Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62789 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laily Amalia Savitri
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada masalah konstruksi identitas dalam fenomena cross-dressing yang ditinjau melalui studi terhadap lima shoujo manga. Konstruksi identitas ini diketahui melalui bentuk ekspresi identitas, identifikasi identitas gender, serta perubahan dan fungsi dari tindakan cross-dressing. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan pada penjelasan dan uraian argumentatif yang didukung dengan penelitian perpustakaan. Proses identifikasi identitas menggunakan kategori gender Bem dan konsep pertunjukan gender Butler. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam fenomena cross-dressing terdapat kecairan identitas dari pelakunya. Kecairan identitas ini digunakan pelaku cross-dressing laki-laki dan perempuan sebagai strategi mereka dalam menghadapi sistem patriarki di Jepang.

ABSTRACT
This study focused on the problem of identity construction in the cross dressing phenomenon which is reviewed through studying five shoujo manga. The identity construction is known through the form of identity expressions, the identification of gender identity, also through the changes and the functions of cross dressing acts. This study is a qualitative research which concerning descriptive argumentation supported by literature studies. Bem rsquo s gender category and Butler rsquo s concept of gender performativity is used in this study for identity identification. The results indicated that there were some fluid identities in the cross dressing phenomenon. This fluid identities are used by cross dressing performers men and women as a strategy to deal with the patriarchal system in Japan."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sulistiorini
"Manga, istilah Jepang untuk komik, adalah salah satu keistimewaan pada budaya popular Jepang masa kini. Manga, selain sebagai bacaan yang paling digemari di Jepang, dewasa ini mulai dikenal dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia.Salah satu jenis manga yang unik, ialah shoujo manga, yaitu manga yang dibuat oleh wanita dan ditujukan untuk wanita.Seberapa banyak pembaca shoujo manga, dart apa saja pengaruhnya bagi pembacanya? Dalam skripsi ini penulis mencoba meneliti banyaknya pembaca shoujo manga dan pengaruh apa saja yang dibawa akibat membaca shoujo manga.Dari penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa pembaca shoujo manga adalah mayoritas, karena 100% responden menyatakan membaca shojo manga. Selain itu, pengaruh yang dibawa juga lebih banyak positifnya, seperti menmberi hiburan dan meningkatkan percaya diri.Dalam skripsi ini, penulis juga mengupas sejarah manga dan shoujo manga sejak jaman kuno hingga perkembangannya dewasa ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Andriani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penggambaran fungsi perpustakaan
sekolah dalam shoujo manga terbitan MnC Comics 2011. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisi isi kuantitatif dengan mengidentifikasi representasi
fungsi perpustakaan sekolah berdasarkan kegiatan siswa di perpustakaan. Hasil
penelitian menunjukkan fungsi perpustakaan sekolah paling banyak
direpresentasikan sebagai fungsi rekreatif (59%) dan yang paling kecil adalah
fungsi tanggung jawab administratif (10%). Representasi fungsi perpustakaan
sekolah tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan sekolah merupakan tempat di
mana segala macam interaksi dapat dilakukan oleh siswa. Manga sebagai novel
fiktif yang bersifat menghibur umumnya dibuat berdasarkan pengalaman
keseharian sehingga dapat menggambarkan kondisi siswa di Jepang dalam
memanfaatkan perpustakaan sekolah.

ABSTRACT
This research explains about representation the functions of school
libraries in shoujo manga which was published by MnC Comics 2011. This
research uses quantitative content analysis to calculate the activities of the
characters in school libraries based on certain characteristics to be classified
according to the functions of school libraries. The result of research shows that the
functions of school libraries is the most representated as recreation function (59%)
and the smallest is the administratitive responsibilty function (10%). The
representation functions of school libraries show that the school library is a place
where every kind of interactions can be done by student. Manga as a fiction novel
which is entertaining generally made base on daily experience so that can describe
the condition of students in Japan whom using school libraries.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43710
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1996
305.3 BLE (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Ulina
"Manga boys love (BL) merupakan salah satu budaya pop Jepang yang telah mendunia, berfokus pada kisah hubungan romantis antara laki-laki yang menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh homoseksual dengan spektrum identitas gender yang beragam. Penelitian ini menganalisa proses “konstruksi identitas gender” tersebut, khususnya melalui tokoh Karasuma dalam manga BL bergenre omegaverse dengan judul Kurui Naku no wa Boku no Ban karya Kusabi Keri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan Queer Theory dari Judith Butler, didukung oleh konsep gender performativity dan gender identity sebagai pilar utama teori tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karasuma sebagai seorang tokoh omega, awalnya digambarkan sebagai seorang “laki-laki” dengan identitas gender feminin, lemah, dan inferior sehingga kerap mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak senonoh oleh kelompok alpha, kelompok laki-laki dengan identitas gender maskulin, dominan, kuat, dan superior. Namun Karasuma berusaha mengubah identitas gender feminin yang dilekatkan padanya, dengan mendobrak norma dan relasi gender tradisional yang berlaku melalui berbagai perlawanan dan strategi, atau “gender performativity”—mengikuti terminologi Butler—hingga berhasil mengonstruksi identitas gendernya sendiri, dan melahirkan identitas gender yang baru, yang disebut oleh Butler sebagai “identitas gender ketiga” atau masculine female. Sebagai genre narasi yang diproduksi dan dinikmati perempuan, Kurui Naku no wa Boku no Ban pun menjadi salah satu wacana baru yang mendekonstruksi gagasan heteronormativitas dalam masyarakat Jepang.

Boys Love manga (BL) is a worldwide Japanese pop culture, focusing on the story of romantic relationships between men which presents homosexual figures with diverse set of gender identities. This study analyzes the process of "construction of gender identity", specifically through the character Karasuma in the BL omegaverse manga titled Kurui Naku no wa Boku no Ban by Kusabi Keri. This research uses descriptive analysis method in Judith Butler’s Queer Theory and is supported by the concept of gender performativity and gender identity. This research finds that Karasuma as an omega figure, was initially described as a male with feminine, weak, and inferior gender identity, as a result, he often experiences discrimination and indecent treatment by alpha characters or men with masculine, dominant, strong, and superior traits. However, Karasuma tried to change the feminine gender identity attached to him, by opposing traditional gender norms and relations through various resistances and strategies, or "gender performativity"—following Butler's terminology—to succeed in constructing his own gender identity, and thereby generate a new gender identity that is what Butler calls "third gender identity" or masculine female. As a narrative genre that is produced and enjoyed by women, Kurui Naku no wa Boku no Ban has become a new discourse that deconstructs the idea of heteronormativity in Japanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Nabeela Anindhita Ariny Roboth
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kompleksitas identitas gender melalui lensa karakter Yuu Arima dalam manga Boy Meets Maria. Peneliti menerapkan teori performativitas gender yang dikemukakan oleh Judith Butler untuk memahami isu identitas gender pada karakter Yuu Arima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas gender pada karakter Yuu Arima bersifat cair, tergantung konteks, tidak tetap. Yuu Arima dapat dibaca sebagai gambaran dari keberagaman dan kompleksitas identitas gender. Perjalanan Arima dalam menemukan identitasnya tidak hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial, tetapi juga merupakan eksplorasi pribadi yang membebaskannya dari konsepsi-konsepsi baku tentang gender.

This research aims to describe the complexity of gender identity through the lens of the character Yuu Arima in the manga Boy Meets Maria. The researcher applies the theory of gender performativity proposed by Judith Butler to understand the issue of gender identity in the character Yuu Arima. The research results indicate that the gender identity of the character Yuu Arima is fluid, dependent on the context, not fixed. Yuu Arima can be read as an illustration of the diversity and complexity of gender identity. Arima's journey in finding his identity is not only to fulfill social expectations, but is also a personal exploration that frees him from standard conceptions of gender."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aliska Taskiah
"Film-film Hollywood bertema berlintas-busana (cross-dressing) selama lonjakan ketenarannya pada 1980-an diyakini mengurangi persepsi dominasi pria terhadap wanita di masyarakat. Namun, kenyataanya film bertemakan berlintas-busana di Hollywood pada 1980-an masih menggambarkan laki-laki lebih unggul daripada perempuan seperti Tootsie(1982) dan Just One of The Guys(1985). Karena film-film tersebut tampaknya mempromosikan kesetaraan gender, konsepsi cross-dressing membantu mengurangi dominasi laki-laki sering dibahas dalam penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan menganalisis representasi karakter utama dalam cross-dressing film Hollywood pada 1980-an adalah untuk mengatasi kesalahpahaman yang telah bertahan hingga hari ini. Metode utama adalah analisis tekstual dengan melihat elemen sinematografi dari setiap film. Konseptualisasi Connel (1995) tentang hegemoni maskulinitas, dan teori objektifikasi Frederickson dan Roberts (1997) digunakan sebagai kerangka teoritis untuk menganalisis kedua film ini. Hasil analisis artikel ini menunjukkan bahwa film Hollywood bertema berlintas-busana di tahun 1980-an masih menjunjung tinggi nilai tradisional yang merendahkan wanita dengan mengutamakan penggambaran perspektif gender laki-laki.

Cross-dressing Hollywood movies during their surge to fame in the 1980s believed to reduce the perception of male domination over womenin society. However, cross-dressing Hollywood movies in 1980s still portrays men as superior to women such as Tootsie (1982) andJust One of The Guys (1985). Sincethe movies seems to promote gender equality, the conception of cross-dressing help to reduce male domination are often discussed in previous studies. Therefore, the purpose of analyzing the representation of main character in cross-dressing Hollywood movies in 1980s is to address misconceptions that have endured to this day. The main method is textual analysis by looking at the cinematographic elements from each movies. Connel`s (1995) conceptualisation on hegemonic masculinity, and Frederickson and Roberts (1997)`s objectification theory are used as theoretical frameworks to analyse these two movies. The findings of this article demonstrate that Hollywood cross-dressing movies in 1980s still uphold traditional values that subjugate women by limiting the movies` scope to the male gender perspective. In other words, both cross-dressing films only focus on the dominant gender perspective."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Septantyo Tri Pamungkas
"Skripsi ini membahas tentang penokohan dari tokoh Kaname Madoka dalam anime Mahou Shoujo Madoka Magica. Dengan menggunakan teori tokoh utama oleh Sudjiman, penulis mengkaji anime ini dengan metode deskriptif analisis. Analisis menunjukkan bahwa Madoka adalah tokoh utama karena intensitas hubungan dengan tokoh lainnya menggerakkan alur cerita. Anime ini menunjukkan perbedaan dengan anime mahou shoujo lainnya karena figur mahou shoujo memberikan kesan negatif, berbeda dengan yang sebelumnya yang menjadikan mahou shoujo sebagai figur kebaikan. Anime ini memiliki pesan moral untuk terus berpegang teguh pada harapan dalam situasi seburuk apapun.

This thesis explains about character analysis of Kaname Madoka from Mahou Shoujo Madoka Magica anime. Writer will analyze this anime with descriptive analytic method by applying Sudjiman?s theory of main character. Analysis shows that Madoka is a main character because of her intensive interactions with other characters makes the plot flowing. This anime shows difference between older mahou shoujo animes because the figure of mahou shoujo has a negative impact, whereas older ones made mahou shoujo a figure of goodness. This anime also shows a moral message which is to keep clinging to hope no matter how bad the situation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatamohana Putera Hidayatullah
"Penelitian ini membahas bagaimana pasifisme di Jepang direpresentasikan dalam manga Planetes. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, teori pasifisme oleh Ryan Cheyney, dan teori representasi oleh Stuart Hall. Penulis mengidentifikasi dua bentuk pasifisme yang disebut oleh Cheyney, yaitu pasifisme personal dan pasifisme politik yang direpresentasikan melalui potongan adegan dari keseluruhan empat volume manga Planetes. Penulis menemukan satu adegan dalam manga yang berisi nilai pasifisme personal. Penulis menemukan dua adegan dalam manga yang berisi nilai pasifisme politik. Manga Planetes menunjukkan bahwa pasifisme di Jepang semakin memudar dengan merujuk pada perluasan interpretasi pasal sembilan konstitusi Jepang. Tahun 1992 menandakan pertama kalinya Jepang mengirim pasukannya ke luar negeri untuk misi perdamaian, meskipun sebelumnya dilarang oleh konstitusi

This research discusses how pacifism in Japan is represented in Planetes manga. The author uses descriptive analysis methods, the theory of pacifism by Ryan Cheyney, and the theory of representation by Stuart Hall. The author identifies two forms of pacifism mentioned by Cheyney, namely personal pacifism and political pacifism which are represented through cut scenes from all four volumes of the manga Planetes. The author finds a scene in the manga that contains personal pacifist values. The author found two scenes in the manga that contained political pacifist values. The Planetes manga shows that pacifism in Japan is waning by referring to an expanded interpretation of article nine of the Japanese constitution. 1992 marked the first time Japan had sent troops overseas on a peacekeeping mission, although it had previously been prohibited by the constitution"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafly
"Penelitian ini menganalisis praktik-praktik patriarki, khususnya melalui tokoh Shigure terhadap tokoh Akito dalam anime shoujo berjudul Fruits Basket (2019) karya Natsuki Takaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan patriarchy theory dari Barbara Smuts didukung oleh konsep gender identity oleh Judith Butler sebagai pilar utama teori studi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akito sebagai seorang tokoh perempuan pada awalnya digambarkan sebagai “laki-laki” dengan identitas gender maskulin (masculine-female). Namun, dalam perjalanan romansanya dengan Shigure, banyak tekanan dan dominasi yang dilakukan oleh Shigure kepada Akito, yang menunjukkan bagaimana budaya patriarki terwujud dalam anime ini. Sejalan dengan patriarchy theory Barbara Smuts, berbagai praktik patriarki Shigure antara lain adalah kontrol Shigure terhadap Akito melalui sumber daya dan bahasa, strategi Akito yang justru menciptakan dominasi Shigure dan formasi hirarki antara Shigure dan tokoh lain, serta berkurangnya sekutu Akito yang memudahkan dominasi dan kendali Shigure. Dengan berbagai praktik patriarki di atas, Akito pada akhirnya menyerah pada tekanan dan dominasi Shigure, dan Akito pun dengan sukarela merubah identitas gendernya menjadi seorang “perempuan” yang feminin (feminine-female). Temuan ini sangat menarik karena melalui anime Fruits Basket dapat dilihat bagaimana budaya patriarki dan relasi gender tradisional Jepang masih bertahan dalam masyarakat Jepang dewasa ini.

This study analyzes patriarchal practices, especially through the character of Shigure and Akito in the shoujo anime Fruits Basket (2019) by Natsuki Takaya. The method used in this study is a descriptive analysis method with the patriarchy theory of Barbara Smuts and supported by the concept of gender identity by Judith Butler as the main theory of this study. The results showed that Akito as a female character was initially described as "male" with masculine gender identity (masculine-female). However, in the course of his romance with Shigure, Shigure puts a lot of pressure and domination on Akito, which shows how patriarchal culture is manifested in this anime. In line with Barbara Smuts's theory of patriarchy, Shigure's various patriarchal practices include Shigure's control of Akito through resources and language, Akito's strategy which creates Shigure's domination and hierarchical formation between Shigure and other figures, and the reduction of Akito's allies which facilitates Shigure's domination and control. With the various patriarchal practices above, Akito finally succumbed to Shigure's pressure and domination, and Akito changed his gender identity to become a "feminine-female". This finding is very interesting because through Fruits Basket, it can be seen how patriarchal culture and traditional Japanese gender relations still persist in Japanese society today."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>