Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186786 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Izzah Dienillah
"BBLR merupakan salah satu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat. Di Indonesia, prevalensi BBLR mengalami stagnanisasi bahkan meningkat yaitu 6,7% pada 2007 menjadi 7,3% pada 2012. Banyak faktor yang memengaruhi BBLR, salah satunya adalah pelayanan ANC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan frekuensi dan kualitas pelayanan ANC terhadap kejadian BBLR dengan menggunakan data SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner SDKI 2012. Study participant dalam studi ini sebanyak 13.413 Hasil analisis ditemukan prevalensi BBLR sebesar 6,9%. Karateristik BBLR lahir dengan berat badan rata-rata yaitu 2055,11 gr dan berat badan terendah lahir dengan berat 700 gr. Faktor yang secara statitstik berhubungan dengan BBLR adalah frekuensi, kualitas ANC, pekerjaan ibu pendidikan ibu, komplikasi kehamilan, paritas, dan status ekonomi. Dari hasil analisis logistic regression ditemukan ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan serta mendapatkan frekuensi ANC yang buruk, memiliki risiko melahirkan BBLR 2,772 kali dibandingkan ibu yang tidak mengalami riwayat komplikasi kehamilan dan mendapatkan frekuensi ANC yang baik. Serta ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal dengan kualitas buruk berisiko 1,126 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal baik setelah dikontrol variabel frekuensi ANC. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan frekuensi dan kualitas ANC dengan BBLR tidak signifikan dengan mempertimbangkan p value >0,05 dan CI rentangnya melewati angka 1. Terdapat potensi bias seleksi yang besar dimana missing pada studi partisipan sebanyak 19%.

LBW is one of indicators to describe public health. In Indonesia, the prevalence of LBW increased by 6.7% in 2007 to 7.3% in 2012. Many factors affect the LBW, one of which is the ANC. This study aims to see the relationship of frequency and quality of ANC service to the occurrence of LBW by using data of SDKI 2012. This is a cross sectional study using the questionnaire SDKI 2012. Study participant in this study as many as 13,413. The results showed the prevalence of LBW by 6.9% . Characteristics of LBW was born with an average body weight of 2055.11 gr and the lowest is 700 gr. Factors that are statistically associated with LBW are frequency, ANC quality, maternal education, work, pregnancy complications, parity, and economic status. From the results of logistic regression analysis found that women with a history of complications and lack of ANC frequency, has a risk of giving birth to LBW 2,772 times to mothers who had no pregnancy complication and had good ANC. As well as mothers who received quality antenatal service with poor quality 1.126 times larger to give birth to LBW with mothers who have good quality antenatal care after controlled by ANC frequency. However, the results of this analysis show that the relationship of frequency and quality of ANC to BBLR is not significant with p value> 0,05 and CI range exceeds the number 1. There is a large selection potential bias which showed by 19% missing data from eligible population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Mulya Nasrun
"Latar Belakang : Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian neonatal (AKN) Indonesia adalah 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih rendah dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), dengan harapan pada tahun 2030 AKN tidak lebih dari 12 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal berasal dari kesehatan ibu yang buruk, perawatan yang tidak memadai selama kehamilan, manajemen komplikasi yang tidak tepat selama kehamilan dan persalinan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan riwayat frekuensi Antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode : Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SDKI 2017. Variabel dependen adalah kematian neonatal. Variabel independen utama adalah antenatal care
(ANC). Variabel kovariat adalah imunisasi TT, tempat tinggal, usia ibu, pendidikan ibu, paritas, tempat persalinan, jenis kelamin bayi, kelahiran cesar dan kelahiran kembar. Analisis menggunakan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS-24
Hasil : Proporsi kematian neonatal adalah sebanyak 91 kasus (1,1%). Hasil analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia dengan pvalue = 0,003 (p 0,05) dan POR 3,110 dengan 95%CI (1,489-6,499).
Kesimpulan : Ada hubungan antara frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia. Bagi ibu hamil agar melakukan antenatal care (ANC) minimal 4
kali selama masa kehamilan sesuai anjuran pemerintah dan WHO dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dasar sehingga memiliki
motivasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Sehingga dapat menurunkan angka kematian neonatal di Indonesia.

Background: Based on the results of the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 the Indonesian neonatal mortality rate (NMR) is 15 per 1,000 live births. This figure is still low compared to the Sustainable Development Goals (SDGs) target, with the hope that in the year 2030 NMR will not exceed 12 per 1,000 live births. Neonatal mortality comes from poor maternal health, inadequate care during pregnancy,
management of improper complications during pregnancy and childbirth.
Objective: This study aimed to look at the history of antenatal care (ANC) relationships with neonatal deaths in Indonesia.
Method: The data used in this study is the 2017 IDHS data. The dependent variable is neonatal mortality. The main independent variable is antenatal care (ANC). Covariate variables are TT immunization, place of residence, mothers age, mothers education, parity, place of delivery, sex of the baby, cesarean delivery and twin births. Analysis using logistic regression using the SPSS-24 application
Results: The proportion of neonatal deaths was 91 cases (1.1%). The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between the frequency antenatal care (ANC) relationship with neonatal death in Indonesia with pvalue = 0.003 (p 0.05) and POR 3.110 with 95% CI (1,489-6,499).
Conclusion: There is a relationship between the frequency of antenatal care (ANC) and neonatal death in Indonesia. For pregnant women to do antenatal care (ANC) at least 4
times during pregnancy according to the recommendations of the government and WHO to increase knowledge about basic prenatal care so that they have the motivation to
improve maternal and fetal health. So that it can reduce neonatal mortality in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Qurani Sam
"Lebih dari 500.000 ibu yang meninggal tiap tahunnya disebabkan karena komplikasi pada kehamilan. Meskipun pada kenyataannya komplikasi obstetric menjadi kejadian yang tidak dapat diramalkan dan menyebabkan sekitar lebih dari 90% kematian ibu pada saat atau sekitar persallinan. Maka dari itu, pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengganggap semua kehamilan berisiko. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menurunkan angka kejadian maternal mortality di Indonesia yakni dengan mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepatuhan kunjungan dan kelengkapan antenatal care (ANC) dengan kejadian komplikasi obstetri sehingga selanjutnya dapat dilakukan perencanaan penanggulangan secara lebih efektif dalam hal menurunkan kematian ibu di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan design penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah ibu berumur 15-49 tahun yang memiliki anak 5 tahun terakhir yang memenuhi kriteria inklusi dengan mengambil total sampling. Hasil permodelan akhir analisis multivariat cox regresi dimana diperoleh adanya hubungan kepatuhan dan kelengkapan ANC yang signifikan secara statistik terhadap komplikasi obstetric dengan nilai PR sebesar 1,33 (95%CI 1,22-1,46) dengan nilai p 0,0001. Maka dapat disimpulkan, ada hubungan kepatuhan kunjungan dan kelengkapan ANC terhadap komplikasi obstetric di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel umur, paritas, riwayat komplikasi, dan pendidikan.

More than 500,000 mothers died each year due to complications in pregnancy. Even though obstetric complications become unpredictable events and caused more than 90% of maternal deaths at or around delivery. Therefore, the approach taken is to assume all pregnancies are risky. One of the strategies that can be used to prevent and reduce the incidence of maternal mortality in Indonesia is to find out whether there is a relationship between compliance and completeness antenatal care (ANC) with the incidence of obstetric complications so that further management planning can be done more effectively in terms of lowering maternal mortality in Indonesia. This study used secondary data from the Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 with a cross-sectional design. The sample in this study were mothers aged 15-49 years who had children in the last 5 years who were eligible with the inclusion criteria by taking total sampling. The results of the final modeling of multivariate cox regression analysis showed that there was a relationship between ANC compliance and completeness with obstetric complications with a PR value of 1.33 (95% CI 1.28-1.46) with a p-value of 0.0001. So it can be concluded, there is a relationship between compliance and completeness of ANC to obstetric complications in Indonesia after being controlled by age, parity, history of complications, and education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Darmanto
"Angka kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2002 adalah 13,4 %, angka tcrsebut masih tinggi jika dibandingkan negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara, padahal dari berbagai literatur menyatakan bahwa adanya pengaruh yang sangal merugikan akibat kejadian BBLR pada tahap kehidupan sclanjutnya (masa balila, anal;- anak, rcmaja, dan dewasa). Disisi lain, masih sedikit penelitian di Indonesia yang mcngangkat masalah penyebab BBLR khususnya status ekonomi.
Tujuan pcnclitian ini adalah mcngetahui hubungan tingkat perckonomian rumah langga di Indonesia tcrhadap kcjadian BBLR sclama kurun waktu tahun |997 - 2003. Khususnya didacrah pcdcsaan dan perkotaan Dcsain pcnelilian ini adalah polong Iinlang, yang mcnggunakan data sckundcr dari hasil survey SDK! tahun 2002 - 2003. Pengukuran tingkal perckonomian menggunakan variabcl wealth indcks, scdangkan pengukuran variabcl BBLR dalam bentuk katagorik. Sampcl yang dianalisis dalam pcnclitian ini benjiumlah 10049 data. Analisis statistik menggunakan rcgresi logislik ganda.
Hasil analisis penelitian ini mcndapalkan gambaran perekonomian tingkat nasional yang hampir merata anlara perscntase kclompok ekonomi kcluarga tertinggi dengan terendah (sckitar 20 %). Untuk dncrah pcdcsan lebih banyak pcrscntasc kclompok ekonomi kcluarga terendah (37%). Gambaran sebaliknya pada dacrah pcrkolaan terlihat paling banyak adalah persentase kelompok ekonomi kcluarga tertinggi (35 %). Untuk variabel dependen, gambaran BBLR pada tingkat nasional sebesar 7,5 % pada kelompok ekonomi kcluarga terendah, sedangkan persmtase kelompok ekonomi keluarga tertinggi hanya 4,8 %. Urutan basil yang sama dapat ditemukan pada kelompok yang tinggal di daezah perkotaan, namun untuk daerah pedesaan, angka BBLR justru terendah pada kelompok ekonomi keluarga sedang (5,4 %).
Pcnelitian ini menyimpulkan bahwa. adanya hubungan tingkat perekonomian rumah tangga dengan kejadian BBLR di Indonesia ku"un waktu 1997 - 2003. Untuk kelompok ekonomi keluarga rendah di Indonesia mepunyai kcccndcrungan untuk mcluhirkan BBLR sebcsar POR = 1,26 (95 % CI: l,04 - l,52) dibanding kelompok ekononomi kcluarga tinggi. Adanya Kcmaknaan hubungan kedua variabel tcrsebut juga terjadi pada daerah pedesaan (POR= |,36; 95 % Cl: 1,02 - l,8) namun tidak dcmikian halny dengan daerah perkotaan (POR= l,26; 95 % Cl: 0,81 - |,56).
Penulis menyarankan adanya program pencegahan BBLR yang mcnyeluruh terutama pada kelompok ekonomi keluarga rendah, terlebih lagi kelompok ekonomi keluarga rendah yang tinggal di daemh pedesaan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah antisipasi adanya data mising pada daerah pedesaan dan kelompok ekonomi keluarga rendah dalam pengumpuian data serta penambahan beberapa pertanyaan penting yang diduga mempunyai hubungan dengan kejadian BBLR pada kegiatan sejenis survei SDKI dimasa yang al-can datang.

The prevalence of LBW lndonesia in 2002 is 13.4 %, that number is still high comparing with other countries in Southeast Asia, although from various literatures say that the existences ofthe harming effect because of the LBW occurrence in the next period of life (childhood, teenagers, and adults), in the other hands there are still a few researches in indonesia that rise about the couse of LBW especially in ES.
The objective of this study is to know the relationship of ES household level in Indonesia upon the LBW during 1997 - 2003 period, especially in the rural and urban areas. This study is an analysis of secondary data gathered through Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002 - 2003. Design of the study is cross sectional. The measurement ol`ES used wealth index variable and LBW variable is in the form of categorical data. The number of sample to analysis in this study is amount 10049 data, statisic analysis used multiple logistic regression.
The result of this study shows that representation at national level ofES is almost equal in all strata of economics (i 20 %). ln the rural area, poorest families group has highest percentage (37 %). lt’s dissimilar in the urban area that show most richest families group (35 %). For dependent variable, the representation of LBW in national level is 7.5 % in the poorest group, while the percentage ofthe richest is only 4.8 %. The same sequence result can be found in the group who live in the urban areas, but for the rural areas, the number of LBW is even the lowest in the middle of ES (5,4 %).
The study concludes that there is relationship between ES in household level with the prevalence ot`LBW in Indonesia for the period 1997 - 2003. The poor families in Indonesia has tendency for having LBW for as much of POR = 1.26 (95 % CI: 1.04 - 1.52) comparing to the rich families. The result in the rural level have relationship as much of POR= l,36; 95 % Cl: 1,02 ~ l,8, but in the urban area haven’t significant value (POR= l,26; 95 % CI: 0,81 - I,56). The writer suggest that the existence ol' comprehensive prevention progmm of LBW especially in the poor group, more over the poor families who live in n.|ral areas. Other case that needed to be considered is the anticipation of missing data in rural areas and the poor families group while data collection and to addition ol` some essential questionnaires that suspected has importance relation with LBW prevalence in the similar survey of IDHS in the next fixture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34387
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aryastuti
"Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian maternal yang sebenarnya dapat dicegah melalui perawatan kehamilan yang baik. Peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan yang tidak diikuti dengan menurunnya komplikasi persalinan karena para ibu hamil belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan yang sesuai standar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perawatan kehamilan dengan komplikasi persalinan pada ibu di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi analitik menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian yaitu semua perempuan usia 15-49 tahun yang pernah melahirkan anak hidup maupun mati, tercakup dalam rumah tangga yang disurvei di 33 propinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak 11.803 responden.
Variabel yang diteliti adalah komplikasi persalinan, perawatan kehamilan, umur ibu saat melahirkan, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, penolong persalinan, tempat persalinan, riwayat komplikasi kehamilan, riwayat komplikasi persalinan sebelumnya dan kehamilan kembar. Analisis menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian komplikasi persalinan di Indonesia antara kurun waktu tahun 2007-2012 sebanyak 49,2% dan prevalensi perawatan kehamilan yang buruk tidak sesuai standar sebanyak 91,2%. Ibu dengan perawatan kehamilan yang buruk berisiko 1,3 kali lebih tinggi mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan ibu dengan perawatan kehamilan baik (OR: 1,3, 95% CI: 1,14-1,49).

The complication that appears during delivery is the direct cause of maternal death which could be prevented through a better antenatal care. Improved antenatal coverage was not followed by decline of delivery complication since mothers/pregnant women has not been fully obtained adequate standard services. The purpose of this study to analyze the relationship between antenatal care with childbirth complications on mothers in Indonesia. This research is an analytical study uses data of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) at year 2012 with cross-sectional design study. The research sample was all women aged 15-49 years who had given birth the child alive or dead, is included in the households surveyed in 33 provinces in Indonesia that meet the criteria of the study sample as many 11.803 respondents.
Variables studied are childbirth complications, antenatal care, maternal age in childbirth, education, parity, preceding birth interval, birth attendence, place of delivery, a history of pregnancy complications, previous history of childbirth complications and multiple pregnancies. Analysis using multiple logistic regression. Results showed the prevalence of childbirth complications on mother's in Indonesia between the period of 2007-2012 as much as 49.2% and the prevalence of poor antenatal care (is not according to standards) as much as 91.2%. Mothers with poor antenatal care were 1,3 times higher risk for complications of childbirth compared with women with good antenatal care (OR: 1.3, 95% CI: 1.1 to 1.4).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Oktaviana
"Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, namun ibu mungkin menghadapi penyulit. Kematian ibu bisa menjadi hasil akhirnya bila tidak tertangani dengan baik. Hal ini dapat dicegah apabila pelayanan antenatal dilakukan secara rutin dan terpadu yang melibatkan suami, sehingga kesehatan ibu terpantau serta persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi dijalankan. Pemerintah telah mengupayakan pelayanan kesehatan ibu, namun belum dimanfaatkan optimal, berdasarkan hasil cakupan pelayanan kehamilan dan persalinan yang belum memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan partisipasi suami dengan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. Penelitian dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data SDKI 2012. WUS yang melahirkan anak lahir hidup satu tahun sebelum survei menjadi populasi. Besar sampel 504 responden. Partisipasi suami dalam masa kehamilan diukur berdasarkan pendampingan suami saat kunjungan antenatal, diskusi tentang kehamilan, dan persiapan persalinan serta pencegahan komplikasi. Sedangkan kunjungan antenatal didasarkan atas jadual kunjungan rekomendasi WHO. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Pemanfaatan layanan kunjungan antenatal lengkap sesuai jadwal rekomendasi minimal (1-1-2) di Indonesia Tahun 2012 75,8% dan partisipasi suami tergolong tinggi sebesar 94,8%.
Hasil uji regresi logistik menunjukkan ibu dengan suami yang berpartisipasi tinggi, berpeluang 2,29 kali untuk melakukan kunjungan antenatal lengkap (95% CI 0,997-5,267) dibanding ibu dengan suami berpartisipasi rendah setelah dikontrol pendidikan ibu. Namun, secara statistik tidak ada hubungan signifikan antara partisipasi suami dengan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. Pendidikan ibu merupakan determinan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal dan berhubungan dengan partisipasi suami dalam masa kehamilan di Indonesia. Diseminasi pengetahuan yang tepat sesuai karakteristik serta upaya untuk mengoptimalkan partisipasi suami diperlukan untuk mencapai target pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia.

Pregnancy and labor are natural processes, but women may face complications. Maternal death can be the result if it is not handled properly. It can be prevented if antenatal care was done continuity and integrated by involving the husband. So the mother's health is monitored, also birth preparedness and complication readiness is well planned. The government has performed maternal health services, but not utilized optimally yet, based on coverage rate of pregnancy and delivery services that still well below the target set by Ministry of Health in 2010-2014.
The purpose of this study is to identify the association between husband's participation and utilization of antenatal services in Indonesia. Research done using cross sectional approach, by analyzing Indonesian Demographic and Health Survey 2012. Women which give birth one year before survey become population. Sample size was 504 respondents. Husband's participation was measured by husband's assistance during antenatal visits, discussions about pregnancy, and birth preparedness and complication readiness. Which antenatal services was determined by WHO's recommendation schedule. Data were analyzed using logistic regression test. In Indonesia, the utilization of completed antenatal visits was 75,8% and husband's high participation was 94,8% in 2012.
The logistic regression analysis revealed that mother with highly husband participation were more likely to completed antenatal visits (OR= 2,29; 95% Cl: 0,997-5,267) than mother with low husband participation, after controlled mother's education level. Mother's education level were determinants of antenatal services utilization and had association with utilization of antenatal services in Indonesia. Proper dissemination of knowledge according to the characteristics and efforts to optimize husband's participation are needed in order to reach the target of utilization in antenatal services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Sarita
"ABSTRAK
Berat badan lahir bayi merupakan salah satu indikator bayi bertahan hidup. Bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami
kematian di usia neonatal. Ibu hamil yang melakukan antenatal care dengan baik
akan memiliki risiko yang semakin rendah untuk melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah. Papua merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka ibu tidak
melakukan antenatal care cukup tinggi bila dibandingkan dengan propinsi lain di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan ANC dengan berat lahir bayi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan kehamilan. Metode penelitian
adalah studi potong lintang dengan consecutive sampling kepada subjek yaitu
anak berusia 0-60 bulan dan ibu sebagai responden di daerah Pegunungan
Jayawijaya, Papua. Data didapatkan melalui wawancara yang kemudian dianalisis
dengan uji Chi square. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan
frekuensi antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 1,000), tidak ada hubungan
kelengkapan antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 0,561). Perlu dilakukan
penelitian yang lebih baik untuk mengetahui keterbatasan pelaksanaan antenatal
care di Papua

ABSTRACT
Birth weight indicates survival rate of babies. Babies with low birth weight are at
risk of mortality at neonatal age. Pregnant women who do the antenatal care well
will have least risks of giving birth to a baby with low birth weight. The number of
mothers without antenatal care in Papua is likely higher than most of the
provinces in Indonesia. The aim of this research is to know the correlation
between the antenatal care implimentation and the birth weight, and also to raise
people?s awareness of the importance of antenatal care. This research is using
cross sectional study with consecutive sampling to the subjects, which are
children aged 0-60 months and mothers, as the respondent in Jayawijaya, Papua.
Data were obtained through interviews, which were later analyzed with Chi
square test. As a result of this research, there are no correlation between the
frequency of antenatal care and birth weight (p = 1,000), no relevancy between
the completeness of antenatal care and birth weight (p = 0,561). Further and
better research is needed to find out the limited implementation of antenatal care
in Papua."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Oster Suriani
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol tidak berpadanan. Jumlah sampel 2500 orang terdiri dari 500 orang ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR (kasus) dan 2000 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang buruk kemungkinan berisiko melahirkan BBLR 2,22 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang baik setelah dikontrol pendidikan ibu. Variabel lain yang terbukti signifikan berhubungan adalah jenis kelamin, umur ibu, pendidikan ibu, paritas, dan komplikasi kehamilan.

ABSTRACT
This study is depth analysis data of IDHS 2007. The design of this study is nonmatching case-control with, the number of sample was 2500 that consisted of 500 mothers who gave birth with LBW as a case group birth and 2000 mothers who gave birth normal weight.
The result of this study showed that mothers who utilized bad (low) quality of ANC had the tendency to have LBW 2.22 times higher compared to mothers who utilized good quality ANC, controllod by education?s mother. Significant variabel with LBW occurence statistically is baby gender, mother?s age, mother?s education, parity, complication during pregnancy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28445
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Setyawati
"Antenatal care merupakan layanan kesehatan kepada ibu hamil, bertujuan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta untuk meningkatkan kesehatan yang optimal pada masa kehamilan. Wanita hamil harus memiliki akses terhadap perawatan ANC yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas pelayanan ANC Kabupaten Tegal, dengan menggunakan kerangka konsep Donabedian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kategorik dengan pendekatan cross sectional melalui metode observasi. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan responden bidan yang melakukan layanan ANC sebanyak 30 orang di 15 puskesmas kecamatan.
Hasil penelitian menunjukkan kualitas layanan ANC pada 15 puskesmas kecamatan di kabupaten Tegal baik, secara struktur/sarana prasarana kualitas baik 100, pada proses/SOP ANC terdapat 66,7 bidan melaksanakan ANC dengan kualitas baik dan 33,3 kurang baik serta pada outcome/manajemen ANC baik 100. Peneliti berpendapat perlu adanya monitoring dan evaluasi yang kontinyu terhadap pelaksanaan layanan ANC.

Antenatal care is a type of healthcare provided for pregnant women with the goal of reducing morbidity and mortality and promoting optimal health throughout the pregnancy. Expectant mother should be facilitated with access to a high quality antenatal care.
This study aimed to identify descriptive of quality of antenatal care in Tegal district by utilizing Donabedian framework. The study design was descriptive with cross sectional approach through observation method. 30 midwives who provided antenatal care in 15 health centers were selected through total sampling method.
The result demonstrated that quality of antenatal care in 15 health centers was good, 100 good in terms of structure, 66.7 of midwives provided antenatal care with a good quality in terms of procedure, and 100 good in terms of outcome management. The study recommends the need for continuous monitoring and evaluation of antenatal care implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naela Fadhila
"Latar Belakang: Gambaran malposisi ujung pipa endotrakeal seringkali ditemukan pada pembacaan foto toraks konvensional bayi, terutama bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR). Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat hingga saat ini belum ada rumus kedalaman pipa endotrakeal yang diperuntukkan pada kelompok tersebut. Usia gestasi, berat badan, dan panjang badan bayi merupakan parameter pertumbuhan yang seringkali dipertimbangkan dalam menentukan perkiraan kedalaman pipa endotrakeal. Hingga saat ini belum ada studi yang mengevaluasi masalah malposisi pipa endotrakeal pada BBLASR di Indonesia serta faktor-faktor yang memengaruhinya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian malposisi ujung pipa endotrakeal dan faktor yang memengaruhi ketepatan ujung pipa endotrakeal pada BBLASR.
Metode: Penelitian potong lintang pada BBLASR yang dirawat di Unit Neonatologi FKUI-RSCM pada Januari-Desember 2023, yaitu bayi yang dilakukan prosedur intubasi kemudian dilakukan pemeriksaan foto toraks konvensional untuk mengkonfirmasi ketepatan ujung pipa endotrakeal. Faktor risiko yang dinilai adalah usia gestasi, berat badan, dan panjang badan.
Hasil: Terdapat 42 subyek yang ikut serta dalam penelitian ini dengan proporsi jenis kelamin yang merata, rerata usia gestasi 28 (SD 3) minggu, median usia saat intubasi 0 hari, rerata berat badan 814 (SD = 109) gram, dan rerata panjang badan 32,7 (SD = 3,4) cm. Terdapat 31 subyek dengan ujung pipa terlalu dalam, tidak ada subyek dengan ujung pipa menggantung, dan terdapat 11 subyek dengan ujung pipa endotrakeal yang tepat. Rerata kedalaman pipa endotrakeal yang tepat pada semua subyek adalah 6,4 (SD 0,6) cm. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap ketepatan ujung pipa endotrakeal adalah berat badan dengan perbedaan rerata kelompok ujung pipa endotrakeal tepat dibanding malposisi adalah 85 (IK 95% 11 – 159) gram, p=0,02.
Kesimpulan: Kejadian malposisi ujung pipa endotrakeal pada BBLASR di penelitian ini adalah 73,8%, dengan kondisi letak ujung pipa endotrakeal terlalu dalam pada semua subyek dengan malposisi. Hanya berat badan yang memengaruhi ketepatan ujung pipa endotrakeal secara statistik.

Background: Endotracheal tube (ETT) malposition frequently occurs in neonates with extremely low birth weight. Currently, no established formula exists for estimating the ideal depth of ETT insertion in this specific group. Commonly, gestational age, weight, and body length are utilized as growth parameters to determine the estimated depth of the endotracheal tube. Notably, there is a lack of studies addressing the issue of ETT malposition in extremely low birth weight infants in Indonesia and the associated influencing factors.
Objective: To determine the proportions and identify factors influencing the endotracheal tube tip position in extremely low birth weight neonates.
Method: Cross-sectional research was carried out at the Neonatology Unit of the Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study involved retrieving data on gestational age, body weight, body length, and appropriate endotracheal tube length from the medical records and chest X-rays of extremely low birth weight neonates born between January and December 2023.
Results: In this study, 42 subjects participated, demonstrating an equal gender distribution, a mean gestational age of 28 (SD 3) weeks, a median age at intubation of 0 days, an average weight of 814 (SD = 109) grams, and an average body length of 32,7 (SD = 3,4) cm. Among them, 31 subjects had the tube tip positioned too deep, none had too shallow ETT tip, and 11 had the right position. The mean depth of the appropriate ETT in all subjects was 6,4 (SD 0,6) cm. Body weight emerged as a significant risk factor influencing the accuracy of the endotracheal tube tip, with a mean difference of 85 grams (95% CI 11 – 159) between the correct and malposition groups, p=0.02.
Conclusion: The incidence of ETT malposition in this study was 73,8%, with the tip found to be excessively deep in all subjects with malposition. Only body weight statistically influenced the accuracy of the endotracheal tube tip.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>