan HIV/AIDS oleh ibu rumah tangga (p=0,028 95% CI: 1,06-13,54). Pada ibu rumah tangga yang telah terpapar informasi tentang HIV/AIDS memiliki peluang 3,787 kali lebih tinggi untuk melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS baik daripada ibu rumah tangga yang belum pernah melakukan tes HIV.
Direkomendasikan kepada kementrian kesehatan, dinas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk mensosialikasikan tes HIV sejak pra-nikah dan melakukan pendidikan kesehatan terkait HIV/AIDS yang dapat menjangkau seluruh ibu rumah tangga. Seperti melalui kelompok PKK dan pengajian. Sehingga, ibu rumah tangga dapat terpapar informasi tentang HIV/AIDS.

The first quarter of HIV/AIDS report 2017 mentioned an increase in the number of AIDS cases among housewives, from 172 cases in 2004 to 12.302 cases by March 2017. Besides the increasing number of the HIV cases, the cumulative number of AIDS by occupation group showed that the housewives group was the second largest with AIDS after unidentified group (Indonesian Ministry of Health , 2017).
The aim of this study was to determine the factors that influence the act of HIV/AIDS prevention among housewives in the work area of Bagor Community Health Centre. The study design was cross-sectional. The number of respondent who had obtained was 150 housewives. The data were analyzed with logistic regression.
The result of the study showed that factor corellated with HIV/AIDS prevention among housewives were HIV testing (p=0,028) and information exposure about HIV/AIDS (p=0,014). In multivariate logistic regression analysis was known that HIV testing was the most influencing factor for HIV/AIDS prevention in housewives (p=0,028 95% CI: 1,06-13,54). The housewives who have been done the HIV testing have 3,787 times higher chace to doing HIV/AIDS prevention than those who have not do it.
It is recommended to the ministry of health, health offices and health workers to conduct the reproductive health education related to HIV/AIDS include the HIV testing as pre-marital program, also health education that can reach all housewives such as with organization of husewives group. Thus, housewives can be exposed to information about HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi Rahman
"Berdasarkan data terakhir dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan per Desember 2014, secara kumulatif jumlah kasus HIV dan AIDS berdasarkan provinsi telah mencapai angka 32.711 kasus HIV dan 5.494 kasus AIDS, pada periode tersebut DKI Jakarta menempati posisi pertama, disusul Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pengobatan bagi pasien HIV/AIDS untuk meningkatkan mutu dan harapan hidupnya adalah dengan menjalani Terapi ARV. Skripsi ini membahas hubungan antara Faktor Predisposisi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status marital), Faktor Pemungkin (jarak ke layanan kesehatan), Faktor Penguat (faktor risiko, lama terapi dan dukungan keluarga) dengan Ketidakpatuhan Pasien HIV/AIDS dalam meminum obat ARV. Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien yang aktif terapi ARV sampai dengan Januari 2015 sebagai data sekunder dengan desain studi cross sectional. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 105 pasien HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara dan Kramatjati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,3% pasien tidak patuh dalam berobat. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan ketidakpatuhan pasien adalah status bekerja (Bekerja, PR= 2,6, 95%CI=1,0-6,7) dan status marital (Belum Menikah, PR=0,3, 95%CI=0,1-0,7). Banyaknya pasien HIV/AIDS dengan status bekerja tidak patuh dalam minum obat ARV diperlukannya peningkatan akses pengambilan obat di layanan kesehatan, dengan waktu pengambilan obat diluar jam pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan minum obat ARV pada pasien HIV/AIDS dengan status bekerja.

Based on the latest data from the Directorate General of disease control and environmental health Ministry of health per December 2014, cumulatively the number of cases of HIV and AIDS on the basis of the province has reached 32711 cases of HIV and AIDS cases, 5494 from the Jakarta ranked first, followed by East Java and West Java. Treatment for HIV/AIDS patients to improve the quality of its life expectancy and is to undergo Therapy ARV. In all regions of Indonesia in HIV treatment HIV amounted to 166,919 people, and are eligible to receive ARV therapy as much as 119,017 people or about 71,30%, receive ARV therapy as much as 93964 or 78.95% of all HIV sufferers who are eligible to receive ARV therapy, and amounted 21.05% 25053 or haven't received ARV therapy. This research discuss the relation about lot of factor, predispositions factors (age, sex, education, job status and marital status), enabling factors (distance to health services), Amplifier Factors (Risk Factor, length of therapy and family support) with the Non-Adherent HIV/AIDS patients following ARV Therapy. This research conducted using secondary data just as medical record with the design of study Cross Sectional. This research recorded 105 HIV/AIDS patients as sample at Puskesmas Jatinegara and Puskesmas Kramatjati. Result of this research is 34,3% patients is disobey the ARV Therapy. Result show 2 variable had association with non-adherent is working status (p=0,045, OR= 3,6) and marital status (p=0,001,OR=6,7)."
Universitas Indonesia, 2016
S62010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Aprilia
"HIV/AIDS adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum di dunia, jumlah kasus di Indonesia cenderung fluktuatif namun terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejauh ini, belum ditemukan obat yang dapat membunuh virus HIV, tetapi terapi antiretroviral (ART) yang sangat aktif, yang menggunakan kombinasi beberapa obat antiretroviral, merupakan lini pertama untuk menekan replikasi virus HIV. Terapi antiretroviral bertujuan untuk mengurangi laju penularan HIV di masyarakat, menurunkan morbiditas dan mortalitas, meningkatkan kualitas hidup mereka yang terinfeksi, memulihkan atau mempertahankan fungsi kekebalan tubuh, dan menghambat proliferasi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jumlah penggunaan obat antiretroviral berdasarkan jenisnya, prevalensi jenis kelamin dan usia, serta ketepatan dosis antiretroviral pasien rawat jalan HIV/AIDS di RSUP Fatmawati pada tahun 2022. Metodologi yang digunakan adalah mengumpulkan data pasien HIV/AIDS rawat jalan di RSUP Fatmawati dari Januari hingga Desember 2022 dan mengolahnya menggunakan diagram lingkaran dan batang. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi obat antiretroviral dan obat non antiretroviral sesuai dengan dosis pengobatan tatalaksana HIV/AIDS. Pada tahun 2022, tenofovir + lamivudine + dolutegravir akan memiliki tingkat penggunaan obat antiretroviral tertinggi, terhitung 18,3%. Sebagian besar pasien yang menerima terapi antiretroviral adalah laki-laki (70%), dan distribusi usia tertinggi pada usia 35-45 tahun (43,5%)
HIV/AIDS remains a significant public health concern globally, and Indonesia has experienced a fluctuating yet persistent increase in HIV/AIDS cases. Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) is the mainstay treatment for HIV, composed of a combination of antiretroviral drugs that inhibit HIV replication. Antiretroviral therapy aims to reduce HIV transmission, decrease morbidity and mortality rates, enhance the quality of life for HIV patients, restore or maintain immune function, and suppress viral proliferation. This study aims to evaluate the utilization of antiretroviral drugs based on their types, assess the prevalence of gender and age distribution, and examine the adherence to antiretroviral dosages among HIV patients at RSUP Fatmawati in 2022. Data pertaining to HIV patients receiving treatment at RSUP Fatmawati during January to December 2022 were collected and analyzed using pie charts and bar graphs. Among the various antiretroviral drug combinations, Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir was the most extensively prescribed in 2022, accounting for 18.3% of cases. The majority of patients receiving antiretroviral therapy were male (70%), with the highest proportion falling within the age group of 35 to under 45 years (43.5%).This evaluation highlights a satisfactory adherence to prescribed antiretroviral drug regimens and emphasizes the prevalence of Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir as the primary therapeutic combination in 2022. Furthermore, it underscores the predominance of male patients receiving antiretroviral treatment and emphasizes the importance of addressing HIV/AIDS management in the age group between 35 and under 45 years."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Suerni
"Klien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor sebanyak 58,33% dari 60 klien yang dirawat. Tujuan Karya Ilmiah Akhir ini untuk menggambarkan penerapan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga pada klien harga diri rendah.
Metode yang dipakai adalah studi kasus. Pada 15 klien diberikan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif serta pada 20 klien diberikan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga.
Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif menunjukkan penurunan tanda dan gejala rata-rata 54,94%; peningkatan kemampuan rata-rata 89,57%; lama rawat rata-rata 37 hari.
Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga menunjukkan penurunan tanda dan gejala rata-rata 71,2%; peningkatan kemampuan klien rata-rata 100%; peningkatan kemampuan keluarga rata-rata 98%; lama rawat rata-rata 26 hari.
Berdasarkan penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan klien dan keluarga serta lama hari rawat maka terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan pada klien dengan harga diri rendah.

There are 58.33% from 60 clients with low self esteem cronic that treatment in Yudistira ward Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Hospital. The goal of this study is to describe the implementation of cognitive therapy and family psychoeducation with low self esteem.
The method that used is case study. The nursing generalize and cognitive therapy is given to 15 clients. And cognitive therapy, nursing generalize and family psychoeducation to 20 clients.
The result to group of clients that received nursing generalize, cognitive therapy show decreased of symptoms average 54.94% and increased of abilities everage 89.57% ; average of time of treatment is 37 days.
The result to group of clients with nursing generalize, cognitive therapy and family psychoeducation show decreased of symptoms average 71.2% and increased of abalities everage 100%, with family abilities average 98%, average of time of treatment is 26 days.
By virtue of decreased of symptoms and increased of abilities clients and families, cognitive therapy and psychoeducation to recommended to clients with low self esteem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
TA6009
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irsanty Collein
"Penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman mendalam tentang makna spiritualitas pada klien HIV/AIDS dalam konteks asuhan keperawatan.Rancangan penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi dengan desain deskriptif eksploratif. Penelitian ini memperoleh lima tema yaitu (1) mendekatkan diri kepada Tuhan, (2) menghargai hidup pasca diagnosis HIV, (3) butuh dukungan dari orang terdekat, (4) mempunyai harapan untuk kehidupan yang lebih baik di hari depan,dan (5) kebutuhan spiritual yang tidak terpenuhi. Sebanyak 7 partisipan berpartisipasi menceritakan pengalamannya. Metode wawancara mendalam dan pengamatan lapangan merupakan alat bantu pengumpulan data. Data di analisis menggunakan metode Collaizi (1978). Hasil penelitian menyarankan perawat perlu melakukan pengkajian spiritual pada klien HIV/Aids selama di rawat di RS sehingga perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu klien

This study aims to explore the meaning of spirituality in HIV / AIDS patients in the nursing care at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. This research is a qualitative research phenomenology design with descriptive explorative. There were five themes in this research including more attach to God, respect for life after HIV diagnosis, need a support system, hope for a better life and patient's spiritual need?s were not fulfilled. Seven participants were recruited in this study 7 participants.In-depth interviews, field note and the observation sheet were used to collect data. The seven procedural steps proposed by Collaizi (1978) were utilized in data analysis.The result suggested nurses are supposed to make an assessment for spiritual needs as a nursing intervention and optimize nursing curriculum."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29407
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Olivia Yuriza
"Risiko perilaku kekerasan merupakan gejala positif dari gangguan skizoafektif yang timbul dari respon maladaptif. Perilaku kekerasan merupakan perilaku individu yang berupa tindakan mencederai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk menganalisis tentang asuhan keperawatan risiko perilaku kekerasan pada Tn. AD dengan gangguan skizoafektif. Implementasi pada klien dilakukan pada 15-22 April 2019. Implementasi keperawatan generalis yang dilakukan untuk mengontrol marah adalah secara fisik: relaksasi napas dalam, latihan pukul bantal; patuh minum obat, secara verbal asertif, dan secara spiritual. Implementasi tambahan yang dilakukan untuk alternatif pemecahan kasus adalah terapi musik. Implementasi ini menghasilkan penurunan tanda gejala dan mampu mengontol perilaku kekerasan. Rencana tindak lanjut yang dapat dimaksimalkan yaitu dengan cara melibatkan keluarga dalam perawatan klien sehari-hari di rumah.

The risk of violent behavior is a positive symptom of a schizoaffective disorder which arising from maladaptive response. The violent behavior itself is an individual behavior in the form of an act of injuring oneself, others, and environment. The purpose of this case report is to analyze the nursing care toward the risk of violent behavior on Mr. AD who has schizoaffective disorder. The implementation to client is carried out on April 15-22, 2019. The implementation of generalist nursing which were done to control the anger is physically: deep breathing relaxation, hit-cushion training; obediently taking medication, verbally assertive, and spiritually. Additional implementation results on the lower of the sign of symptoms and is able to control the violent behavior. Further plan that can be maximized is involving the family to take care the client every day at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Dian Sulistiowati
"Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan memberikan gambaran pemberian terapi spesialis ldquo Terapi Penerimaan Dan Komitmen rdquo pada klien harga diri rendah dan resiko perilaku kekerasan melalui pendekatan model adaptasi Roy dan interpersonal Peplau di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi Bogor ACT diberikan kepada 7 klien.
Hasil yang ditemukan ACT sama sama efektif dalam menurunkan gejala dari harga diri rendah maupun resiko perilaku kekerasanyang ditunjukkan melalui respon kognitif afektif fisiologis perilaku dan sosial tetapi penurunan gejala lebih besar terlihat pada klien dengan resiko perilaku kekerasan ACT direkomendasikan sebagai terapi spesialis keperawatan pada klien harga diri rendah dan resiko perilaku kekerasan.

This study described an overview specialist therapy Acceptance and Commitment Therapy to the patients with low self esteem and the risk of violent using Roy adaptation and Peplau interpersonal model approach at Yudistira Room Dr H Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor ACT was provided to 7 clients.
The result found that ACT was equally effective in reduced the symptoms of low self esteem and the risk of violent was demonstrated by the response of cognitive affective physiological behavioral and social but a greater reduction in symptoms seen in clients with a risk of violent ACT was recommended as therapy of nursing specialists at the client with low self esteem and the risk of violent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>