Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mandala Anugerahwan Firstanto
"Over-The-Top OTT adalah layanan berbentuk aplikasi dan layanan komunikasi, baik komunikasi suara, text, penyiaran, konten, dll yang diakses melalui internet. Penggunaan layanan OTT meningkat pada beberapa tahun terakhir. Hal ini berdampak pada penurunan pendapatan operator pada segmen voice dan SMS. Pada sisi lain, terjadi peningkatan pendapatan operator pada segmen data. Ketidakseimbangan regulasi yang mengatur antara operator telekomunikasi dan penyedia layanan OTT merupakan salah satu penyebabnya. Hingga penelitian ini ditulis, belum terdapat regulasi yang mengatur layanan OTT. Oleh karena itu, perlu adanya rumusan regulasi layanan OTT. Regulatory Impact Analysis RIA merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam perumusan regulasi. Metode ini telah digunakan oleh beberapa negara di dunia untuk merumuskan regulasi baru dan menganalisis efektifitas regulasi eksisting. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap regulasi eksisting terkait layanan OTT serta perumusan kerangka regulasi layanan OTT VoIP dan Instant Messaging menggunakan metode RIA.
Hasil analisis menunjukkan bahwa regulasi eksisting tidak cukup untuk mengatur penyedia layanan OTT VoIP dan Instant Messaging di Indonesia, serta menunjukkan mekanisme registrasi cocok untuk mengatur penyedia layanan OTT VoIP dan Instant Messaging di Indonesia. Kerangka rumusan regulasi layanan OTT VoIP dan Instant Messaging terdiri dari bentuk regulasi, mekanisme regulasi, dan bentuk sanksi. Bentuk regulasi OTT VoIP dan Instant Messaging dapat berupa Peraturan Menteri dengan menambah penjelasan pada UU Telekomunikasi dan UU Penyiaran terkait layanan berbasis IP dan layanan aplikasi. Mekanisme regulasi adalah mekanisme registrasi dengan mewajibkan penyedia layanan OTT VoIP dan Instant Messaging dengan konsumsi bandwidth tinggi meletakkan Content Data Network di Indonesia. Bentuk sanksi adalah pemblokiran dan bandwidth throttling.

Over The Top OTT services refer to the delivery of multimedia services i.e. audio, video and messaging services over the Internet. OTT services usage has increased in recent years. This situation has an impact on the decrease of operator 39 s revenue in voice and SMS segment. On the other hand, operator 39 s revenue incrase in the data segment. The Imbalance regulations between telecom provider and OTT player is one cause. This problem need to find a solution. Regulatory Impact Analysis RIA is one of methods than can be used to formulate a regulation. This method has been used by several countries in the world to formulate new regulations and analyze the effectiveness of existing regulation. Author analyze the existing OTT regulation and formulate a regulatory framework with RIA method.
The results of the analysis indicate that the existing regulation is insufficient to regulate the OTT service provider in Indonesia. Regulatory framework of OTT regulation are as follows, OTT regulation form is Peraturan Menteri Kominfo by adding explanation in UU Telecommunications and UU Broadcasting about telecommunications, broadcasting, application, services based on IP. OTT provider will be regulated by registration method by requiring put the Content Data Network CDN in Indonsia for OTT provider with high consumption bandwidth. The sanctions for OTT provider that don 39 t comply with regulations is blocking and bandwidth throttling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efraim Jordi Kastanya
"Undang-Undang No. 13 Tahun 2022 tentang perubahan kedua Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 menambahkan dua metode berkaitan dengan penyusunan Naskah Akademik, khususnya untuk mengkaji implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara yakni metode Regulatory Impact Analysis (RIA) dan metode Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, and Ideology (ROCCIPI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pentingnya metodologi RIA dan ROCCIPI dalam penyusunan Naskah Akademik dan penerapan RIA dan ROCCIPI yang sesuai dengan Lampiran I UU 13 Tahun 2022 dan yang Ideal. Bentuk penelitian ini adalah yuridis normatif yang sepenuhnya mempergunakan data sekunder atau berupa norma hukum tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik RIA dan ROCCIPI sangkat penting untuk mengevaluasi efektifitas regulasi dengan menemukan permasalahan yang ada dan merumuskan tujuan. Metode ini juga memastikan bahwa perumus kebijakan telah mempertimbangkan semua alternatif tindakan yang tersedia dan mengkaji berbagai manfaat dan biaya regulasi,terakhir, metode tersebut mengharuskan adanya pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi regulasi. Penerapan Metoda RIA dan ROCCIPI dalam penyusunan Naskah Akademik sejak diundangkannya Undang-Undang No. 13 Tahun 2022 belum maksimal. Ditemukan hanya satu Undang- Undang yang telah memakai metode RIA yakni Undang-Undang No. 13 Tahun 2022. Adapun Naskah Akademik Undang-Undang lainnya yang dianalisa, menunjukkan terdapatnya kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara namun masih secara parsial menjelaskan masalah, tujuan, dan manfaat walaupun sebagian besar bersifat normatif dan kualitatif. Kedepannya RIA dan ROCCIPI dapat diimplementasikan dalam ruang lingkup yang lebih luas dan holistik. Penerapannya dapat dengan mengubah sistematika lampiran I UU 13 Tahun 2022 dengan menyempurnakan Lampiran I yang sudah ada.

Law No. 13 of 2022 concerning the second amendment to Law no. 12 of 2011 added two methods related to the preparation of Academic Papers, specifically to examine the implications of implementing a new system that will be regulated in the Law on aspects of people's lives and their impact on aspects of the state's financial burden, namely the Regulatory Impact Analysis (RIA) method and the Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, and Ideology (ROCCIPI). This study aims to identify and analyze the significance of the RIA and ROCCIPI methodologies in the preparation of Academic Papers and the application of RIA and ROCCIPI in accordance with Appendix I of Law 13 of 2022 and the Ideal. The form of this research is normative juridical which fully uses secondary data or in the form of written legal norms. The results of the study show that both RIA and ROCCIPI have the importance for evaluating the effectiveness of regulations by finding existing problems and formulating objectives. This method also ensures that policy makers have considered all available alternative actions and assessed the various benefits and costs of regulation. Finally, this method requires monitoring and evaluation of the implementation of regulations. The application of the RIA and ROCCIPI Methods in the preparation of Academic Papers since the promulgation of Law Number13 of 2022 is not optimal. It was found that only one law had used the RIA method, namely Law Number 13 of 2022. As for the other legal academic texts analyzed, it shows that there is a study of the implications of implementing the new system that will be regulated in the law on aspects of people's lives and their impact on aspects of the state's financial burden but still partially explains the problems, objectives, and benefits although most are normative and qualitative. In the future RIA and ROCCIPI can be implemented in a broader and holistic scope. It can be implemented by changing the systematics of Apendix I to Law Number 13 of 2022 by improving the existing Appendix I."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangiring, Jhony
"Saat ini populasi di dunia hampir mencapai 7,6 milliar dengan pertumbuhan 1,1% per tahun, yang berarti 83 juta orang bertambah setiap tahunnya. Seiring dengan pertumbuhan populasi, pangsa pasar akan Internet of Things (IoT) juga meningkat secara eksponensial yang membuat kompetisi di bidang IoT semakin besar selaras dengan pertumbuhan trafik data yang mengakibatkan terjadinya krisis spektrum frekuensi radio. Saat ini teknologi LPWAN telah diimplementasikan oleh perusahaan utilitas nasional yaitu PLN dengan smart meternya yang membantu perusahaan tersebut memotong biaya operasional dan menjaga kualitas layanan kepada masyarakat. Namun saat ini regulasi atas teknologi LPWAN belum ada terutama pada alokasi spektrum frekuensi, standar perangkat teknologi LPWAN dan bisnis modelnya. Penulisan ini dimaksudkan untuk mencari alternativealternatif yang terbaik untuk teknologi LPWAN dengan stakeholder terkait dan melakukan analisis biaya hak penggunaan spectrum frekuensi radio yang sesuai untuk implementasi LPWAN.

Currently the world's population is nearly about 7.6 billion with a growth of 1.1% per year, which means that 83 million people are growing annually. As the population grows, the market share of Internet of Things (IoT) also increases exponentially which makes the IoT competition bigger in line with data traffic growth resulting in a radio frequency spectrum crises. Currently LPWAN technology has been implemented by the national utility company that is PLN with its smart meter that helps the company cut operating costs and maintain the quality of service to the community. However, the current regulation of LPWAN technology does not exist, especially in the allocation of frequency spectrum, LPWAN technology device standard and business model. This writing is intended to find the best alternatives for LPWAN technology with relevant stakeholders and to analyze the right cost of using the appropriate radio frequency spectrum for LPWAN implementation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakti Santoso
"Indonesia dengan jumlah penduduk nomor empat terbanyak di dunia (setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat) akan menyambut bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030. Bonus demografi adalah suatu fenomena dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak. Diperkirakan jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedangkan penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun) sekitar 30 persen (BKKBN, 2017). Namun, jika bangsa Indonesia tidak mampu menyiapkan diri menyambut bonus demografi tersebut, seperti penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM, maka akan terjadi permasalahan, yaitu terjadinya pengangguran yang besar dan akan menjadi beban negara. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa broadband menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan lapangan kerja baru dan layanan yang menunjang pendidikan dan kesehatan. World Bank menyampaikan bahwa penambahan 10% penetrasi broadband memicu pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38% di negara berkembang dan 1,12% di negara maju (World Bank, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengembangan permintaan (demand) layanan pitalebar bergerak (mobile broadband) di Indonesia menggunakan metode regulatory impact analysis (RIA). Hasil dari penelitian ini selanjutnya mengusulkan adanya intervensi regulasi dengan pemberian bantuan kepada masyarakat yang terkendala oleh biaya (affordability barrier) untuk berlangganan layanan pitalebar bergerak (mobile broadband). Bantuan yang diberikan berupa biaya pembelian perangkat pitalebar bergerak (smartphone) dan biaya berlangganan layanan pitalebar bergerak (layanan data). Dengan adanya intervensi regulasi ini diperkirakan penetrasi pelanggan pitalebar bergerak (mobile broadband) akan mencapai 77% pada tahun 2025 dan memberikan manfaat (net social benefit) sebesar US$ 43,81 milyar.

Indonesia with the fourth largest population in the world (after China, India, and the United States) will welcome the demographic bonus which is expected to occur in 2030. Demographic bonus is a phenomenon where the population structure is very beneficial in terms of development because the population of productive age is very large, while the proportion of young people is getting smaller and the proportion of elderly is not much. It is estimated that the age of the labor force (15-64 years) reaches around 70 percent, while the unproductive population (aged 14 years and under and aged over 65 years) is around 30 percent (BKKBN, 2017). However, if the Indonesian people are not able to prepare themselves to welcome the demographic bonus, such as providing employment and improving the quality of human resources, there will be problems, namely the occurrence of large unemployment and will be a burden on the state. From several studies that have been carried out it is known that broadband is one of the important factors in driving economic growth by providing new jobs and services that support education and health. World Bank said that the addition of 10% broadband penetration triggered economic growth of 1.38% in developing countries and 1.12% in developed countries (World Bank, 2010). This research aims to analyze the development of demand for mobile broadband services in Indonesia using the regulatory impact analysis (RIA) method. The results of this study further suggest a regulatory intervention by providing assistance to the public that is constrained by the cost (affordability barrier) to subscribe to mobile broadband services. Assistance is provided in the form of costs for purchasing mobile broadband devices (smartphones) and subscription fees for mobile broadband services (data services). With this regulatory intervention it is estimated that mobile broadband subscribers penetration will reach 77% by 2025 and provide a net social benefit of US $ 43.81 billion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Arifin
"Voice over Internet Protocol (VOIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan Internet Protocol (IP). Pada Tugas Akhir ini di buat rancangan konfigurasi, implementasi dan analisa kinerja gatekeeper, dimana dalam jaringan VoIP gatekeeper merupakan pusat serta titik fokus dari semua call yang terjadi pada jaringan H.323. Analisa kinerja di fokuskan pada pengamatan waktu proses call setup, serta pengaruh kompresi G.723.1 terhadap konsumsi bandwidth dalam jaringan VOIP menggunakan free software 'OpentI323 Gatekeeper' berbasis Linux.
Dari pengambilan data dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi waktu proses call setup koneksi antar terminal melalui gatekeeper adalah faktor jarak, bandwidth dan pembebanan koneksi terminal pada gatekeeper. Berdasarkan hasil pengamatan, perbandingan waktu proses call setup untuk kondisi gatekeeper sebelum terbebani dengan kondisi gatekeeper setelah terbebani oleh koneksi antar terminal adalah untuk koneksi terminal dari Kelapa Gading ke Bogor lebih lama 36,4 %, untuk koneksi terminal dari Kelapa Gading ke Tangerang lebih lama 22,2 % sedangkan untuk koneksi antar terminal di Kelapa Gading adalah 0 %. Berdasarkan analisa data maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi bandwidth yang dibutuhkan untuk melakukan satu koneksi antara dua buah terminal menggunakan kompresi G.723.1 adalah sebesar 1280 bps."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Ibnu Sina
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan performa protokol routing dan codec pada aplikasi Voice over Internet Protocol (VoIP) berdasarkan parameter Quality of Service (QoS). VoIP termasuk salah satu aplikasi yang paling sering digunakan saat ini. Karena berkembangnya berbagai aplikasi yang membutuhkan dukungan bandwidth yang tinggi, maka pengukuran parameter QoS seperti delay, jitter, packet loss, dan throughput pada berbagai aplikasi tersebut juga perlu untuk dilakukan. Oleh karena itu, pengujian ini berfokus pada pengecekan QoS VoIP, dimana dibangun sebuah topologi jaringan dengan berbagai protokol routing yang diimplementasikan. Protokol routing tersebut diantaranya adalah Routing Information Protocol (RIP), Open Shortest Path First (OSPF), dan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP). Dengan protokol routing tersebut, nilai QoS dipantau dalam berbagai jenis codec, seperti G.711 dan GSM, dan dijalankan dalam keadaan trafik 0 (tanpa trafik lain), trafik 50 Mbps, dan trafik 100 Mbps, dengan teknik priority queuing diimplementasikan pada router. Hasil dari analisis digunakan untuk membandingkan pada protokol routing, codec, dan trafik seperti apa dihasilkan nilai persentase QoS yang lebih baik, serta performa dari teknik priority queuing terhadap nilai parameter QoS yang diperoleh. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa EIGRP dan G.711 (u-law) adalah protokol routing dan codec yang terbaik dalam komunikasi VoIP.


ABSTRACT

This research aimed to analyze the performance comparison of routing protocols and codecs on Voice over Internet Protocol (VoIP) application based on the parameters of Quality of Service (QoS). VoIP is one of the applications which are most used nowadays. Due to the growth of applications that require high bandwidth support, then the measurement of QoS parameters, such as delay, jitter, packet loss, and throughput, also needs to be done. Therefore, this research focused on checking the performances of VoIP based on these parameters. The network topology was made with variety of routing protocols and codecs. The routing protocols used were Routing Information Protocol (RIP), Open Shortest Path First (OSPF), and Enhanced Interior Gateway Protocol (EIGRP). With the routing protocols, QoS values were monitored in various types of codec, such as G.711 and GSM, and were executed in zero traffic, 50 Mbps traffic, and 100 Mbps traffic, with priority queuing techniques were implemented on the router. The results of the analysis were used to compare the routing protocols and codecs as what percentages of the value of better QoS, also priority queuing techniques performances toward the QoS parameters values obtained. In this research, data showed that EIGRP is the best for routing protocol implementation and G.711 (u-law) is the best for codec used in VoIP communication.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"Jaringan Mobile IPv6 merupakan jaringan yang mampu memberi kemudahan akses kepada pengguna dalam melakukan perpindahan dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Tingkat mobilitas dan efisiensi yang tinggi menjadikan jaringan ini rentan terhadap ancaman keamanan. Salah satu ancaman keamanan yang sedang populer saat ini adalah Denial of Service (DoS). Empat Skenario akan diimplementasikan untuk mengetahui bagaimana perubahan QoS jaringan Mobile IPv6 ketika diserang dengan menggunakan DoS. Aplikasi yang digunakan dalam pengujian adalah VoIP. QoS yang diukur dalam skenario adalah delay dan Throughput.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa terjadi peningkatan delay sebesar 830,658% pada saat mobile node berada di home network dan 1341,973% ketika mobile node berada di foreign network. Dari hasil pengukuran juga diketahui bahwa terjadi penurunan Throughput 45,076% ketika mobile node berada di home network dan 68,748% ketika mobile node berada di foreign network.

Mobile IPv6 is a network that can provide easy access to the user in making transition from one to another network. High level mobility and efficiency make this network is susceptible to attacked. One of the famous security threat in the networking is Denial of Service (DoS). Four scenario will be implemented to determine how the QoS of Mobile IPv6 network changed. Application that used in the testing is VoIP. QoS parameter measured in the scenario are Throughput and delay.
The result is, delay had increased 830,658% when mobile node in home network and 1341,973% when mobile node move to foreign network. From the result shows the Throughput had been decreased. Throughput decreased 45,076% when mobile node in home network and 68,748% when mobile node moved to foreign network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Contents :
- Chapter 1 Introduction
- Chapter 2 Characteristics of Voice and IP Traffic
- Chapter 3 VoIP Models for Connection
- Chapter 4 VoIP Using the H.323 Protocol
- Chapter 5 SIP for VoIP Transmission
- Chapter 6 Gateways and Gatekeeper Protocols
- Chapter 7 Transmitting Voice over a Public WAN and IP Network
- Chapter 8 Service-Provider VoIP Offerings
- Chapter 9 Strategies for Vendors, Regulators,and Customers
- Chapter 10 Conclusion
- Appendix VoIP Terminals and Other Equipment
- References
- Glossary "
Chicago: International Engineering Consortium, 2004
e20452788
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Wafir
"Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk membuat jaringan Mobile Internet Protokol version 6 (MIPv6) dan Tunneling 6to4 untuk melewatkan Jaringan MIPv6 melewati Mobile Internet Protocol vesion 4 (MIPv4). Dan menerapkan aplikasi Secure File Transfer Protokol (SFTP) pada kedua konfigurasi jaringan. Proses pengambilan data menggunakan jaringan local sederhana. Dalam pengujian digunakan sebuah laptop diterapkan sebagai mobile node serta 6 unit PC sebagai router MIPv6 dan tunnel dual stack. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengupload dan download file yang ukurannya berbedabeda dari mobile node ke home agent dengan perpindahan access point yang berpindah-pindah selama upload¬download.
Parameter uji coba yang dibandingkan adalah transfer time, throughput, dan delay. Konfigurasi MIPv6 memiliki nilai transfer time, throughput, dan delay yang lebih baik dari konfigurasi MIPv6 tunneling 6to4. Untuk jaringan yang menggunakan MIPv6 secara presentasi memiliki nilai transfer time ratarata lebih kecil pada saat upload 12% sampai 29% dan saat download 31% sampai 41% dari konfigurasi jaringan MIPv6 tunneling 6to4.
Konfigurasi MIPv6 memiliki nilai throughput lebih besar pada saat upload 12% sampai 36% dan pada saat download 31% sampai 41% dibanding konfigurasi MIPv6 tunneling 6to4. Untuk delay dari konfigurasi MIPv6 lebih kecil pada saat upload 12% sampai 38% dan pada saat download 17% sampai 41% dibanding MIPv6 tunneling 6to4. Perbedaan waktu hand over dipengaruhi perangkat access point."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S667
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Chahyadi
"Voice over Internet Protocol (VOIP) semakin banyak digunakan sebagai layanan komunikasi suara, sebagai altematif dari teknologi PSTN yang selama ini digunakan. Kemudahan lmplementasi serla penghematan biaya di banyak sektor merupakan faktor utama yang mendorong berkembangnya VoIP. Namun sampai saat ini VoIP masih menemui suatu kendala besar, yaitu kemampuan untuk memberikan layanan komunikasi suara sebaik PSTN. Salah satu faktor yang menentukan kualitas suara pada VoIP adalah pemilihan codec suara yang tepat. G711 yeng merupakan codec yang dipakai pada PSTN saat ini memiliki kualilas suara yang sangat baik. Dari kelompok codec dengan birrate rendah muncul G.729 yangjuga menawarkan kualitas suara hampir sama baiknya. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membandingkan kedua codec tersebut denan menggunakan simulasi pengkodean pada 7 tingkat packet loss. Penilaian terhadap kualitas hasil pengkodean dilakukan dengan menggunakan metode E-Model dan melakukan tes MOS subjektif pada 20 orang responden. Hasil dari simulasi serta tes subjektif menunjukkan bahwa G.7l I dapat memberikan kualitas suara yang lebih baik dibanding G.729. Selain itu, G.71l masih dapat memenuhi nilai MOS minimum untuk layanan komunikasi suara pada lingkat packet loss 4 %, sedangkan G.729 hanya dapat bertahan sampai dengan tingkat packer loss 1%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>